KOMINUSI (REDUKSI)
1.1 Tujuan
Untuk dapat memperkecil ukuran bahan baku asal yang berbentuk
bongkah, sehingga dapat dilakukan pemisahan dengan menggunakan alat – alat
pengolahan pada ukuran tertentu.
I-1
1.2.1 Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa
bongkah-bongkah besar yang berukuran ± 84 x 60 inchi dan produkta berukuran
4 inchi. Beberapa alat untuk primary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher
I-2
Mouth, bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang
penerimaan umpan.
Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran
Gate, adalah jarak mendatar pada mouth.
Set, adalah jarak mendatar pada throat.
Closed Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat
swing jaw ekstrim ke depan.
Open Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat
swing jaw ekstrim ke belakang.
Throw, selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close setting.
Nip Angle, sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat
melalui titik singgung antara jaw dengan batuan
2. Gyratory Crusher
I-3
1.2.2 Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing, dimana
umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta berukuran 0.5 inchi. Beberapa
alat untuk secondary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher
2. Gyratory Crusher
3. Cone Crusher
Macam-macam cone crusher :
a. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
i. Standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang berukuran
kasar.
ii. Short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan berukuran halus.
b. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head dari alat ini berbentuk bulat yang terbuat dari baja dengan
cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head adalah rata
dan perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Unpan dari cone
crusher harus dalam keadaan kering karena jika basah akan mengakibatkan
choking.
I-4
dari satu inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara
penghancurannya dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer
mill proses penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan pada
secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress.
I-5
1.2.3 Fine Crushing (Grinding Mill)
Milling merupakan proses kelanjutan dari primary crushing dan secondary
crushing. Proses penghancuran dalam milling menggunakan shearing stress.
1.2.4 Penggerusan (Grinding)
Pada proses penggerusan terdapat tiga alat yang digunakan yaitu:
1. Ball mill
Alat ini memiliki bola-bola baja pada silinder yang dapat menghaluskan
bahan galian yang sebelumnya telah diperkecil ukuranya.
I-6
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Adapun alat – alat yang di perlukan untuk melakukan percobaan, yaitu :
1. Mesin screen.
I-7
Sumber : Dokumentasi Kel.1 PBG, 2017
Foto 1.7
Jaw Crusher
10. Cone Crusher.
11. Double Roll Crusher.
I-8
14. Hammer Mill.
1.3.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk melakukan praktikum kominusi ini adalah
Batugamping, dengan ukuran ± 10 cm.
I-9
5. Hidupkan motor Cone Crusher dan masukkan umpan sedikit demi sedikit
ke dalam feeder.
6. Selesai pengumpanan matikan motornya, dan hitung ukuran produkta
Cone Crusher tersebut dengan jangka sorong.
7. Hidupkan motor Double Roll Crusher dan masukkan umpan sedikit demi
sedikit ke dalam feeder.
I - 10
12. Masukkan produkta ke dalam shieve shaker lalu hitung persen lolos dari
setiap mesh.
I - 11
14# 41
16# 16
30# 57
50# 73
80# 73
100# 0
Total 422
Sumber : Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian 2017
Gape = 9,8 cm
Open Setting = 4 cm
Close Setting = 1 cm
I - 12
1.6 Diagram Alir
Gambar 1.4
Diagram Alir KominusI (Reduksi)
I - 13
1.7 Pengolahan dan Pembahasan
Pengolahan data menggunakan rumus untuk menentukan hasil dari
output yang ada. Rumus yang digunakan untuk menentukan hasil dari percobaan
kominusi sebagai berikut :
1. Limiting Reduction Ratio
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐹𝑒𝑒𝑑
𝐿𝑅𝑅 =
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎
𝐹𝑒𝑒𝑑
𝑊𝑅𝑅 =
𝑆𝑒
0,85 𝑋 𝐺𝑎𝑝
