Anda di halaman 1dari 80

PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI


BALONGAN –INDRAMAYU

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Kerja Praktek dan Seminar pada semester V di
Program Studi D3 Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Pelaksanaan :3 July 2017 S/D 3 Agustus 2017

Oleh
Kevin Rusydi Abdillah
NIM: 151321014

POLITEKNIK NEGERI BANDING


2017
Page |i

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI
BALONGAN –INDRAMAYU
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI

Balongan-Indramayu, Jawa Barat

Periode 3 Juli s/d 3Agustus 2017


Oleh

Kevin Rusydi Abdillah


151321014
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Kerja Praktek Maintenance Area III Section Head

Dadan Iskandar Sumardianto

Senior Officer BP Refinery

RosnamoraH
P a g e | ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan dan
menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul :

“PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI
BALONGAN –INDRAMAYU”.
Pembuatan laporan ini merupakan bentuk pelaporan kegiatan kerja
praktik yang telah di laksanakan penulis pada tanggal 03 Juli s/d 03 Agustus 2017
dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah kerja praktik
semester v jurusan Teknik Elektro Program studi Teknik Listrik Politeknik Negeri
Bandung.

Dalam Penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menemui


berbagai kesulitan dan kendala dalam penyelesaianya, oleh karena itu penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bimbingan, dukungan, dan Inspirasi
dari berbagai pihak, maka laporan ini tidak dapat diselesaikan sesuai dengan
harapan penulis. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua , adik-adik saya, sebagaisumber kehidupan, pembimbing


dan pendidik yang bijaksana yang selalu memberikan doa, nasehat, dan
dukungan nya baik moril maupun materil yang tidak terhingga dalam
meniti jalan hidup ini.
2. Bapak Malayusfi, BSEE., M.Eng, selaku Ketua Jurusuan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak Supriyanto, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik.
4. Bapak Dwi Septianto, Drs., SST., M.Eng. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dan atas semua semangat dan motivasi yang
diberikan.
P a g e | iii

5. Bapak Dadan Iskandar, selaku pembimbing perusahaan yang telah banyak


membantu selama penulis kerja praktik dalam ilmu maupun nasihat.
6. .Bapak Wayan S, Kang Ricky Nurrahman, Mas Arya Thoni W , Bapak Edi
dan seluruh staff dan karyawan Electrical & Instrument Engineering
Maintenance Area III yang telah banyak meluangkan waktu untuk berbagi
ilmu dan membantu sela kerja praktik
7. Bapak Yanto Selaku HR RU VI dan Seluruh staff pegawai Pusdiklat serta
divisi K3 yang telah memberi arahan kerja praktek.
8. Bapak Haris Santana dan Ibu Cici serta Putra Putrinya , yang telah
memberikan tempat tinggal sementara dan banyak dukungan lainnya.
Terimakasih banyak atas segala bantuan yang diberikan.
9. Andika Jumawi, Iful Saeful M, Xena Nurjaman, dan Wanda Candra
Nugraha selaku sahabat dan rekan kerja praktek yang selalu menemani
untuk berbagi dan berdiskusi ilmu dengan penulis.
10. Semua anggota Himpunan Mahasiswa Listrik (HML) POLBAN yang telah
memberikan pengalaman kepada kami untuk tetap siap menghadapi
masalah serumit apapun.
11. Eka Farida Pitriyanni yang selalu memberikan motivasi dorongan dan
semangat kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
perancangan dan pembuatan laporak kerja praktik ini. Oleh karena itu besar
harapan penulis untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan kerja praktik ini dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa Politeknik Negri Bandung khususnya
dan dapat memberikan pengetahuan lebih untuk para pembaca masyarakat
luas pada umumnya.

Bandung, Agustus 2017

Penulis
P a g e | iv

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum Perusahaan ......................................................... 1

1.1.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) ............................... 1

1.1.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan ...................................... 3

1.1.3 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ... 5

1.1.4 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan ....................................................................................... 7

1.1.5 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ........... 8

1.1.6 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan


12

1.1.7 Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ............... 17

1.1.8 Bahan Baku PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan ............. 18

1.1.9 Sistem Pembangkitan Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU-


VI Balongan ................................................................................ 20

1.1.10 Sistem Distribusi Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan ..................................................................................... 22

1.1.11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................................. 23

1.2 Latar Belakang Masalah .............................................................. 26

1.3 Tujuan ......................................................................................... 27

1.4 Batasan Masalah.......................................................................... 27


Page |v

1.5 Waktu dan Tempat Prlaksanaan .................................................. 28

1.6 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja ............................................. 28

1.7 Sistematika Penulisan.................................................................. 28

BAB II DASAR TEORI TRANSFORMATOR

2.1 Transformator.............................................................................. 30

2.1.1 Pengertian Transformator............................................................ 31

2.1.2 Kontruksi Transformator............................................................. 32

2.1.3 Prinsip kerja Transformator ........................................................ 36

2.2 Jenis-Jenis Transformator ........................................................... 38

2.3 Sistem Pendingin Transformator................................................. 39

2.4 Teori Dasar Pengaman ................................................................ 40

2.4.1 Syarat Pengaman Transformator ................................................. 41

2.5 Jenis Pengaman Pada Transformator .......................................... 42

2.6 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) .............................................. 42

2.6.1 Jenis-jenis Circuit breaker ........................................................... 43

2.7 Fuse (Sekering) ........................................................................... 43

2.8 Macam-macam gangguan pada transformator ............................ 44

2.9 Pemeliharaan Peralatan Listrik Tegangan Tinggi ....................... 45

2.9.1 Pengertian Dan Tujuan Pemeliharaan ......................................... 45

2.9.2 Paduan Pemeliharaan Transformator .......................................... 46

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI 17- PTR1-01B

3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik di kilang PERTAMINA RU-VI


Balongan............................................................................................. 48

3.2 Transformator 17-PTR1-01B ...................................................... 49


P a g e | vi

3.3 Peralatan pengaman Transformator 17-PTR1-01B ..................... 52

3.3.1 Differential Relay ........................................................................ 52

3.3.2 Over Current Relay ..................................................................... 52

3.3.3 Ground Fault Relay ..................................................................... 52

3.4 Pengaman Internal Transformator............................................... 53

3.4.1 Liquid Temperatur Gauge ........................................................... 53

3.4.2 Liquid Level Gauge..................................................................... 54

3.4.3 Pressure Vacuum Gauge ............................................................. 55

3.4.4 Pressure Relief Device (PRD) ..................................................... 56

3.4.5 Rapid Pressure Rise Relay ......................................................... 56

3.4.6 Perubahan Tap (Tap Charger) ..................................................... 58

3.5 Pemeriksaan Transformator 17-PTR1-01B................................. 59

3.5.1 Pemeriksaan Electrical Sebelum Instalasi dan penyambungan .. 59

3.5.2 Pemeriksaan fisik sebelum pemasang dan penyambung ............ 61

3.6 Pemeliharaan Transformator 17-PTR1-01B ............................... 62

3.6.1 Tujuan pemeliharaan : ................................................................. 62

3.6.2 Kegiatan pemeliharaan ................................................................ 62

3.6.3 Pemeliharaan menurut kondisi .................................................... 62

3.6.4 Pemeliharaan Berkala.................................................................. 63

3.7 Analisa Kebocoran Oli Tranformator 17-PTR1-01B.................. 65

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................. 66

4.2 Saran............................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ x

LAMPIRAN .......................................................................................................... xi
P a g e | vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero) ..................................................... 5
Gambar 1. 2 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ......... 8
Gambar 1. 3 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ..... 11
Gambar 1. 4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 12
Gambar 3. 1 Transformator 17-PTR1-01B ........................................................... 50
Gambar 3. 2 Differntial Relay (87T)...................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 3 Over Current Relay (50-50N-51-51N)Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3. 4 Ground Fault Relay (50G-51G) ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 5 Lockout Relay (86).) ......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 6 Liquid Temperatur Gauge ................................................................ 53
Gambar 3. 7 Liquid Level Gauge .......................................................................... 54
Gambar 3. 8 Pressure Vacuum Gauge .................................................................. 55
Gambar 3. 9 Pressure Relief Device ..................................................................... 56
Gambar 3. 10 Rapif Pressure Rise Relay .............................................................. 57
Gambar 3. 11 Tap Charger .................................................................................. 58
P a g e | viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero) ........................... 2
Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero) ...................... 3
Tabel 1. 3 Hasil produk bahan baku...................................................................... 18
Page |1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum Perusahaan

1.1.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero)

Sampai saat ini minyak bumi masih menjadi komoditas utama di


Indonesia, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk
turunan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak
bumi menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari
perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan
industri petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk
kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal
ini ditujukan untuk menghindari praktik monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan
alam.

Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan


Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha
tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang
melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni
1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia.
Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur)
tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan
tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921.
Penemuan-penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan
maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac,
Caltex dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran
minyak di Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan


perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah
Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA
Page |2

dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP


No. 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan
yang bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN
PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada
tanggal 15 September 1971. Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi
PT. PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi
(Persero), yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang
berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di
Indonesia.
Tabel 1. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero)

: Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara


Republik Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang
1945
merupakan perusahaan minyak nasional pertama di
Indonesia.
: PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara
April 1954
(TMSU)
: TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional
10 Desember 1957
(PT PERMINA)
: NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak
1 Januari 1959
Indonesia (PT PERMINDO)
: PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara
Februari 1961 Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi
sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.

1 Juli 1961 : PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No.198/1961)

: Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi


20 Agustus 1968 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional
(PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968
15 September : PN PERTAMINA berubah menjadi PT.
1971 PERTAMINAberdasarkan UU No. 8/1971

17 September : PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)


2003 sesuai PP No. 31/2003
Page |3

Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan


BBM di Indonesia tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero) semakin
berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan
pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam pembangunan
nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu:

a. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.


b. Sebagai sumber devisa negara.

c. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih


teknologi danpengetahuan.

Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam


negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai
wilayah di Indonesia. Saat ini PT. Pertamina (Persero) telah mempunyai enam
buah kilang, yaitu :
Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero)

No Unit Pengolahan Kapasitas (MBSD)

1 RU II Dumai 170.0

2 RU III Plaju 133.7

3 RU IV Cilacap 348.0

4 RU V Balikpapan 260.0

5 RU VI Balongan 125.0

6 RU VII Kasim 10.0

1.1.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan

 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero)

Visi dan misi PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut:


Page |4

Visi:

“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.”

Misi:

“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”

 Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero)

Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal


logo kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah
dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA. Pemikiran tersebut
dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim
Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang
mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan
biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya
perubahan kebijakan ataupergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap
berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada
tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo yaitu agar dapat membangun
semangat baru, membangun perubahan corporate cultre bagi seluruh pekerja,
mendapatkan pandangan (image) yang lebih baik diantara global oil dan gas
companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi, antara lain :

1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.


2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan dan semakin
banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir.

Slogan RENEWABELE SPIRIT yang diterjemahkan menjadi


“SEMANGAT TERBARUKAN”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh
jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait
dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan


dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Page |5

Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat
pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru
PERTAMINA sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan
terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang /tanda
pengenal PERTAMINA masih dapat /tetap dipergunakan.

Gambar 1. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero)

Arti Logo :

1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan


representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif
2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis dimana:

Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab

Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan

Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam


menghadapi berbagai macam kesulitan

1.1.3 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya


invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari
keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity
dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu
Page |6

membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang
Balongan disebut kilang milik PERTAMINA.

Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk


mengolah minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri
mempunyai harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang
baiksebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat
diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan
logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang
dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah
secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan
Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode SecondaryRecovery.

Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran
crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24. Dasar
pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM
yaitu:

1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.

2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.

3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.

Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang
dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun
1991. Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah
namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina
(Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda
dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic
Cracking (RCC) mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina


(Persero) RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total
feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan
Page |7

sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak
dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang
terbesar di dunia untuk saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan,
kapasitas produksi kilang minyak domestik menjadi 1.074.300 BPSD.
Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan
bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya.

1.1.4 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU


VI Balongan

 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut:

Visi:

Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025

Misi:

- “Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu,


NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi
laba serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.”
- “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara
aman, handal, efisien dan berwawasan lingkungan.”
- “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung
oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat
kebersamaan, keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan.”
- “Memiliki Tata Nilai 6C yaitu Clean, Competitive, Confident,
Customer Focused, Commercial, Capable.”

 Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit”


atau “Semangat Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh
jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented
yang terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
Page |8

Gambar 1. 2 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut:

1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi


2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri
khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
3. Warna :
o Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup
o Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam
setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran
o Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)
o Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI

1.1.5 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan


Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon).
Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan
pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang
dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan
ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah
kilang.

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini.
Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut, sumur
yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur
Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi
Page |9

minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT.
Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN
III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan
bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya


proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan.
Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun
sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan.
Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang
dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir.

Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang
memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang
berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area
perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif
aman.

Area kilang terdiri dari :

• Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang


: 200 ha daerah penyangga

• Sarana perumahan : 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku

Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan adalah :

o Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
o Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
o Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric
Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
P a g e | 10

b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari,
kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan
secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal
1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam
boiler, heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan.
Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan
dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem
ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter
NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.

c. Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas
pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar
distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine
facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat
crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM,
rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan
produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan
fasilitas yang dinamakan jetty facilities.

d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada
proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill
sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan
kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT.
PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di
Indonesia.
P a g e | 11

Gambar 1. 3 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan


P a g e | 12

Gambar 1. 4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

1.1.6 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai struktur


organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang
lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan
dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas
kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur
organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Struktur
organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi
dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut :
P a g e | 13

o General Manager

Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit
bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengelolaan operasi
kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,
procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan
di Refinery Unit VI.

o Senior Man. Op & Manufacturing

Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan,


memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan
operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul,
pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan
baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management,
pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan
operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI

o Production-I Manager

Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung
seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah
lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses
bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.

Prod 1. Membawahi : RCC, HSC, dan DHC.


P a g e | 14

o Production-II Manager

Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas /
process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah
lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI

Prod II Membawahi : Utilities, Lab, POC, dan OM.

o Refinery Planning & Optimization Manager

Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah


mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan,
pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian
keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan,
penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang;
evaluasi pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta
pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional
yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI.

o Maintenance Execution Manager

Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan,


memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop),
pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan
aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment,
transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools
worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan
P a g e | 15

kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling
optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap
aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit

o Maintenance Planning & Support Manager

Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah


mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan
kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan
rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor
management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk
memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan
/ atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat
dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di
Refinery Unit VI.

o REL Manager

Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan,


memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan
strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan
teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana
(termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan
kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan
kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di
Refinery Unit

o T/A (Turn-Around) Manager

Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan,


mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-
around (TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan /
P a g e | 16

perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai best
practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan pemerintah,
standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan
pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan
di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan
jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang
direncanakan di Refinery Unit VI.

o Engineering & Development Manager

Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan,


memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja
operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan
kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan
operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program
HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi
pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola
suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan
berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit
VI.

o HSE Manager

Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit VI yang meliputi
penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko
HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional
program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE
regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan
dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE
excellence.
P a g e | 17

o Procurement Manager

Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor
management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management,
perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI.

o General Affairs

Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan


mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan
stakeholder, hubungan pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan,
komunikasi eksternal dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) /
Community Development (CD) / Community Relation (CR), dokumen dan
literatur perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security,
operasional program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan
fasilitas security, juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan
operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.

1.1.7 Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan mempunyai kapasitas


125.000 BPSD dengan bahan baku yang terdiri dari minyak mentah Duri 80% ,
minyak mentah minas 20%, dan gas alam dari Jatibarang sebagai bahan baku H2
Plant sebanyak 18 MMSCFD. Pengolahan bahan baku tersebut menghasilkan
produk sebagai berikut:
P a g e | 18

Tabel 1. 3 Hasil produk bahan baku

No Jenis Produk Kapasitas Satuan


A BBM:
Motor Gasoline 58.000 BPSD
Kerosene 11.900 BPSD
Automotive Diesel Oil 27.000 BPSD
Industrial Diesel Oil 16.000 BPSD
Decant Oil & Fuel Oil 9.300 BPSD

B Non BBM:
B LPG 565 Ton
Propylene 545 Ton
Ref. Fuel Gas 125 Ton
Sulfur 28. Ton

1.1.8 Bahan Baku PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

1.1.8.1 Bahan Baku Utama

Minyak mentah yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan adalah berupa minyak minas (light oil) dan minyak duri (heavy oil)
yang berasal dari Dumai dan Riau pada awalnya perbandingan Duri : Minas = 80
% : 20 %. Namun dalam perkembangan selanjutnya dengan pertimbangan
optimasi yang lebih baik, jumlah perbandingan Duri : Minas menjadi 50 % : 50
%. Selain itu juga dilakukan pencampuran dengan minyak JMCO (Jatibarang
Mixed Crude Oil), Nile Blend, mudi (Gresik), Banyu Urip, Azeri (Malaysia)
dalam jumlah yang kecil karena kandungan minyak duri dan minas sudah mulai
terbatas dan sifat dari minyak tersebut sesuai dengan kondisi dari PT.
PERTAMINA RU VI Balongan.

Dalam prosesnya minyak mentah yang berasal dari Duri menghasilkan


residu yang lebih banyak dari pada minyak yang berasal dari Minas. Hal ini
diakibatkan komponen yang terkandung dalam Minyak Duri sebagian besar
P a g e | 19

adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai panjang. Komposisi minyak


bumi dapat berubah setiap hari, bergantung kepada minyak bumi yang tersedia
pada lokasi sumber.

1.1.8.2 Bahan Baku Penunjang

PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga menggunakan bahan-


bahan pendukung berupa bahan kimia, katalis, gas alam, dan resin dalam
masing-masing unit proses. Gas alam digunakan sebagai bahan baku di
Hydrogen Plant diperoleh dari lapangan Jatibarang, Jawa Barat. Hidrogen yang
dihasilkan Hydrogen Plant digunakan pada proses hydrotreating untuk
menghilangkan pengotor- pengotor pada minyak mentah dan produk.

1.1.8.3 Bahan Baku Sistem Utilitas

Bahan baku Utilitas adalah bahan baku yang dibutuhkan di unit utilitas
sebagai sarana penunjang proses. Dalam proses Utilitas bahan baku yang
dibutuhkan adalah air dan udara. Air berasal dari Bendungan Salam Darma di
Kabupaten Subang. Air ini sebelum digunakan diolah terlebih dahulu sehingga
bebas dari pengotor dan mineral. Air ini digunakan sebagai pendingin, pemasok
listrik umpan, pembangkit kukus, pemadam kebakaran, serta keperluan kantor dan
perumahan karyawan. Penggunaan air di RU VI Balongan disertai dengan proses
treatment air sisa proses. Hal ini bertujuan untuk mengolah air sisa proses seperti
sour water menjadi air proses kembali. Udara digunakan sebagai udara tekan serta
untuk pembakaran dan penyedia nitrogen. Udara tekan juga dapat digunakan
untuk sistem kontrol pabrik dan sebagai bahan pada unit penyedia nitogen.

PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga menggunakan bahan-bahan


pendukung berupa bahan kimia, katalis, gas alam, dan resin dalam masing-masing
unit proses. Gas alam digunakan sebagai bahan baku di Hydrogen Plant diperoleh
dari lapangan Jatibarang, Jawa Barat. Hidrogen yang dihasilkan Hydrogen Plant
digunakan pada proses hydrotreating untuk menghilangkan pengotor- pengotor
pada minyak mentah dan produk.
P a g e | 20

1.1.9 Sistem Pembangkitan Listrik di PT. PERTAMINA (Persero)


RU-VI Balongan

PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki tegangan referensi


yang terbilang cukup besar yaitu sebesar 20 kV berbeda dengan tegangan
referensi yang biasa dipakai di industri-industri lainnya yang di suplai dari PLN.
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga mempunyai pandangan
ke depan untuk segala aspek keselamatan, jadi semua instalasi listrik dan
pemasangannya sudah mengikuti prosedur-prosedur yang ada sesuai dengan
PUIL 2000 dan IEC.

