Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan rahmat dan karunia serta bimbingan-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Kartini M. Ali, S.Pd, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Ternate
2. PudirI, Pudir II dan Pudir III Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate
3. Ibu Nizmawaty Amra, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, sekaligus sebagai penguji
yang telah memberikan masukan ataupun saran dalam penyelesaian
karya tulis ilmiah ini.
4. Nur M Ali, SKM, MPH sebagai pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam memberikan masukan ataupun saran dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5. Nofiandri, SKM, M.Kes sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam memberikan masukan ataupun saran dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
6. Yati A.S Ali, S.Pd selaku kepala sekolah beserta stafnya yang
mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian
ini.
7. Responden yang telah bersedia membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
8. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih dan sayang,
memberikan bantuan moril dan material yang sangat berarti sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
9. Teman-teman seangkatan 2014 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Ternate.
10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas jasa
dan bantuannya, semoga apa yang mereka berikan dapat diterima
sebagai ibadah dan memperoleh balasan dari Alah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala kerendahan hati penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat.

Ternate, Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
A. Tinjauan Umum Anak Sekolah ...................................................... 5
B. Tinjauan Umum Pendapatan Orangtua ....................................... 10
C. Tinjauan Umum Pendidikan Orang Tua ....................................... 11
D. Tinjauan Umum Penyakit Infeksi ................................................ 12
E. Tinjauan Umum Stunting ........................................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................ 16
A. Dasar Pemikiran Variabel ........................................................... 16
B. Pola Pikir Variabel...................................................................... 17
C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif .................................... 17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 20
A. Jenis Dan Desain Penelitian........................................................ 20
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................... 20
C. Populasi Dan Sampel ................................................................. 20
D. Instrument Penelitian ................................................................ 21
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 21
F. Pengolahan Data ....................................................................... 21
G. Analisis Data ............................................................................. 22
H. Teknik Penyajian Data ............................................................... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 23
B. Pembahasan ............................................................................. 29

ii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 32
A. Kesimpulan ............................................................................... 32
B. Saran ....................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 33
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Anak


Sekolah........................................................................................ 21
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga................. 22
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah ........................ 22
4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu ......................... 23
5. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Infeksi ............ 23
6. Distribusi Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan Tb/U ..................... 24
7. Distribusi Riwayat Penyakit Infeksi Responden Dan Kejadian
Stunting Di SDN 45 Ternate .......................................................... 24
8. Distribusi Tinggi Badan Responden Dengan Pendapatan
Keluargadi SDN 45 Ternate ........................................................... 25
9. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Dengan
Tingkat Pendidikan Ibu Di SDN 45 Ternate..................................... 25
10. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Dengan
Tingkat Pendidikan Ayah Di SDN 45 Ternate .................................. 26

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Penelitian


2. Surat Rekomendasi Penelitian Dari Kesbangpol
3. Kuesioner Penelitian
4. Hasil Output SPSS
5. Master Tabel
6. Dokumentasi Penelitian
7. Kartu Konsul

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah gizi yang berdampak buruk terhadap kualitas

hidup anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi

genetiknya adalah stunting. Stunting yang terjadi pada masa anak

merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan

kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang

tidak seimbang (Allen, 2010).

Menurut Gibney, Kearney, & Arab (2009) Stunting/tubuh pendek

didiagnosis melalui pemeriksaan antropometri. Keadaan gizi kurang

sebelumnya disebut KEP (kurang energi protein). Namun demikian, ketika

anak-anak tersebut mengalami keadaan gizi kurang sebagai akibat dari

asupan energi dan protrein yang rendah, makanan mereka biasanya juga

kurang mengandung berbagai macam mikronutrien.

Meskipun prevalensi gizi kurang pada anak-anak sudah mengalami

penurunan, namun prevalensi tersebut masih dianggap masih sangat

tinggi. Di negara-negara berkembang 33% menunjukkan kejadian tubuh

pendek (stunting) yang sedang. Sedangkan di negara-negara yang paling

miskin sebanyak 45% mengalami kejadian tubuh pendek(Gibney,

Kearney, & Arab, 2009).