𝐴𝑅𝑅 =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎
4. Set Effective
𝑂𝑝𝑒𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔
𝑆𝑒 =
𝐶𝑙𝑜𝑠𝑒 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔
= 1,85
0,85 x G
ARR = Produkta
0,85 x 9,8 cm
= 4,6 cm
= 1,81
Feed
WRR =
Produkta
8,5 cm
= 4
= 2,125
2. Double Roll Crusher
I - 14
Feed
LRR = Produkta
4,6 cm
= 1,5 cm
= 3,067
Kelompok 2 (Disk Mill)
1. Jaw Crusher
Feed
LRR = Produkta
145,92
= 9,86
= 14,79
0,85 x G
ARR = Produkta
0,85 x 112
= 9,86 cm
= 9,665
Feed
WRR = Produkta
145,92
=
2
= 72,96
2. Double Roll Crusher
Feed
LRR =
Produkta
9,86
= 0,23
= 42,86
Kelompok 3 (Hammer Mill)
1. Jaw Crusher
Feed
LRR =
Produkta
8,26 cm
= 9,23 cm
= 0,894
0,85 x G
ARR = Produkta
0,85 x 9,5 cm
= 9,23 cm
= 0,874
Feed
WRR = Produkta
8,26 cm
=
4
I - 15
= 2,065
2. Double Roll Crusher
Feed
LRR = Produkta
2,82 cm
= 1,12 cm
= 2,52
Adapun data hasil pengolahan pada masing – masing kelompok adalah
sebagai berikut :
Kelompok 1
Tabel 1.4
Hasil Percobaan Kelompok 1
Dimensi (cm) Open Close
Nama Gape
No. Set Set LRR ARR WRR
Alat Feed Produkta (cm2)
(cm) (cm)
Jaw
1. 8,5 4,6 4 1 9,8 1,85 1,81 2,125
Crusher
Double
2. Roll 4,6 1,5 - - - 3,067 - -
Crusher
3. Ball Mill 1,5 - - - - - - -
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
Tabel 1.5
Data Persentase Kelompok 1
Size Sieve Fraction Cumulative % Weight
Mesh Mikron Gram % OverSize UnderSize
8# 2380 113 26,77 26,77 73,23
10# 2000 31 7,34 34,11 65,89
12# 1680 18 4,26 38,37 61,63
14# 1410 41 9,71 48,08 51,92
16# 1190 16 3,79 51,87 48,13
30# 595 57 13,50 63,37 34,63
50# 297 73 17,29 82,66 17,29
80# 177 73 17,29 99,95 0
Jumlah 422 100
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
I - 16
GRAFIK P80
2500 y = 26.514x + 149.88
R² = 0.9132
2000
1500
P80
Linear (P80)
1000
Linear (P80)
500
0
0 20 40 60 80
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
Grafik 1.1
Grafik P80 Kelompok 1
Kelompok 2
Tabel 1.6
Hasil Percobaan Kelompok 2
No Nama Alat Feed (cm) Produkta (cm) LRR
1 Jaw Crusher 545,87 6,21 57,90
2 Impact 6,21 - -
3 Disk Mill - - -
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
Tabel 1.7
Data Persentase Kelompok 2
% Kumulatif
Mesh Mikron Berat (gr) % Berat
Oversize Undersize
8# 2380 1074 42,97% 57,03 42,97
10# 2000 348 13,92% 43,03 56,91
12# 1680 178 7,12% 35,97 64,03
16# 1190 355 14,20% 21,77 78,23
30# 595 215 8,60% 13,17 86,83
50# 279 132 5,29% 7,80 92,12
80# 177 152 5,09% 1,80 98,81
100# 149 45 1,80% 0 100
Total 100%
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
I - 17
Grafik P80
42,97
60
50 13,92
7,12
40
Undersize
30 14,2
20 8,6
Berat
7.8
10 5.09
1,8
0 Mikron
0 500 1000 1500 2000 2500
I - 18
Grafik P80
90.00
80.00 y = 0.0351x - 2.5049
70.00 R² = 0.9844
60.00
50.00
Grafik P80
40.00
Linear (Grafik P80)
30.00
20.00
10.00
-
- 500 1,000 1,500 2,000 2,500
Sumber : Data Hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2017
Grafik 1.3
Grafik P80 Kelompok 3
1.8 Analisa
Dalam proses kominusi beberapa faktor yang mempengaruhi pada alat
jaw crusher adalah dari ukuran dan jenis batuan yang dimasukkan, keadaan
batuan apakah basah atau kering, reaksi antara material dengan air, gape,
setting. Seperti pada percobaan, dimasukkan feed berupa batugamping yang
memiliki kekerasan antara 2,7 – 3,4 dimana terbilang rendah sehingga proses
peremukan saat pertama kali di jaw crusher dapat menghasilkan ukuran produk
yang lebih kecil sampai 50% dari ukuran awalnya dari 8,5 cm menjadi 4,6 cm hal
ini dikarenakan material mudah diremukkan. Kemudian semakin besar ukuran
lebar gape dan setting yang ada maka feed yang dapat masuk lebih banyak dan
peremukan akan lebih cepat dan efisien.
Pada saat percobaan terjadi material loss pada saat mengambil hasil dari
jaw crusher untuk diayak dimana berat awal adalah 640 gram dan setelah
memasuki sieve shaker menjadi 422 gram, maka terjadi loss yang sangat besar
sebesar 218 gram. Hal ini di sebabkan adanya material yang terlempar keluar
saat sampel bertumbukan dengan alat dan gaya tekan yang diberikan dari alat,
ataupun tertinggal pada alat dan juga terjatuh pada saat pemindahan ke alat
yang lain.