Seperti yang kita ketahui bahwa di PT. Pertamina (Persero) RU VI


Balongan ini menggunakan fuel oil dan fuel gas yang kemudian dibakar di dalam
boiler dengan bahan baku berupa air yang dipanaskan. Sistem pembangkitan yang
ada di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan ini menggunakan sistem rankine
yaitu proses terjadinya penguapan secara berulang-ulang (sistem rankine). Berikut
adalah proses pembangkitan tenaga listriknya:

1. Pada awalnya air di ambil dari Waduk Salam Darma dengan jarak 70 KM
dari Balongan menggunakan pipa penstock. Didalam proses penyaluran
terjadi proses treatment sehingga air yang di dapat menjadi bersih
2. Setelah itu air di tampung didalam tangki air dan di pompa menuju Balongan
dengan menggunakan Water pump (pompa air)
3. Penampungan air di simpan dan di tampung dalam 2 tangki 54-T-101 A/B
3
masing- masing berkapasitas 66.000 m dan dari tangki tersebut air di bagi

sesuai kebutuhan. 30% air memasuki demineralisasi plant dan 60% air
dipakai untuk sistem cooling water dan sisanya untuk service water, drinking
water dan fire water.
4. Kemudian untuk pembangkitan awalnya menggunakan air yang memasuki
demineralisasi plant. Demin ini berfungsi untuk menghilangkan ketidak
murnian air (suspended solid, ion kation, chlorine, CO2, dan zat organik
lainnya) yang terdapat dalam air, sehingga air yang dihasilkan mempunyai
kemurnian yang tinggi sesuai dengan spesifikasi feed boiler.
P a g e | 21

5. Air demin ini di pompa dan memasuki deareator yang berfungsi untuk
menghilangkan kembali kandungan oksigen dan selama memasuki deareator
air ini dipanaskan dengan low preassure steam (LPS) atau uap bertekanan
o
rendah, jadi pada saat memasuki boiler air sudah memiliki suhu 50 C.

6. Air dari deareator tadi dipompakan menuju boiler, dari boiler ini air
o
tersebut dipanaskan kembali hingga menembus titik didihnya yaitu 100 C.

Air di boiler ini dipanaskan hingga membentuk uap bertekanan tinggi (HPS)
3 o o
yaitu dengan tekanan 43 kg/cm dan bersuhu 370 C – 380 C. Jadi hasil dari

boiler ini berupa uap kering bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi (steam
superheated).
7. Dari boiler steam superheated ini masuk ke header dan diarahkan menuju
turbin.
8. Steam superheated tersebut akan memutar turbin dengan putaran 4792 rpm
yang terkopel dengan reduction gear di turunkan putarannya menjadi 1500
rpm pada poros generator.
9. Pada generator kemudian timbul medan magnet yang di eksitasi dari eksiter
untuk diinjeksikan pada medan putar stator dan kemudian timbulah gaya
gerak listrik (GGL) pada generator dengan memotong garis medan magnet
pada stator.
10. Tegangan yang dihasilkan dari generator sebesar 10 kV kemudian di naikkan
dengan transformator step up menjadi 20 kV dan dimasukkan ke main feeder
20 kV yang terletak di main substation (SS01). Dari SS01 tegangan listrik di
turunkan dengan transformator step down dari 20 kV ke 3kV dan untuk
motor-motor 400 V didapat dari feeder 3 kV yang diturunkan dengan
transformator step down dengan rasio 3 kV/400 V.
11. Setelah memutar turbin, tenaga steam akan berkurang menjadi MPS (Middle
Preassure Steam) dan LPS (Low Preassure Steam). Untuk MP tekanannya
3
19,5 kg/cm dan dimanfaatkan untuk memutar pompa-pompa turbin dan
P a g e | 22

3
untuk LP tekanannya 3,5 kg/cm di kondensasikan melalui condensor

sehingga menjadi condensate dan digunakan kembali untuk umpan air boiler.

1.1.10 Sistem Distribusi Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI


Balongan

Sistem penyaluran tenaga listrik yang digunakan di PT. Pertamina


(Persero) RU VI Balongan untuk mendapatkan kontinuitas dan kehandalan yang
tinggi dalam penyaluran tenaga listriknya menggunakan Double Feeder
Secondary Selective karena:

- Output dari generator dengan tegangan 10 kV dinaikkan menggunakan


step up transformator menjadi 20 kV.

- Dari masing-masing output step up transformator selanjutnya masuk ke


substation (SS) induk untuk dikumpulkan pada 2 switchgear A dan B yang
terhubung paralel.

- Dari busbar A dan B selanjutnya disalurkan ke seluruh substation (SS)


yang ada di iap-tiap area menggunakan double feeder (A dan B)

- Tegangan 20 kV diturunkan menjadi menjadi 3,15 kV dan dari 3,15 kV


diturunkan kembali menjadi 400 V. Antara switchgear A dan B baik
tegangan 3,15 kV maupun 400 V dilengkapi dengan ATS Transfer yang
memungkinkan bekerja paralel.

- Tegangan 3,15 kV digunakan untuk mensuplai beban seperti motor-motor


tegangan tinggi sebagai penggerak pompa, kompresor berkapasitas besar.
Tegangan 420 V digunakan untuk mensuplai motor-motor tegangan rendah
sebagai penggerak pompa, kompresor, blower, finfan, heater. Tegangan 400 V
juga diperlukan untuk mensuplai UPS (Uninteruptible Power Supply) dan DCS
sebagai control peralatan instrumentasi Sedangkan tegangan 230 V dipergunakan
untuk penerangan area kilang, bengkel, perkantoran, perumahan dan keperluan
lain
P a g e | 23

1.1.11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

PT. PERTAMINA (PERSERO) telah mengambil suatu kebijakan untuk


selalu memprioritaskan aspek KK dan LL dalam semua kegiatan untuk
mendukung pembangunan nasional. Manajemen PT. PERTAMINA (PERSERO)
RU VI Balongan sangat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam program
pencegahan kerugian baik terhadap karyawan, harta benda perusahaan,
terganggunya kegiatan operasi serta keamanan masyarakat sekitarnya yang
diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Pelaksanaan tugas bidang LKKK ini
berlandaskan :

- UU No 1/1970

Mengenai keselamatan kerja karyawan di bawah koordinasi Depnaker.

- UU No 2/1951

Mengenai ganti rugi akibat kecelakaan kerja di bawah koordinasi


Depnaker.

- PP No 11/1979

Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan


kerja di bawah koordinasi Dirjen Minas.

- UU No 4/1982

Mengenai ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup dibawah


koordinasi Depnaker.

- KLH PP No 29/1986

Mengenai ketentuan AMDAL di bawah koordinasi KLH.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KK dan LL RU IV untuk mendukung


progam diatas terdiri atas 5 kegiatan:

a. Keselamatan kerja d. Lindungan lingkungan


b. Pelatihan e. Rekayasa
c. Penanggulangan kebakaran
P a g e | 24

Kegiatan tersebut dijalankan oleh seksi-seksi:


1. Seksi keselamatan kerja mempunyai tugas,antara lain:
- Mengawasi keselamatan jalannya operasi kilang.
- Bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan kerja.
- Bertindak sebagai instruktur safety
- Membuat rencana pencegahan
2. Seksi lindungan lingkungan mempunyai tugas, antara lain:
- Memprogram rencana kelola lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan.
- Mengusulkan tempat-tempat pembuangan limbah dan house
keeping.

3. Seksi penanggulangan kebakaran, administrasi, dan latihan.


mempunyai tugas antrara lain:

- Membuat prosedur emergency agar penanggulangan berjalan


dengan baik.
- Mengelola regu kebakaran agar selalu siap bila suatu waktu
diperlukan.
- Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-alat firing.
- Membuat rencana kerja pencegahan kebakaran.

- Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi karyawan dan


kontaraktor agar lebih menyadari keselamatan kerja.

- Membuat dan menyebarkan buletin KK dan LL pada karyawan


agar wawasan karyawan tentang KK dan LL meningkat.

- Meninjau gamabar-gambar dan dokumen proyek.


- Melakukan evaluasi-evaluasi yang berhubungan langsung dengan
LKKK.
Adanya seksi-seksi tersebut diatas bertujuan untuk mencegah kecelakaan,
kebakaran, maupun pencemaran lingkungan dari segi engineering.
P a g e | 25

Lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja (LKKK) membuat program


dengan pedoman A-850/E-6900/99-30:

1. Bendera kecelakaan

 Warna kuning (satu minggu dikibarkan), untuk kecelakaan ringan


yaitu tidak menimbulkan hari hilang (first aid accident).
 Abu-abu muda (dua minggu dikibarkan), untuk kecelakaan kerja
yaitu kehilangan hari kerja (lost time).
 Hitam dengan strip putih (satu bulan dikibarkan), untuk kecelakaan
fatal yaitu menyebabkan kematian.

2. Bendera kebakaran

 Merah (satu minggu dikibarkan), untuk kebakaran yaitu kerugian


di bawah U$ 10000.
 Merah strip hitam (satu bulan dikibarkan), untuk kebakaran yaitu
kerugian melebihi U$ 10000.

3. Bendera pencemaran

 Biru (satu minggu dikibarkan), untuk pencemaran dimana tidak


terjadi klain dari penduduk.
 Hitam (satu bulan dikibarkan), untuk pencemaran dimana terjadi
klain dari penduduk
4. Papan informasi kejadian
Papan ini berisi lokasi, tanggal, tingkat keparahan kejadian yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran.
Tempat pemasangannya di fire station, lokasi kejadian, dan lemari on call.
P a g e | 26

1.2 Latar Belakang Masalah

Sistem tenaga listrik merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan.
Tanpa system ini, suatu perusahaan tidakdapat menjalankan operasinya. Semua
instrument dan peralatan elektronik serta mesin listrik yang tidak dapat bekerja
atau gagal beroperasi bias mengakibatkan kerugian besar. Hal ini juga berlaku di
PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Tidak beroperasinya RU VI Balongan
yang merupakan pemasok utama BBM dan produk olahan minyak lain untuk
provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat akan menyebabkan kerugian tidak hanya
bagi PT.Pertamina, tetapi juga bagi kedua wilayah yang menjadi pusat politik dan
ekonomi di Indonesia tersebut. Untuk itu, system tenaga listrik RU VI Balongan
menjadi hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian lebih demi
kelancaran operasi.