1
Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang

terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu masalah gizi

yang perlu mendapat perhatian. Prevalensi nasional untuk kurang gizi

kronis (stunting) berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2010 pada anak usia 6—12 tahun sebesar 35.6%, angka ini

tergolong tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat. Sementara untuk

tingkat nasional, provinsi Nusa Tenggara Timur menempati urutan

pertama prevalensi stunting tertinggi yakni sebesar 58.4%.

Berdasarkan hasilRiskesdas(2013), menunjukkan bahwa secara

nasional prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah sebanyak

30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek) prevalensi sangat

pendek terendah di Daerah Istimewah Yogyakarta sebanyak (14,9%) dan

prevalensi sangat pendek tertinggi di Papua sebanyak (34,5%). Sebanyak

15 provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi nasional.

Sedangkan prevalensi stunting di Maluku Utara sebanyak 41,1% pada bayi

usia 0-24 bulan.

Sosial ekonomi keluarga yakni pendidikan, pekerjaan, dan

pendapatan merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak

(Wahdah, Jufrrie, & Huriyati, 2015). Sedangkan yang merupakan faktor

risiko determinan terhadap kejadian stunting adalah pendapatan, jumlah

anggota rumah tangga, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu dan

pemberian ASI eksklusif (Wahdah, 2012).

2
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya stunting contohnya

seperti tingkat pendapatan keluarga, pendidikan orangtua, riwayat

panyakit infeksi anak, dan faktor penyebab stunting yang lain.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu: bagaimana gambaran pendapatan, pendidikan

orangtua dan riwayat penyakit infeksi anak dengan kejadian stunting pada

anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pendapatan, pendidikan orangtua dan

riwayat penyakit infeksi anak dengan kejadian stunting pada anak

usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate.

b. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pendapatan orangtua dengan kejadian

stunting pada anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate.

b. Mengetahui gambaran pendidikan orangtua dengan kejadian

stunting pada anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate.

c. Mengetahui gambaran riwayat penyakit infeksi anak dengan

kejadian stunting pada anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate.

3
d. Mengetahui gambaran kejadian stunting pada anak usia 7-8

tahun di SDN 45 Ternate.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi sehingga dapat pengetahuan tentang stunting

pada anak.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Instansi Kesehatan,

khususnya bagi Ahli Gizi sebagai pengambil kebijakan dalam

menyusun program-program dibidang kesehatan Masyarakat.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang

pendapatan, pendidikan dan riwayat penyakit infeksi dengan

kejadian stunting pada anak.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Anak Sekolah

Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian

kesehatan pada umumnya. Kesehatan disini meliputi kesehatan badan,

rohani, dan sosial, bukan hanya sekedar terhindar dari penyakit, cacat,

dan kelemahan (UU No. 9 Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan).

Pertumbuhan anak pada tahun ketiga begitu cepat dan berangsur-angsur

menurun sehingga pada periode prasekolah dan masa sekolah kurva

percepatan pertumbuhan akan membentuk kurva yang hampir datar

(Wirjatmadi & Adriani, 2012).

Menurut Wirjatmadi & Adriani (2012) kelompok anak menurut usia

dibagi dalam tiga golongan yaitu usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9

tahun. Usia 1-6 tahun disebut sebagai usia prasekolah, sedangkan usia 7-

9 tahun usia sekolah. Laju pertumbuhan pada ketiga kelompok anak ini

menurun dibandingkan dengan laju pertumbuhan cepat pada waktu bayi.

Selama masa ini, anak memperoleh keterampilan yang memungkinkannya

untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya

sendiri.

Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan

membentuk nilai-nilai pribadi. Perbedaan-perbedaan antar anak antara

5
lain tampak pada kecepatan tumbuh, pola aktivitas, kebutuhan gizi,

perkembangan kepribadian, dan asupan makanan.