Produk peremukan (crushing) dari double roll crusher lebih halus dari
dibandingkan material yang didapat dari jaw crusher, hal ini dikarenakan gaya
I - 19
tekan yang bekerja pada double roll crusher berasal dari dua arah dan terus
menerus menekan dan meremukkan batuan yang ada sehingga hasilnya akan
lebih halus dibandingkan hasil dari jaw crusher.
Dari perhitungan didapat nilai LRR dari hasil proses jaw crusher yaitu limit
pengecilan ukurannya sebesar 1,85. Maka satu sampel batuan akan dipecah
menjadi 1,85 bagian dari panjangnya, sehinggan didapat ukuran produk jaw
crusher dari 8,5 cm menjadi 4,6 cm. Nilai limit pada double roll crusher lebih
relatif lebih kecil seharusnya, dikarenakan feed yang masuk sudah relatif lebih
kecil pula. Dan diperoleh hasil WRR sebesar 2,125 dimana hasil ini menunjukkan
keefektifan alat dari jaw crusher yang bekerja terhadap produk yang dihasilkan.
Pada saat proses grinding di laboratorium dengan alat ball mill, dilakukan
penggerusan selama 5 menit dengan jumlah bola besi yang 53 buah dan
kecepatan konstan. Produk yang dihasilkan sudah berupa butiran tetapi masih
ada sedikit material yang masih besar dengan ukuran 8 mesh sebesar 26,77%
dari keseluruhan produk yang dihasilkan. Semakin lama waktu penggerusan
maka semakin banyak material yang lolos ayakan. Maka semakin lama proses
grinding yang dilakukan akan semakin banyak produk dengan ukuran partikel
yang sangat kecil, terlebih jika feed yang diberikan memiliki kekerasan yang
sangat rendah, maka akan semakin mudah tergeruskan. Dan juga semakin
banyak jumlah bola dan ukuran bola yang terdapat bola besar dan bola kecil
pada ball mill, produk yang dihasilkan akan lebih halus dikarenakan gaya yang
menumbuk material lebih banyak. Selain itu kecepatan putaran alat juga
berpengaruh.
Dilakukan percobaan dengan tiga alat grinding yang berbeda, yaitu ball
mill, disk mill dan ball mill. Dari data yang ada diperoleh hasil yang diinginkan
yaitu 80#, ball mill menghasilkan 73 gram, hammer mill 152 gram dan disk mill 61
gram. Maka pada percobaan ini hasil penggerusan dari alat hammer mill lebih
optimal dibandingkan dengan ball mill dan disk mill. Perbedaan dari hasil ini
dikarenakan media grindingnya yang berbeda – beda, sehingga proses dan gaya
penggerusannyapun berbeda pula.
Dari tabel grafik P80 (distribusi ukuran partikel) antara ball mill, hammer
mill dan disk mill gambar grafik ketiganya relatif naik, tetapi ada yang konstan
dimana terdapat faktor kesalahan dalam proses pengukuran maupun
berkurangnya suatu produkta dengan sangat signifikan.
I - 20
1.9 Kesimpulan
Proses kominusi, yaitu proses pengecilan ukuran bijih dengan cara
peremukan dan penggerusan sehingga mineral berharga dapat terlepas dari
mineral penggangu dan mempermudah proses konsentrat. Mekanisme
peremukan yang terjadi pada material adalah abrasi, kompresi, dan impact .
Peremukan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama dengan (jaw
crusher, Gyratory Crusher), tahap kedua (Cone Crusher, double roll Crusher) dan
tahapan ketiga dengan Cone Crusher.
Pengayakan hasil peremukan dapat dilakukan secara manual dengan
ayakan tangan, sementara pengayakan hasil penggerusan harus dilakukan
dengan ayakan getar. Pengayakan yang dilakukan pada material dilakukan
secara bertingkat dengan tujuan untuk membedakan tingkat kehalusan produk
dan menganalisis penyebaran ukuran material yang ada karena proses kominusi
ini.
Pada percobaan praktikum, primary crushing menggunakan jaw crusher
dengan mekanisme kerja seperti rahang manusia, dengan satu jaw bergerak
meremukkan. Pada secondary crushing dengan double roll crusher yang cara
kerjanya berdasarkan rotasi yang mengakibatkan materi terjepit dan teremukkan.
Semakin lama waktu penggerusan, semakin halus ukuran material yang
dihasilkan. Hal ini akibat dari gaya – gaya yang bekerja selama proses grinding
dilakukan, seperti gaya tumbuk, serta aksi abrasi,kompresi dan impact. Namun,
perlu diperhatikan selang waktu penggerusan agar tidak terjadi over crushing.
Dari perhitungan didapat nilai LRR dari hasil proses jaw crusher yaitu limit
pengecilan ukurannya sebesar 1,85. Dan diperoleh hasil WRR sebesar 2,125
dimana hasil ini menunjukkan keefektifan alat dari jaw crusher yang bekerja
terhadap produk yang dihasilkan. Dan ARR sebesar 1,81.
I - 21