Sistem jaringan listrik Pertamina RU VI Balongan menggunakan system


radial pada kilang. Sistem transmisi dimulai dari generator dengan keluaran 10
kV, kemudian diteruskan dengan menaikan tagangan menjadi 20 kV
menggunakan transformator ste up. Lalu tagangan 20 kV tadi disalurkan ke 20 kV
main double busbar di dalam Main Station, dari sini tegangan didistribusikan ke
semua Sub Station. Pada setia Sub Station , tegangan kerja diturunkan dari 20 kV
ke 3,15 kV oleh transformator step down. Didalam Sub Station, tegangan kembali
diturunkan dari 3,15 kV menjadi 420 kV. Selanjutnya melaui trafo distribusi
energy listrik di sub station, dilanjutk pendistribusian ke beban. Sistem transmisi
dan distribusi harus diatur dan direncanakan dengan baik agar diperoleh tingkat
efisiensi yang tinggi baik dalam penggunaan daya maupun material. Selain itu
dengan perencanaan yang baik maka akan mempermudah pemeliharaannya.

Transformator adalah salah satu alat yang sangat vital dalam suatu
rangkaian atau jaringan listrik. Seperti pada bagian pembangkit, jaringan
transmisi dan distribusi, begitupun di Pertamina RU VI balongan , kegagalan
kerja pada transformator dapat menyebabkan kerugian yang besar karena
beberapa unit motor- motor tegangan tinggi sebagai penggerak pompa,
P a g e | 27

kompresor berkapasitas besar akan berhenti bekerja hal ini juga berarti
berhentinya proses produksi di unit tersebut.

Melakukan pemeriksaan (monitoring) dan pemeliharaan pada tranformator


bertujuan untuk menjamin keberlangsungan penyaluran tenaga listrik dan
menjamin keandalannya, dengan demikian dapat memperkecil kemungkinan
kerusakan pada motor. Dalam pemeriksaan dan pemeliharaan transformator ini
diperlukan tindakan yang berkala dan teratur sehingga dapat mengoptimalkan
kerja pada transformator.

1.3 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :

Memenuhi syarat luluspada mata kuliah Kerja Praktik dan seminar di


semester V Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
Mempelajari system tenaga listrik di refinery Unit VI Balongan mulai dari
pembangkitan hingga distribusi
Mempelajari pemeriksaan dan pemeliharaan pada transformator distribusi
20/3,15 kV

1.4 Batasan Masalah

o Mempelajari sitem tenaga listrik di Refinery Unit VI Balongan mulai dari


pembangkit hingga distribusi
o Mempelajari pemeriksaan dan pemeliharaam pada trnsformator distribusi
20/3..15 kV
P a g e | 28

1.5 Waktu dan Tempat Prlaksanaan

Kerja Praktek dilaksanakan selama satu bulan, dari tanggal 03-07-2017

Hingga 03-08-2017, bertempat di PT.Pertamina (Persero) Redinery Unit


VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat di bagian Maintenance Area III Electrical
And Indstrument Section.

1.6 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja

Kera Praktek dilaksanakan dalam bentuk-bentuk :

o Diskusi

Diskusi dilakukan dengan pembimbing kerja praktek dan pegawai yang


bekerja di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Pembimbig memberikan
penjelasan mengenai cara kerja berbagai peralatan di tempat kerjapraktek.

o Orientasi Lapangan

Melakukan pengamatan langsung mengenai system kelistrikan di PT.


Pertamin (Persero) RU VI Balongan. Selain itu penulis juga melakukan beberapa
pengecekan beberapa perangkat listrik.

o Studi Literatur

Penarian dasar teori melalui textbook. Studi Literatur dilakukan untuk


mendukung pemahaman penulis mengenai bahan yang diabahas.

1.7 Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktek ini memberi gambaran umum mengenai


PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilanjutkan dengan system kelistrkan di
RU VI Balongan dengan berfokud pada pemeriksaan dan pemeliharaan pada
transformator distribusi 20/3,15 kV. Sitemaikanya sebagai berikut:
P a g e | 29

1. Bab I Pendahuluan
Bagian ini berisi mengenai tinjauan umum perusahaan seperti
sejarah singkat Perusahaan, Struktur . latar belakang, tujuan, dan
manfaat dari penulis melakukan praktik kerja lapangan ini. Selain
itu informasi mengenai lokasi dan waktu pelaksanaan, Adapun
metode penulisan juga dibahas pada bagian ini.
2. Bab II Dasar Teori Transformator
Dalam bab ini berisikan teori dasar transformator, klasifikasi
transformator, rugi-rugi dan efisiensi transformator.
3. Bab III Pemeriksaan dan Pemeliharaan Transformator Distribusi 17-
PTR1-01B
Berisi penjelasan terkait pemeriksaan secara elektrikal dan fisik
serta pemeliharaan rutin pada transformator
4. Bab VI Penutup
a. Berisi Kesimpulan dan Saran
P a g e | 30

BAB II

DASAR TEORI TRANSFORMATOR


2.1 Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus


bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet
dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.

Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik


maupun elektronika. Pengguna transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan sesuai dan ekonomis untuk berbagai keperluan misalnya
untuk kebutuhan akan tegangan tinggi dalam menyalurkan daya listrik jarak jauh.

Transformator terdiri dari 3 komponen utama yaitu :

a. Kumparan Primer

b. Kumparan Sekunder

c. Inti Transformator

Ada 3 Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi induksi elektromagnetik
yaitu :

a) Power AC Pada kumparan primer yang membangkitkan medan


magnet
b) Kumparan sekunder bertindak sebagai konduktor yang menerima
tegangan induksi
c) Perubahan kekuatan medan magnet yang akan menimbulkan gerakan
relatif dari magnet didalam inti.

Bila 3 syarat tersebut terpenuhi, maka tegangan pada kumparan primer


akan diinduksikan ke kumparan sekunder.
P a g e | 31

2.1.1 Pengertian Transformator

Transformator atau lebih dikenal dengan nama “Transformer” atau “trafo”


sejatinya adalah suatu peralatan Listrik yang mengubah daya listrik AC pada satu
level tegangan yang satu ke level tegangan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik tanpa merubah frekuensinya. Transformator biasa digunakan
untuk mentransformasikan tegangan (menaikkan atau menurunkan tegangan AC).
Selain itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling tegangan, sampling
arus, dan juga mentransformasikan impedansi.

Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang membungkus inti
besi feromagnetik. Kumparan yang satu dihubungkan dengan sumber listrik AC
(kumparan Primer) dan kumparan yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan
Sekunder), bila terdapat lebih dari dua kumparan maka kumparan tersebut akan
disebut sebagai kumparan tersier, kuarter, dst.

Gambar 2. 1 Transformator
P a g e | 32

Transformator bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Ketika


kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegang bolak-balik, perubahan arus
listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan
magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi. Inti besi berfungsi
mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus

listrik yang melalui kumparan sehingga, fluks magnet yang ditimbulkan


akan mengalir ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan
sekunder akan timbul GGL induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal balik
(Mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban)
maka akan mengalir arus pada kumparan sekunder. Jika effesiensi sempurna
(100%), semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

2.1.2 Kontruksi Transformator

Gambar 2. 2Kontruksi Transformator 17-PTR1-01B


P a g e | 33

a) Inti Besi

Inti besi suatu transformator berfungsi sebagai rangkaian magnet yang


dibangkitkan oleh kumparan primer yang diberi tegangan bolak balik dimana
garis gayanya berubah-ubah terhadap waktu. Inti besi dibuat berlapis-lapis yang
terdiri dari plat tipis, gunanya untuk memperkecil kerugian daya yang disebabkan
oleh arus yang dinamakan arus pusar ( Eddy Current ) yaitu arus yang timbul
karena induksi di dalam inti besi oleh medan bolak-balik.

Gambar 2. 3 Inti Besi Transformator

b) Kumparan Transformator

Kumparan transformator digunakan sebagai lilitan pada transformator baik


untuk lilitan primer maupun pada lilitan sekunder. Untuk transformator penaik
tegangan ( step up ) jumlah lilitan pada sekundernya lebih banyak dari pada
jumlah lilitan primernya. Sedangkan pada transformator penurun tegangan ( step
down ) jumlah lilitan primernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan
sekundernya.

Lilitan primer adalah bagian yang dihubungkan dengan sumber tegangan,


sedangkan lilitan sekundernya adalah lilitan yang dihubungkan pada rangkaian
beban ( load ).
P a g e | 34

Gambar 2. 4 Kumparan Transformator

c) Isolasi

Didalam transformator penggunaan isolasi supaya tidak terjadi hubung


singkat antara lilitan dengan lilitan, atau lilitan dengan kerangka transformator.
Maka semua kawat harus diberi isolasi dan biasanya isolasi terdiri dari bahan
email, prespan, dan pertinak atau pita katun, lak dan vernis.Untuk transformator
tegangan tinggi kumparannya dicelupkan atau dimasukkan kedalam minyak atau
zat cair yang bersifat isolasi.

d) Pendingin
Biasanya dalam pengoperasian transformator akan panas yang disebabkan
oleh beban lebih, rugi-rugi tembaga, maka sebaiknya transformator dilengkapi
dengan sistem pendingin. Media pendingin digunakan minyak transformator,
biasanya untuk daya besar dan teganngan tinggi. Fungsi dari minyak
transformator tersebut selain untuk pendingin juga merupakan isolasi antar
winding/body, biasanya rangka atau rumah transformator dibuat bersirip-sirip
untuk memperluas permukaan sehingga daerah pendingin dalam hal ini akan lebih
luas.
P a g e | 35

e) Minyak Transformator

Pada transformator tenaga, minyak berfungsi sebagai media pendingin dan


isolasi sehinga hamper semua transformator yang berkapasitas besar, kumparan
beserta inti besi dicelupkan kedalam minyak transformator. Minyak transformator
terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan, bukan dari minyak bumi, warnanya sedikit
kekuningan, mempunyai titik beku yan cukup rendah mencapai -8°C dan
kekuatan dielektrik yang sensitf terhadap kelembaban air.

Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu :

a. Kekuatan isolasi tinggi sekitar >30KV/2.5mm sebelum purifying


dan >50KV/2.5m setelah purifying (Standart SPLN-1: 1982, IEC158/296).

b. Penyalur panas yang baik, berat jenis dan viskostas yang kecil
sehingga cepat mendinginkan peralatan.

c. Mempunyai kestabilan terhadap pengaruh kimia (asam,basa).

f) Bushing

Bushing adalah tempat penyambungan/terminal hubungan antara


kumparan transformator baik untuk penghantar yang keluar dari golongan
sekunder, melalui sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator dimana
isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki/body
transformator, sehingga tidak akan terjadi adanya kontak listrik yang tidak
dikehendaki.

Gambar 2. 5 Bushing
P a g e | 36

g) Hermetically sealed

trafo yg tanpa konservator, biasa disebut hermetically sealed, memakai


inert gas (contohnya nitrogen) sebagai medium pemuaian/ pengerutan minyak.
Trafo ini tdk dipasang buccholz. Sebagai mekanikal protection, biasanya dipasang
sudden pressure relay (SPR), yg kontaknya dipakai untuk trip breaker. Untuk
instrumentasinya, disamping oil level & temperature, biasa juga dipasang pressure
gauge (untuk indikasi negative pressure/ vacuum & positive pressure)

2.1.3 Prinsip kerja Transformator

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan induksi elektromagnetik


yang menghendaki adanya gandengan magnet apabila arus listrik bolak-balik
mengalir melalui penghantar kumparan primer dan sekunder yang mengelilingi
inti besi maka akan berubah menjadi magnet, dimana gandengan magnet ini
berupa inti besi tempat melakukan fluksi bersama, maka pada kedua ujung belitan
tersebut akan terjadi beda potensial.

Untuk memahami prinsip kerja tersebut dapat dilihat pada gambar 10


berikut ini.

Gambar 2. 6 Prinsip Kerja Trafo

Sisi belitan H1 H2 adalah sisi tegangan tinggi dan sisi belitan X 1 X2


adalah sisi tegangan rendah.Bila salah satu sisi, baik sisi tegangan tinggi (HV)
atau sisi tegangan rendah (LV) dihubungkan dengan dengan tegangan bolak –
P a g e | 37

balik maka sisi tersebut disebut sisi primer, sedangkan sisi lainnya yang
dihubungkan dengan beban disebut sisi sekunder. Sisi belitan H1 H2 dihubungkan

dengan tegangan sebesar V1=VP, maka fluks bolak-balik akan dibangkitkan


sebesar m maka fluks tersebut akan melingkar dan menghubungkan belitan
kawat primer dengan belitan sekunder serta menghasilkan tegangan induksi
(EMF=GGL) baik pada belitan sekunder maupun belitan primer yang akan
mengikuti persamaan berikut :

E1=Ep:4,44.f.Np.m(Volt)

E2=Es:4,44.f.Ns.m(Volt)

Dan Persamaan :

Apabila transformer dianggap ideal, sehingga tidak terdapat kerugian


daya, jika seluruh mutual flux yang di hasilkan salah satu kumparan akan diterima
seutuhnya oleh kumparan yang lainnya tanpa adanya leakage flux maupun loss
lain misalnya berubah menjadi panas.

Atas dasar inilah didapatkan pula persamaan :

P1 = P2

V1.I1 = V2.I2

N1.I1 = N2.I2

Dimana :
 E1=EP : EMF(GGL) tegangan induksi yang dibangkitkan pada
belitan primer (Volt)

P a g e | 38

 E2=Es : EMF(GGL) tegangan induksi yang dibangkitkan pada


belitan sekunder (Volt)

 N1=NP: Jumlah belitan pada sisi primer

 N2=Ns : Jumlah belitan pada sisi sekunder

 m: Besrnya fluks maksimum (Webber)

 F: Frekuensi (Hertz)

 V1=Vp : Tegangan sumber yang masuk di primer (Volt)

 V2=Vs : Tegangan sekunder ke beban (Volt)

2.2 Jenis-Jenis Transformator

Berdasarkan penggunaannya transformator dibedakan menjadi beberapa


yaitu :

1. Transformator Tenaga, Untuk transmisi dan distribusi


o 
Transformator penaik tegangan (Step-Up Transformer)

Pada umumnya disebut transformer daya yang digunakan untuk


menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi.Hal ini dikarenakan
jumlah gulungan primer (Np) lebih kecil dari Sekunder (Ns).
 
Transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator)

Biasa disebut transformator distribusi yang digunakan untuk menurunkan


tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi, pada jenis ini jumlah gulungan
primer(Np) lebih besar dari sekunder (Ns).

2. Auto transformator yaitu transformator yang belitan primer dan


sekunder menjadi satu, digunakan untuk slide regulator.
3. Transformator Instrumen, untuk pengukuran besaran listrik, yaitu
trasformator arus dan transformator tegangan.
P a g e | 39

Pada transformator terdiri dari dua kumparan berbeda pada inti besi
kumparan yang dikoneksikan dengan sumber tenaga listrik, disebut “Kumparan
Primer.” Kumparan satunya yang dikoneksikan beban disebut”Kumparan
Sekunder”.Jenis kumparanini dikenal sebagai kumparan double –wound.Sumber
suplai selalu disebut kumparan primer.Setiap transformator mempunyai satu
kumparan primer dan satu atau lebih transformator sekunder.

2.3 Sistem Pendingin Transformator

Selama beroperasi, transformator akan mengeluarkan panas yang timbul


dari inti besi dan lilitan tembaga. Agara tidak menimbulkan kerusakan maka
diperlukan pendingin

Berdasarkan pendinginnya, transformator dapat digolongkan dalam dua


jenis yaitu transformator yang tercelup dan minyak (oil imersed transformer) dan
transformator jenis kering ( dry type transformer). Cara pemberian nama tipe
pendingin transformator yang diberikan oleh IEC dan British Standard adalah
sebagai berikut :

a. ONAN (Oil Natural Air Natural), sirkulasi minyak dan sirkulasi


udara berlangsungsecara ilmiah

b. ONAF ( Oil Natural Air Forced), sirkulasi minyak berlangsung


secara alamiah tetapisirkulasi udara berlangsung secara paksaan.

c. OFAN (Oil Forced Air Air Natural), sirkulasi minyak


berlangsung secara paksaantetapi sirkulasi udara berlangsung
secara alamiah.

d. OFAF ( Oil Forced Air Forced), sirkulasi minyak dan sirkulasi


udara berlangsungsecara paksaan.

e. AFWF (Air Forced Water Forced), sirkulasi udara dan sirkulasi


air berlangsungpaksaan.
P a g e | 40

Sedangkan pemakaian istilah yang dipakai di Amerika adalah

1) Transformator tipe minyak

a. OA (Oil Imersed Self Cooled), Sirkulasi minyak dan sirkulasi


udaraberlangsung alamiah.

b. OA / FA (Oil imersed self Cooled/Forced Air Cooled),


merupakanpengembangan tipe OA yang dilengkapi dengan kipas
angin.

c. FOA (Oil imersed Forced Oil Cooled With Forced Air Cooler),
selaindilengakapi dengan kipas angin, tipe ini juga memakai pompa
minyak.

d. OW (Oil Imersed Water Cooled), Sirkulasi minyak dan sirkulasi


airberlangsung secara alamiah.

e. FOW (Oil Imersed Forced Oil With Forced Water Cooler), tipe
sama dengantipe FOA, dimana udara diganti dengan air.

f. OA / FOA, merupakan kombinasi beberapa tipe pendingin.

2) Transformator tipe kering

a. AA (Dry Type Self Cooled), Pendingin dengan udara secara alamiah

b. AFA (Dry Type Forced Air Cooled), Pendingin dengan udara secara
paksaan.

c. AA / AFA, merupakan kombinasi antara tipe AA dan AFA.

2.4 Teori Dasar Pengaman

Penaman adalah suatu alat perlengkapan listrik yang dibuat untuk


mengamankan sistem dari gangguan atau kerusakan yang terjadi pada suatu
peralatan listrik. Dan apabila terjadi hal tersebut rele akan bekerja memerintahkan
circuit breaker (CB) untuk memutus atau melepas beban. Dan demikian gangguan
P a g e | 41

yang terjadi akan terisolir, terhindari dan mencegah gangguan tersebut merambat
ke peralatan lainnyan yang ada pada sistem.

Gambar 2. 7 Prinsip Kerja Pengaman

Prinsip Kerja :

Pada saat tejadi gangguan arus lebih (Over Current) maka pada relekontak
dari rele arus lebih akan menutup (Close). Sehingga coil mendapat supply
tegangan dari battery, Kemudian memberi perintah untuk membuka (open) circuit
breaker, sehingga bagian yang diproteksi akan lepas beban.

2.4.1 Syarat Pengaman Transformator

Pengaman transformator digunakan untuk melindungi transformator


dari kerusakan ketika terjadi gangguan-gangguan transformator.Pengaman
ini harus memenuhi syarat-syarat utama berikut.

a. Sensitifitas, yaitu mendeteksi gangguan sekecil mungkin.


b. Selektifitas, yaitu mendeteksi dan hanya mengisolir daerah yang
terjadi gangguan saja.
c. Kehandalan, yaitu bekerja dengan kehandalan yang bagus.
d. Cepat, yaitu bekerja secepat mungkin ketika terjadi gangguan dan
mengurangi kerusakan.
P a g e | 42

2.5 Jenis Pengaman Pada Transformator

a. Diferensial Relay

Diferensial rele ini berfungsi untuk mendeteksi bila terjadi


perbedaan arus antara kumparan primer dan kumparan sekunder didalam trafo.
Rele ini dihubungkan dengan lock out rele untuk memutus CB ( circuit breaker).

b. Over current Relay

rele ini berfungsi untuk mendeteksi keadaan tidak normal karena


adanya arus lebih. Arus lebih tersebut timbul antara lain karena pembebanan yang
berlebihan dan karena hubung singkat didalam transformator tersebut.

c. Ground Fault Rele

adalah rele yang berfungsi untuk melindungi suatu peralatan atau


sistem yang diproteksinya bila terjadi gangguan hubung singkat ke bumi atau
hubung singkat satu phasa ke tanah pada peralatan atau sistem itu sendiri.