Pertumbuhan cepat pada waktu bayi diikuti penurunan laju

pertumbuhan pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Rata-rata

kenaikan berat badan diusia ini sekitar 1,8-2,7 kd setahun, sedangkan

rata-rata penambahan tinggi badan kurang lebih 7,6cm setahun pada

anak berusia antara satu hingga tujuh tahun, kemudian meningkat

sebanyak kurang lebih 5,1cm setahun hingga awal pertumbuhan cepat

pada usia remaja.

Antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia

remaja, terjadi perbedaan laju pertumbuhan antar gender. Pada usia

enam tahun, anak laki-laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak

perempuan. Namun pada usia sembilan tahun, tinggi badan anak

perempuan rata-rata sama dengan tinggi badan anak laki-laki, sedangkan

berat badannya sedikit lebih besar (Almatsier, Soetardjo, & Soekarti,

2011).

Tahap-tahap tumbuh kembang anak :

1. Masa Pranatal :

a. Masa mudigah/embrio : konsepsi-delapan minggu.

b. Masa janin/fetus : Sembilan minggi-lahir

2. Masa bayi : usia 0-1 tahun

a. Masa neonatal : 0-28 hari

6
b. Masa neonatal dini : 0-7 hari

c. Masa neonatal lanjut : 8-29 hari

d. Masa pascaneonatal : 29 hari – 1 tahun

3. Masa prasekolah : usia 1-6 tahun

4. Masa sekolah : 6-18/20 tahun

a. Masa praremaja : usia 6-10 tahun

b. Masa remaja dini :

1. Wanita : usia 8-13 tahun

2. Pria : usia 10-15 tahun

c. Masa remaja lanjut :

1. Wanita : usia 13-18 tahun

2. Pria : usia 15-20 tahun

Anak pada usia sekolah sedang dalam masa perkembangan dimana

mereka sedang dibina untuk mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan

lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan dan berbagai

perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang sehat, maka perlu

ditunjang oleh keadaan gizi yang baik untuk tumbuh kembang yang

optimal.

Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang

optimal seorang anak, yaitu faktor luar dan dalam.

1. Faktor Dalam

7
Merupakan faktor-faktor yang ada didalam diri anak itu sendiri, baik

faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Termasuk disini antara

lain:

a. Hal-hal yang diturunkan dari orangtua maupun generasi

sebelumnya, yaitu warna rambut, bentuk tubuh.

b. Unsur berpikir dan kemampuan intelektual yaitu kecepatan

berpikir.

c. Keadaan kelenjar zat-zat dalamtubuh, yaitu kekurangan hormon

yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

d. Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu yaitu pemalu,

pemarah, tertutup dan lainnya.

2. Faktor Luar

Merupakan faktor-faktor yang diluar atau berasal dari luar diri anak,

mencakup lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak.

a. Keluarga

Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaan keluarga

dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orangtua

dengan anak, hubungan antara saudara dan lainnya. Kelurga

hendaknnya menunjang proses pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal.

8
b. Gizi

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu

kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh.

Apabila tingkatan kesehatan gizi tidak baik, maka timbul

penyakit gizi. Yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang

protein dan kurang vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan

mineral lainnya.

c. Budaya

Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan

kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak. Misalnya, hal kebersihan, kesehatan,

dan pendidikan. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan

masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan

dan kesehata. Demikian juga, sikap dan pandangan atau cara

berpikir suatu masyarakat belum tentu sesuai dengan kondisi

masyarakat yang lebih luas.

d. Taman bermain dan sekolah

Lingkungan sosial seperti teman sebaya, tempat, dan alat

bermain, kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu

bersekolah, akan mempengruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

9
B. Tinjauan Umum Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang

dinilai dengan uang yang perolehanya dengan cara melakukan usaha atau

kegiatan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga (Rosha, Hardinsyah, & Baliwati, 2012).

Menurut Adriani & Wirjatmadi (2014) pada umumnya jika

pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik. Akan

tetapi, mutu makanan tidak selalu membaik. Hal ini disebabkan oleh

karena peningkatan pendapatan yang diperoleh tidak digunakan untuk

membeli pangan atau bahan makanan yang bergizi tinggi.