2.6 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)

Merupakan suatu piranti saklar mekanik yang secara otomatis akan


membuka atau memutus rangkaian listrik apabila terjadi keadaan abnormal dalam
sistem. Dalam keadaan gangguan (abnormal) pemutus tenaga harus mampu
memutuskan gangguan secara otomatis, dengan demikian maka fungsi circuit
breaker adalah:


Mengisolir peralatan yang 
terganggu agar bagian yang tidak

terganggu tetap beroperasi secara normal.


 adanya arus lebih yang menyebabkan
Membatasi kerusakan akibat
naiknya suhu peralatan (overheating).

P a g e | 43

2.6.1 Jenis-jenis Circuit breaker

Jenis pemutus tenaga pada umumnya dibedakan dari cara dan bahan yang
dipakai untuk memadamkan bunga api yang terjadi diantara kontak CB :
 
Oil Circuit Breaker

Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan minyak sebagai media


pemadam bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.
 
Air Circuit Breaker
Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan udara sebagai media
pemadaman bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.

 
SF6 Circuit Breaker

Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan gas sebagai media


pemadaman bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.
 
 Vacuum Circuit Breaker

Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan ruang hampa atau vacuum
udara sebagai media pemadam bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.

2.7 Fuse (Sekering)

Merupakan pengaman yang paling banyak di kenal orang.Bekerja sebagai


penghantar ideal dalam keadaan normal, menyalurkan listrik dengan baik. Bila
arus mengalir melebihi batas ukurannya (terjadi gangguan hubung singkat)
sekering akan lebur, aliran listrik menuju sumber gangguan akan terputus.
Terputusnya aliran ini mengamankan jaringan/saluran dan peralatan itu sendiri
dari kerusakan yang lebih parah.
P a g e | 44

Dalam kerjanya sekering melakukan h;al-hal sebagai berikut :

a. Merasakan adanya Kelainan/gangguan

b. Memutuskan aliran dengan cepat (instantaneous)

c. Dapat merasakan keadaan over current dan bila melampaui


settingnya atau waktu yang cukup lama akan putus.

2.8 Macam-macam gangguan pada transformator

1. Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal dapat


disebabkan oleh :

 Cara penyambungan Konduktor yang tidak baik



 Kontak-kontak listrik yang tidak baik

 Kerusakan isolasi antara inti baut

2. Gangguan pada sistem pendingin sebagaimana diketahui,
banyak transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai
isolasi yang sekaligus bahan pendingin, suatu kenyataan adalah bahwa
terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam transformator, maka
dalam minyak itu akan berbentuk sejumlah gas.

3. Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel


4. Gangguan hubungan singkat, pada umumnya gangguan ini
dapat dideteksi karena akan selalu timbul arus maupun tegangan yang
tidak normal/tidak seimbang. Jenis gangguan ini antara lain, hubung
singkat antara belitan, yaitu :

 Hubung singkat antara kumparan dan tanah.



 Hubung singkat dua fasa.

 Kerusakan pada isolator transformtor.


P a g e | 45

5. Hubung singkat luar

Hubung singkat jenis ini terjadi diluar transformator daya,


misalnya: hubung singkat di bus, hubung singkat feeder dan gangguan
hubung singkat disistem yang merupakan sumber bagi transformator daya
tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat
besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.

6. Beban Luar (overload)

Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada


beban nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih dari 100%,
transformator daya akan mendapat pemanasan lebih, kondisi inin
memungkinkan tidak segera menimbulkan kerusakan pada transformator
daya, tetapi apabila berlangsung secar terus menerus akan mengakibatkan
umur isolasi bertambah pendek.

2.9 Pemeliharaan Peralatan Listrik Tegangan Tinggi

2.9.1 Pengertian Dan Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan


atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa
peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebakan kerusakan.

Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk


nmenjamin kontinyunitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan
antara lain :

a. Untuk meningkatkan reliability, availability, dan effiency.

b. Untuk memperpanjan umur peralatan

c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan

d. Meningkatkan Safety peralatan


P a g e | 46

e. Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan


tinggi adalah pada sistem isolasi. Isolasi disini meliputi isolasi keras( padat) dan
isolasi minyak(cair). Suatu peralatan akan sangat mahal bila isolasinya sangat
bagus, dari demikian isolasi merupakan bagian yang terpenting dan sangat
menentukan umur dari peralatan. Untuk itu kita harus memperhatikan/memelihara
sistem isolasi sebaik mungkin, baik terhadap isolasinya maupun penyebab
kerusakan isolasi.

Dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi kita membedakan


antara pemeriksaan/monitoring(melihat, mencatat, meraba serta mendengarkan)
dalam keadaan operasi dan memelihara (kalibrasi/pengujian, koreksi/resetting
serta memperbaiki/membersihkan) dalam keadaan padam.

Pemeriksaan atau monitoring dapat dilaksanakan oleh operator atau


petugas patroli setiap hari sistem check list atau catatan saja Sedangkan
pemeliharaan harus dilaksanakan oleh regu pemeliharaan.

2.9.2 Paduan Pemeliharaan Transformator

Jenis-jenis pemeliharaan peralaran listrik adalah sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance)


Preventive Maintenance dalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
berkala secara rutin, atau berdasarkan waktu (time base) atau jam beroperasi
(running hours)yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kinerja peralatan yang optimum
sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini berpedoman kepada : Instruction dari pabrik,
standar-standar yang ada (IEC, CIGRE, dan lainnya) dan pengalaman langsung di
lapangan.

2. Predective Maintenance (Condition Base Maintenance)


Predictive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
berdasarkan kondisi peralatan tersebut dengan cara memprediksi kondisi suatu
peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut
menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala
P a g e | 47

kerusakan secara dini,. Cara yang dipakai adalah memonitor kondisi setiap waktu
secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini
diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.

3. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
dengan berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami
kelainan atau unjuk kerja rendah pada saatmenjalankan fungsinya dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan
instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga curative maintenance, yang bisa berupa
trouble shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi
yang dilaksanakan dengan terencana.

4. Proactive Maintenance

Proactive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk


memaksimalkan umur peralatan, proactive maintenance dapat dilakukan pada
waktu perancangan, pembelian, penyimpanan, pengoperasian dan pemeliharaan

5. Breakdown Maintenance

Berakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan


pada saat perlatan sudah mengalami gangguan atau kerusakan dan tidak dapat lagi
dioperasikan, kegiatannya seperti memperbaiki, mengganti komponen,
menganalisa penyebab gangguan
P a g e | 48

BAB III

PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI 17- PTR1-01B
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik di kilang PERTAMINA RU-VI
Balongan

Untuk mendapatkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang tinggi srta


handal, maka sistem penyaluran tenaga listrik menggunakan double feeder
secondary selective dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Output generator dengan tegangan kerja 10KV dinaikkan


menggunakan transformator step up menjadi 20KV.

2. Dari masing-masing output transformator step up selanjutnya masuk


ke sub station (SS) dan di tampung pada unit 2 switchgear 20KV
(switchgear A dan B Paralel)

3. Dari switchgear A dan B di SS1, disalurkan ke masing-masing sub


station yang berada di unuit-unit kilang menggunakan double feeder
(A dan B).

4. Di masing-masing sub station, melalui transformator step down,


tegangan 20KV diturunkan menjadi tegangan kerja 3.15KV, dan dari
tegangan 3.15KV diturunkan menjadi tegangan rendah 420 Volt. Antar
switchgear A dan B (tegangan 3.15 maupun 420) dilengkapi dengan
ATS transfer yang memungkinkan untuk bekerja paralel.

Tegangan kerja 3.15KV digunakan untuk men-supply power motor-motor


tegangan tinggi sebagai penggerak pompa, kompresor berkapasitas besar.
Tegangan 420 Volt untuk men-supply power motor-motor tegangan rendah
sebagai penggerak pompa kapasitas kecil, blower, finfan, heater. Tegamgan 420
Volt juga diperlukan untuk men-supply UPS(uninteraptible power supply), dan
DC sistem sebagai kontrol peralatan instrumen. Sedangkan tegangan 240 Volt
P a g e | 49

dipergunakan untuk penerangan area kilang, Workshop, perkantoran, perumahan,


dan keperluan lain.

3.2 Transformator 17-PTR1-01B

Keberadaan transformator 17-PTR1-01B dilokasi sub station No. 17 untuk


melayani beban listrik di unit NPU. Transformmator dioperasikan secara terus
menerus dengan beban 70-85%. Beban-beban listrik tersebut diantaranya :

 33-P-112BM Deisohexanizer Overhead Pump 500 kw


 33-P-101BM Carge Pump 483 kw
 32-A-101-KIM Refigerant Compressor for Recovery Plus 990
kw
 32-P-201BM Rich Oil Pump 169 kw
 31-P-106BM Naptha Splitter Overhead Pump 307 kw
 31-P-105BM Naptha Splitter Bottoms Pump 487 kw
 31-P-103BM Naptha Splitter Reboiler Pump 275 kw
 17-PTR2-03 3kV/420V Transformator for Regenant Superheater
 17-PTR2-01B 3kV/420V Transformator
 17-PSW2-01B VT Panel B
 17-PSW2-01B Incoming Bus

Total Arus = 427 A


P a g e | 50

Gambar 3. 1 Transformator 17-PTR1-01B

Spesifikasi Transformator 17-PTR1-01B

Phase :3
Frequency Hz : 50
KVA : 11000
\
Volt HV : 20000
\
LV : 3150
\
Ampere HV : 318
\
LV : 2016
Impedance % : 12
Insulation Class :A
Bill (KV) H : LI 125 AC 50 / LI 40 AC
P a g e | 51

V 10
N
Serial o. : 03131639
Standart : IEC 76
Type Of Cooling : ONAN
Vector Group : Dyn 11
0
Temp. Rise Oil/Winding C : 55 / 65
Transformer Oil Liter : 5700
Transformer Weight Kg : 23,500

Original Name Plate


Manufacture : Trafindo Prima Perkasa
Serial No. : 03131639
P a g e | 52

3.3 Peralatan pengaman Transformator 17-PTR1-01B

Salah satu peralatan penting dari sistem distribusi tenaga listrik adalah
sistem pengaman. Transformator umumnya dilengkapi CB (circuit Breaker) atau
DS (Disconnect Switch ) yang dipasang didekat transformator dengan fungsi
sebagai pemutus daya listrik ke/dari transformator atau untuk keperluan
pemeliharaan transformator itu sendiri, dimana bekerjanya CB (circuit breaker)
umumnya diputuskan/ditripkan oleh peralatan pengaman.

LTG Liquid Temperature Gauge Diferensial Relay

LLG Liquid Level Gauge Over Current Relay

PVG Pressure Vacum Gauge Ground Fault Relay

PRD Pressure Relief Device

RPRR Rapid Pressure Rise Relay

3.3.1 Differential Relay

Differential Relay adalah pengaman yang menggunakan dua buah trafo


arus sebagai sensor yang terpasang pada sisi masukkan dan keluaran
transformator. Jika terjadi ganguan, rele ini akan langsung mentripkan CB.

3.3.2 Over Current Relay

Rele ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian
membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh rele
melebihi nilai setting, maka rele akan mengirim perintah trip (lepas) kepada
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang
diterapkan pada setting.

3.3.3 Ground Fault Relay

Pada dasarnya rele gangguan tanah adalah rele arus lebih yang
dipergunakan untuk mengamankan gangguan ke tanah yaitu 1 (satu) fasa atau 2
(dua) fasa ke tanah. Rele gangguantanah (Ground Fault Relay) berfungsi untuk
memproteksi jaringan tenaga listrik terhadap gangguan antara fasa atau 3 fasa dan
hanya bekerja pada satu arah saja
P a g e | 53

3.4 Pengaman Internal Transformator

Disamping pengaman dipasang diluar transformator (pada feeder


transformator), pada internal transformator juga dilengkapi pengaman yang
berfungsi sebagai indikator maupun fungsi mentripkan Circuit Breaker
(sistem) bila terjadi gangguan dari dalam transformator. Pengaman seperti ini
umumnya digunakan untuk gangguan awal didalam transformator yang tidak
dapat dideteksi oleh rele differential dan rele lainnya.

3.4.1 Liquid Temperatur Gauge

Liquid Temperatur gauge terpasang pada transformator untuk


mengukur/mendeteksi terjadinya panas berlebih pada minyak, tanki, terminal pada
tanki, kegagalan sistem pendingin, dan lain-lain, yang berhubungan dengan sistem
pendingin transformator.Alat ukur ini dilengkapi dengan jarum penunjuk warna
merah sebagai setting suhu tertinggi minyak yang diijinkan dan jarum warna
hitam untuk penunjukan suhu actual. Selama operasional normal, suhu yang
terukur merupakan penjumlahan antara suhu lingkungan (ambient) dengan
°
peningkatan suhu ( temperature rise). Jadi bila suhu lingkungan 30 C dan
° °
kenaikkan suhu 55 C, maka dibaca suhu 85 C. Suhu yang terbaca guna
°
mengerjakan sistem alarm yaitu 90 C, sedangkan suhu yang terbaca guna tripping

tidak tersambung dengan sistem

Gambar 3. 2 Liquid Temperatur Gauge


P a g e | 54

3.4.2 Liquid Level Gauge

Liquid level gauge atau oil level gauge adalah indicator yang terpasang
pada transformator berfungsi sebagai alat ukur indicator ketinggian/banyaknya oil
yang ada didalam tanki transformator. Level oil hendaknya tetap terjaga pada
kondisi level yang telah ditentukan agar supaya kumparan transformator,
terminasi pada isolator tetap terendam minyak (oil). Minyak didalam
transformator berfungsi sebagai media isolasi dan pendingin, jika terjadi
kebocoran minyak dan untuk sampilng minyak, maka minyak pada transformator
berkurang/ketinggian minyak menurun.

Pada indicator level oil ditandai dengan maxsimum/minimum dan warna


merah/putih guna mengetahui kondisi minyak didalam tanki transformator, bila
warna merah semakin melebar berarti minyak semakin berkurang, peralatan ini
juga dilengkapi kontak yang berhubung dengan sistem alarm, sehingga apabila
terjadi minyak berkurang hingga batas minimum, maka akan memberikan tanda
alarm pada panel.

Gambar 3. 3 Liquid Level Gauge


P a g e | 55

3.4.3 Pressure Vacuum Gauge

Pengaman ini menggunakan gas bertekanan positif (umumnya Nitrogen)


yang mencegah udara memasukan tanki transformator meskipun terjadi perubahan
temperatur lingkungan. Pembacaan tekanan gas didalam tanki transformator
diperoleh dari pressure gauge. Pengetesan kebocoran inner gas dilakukan dengan
menahan tekanan 3-4 psi selama 1-2 jam.

Pada kondisi normal, tekanan nitrogen harus diatas nol, jika penunjukan
tekanan 0 (nol) dalam jangka waktu lama, maka akan mengakibatkan kontaminasi
dengan kondisi lingkungan yang menyebabkan menurunnya atau rendahnya
dielectric strength oil transformator.

Gambar 3. 4 Pressure Vacuum Gauge


P a g e | 56

3.4.4 Pressure Relief Device (PRD)

Pressure relief device model number 208-60U (operating pressure 8 PSI)


merupakan peralan yang berfungsi untuk menghilangkan kelebihan tekanan gas
atau udara didalam transformator dengan munculnya tuas ditengah peralatan
sebagai jalan venting dan tanda terjadi tekanan lebih (lebih dari 8 psi). Bila
tekanan telah kembali normal, maka tuas ini harus dimasukkan kembali secara
manual. Hal ini sering terjadi pada saat mengisi gas nitrogen melebihi standard
tekanan maksimum dari pressure relief device.

Peralatan ini juga dilengkapi dengan kontak yang dihubungkan dengan


circuit breaker, apabila terjadi gangguan pada transformator sehingga pressure
relief device bekerja, maka kontak akan bekerja memerintahkan triping coil pada
circuit breaker untuk membuka.

Gambar 3. 5 Pressure Relief Device

3.4.5 Rapid Pressure Rise Relay

Rapid Pressure Rise Relay banyak digunakan pada transformator minyak


(oil immersed transformer). Ada tipe yang bekerja pada saat terjadi perubahan
mendadak gas yang beradadi atas minyak transformer , dan ada pula yang bekerja
saat perubahan mendadak gas pada minyak itu sendiri . Perubahan gas terjadi
P a g e | 57

akibat hubung singkat antar kumparan, hubung singkat antar kumparan phasa,
hubung singkat kumparan ke tanah.

Perangkat mekanis yang dipatenkan untuk mendeteksi kejadian tekanan


mendadak berdasarkan tingkat kenaikan tekanan dan batas aman yang ditetapkan
oleh produsen transformator. Bila terjadi kenaikan tekanan yang berbahaya, Rapid
Pressure Rise Relay akan berubah keadaan. Ini bisa dijadikan alarm atau sinyal
perjalanan untuk meminimalkan potensi kerusakan tangki transformator.

Gambar 3. 6 Rapif Pressure Rise Relay


P a g e | 58

3.4.6 Perubahan Tap (Tap Charger)

Perubahan tap adalah Peralatan bantu yang terpasang pada transformator.


Perubahan tap ini berfungsi merubah perbandingan (rasio) transformer untuk
mendapatkan tegangan sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan
transmisi/tegangan primer yang berubah-ubah.

Pada perubahan tap terdapat 6 rotari konduktor dan setiap fasa


dihubungkan dengan 2 rotari konduktor, rotari konduktor terdiri dari 7 tap point.
Sebagai penghantar listrik rotari konduktor ditekan oleh pegas. Jarak antara rotari
konduktor anata fasa 3.55 cm.

Kekuatan kontak pada rotari konduktor perubahan tap sangat ditentukan


oleh pegas. Pegas perubahan tap terbuat dari bahan ebonite dan pada rotari
konduktor dilapisi dengan perak (silver). Perubahan tap yang terpasang
mempunyai rating arus sebesar 165A, 25 KV. Perubahan tap yang adaadalah type
OFF load dengan mempunyai 5 Tap.

Gambar 3. 7 Tap Charger


P a g e | 59

3.5 Pemeriksaan Transformator 17-PTR1-01B

3.5.1 Pemeriksaan Electrical Sebelum Instalasi dan penyambungan

a. Pemeriksaan Tahanan Isolasi Transformator


Pemeriksaan dilakukan pada tahanan isolasi antara kumparan primer dan
sekunder dengan titik pertanahaan (grounding), dan antar kedua kumparan primer
dan sekunder tersebut dengan menggunakan megger. Sebelum menggunakan
megger , bushing perlu dibersihkan menggunakan lap.

b. Pemeriksaan Tap ChargerTrafo


 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan turn ratio test,
dengan memeriksa kesempurnaan kontak dari masing-masing
sadapan (tapping).

 Pemeriksaan masing-masing posisi sadapan (tapping), yang


ditandai dengan angka 1 hingga 5. Masing-masing menunjukan
tingkat tegangan sesuai dengan yang tercantum di name plate
transformator. Posisi sadapan harus disesuaikan dengan tegangan
kerja yang diinginkan.

 Dalam Merubah posisi sadapan (tapping), cara pengoprasian tap


charger adalah sebagai beikut :

o embuka kunci tap charger dengan mengendorkan sekrup


pengamannya 
o Mengangkat sekrup utama
o Putar posisi seperti yang diinginkan
o Pasang kembali sekrup utama dan memastikan posisinya
telah benar
o Mengunci kembali tap charger dengan mengencangkan
sekrup pengamannya

Pemeriksaan dilakukan pada 4 tahun sekali atau saat turn around.


Pengujian tap charger pada transformator 17-PTR1-01B dengan rated 20/3,15 kV
dilakukang dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test . posisi tap
P a g e | 60

charger ditentukan sesuai kebutuhan, pengujian menggunakan Transformer Turn


Ratio Test dilakukan untuk menguji keandalan tap tersebut.