Faktor ekonomi merupakan akar masalah terjadinya masalah gizi

kurang. Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang

mempunyai pendapatan relative rendah sulit mencukupi kebutuhan

makanannya. Keadaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari

keluarga berpenghasilan rendah. Kemampuan keluarga untuk mencukupi

kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan. Bahan

makanan yang harganya mahal biasanya jarang dan bahkan tidak ada

(Adriani & Wirjatmadi, 2014).

10
C. Tinjauan Umum Pendidikan Orang Tua

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam

pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani

dan rohani anak ke arah kedewasaan (Djamarah, 2010).

Pendidikan orang tua merupakan pendidikan yang berlangsung

dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan

tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.

Menurut Adriani & Wirjatmadi (2014), tingkat pendidikan orangtua

terutama pendidikan ibu (sebagai pengasuh utama dari anak),

mempuanyai pengaruh yang sangat potensial terhadap kualitas

pengasuhan dan perawatan anak. Wanita yang lebih berpendidikan akan

lebih baik dalam memproses informasi dan belajar untuk memperoleh

pengetahuan/keahlian serta perilaku pengasuhan yang positif.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh

kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan

anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya

dan sebaginya (Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk

11
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian dirinya, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (Human Development Index Of

Banjarmasin, 2013).

D. Tinjauan Umum Penyakit Infeksi

Infeksi merupakan invasi dan pembiakan mikroorganisme pada

jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat

kempetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular, atau respons antigen-

antibodi (Novak, 1998).

Menurut Mandal, Wilkins, Dunbar, & White (2008) ada beberapa

cara penularan penyakit infeksi :

1. Melalui udara (airborne)

Infeksi dilepaskan ke luar oleh pasien atau karier melalui batuk, bersin

atau berbicara dalam bentuk droplet pernapasan yang tidak tampak

yang kemudian dihirup oleh pejamu lainnya.

2. Intestinal (usus)

Infeksi yang terdapat pada ekskret usus pasien atau kariere tertelan

oleh pejamu sehat. Penularan dapat terjadi segera dan langsung

seperti melalui jari-jari yang terinfeksi, peralatan makan, dan pakaian.

12
3. Kontak langsung

Infeksi dapat ditularkan secara langsung melalui kontaklokal kulit. Cara

penularan ini sebagian besar terdapat pada infeksi ini sebagian besar

terdapat pada infeksi kutan dan termasuk impetigo dan scabies.

4. Melalui darah (blood-borne)

Beberapa infeksi umumnya ditularkan melalui darah atau produk darah

yang terinfeksi, misalnya hepatitis B, HIV, dan hepatitis C.

Ada beberapa faktor global yang menyebabkan penyakit infeksi

diantaranya yaitu :

1. Perubahan iklim dan pemanasan global yang secara spesifik dapat

memperluas cakupan geografis infeksi seperti malaria.

2. Peningkatan populasi yang disertai degradasi lingkungan dapat

menyebabkan kurangnyaa persediaan makanan dan minuman yang

aaman.

3. Meningkatnya perpindahan penduduk ke kota di Negara berkembangn

dan Negara maju dengan alasan keamanan atau ekonomi dan social

dapat menyebabkan peningkatan penyakit seperti tuberculosis (Mandal

et al., 2008).

E. Tinjauan Umum Stunting

Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi

kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk

berkembang serta pulih kembali. Sejumlah besar penelitian Cross

13
Sectional memperlihatkan keterkaitan antara stunting atau berat badan

kurang yang sedang atau berat, perkembangan motorik dan mental yang

buruk dalam usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitifdan prestasi

sekolah yang buruk dalam usia kanak-kanak lanjut.(Gibney et al., 2009).

Anak-anak yang bertubuh pendek juga memperlihatkan perilaku

yang berubah. Pada anak-anak kecil, perilaku ini meliputi kerewelan serta

frekuensi menangis yang meningkat, tingkat aktifitas yang lebih rendah,

jumlah dan ensiasme untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungan yang

lebih kecil, berkomunikasi lebih jarang, afek (ekspresi) yang tidak begitu

gembira, serta cenderung untuk berada dekat ibu serta menjadi lebih

apatis.(Gibney et al., 2009).

Childhood(Stunting) atau tubuh pendek pada masa anak

merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di

masa lalu dan di gunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi

kurang pada anak. Stunting berhubungan dengan gangguan

perkembangan neurokognitif dan risiko menderita penyakit tidak menular

dimasa depan (Infodatin, 2015).

Anak-anak yang bertubuh pendek (stunted) pada usia kanak-kanak

dini terus menunjukkan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi

kognitif yang beragam dan prestasi sekolah yang lebih buruk jika

dibandingkan dengan anak-anak yang bertubuh normal hingga usia 12

tahun. Mereka juga memiliki permasalahan perilaku, lebih terhambat, dan

14
kurang perhatian serta lebih menunjukkan gangguan tingkah laku

(conduct disorder). Hanya ditemukan sedikit informasi untuk anak yang

bertubuh pendek dan berusia lebih tua. (Gibney et al., 2009).

Usia sekolah dasar merupakan usia emas ke-dua bagi pertumbuhan

anak baik fisik maupun mental yang berpengaruh bagi masa depan.

Keadaan gizi kurang seperti stunting yang dialami oleh anak usia sekolah

akan memengaruhi kemampuan daya tangkap anak dalam mengikuti

pelajaran di sekolah dan akan memengaruhi prestasi belajarnya (Picauly &

Magdalena, 2013).

15
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

a. Anak Sekolah

Kelompok anak menurut usia dibagi dalam tiga golongan yaitu usia 1-

3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-6 tahun disebut sebagai

usia prasekolah, sedangkan usia 7-9 tahun usia sekolah.

b. Pendapatan Orang tua

Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang

dinilai dengan uang yang perolehanya dengan cara melakukan usaha

atau kegiatan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

c. Pendidikan Orangtua

Pendidikan orang tua adalah pendidikan yang berlangsung dalam

keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan

tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.

d. Riwayat Penyakit Infeksi

Infeksi merupakan invasi dan pembiakan mikroorganisme pada

jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal

akibat kempetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular, atau

respons antigen-antibodi

16
e. Stunting

Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi kurang

yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk

berkembang serta pulih kembali.

B. Pola Pikir Variabel

Berdasarkan dasar pemikiran di atas, maka bagian kerangka konsep

variable yang diteliti dapat di gambarkan sebagai berikut:

Pendapatan

Pendidikan Stunting pada


anak

Riwayat penyakit
infeksi

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pendapatan orang tua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang

dinilai dengan uang yang perolehanya dengan cara melakukan usaha

atau kegiatan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kriteria Objektif :

Pendapatan orangtua :

a. Tinggi : > Rp. 1.950.000,-/bulan

b. Rendah : ≤Rp. 1.950.000,-/bulan

17
(Sumber : BPS 2016)

Skala data : Ordinal

2. Pendidikan Orangtua adalah segala usaha orang dewasa (orang tua)

dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.

Kriteria Objektif :

Pendidikan orangtua :

a. Tinggi : ≤ 9 Tahun

b. Rendah : >9 Tahun

Skala data : Ordinal

3. Riwayat Penyakit Infeksi dalam penelitian ini adalah anak yang pernah

mengalami penyakit infeksi seperti batuk, flu, pilek, demam, diare dan

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Kriteria Objektif :

a. Sering : 3x dalam sebulan

b. Kadang-kadang : <3x dalam sebulan

c. Tidak pernah : Tidak pernah menderita penyakit infeksi

Skala data : Ordinal

4. Stunting (tubuh pendek) merupakan gambaran dari situasi atau

keadaan gizi kurang yang dialami oleh anak-anak yang berdampak

pada proses pertumbuhan yang tidak normal yang berlangsung lama

18
dan memerlukan waktu bagi anak penderita Stunting untuk

berkembang serta pulih kembali.