Dengan menggunakan perhitungan tapping sebagai berikut :

Tapping trafo = ; dengan perubahan ± 2,5%


Untuk perhitungan tapping trafo, nilai high voltage akan dihitung dengan
nilai HV penambahan dan pengurangan sebesar 2,5 % yaitu sebesar 0,025 x
20.000 = 500 volt

Contoh :

I. Untuk tegangan HV 20.000 volt ->


II. Untuk tegangan HV 20.500 volt ->


III. Untuk tegangan HV 21.000 volt -> 547


IV. Untuk tegangan HV 19.500 volt ->


V. Untuk tegangan HV 1 9.000volt ->


Hasil perhitungan ini disesuaikan dengan hasil pengujian tapping trafo


menggunakan Transformer Turn Ratio Test , hasil pengujian dilakukan lebih dari
satu kali dan diambil rata-ratanya, nilai pengujian pada suatu posisi tapping yang
paling mendekati hasil perhitungan tapping itulah yang dipilih.

Gambar 3. 8 Tap Charger di name plate transformator 17-PTR1-01B


P a g e | 61

c. Transformator dalam sewaktu-waktu bisa saja dikerjakan secara


paralel,oleh karena itu perlu diperhatikan /diperiksa bahwa :

o Vector group kedua trafo harus sama


o Rasio tegangan harus sama
o Polaritas dan rotasi harus sama
o Impedansi tegangan harus sama

3.5.2 Pemeriksaan fisik sebelum pemasang dan penyambung

a. Pemeriksaan kembali kondisi trafo dengan memastikan tidak ada


kebocoran, baut dan mur yang sudah kencang, dan pemeriksaan
kembali kondisi alat-alat perlengkapan transformer.

b. Pada transformer jenis hermetically-sealed dengan nitrogen (tanpa


conservator), dengan memeriksa pressure vacum gauge. Pada suhu
0
keliling 30 C, pressure harus pada posisi antara +2psi hingg +3psi.
P a g e | 62

3.6 Pemeliharaan Transformator 17-PTR1-01B

3.6.1 Tujuan pemeliharaan :

1. Mencegah kerusakan transformator


2. Memeranjang umur kerja transformator
3. Pemeliharaan lebih murah
4. Tidak mengganggu operasi kerja alat dilapangan
5. Mengikuti standar pemeliharaan transformator
6. Melaksanakan pemeliharaan jangka pendek
7. Melaksanakan pemeliharaan jangka panjang

3.6.2 Kegiatan pemeliharaan

1. Memeriksa tahanan isolasi lilitan dan minyak transformator


2. Memeriksa system pendinginan, arrester, grounding cable, alarm
3. Membersihkan lingkungan disekitar transformator agan terjaga dari
kotoran
4. Memeriksa semua alat pengaman dan pengukuran
5. Memeriksa bagian dalam transformator
6. Memerhatikan bagian trafo yang mengaliri arus listrik harus kedap
udara
7. Seluruh instalasi trafo harus bersih dari kotoran
8. Bagian enamung oli agar keda udara dan tidak bocor

3.6.3 Pemeliharaan menurut kondisi

Dalam pemeliharaan peralatan sendiri ada 2 kondisi yaitu :

A. In Service/ Visual Inspection


In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan
yang dilaksanakan dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line),
dengan menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana,
dengan pelaksanaan periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, tahunan).
Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan
P a g e | 63

 In Service Measurement/ On Line Monitoring

Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam


keadaan peralatan bertegangan (On Line). Pengukuran dan/atau pemantauan yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi

B. Shutdown Measurement/ Shutdown Fuction Check

Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam


keadaan peralatan tidak bertegangan (Off Line). Pengukuran dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana
yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.

3.6.4 Pemeliharaan Berkala

Dalam rangka menjaga agar suatu transformator dapat bekerja dan


beroperasi dengan baik, maka perlu diadakan pemeliharaan rutin sebagai berikut

a. Pemeliharaan berkala setiap Hari

Pemeliharaan ini dilakukan dengan mengisi BEC ( Basic Equipment


Care) Yaitu format pemeriksaan yang dilaksanakan secara visual (dengan
pengelihatan, pendengaran, peraba, dan perasa). Diisi dengan memberi checklist
pada kolom hasil pemeriksaan sesuai dengan keputusan pemeriksa ( Hasil
Terlampir)

b. Pemeliharaan berkala setiap Bulan

a. Pemeriksaan DGA (Dissolved gas analysis ) untuk mencegah terjadinya :


kegagalan thermal (Faults thermal), dan deteroisasi/ pemburukan kertas
isolasi/laminasi.

b. Pemeriksaan Bagian Luar

 Memeriksa sambungan sambungan kabel/konduktor pada terminal-
terminal dan pentanahan.
 Memeriksa tinggi permukaan oli dan memastikan masih berada
diatas batas yang ditunjukkan di oli level indicator/gauge.
 Perlu memeriksa tekanan nitrogen yaitu diantara +2 psi dan +3 psi.
P a g e | 64

c. Pembersihan

 Membersihkan isolator terminal dengan kain pembersih yang
kering.
 Membersihkan tanki dan radiator trafo dengan menggunakan
angin, udara bertekanan untuk menghembuskan debu dan radiator.
Jika sulit dibersihkan, dapat menggunakan cairan pembersih dan
keringkan kembali dengan angin.
 Jika ditemukan bagian yang berkarat, maka hapus karat ddengan
amplas dan segera di cat kembali.

d. Pemeriksaan Perlengkapan Transformer

 Memeriksa perlengkapan trafo masih bekerja dengan baik.
 Jika dilengkapi dengan relay pengaman, perlu memeriksa kondisi
dari contact pin.

c. Pemeliharaan Berkala Empat tahun ( saat Turn Around)

 Pemeriksaaan/kalibrasi pengaman transformator (rele differential.


Rele overcurrent, rele ground fault, pressure relief device, sudden
pressure).
 Pemeriksaan tahanan kumparan transformator (megger )
 Pemeriksaan terhadap kualitas oli trafo. Oli trafo harus bias menahan
tegangan 30KV/2.5mm selama satu menit, sesuai dengan standar IEC.
Pengukuran tegangan tembus minyak dapat dilakukan dengan
peralatan yang sesuai (Oil Dielectric strength tester).
 Purifier minyak trafo, jika kadar air dan tegangan tembus kondsi
buruk.

 
P a g e | 65

3.7 Analisa Kebocoran Oli Tranformator 17-PTR1-01B

Kebocoran oli dapat disebabkan oleh longgarnya sambungan atau ring


shield yang terpasang pada kabel tegangan primer, rembesan yang keluar akan
menyebabkan berkurangnya oli trafo, Pemeliharaan yang di berikan adalah
dengan mengencangkan sambungan shield dan dengan menambahkan silikon agar
rembesar dapat tertutup, hal ini dilakukkan pada saat trafo tidak bertegangan atau
pada saat unit beban trafo dimatikan.

Gambar 3. 9 Rembesan Oli Pada Transformator 17-PTR1-01B


P a g e | 66

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada laporan yang telah disusun,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Pemeriksaan transformator sebelum instalasi sangat berguna untuk


mengecek apakah transformator layak untuk digunakan sesuai
kebutuhan beban dan sangat penting untuk mempermudah proses
pemeliharaan selanjutnya
 Penerapan Preventive maintenance pada sistem pemeliharaan pada
Transformator 17-PTR1-01B sangat baik untuk mengetahui
kondisi transformator secara up to date serta mencegah kegagalan
kerja transformator dengan mengetahui gejala-gejala kerusakan
yang mungkin terjadi
 Pengecekan rutin harian dengan mengisi BEC (Basic Equipment
Care) menjadi cara yang paling tepat untuk memelihara
Transformator 17-PTR1-01B
 Pada Transformator 17-PTR1-01B setelah diperiksa rutin terdapat
rembesan oli , namun tidak mengganggu kinerja trafo dikarenakan
parameter ketinggian oli trafo masih dalam level normal, begitu
juga dengan parameter lain seperti kebisingan, temperatur trafo,
tekanan nitrogen yang masih dalam batas normal sehingga
Transformator 17-PTR1-01B masih dalam kondisi baik dan dapat
digunakan pada proses operasi penyaluran tenaga listrik di PT.
Pertamina (Persero) RU VI Balongan.

4.2 Saran

 Untuk menjaga agar transformator tetap dalam kondisi prima, perlu


dilakukan penanganan segera pada kasus rembesan oli trafo dengan
P a g e | 67

cara mengencangkan sambungan dan ring shield, dapat juga


menambahkan silikon agar kebocoran dapat berhenti
 Untuk mengetahui gangguan pada transformator sedini mungkin,
perlu dilakukan pemeliharaan secara periodik (PM/PdM) dan tepat
sasaran pada komponen transformator ( Tap Charger, Minyak Oli
Transformator, sudden pressure rele, serta pengaman trafo yang
lain ) minimal satu tahun sekali dan monitor parameter
transformator ( temperatur, level ketinggian oli, dan tekanan
nitrogen) minimal seminggu sekali
Page |x

DAFTAR PUSTAKA
www.pertamina.com ; situs resmi PT. PERTAMINA (Persero). Diakses tanggal
15-07-2017

Panduan Instalasi, Penggunaan, dan Pemeliharaan Trafo. Jakarta. PT. Trafoindo


Prima Perkasa.

Catur Rukmana, Mahendra & Yusran, Yasser . “Pemeriksaan dan Pemeliharaan


Transformator Distribusi 13-PTR1-01B PT.Pertamina RU VI
Balongan”.2011. Balongan.

Nurdiansyah, Fajri. “Pemriksaan dan Pemeliharaan Transformator 13-PTR1-01B


PT.Pertamina RU VI Balongan”. 2016. Balongan.

Gambar enjinering : Dipersiapkan untuk program Bimbingan Praktis Ahli teknik


(BPAT) di PT. Pertamina ( persero) RU VI Balongan. 2008. Balongan.

Pertamina. General Specification for Electrical. 1991. Balongan.


P a g e | xi

LAMPIRAN
P a g e | xii
P a g e | xiii

Anda mungkin juga menyukai