Kriteria Objektif :

Tinggi Badan menurut UmurAnak Usia 7-8 Tahun Berdasarkan

Standar AKG 2013 :

a. Pendek : ≤130 cm

b. Normal : >130 cm

Skala data : Ordinal

19
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan desain

cross sectional study yaitu untuk mengetahui gambaran pendapatan,

pendidikan orangtua dan riwayat penyakit infeksi anak dengan kejadian

stunting pada anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Ternate.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 45 Kota Ternate pada tanggal 13

Desember 2016 sampai 27 Januari 2017.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah anak usia 7-8 tahun di SDN 45 Kota

Ternate berjenis kelamin perempuan dan laki-laki.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel (Non Probability) Purposive Sampling

yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian yaitu :

a. Siswa di SDN 45 Ternate

b. Siswa yang Stunting

c. Usia 7-8 tahun

20
d. Bersedia menjadi responden

D. Instrument Penelitian

1. Microtoice

2. Kuesioner, untuk mengetahui pendapatan dan pendidikan orangtua

responden.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah diperoleh dengan cara wawancara dan observasi

terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari badan/institusi yang

terkait dalam hal ini yakni data dari dinas kesehatan kota Ternate

mengenai jumlah stunting.

F. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini dapat diolah dengan cara :

a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali apakah semua item

pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang

mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya.

b. Coding yaitu memberi kode berupa nomor pada lembaran kuisioner

untuk memudahkan pengolahan data.

c. Transfering yaitu data yang telah diberi kode disusun secara

berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk

21
dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang dalam bentuk

table dan kemudian diteliti.

d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada

tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam

tabel distribusi frekwensi.

G. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan dengan menggunakan

aplikasi pengolah dan analisis data untuk mengetahui gambaran

pendapatan, pendidikan orangtua dan penyakit riwayat penyakit infeksi

anak dengan kejadian stunting pada anak sekolah.

H. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk tabel dan

interpretasi dalam bentuk narasi.

22
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Wilayah Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 45 Kota Ternate yang berada di Provinsi

Maluku Utara, Kabupaten/Kota Ternate Kecamatan Ternate Utara, yang

beralamat di Kelurahan Toboleu, Jalan Bola. Dengan jumlah siswa

keseluruhan sebanyak 371 siswa dengan pembagian perempuan sebanyak

188 siswa dan laki-laki sebanyak 183 siswa (Profil SDN 45 Ternate).

2. Identitas Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 28


responden yaitu siswa dan siswi SDN 45 Ternate dengan memberikan
kuesioner.

a. Identitas Responden

Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Anak
Sekolah
Umur n %

Usia 7 tahun 14 50

Usia 8 tahun 14 50

Total 28 100
(Sumber : Data Primer 2017)

23
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 100%

responden termasuk golongan usia sekolah.

b. Pendapatan OrangTua

Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Keluarga

Pendapatan n %

Tinggi 7 25

Rendah 21 75

Total 28 100
(Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 25%

responden memiliki pendapatan tinggi dan sisanya 75% memiliki

pendapatan rendah.

c. Pendidikan OrangTua

Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah

Pendidikan Ayah n %

<9 tahun 6 21.42

≥9 tahun 22 78.58

Total 28 100

(Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan ayah

responden yang ≥9 tahun sebanyak 78,58%

24
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Pendidikan Ibu n %

<9 tahun 4 14.29

≥9 tahun 24 85.71
Total 28 100
(Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pendidikan ibu

responden yang ≥9 tahun sebanyak 85,71%

d. Riwayat Penyakit Infeksi Anak

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Infeksi

Riwayat Penyakit Infeksi n %

Kadang-Kadang 13 46.42

Sering 0 0

Tidak Pernah 15 53.58

Total 28 100

(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 53.58%

tidak pernah mengalami penyakit infeksi.

25
e. Stunting

Tabel 6
Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan TB/U

Status Gizi (TB/U) n %

Pendek 28 100

Total 28 100

(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 100%


responden mengalami kejadian stunting.

f. Stunting Dengan Riwayat Penyakit Infeksi

Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Infeksi Dan Kejadian Stunting Pada Anak SDN 45 Ternate

Riwayat Penyakit Infeksi


Tinggi Badan Kadang- Tidak Sering
Total
Menurut Umur Kadang Pernah
n % n % n %
Pendek 13 46.42 15 53.57 0 0 28
Total 13 46.42 15 53.57 0 0 100
(Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwaanak yang

mengalami stunting tidak mempunyai riwayat penyakit infeksi

(53.57%).

26
g. Tinggi Badan Dengan Pendapatan Keluarga

Tabel 8
Distribusi Tinggi Badan Responden Dengan Pendapatan Keluarga
Di SDN 45 Ternate
Pendapatan Orang Tua
Tinggi Badan
Tinggi Rendah Total
Menurut Umur
n % n %
Pendek 7 25 21 75 28
Total 7 25 21 75 100
(Sumber : Data Primer, 2017)

Anak yang mengalami kejadian stunting yang berada pada

pendapatan orangtua yang tinggi sebanyak 25% dan pada orangtua

dengan pendapatan yang rendah sebanyak 75%.

h. Tinggi Badan Dengan Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Dengan Tingkat
Pendidikan Ibu Di SDN 45 Ternate

Pendidikan Ibu
Tinggi Badan
Menurut Tinggi Rendah Total
Umur n % n %
Pendek 24 85.71 4 14.28 28
Total 24 85.71 4 14.28 100
(Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang mengalami

stunting ada pada keluarga dengan pendidikan ibu yang tinggi sebanyak

85.71%.

27
i. Tinggi Badan Dengan Tingkat Pendidikan Ayah

Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Dengan Tingkat
Pendidikan Ayah Di SDN 45 Ternate

Pendidikan Ayah
Tinggi Badan
Tinggi Rendah Total
Menurut Umur
n % n %
Pendek 23 82.14 5 17.85 28
Total 23 82.14 5 17.86 100
(Sumber : Data Primer 2017)

Anak stunting dengan pendidikan ayah yang tinggi sebanyak

82,14% dan pendidikan ayah dengan kategori rendah sebesar 17,85%.

28
B. Pembahasan

1. Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Stunting

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang mengalami

stunting di SD Negeri 45 Kelurahan Toboleu, sebagaian besar pendapatan

keluarganya rendah. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2012), yang

mengatakan bahwa anak dengan kejadian stunting lebih banyak terdapat

pada keluarga dengan ekonomi yang rendah. Hal serupa juga disampaikan

oleh Tando (2012), yang menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi

keluarga yaitu pendapatan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

stunting pada anak. Hal senada juga dikemukakan oleh Basuki (2016),

yang mengatakan bahwa sebagian besar anak yang mengalami kejadian

stunting terdapat pada keluarga dengan pendapatan yang rendah.

Beberapa hasil penelitian tersebut, hampir sebagian besar anak

yang mengalami kejadian stunting berasal dari keluarga dengan

pendapatan rendah. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Adriani &

Wirjatmadi (2014), yang menyatakan bahwa umumnya jika pendapatan

naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik. Akan tetapi, mutu

makanan tidak selalu membaik. Hal ini disebabkan karena peningkatan

pendapatan yang diperoleh tidak digunakan untuk membeli pangan atau

bahan makanan yang bergizi tinggi.

29
2. Pendidikan Orangtua Dengan Kejadian Stunting

Dari penelitian ini didapatkan bahwa anak yang mengalami stunting

di SD 45 Kelurahan Toboleu, sebagian besar orang tuanya berpendidikan

tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan dari

Nasikah (2012), yang menyatakan bahwa anak yang mengalami kejadian

stunting lebih banyak terdapat pada keluarga dengan pendidikan yang

tinggi.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, hampir sebagian besar

anak yang mengalami kejadian stunting berasal dari keluarga dengan

pendidikan tinggi. Hal ini tidak sejalan dan cenderung bertolakbelakang

dengan yang disampaikan oleh Picauly dan Toy (2013), yang

menunjukkan bahwa orang tua dengan pendidikan yang tinggi akan

mempunyai anak dengan status gizi (tinggi badan) yang baik dikarenakan

orang tua mampu melakukan pola asuh yang baik dan benar.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Adriani & Wirjatmadi

(2014), tingkat pendidikan orangtua terutama pendidikan ibu (sebagai

pengasuh utama dari anak) mempunyai pengaruh yang sangat potensial

terhadap kualitas pengasuhan dan perawatan anak. Wanita yang lebih

berpendidikan akan lebih baik dalam memproses informasi dan belajar

untuk memperoleh pengetahuan/keahlian serta perilaku pengasuhan yang

positif.

30
3. Riwayat Penyakit Infeksi Anak Dengan Kejadian Stunting

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa anak yang

mengalami stunting sebagian besar jarang mengalami penyakit infeksi.

Hal ini didukung dengan beberapa penelitian diantaranya yang dilakukan

oleh Wahdah, Jufrrie, & Huriyati (2015), yang mengatakan bahwa tidak

ada hubungan antara penyakit infeksi dengan anak yang mengalami

kejadian stunting.

Hal senada juga dikemukakan oleh Rosha, Hardinsyah, & Baliwati

(2012), yang mengatakan bahwa sebagian kecil responden yang

mengalami kejadian stunting juga menderita penyakit infeksi. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Margawati, &

Rahfiludin (2014), yang menyatakan bahwa penyakit infeksi merupakan

faktor risiko stunting pada penelitian yang dilakukan terhadap 110

responden. Dari beberapa hasil penelitian tersebut, menyatakan bahwa

anak dengan kejadian stunting jarang terkena penyakit infeksi.

31
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa

SDN 45 di kelurahan toboleu yang mengalami stunting sebagian besar

berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah, orang tuanya

berpendidikan tinggi dan sebagian besar tidak memiliki riwayat

penyakit infeksi, sebanyak 28 siswa kelas 2 SDN 45 Ternate dengan

rentang usia 7-8 tahun yang mengalami stunting.

B. Saran

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel

lainnya agar dapat dikomparasi dengan variabel lainnya seperti pola

asuh ibu, BBLR, pemberian ASI, ketahanan pangan, kekurangan gizi

makro dan mikro.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta:
Kencana.

Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekarti, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia.
Basuki, P. (2016). ANALISIS FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA DI
DESA GLAGAHWANGI KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN
KLATEN. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1).

Djamarah, B. (2010). Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam


Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Gibney, M., Kearney, J., & Arab, L. (2009). Gizi Masyarakat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.

Human Development Index Of Banjarmasin. (2013). BPS-Statistics of


Banjarmasin City.
Infodatin. (2015). Situasi dan Analisis Gizi. Kementrian Kesehatan RI.

Lestari, W., Margawati, A., & Rahfiludin, Z. (2014). Faktor risiko stunting
pada anak umur 6-24 bulan di kecamatan Penanggalan kota
Subulussalam provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia, 3(1).

Mandal, B., Wilkins, E., Dunbar, E., & White, R. (2008). Penyakit Infeksi
(Keenam). Jakarta: Erlangga.

Novak, P. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Picauly, I., & Magdalena, S. (2013). Analisis Determinan Dan Pengaruh


Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah Di Kupang Dan
Sumba Timur, NTT. Jurnal Pangan Dan Gizi, 8, 1.

Riskesdas. (2013). Stunting. Riset Kesehatan Dasar.

Rosha, B., Hardinsyah, & Baliwati, F. (2012). ANALISIS DETERMINAN


STUNTING ANAK 0-23 BULAN PADA DAERAH MISKIN DI JAWA
TENGAH DAN JAWA TIMUR. Panel Gizi Makan, 35(1).

Sulastri, D. (2012). FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA


ANAK USIA SEKOLAH DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA
PADANG. Majalah Kedokteran Andalas, 36(1).

33
Tando, M. (2012). DURASI DAN FREKUENSI SAKIT BALITA DENGAN
TERJADINYA STUNTING PADA ANAK SD DI KECAMATAN
MALALAYANG KOTA MANADO. GIZIDO, 4(1).

Wahdah, S., Jufrrie, & Huriyati, E. (2015). Faktor risiko kejadian stunting
pada anak umur 6-36 bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat
Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal Gizi Dan Dietetik
Indonesia, 3(2).
Wirjatmadi, B., & Adriani, M. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana.

34

Anda mungkin juga menyukai