Anda di halaman 1dari 19

PENERIMAAN PASIEN

INSTALASI GAWAT DARURAT


No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO 01 / 01

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri TurniantiHastuti, SpOG (K)
Pengertian Alur penerimaan pasien di instalasi gawat darurat adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh petugas di IGD
pada pasien untuk mendapatkan pelayanan IGD.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah petugas dalam memberikan
pelayanan pasien di IGD.
Kebijakan SK Direktur No.207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Petugas IGD (Dokter IGD) melakukan Triage Visual :
- Kesadaran (GCS)
- Respirasi
2. Bila pasien perlu dilakukan tindakan, pasien dibawa ke
Ruang tindakan.
3. Dokter IGD memberikan instruksi kepada perawat IGD.
4. Perawat IGD melakukan tindakan sesuai instruksi dan
melakukan anamnese lanjutan.
5. Petugas pendaftaran melakukan identifikasi pada
pasien dan dilakukan Entri data pasien.
6. Perawat melakukan entry data / biling tindakan sesuai
dengan identitas pasien.
7. Dokter dan perawat melakukan pencatatan hasil
pemeriksaan dan tindakan Rekam Medis pada RM 03.1
8. Bila pasien tidak dalam keadaan non emergensi dan
tidak memerlukan tindakan segera, pasien tersebut
disarankan ke Poliklinik atau Pelayanan Kesehatan
lainnya.
Unit Terkait Dokter IGD, Perawat IGD, Pendaftaran IGD, Satpam,
Transporter, Kasir.
ALUR KEGAWATDARURATAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Proses penerimaan pasien IGD sampai dengan pasien keluar
IGD.
Tujuan Sebagai tatalaksana dalam penerimaan pasien baru.
Kebijakan SK DirekturNo.207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Perawat menerima pasien, kemudian catat identitas
lengkap dan jelas dan informed concent.
2. Perawat melakukan anamnesa (auto dan hetero
anamnesa)
3. Perawat melakukan pemeriksaan GCS, TTV (T, N, RR, S)
dan pemeriksaan fisik awal.
4. Pengelompokan pasien dan diagnosa awal
- Gawat darurat : memerlukan tindaklan segera dan
mengancam jiwa
- Gawat non darurat : memerlukan tindakan segera
tapi tidak mengancam jiwa
- Non gawat darurat : tidak urgent tindakan segera
dan tidak mengancam jiwa
5. Untuk non gawat non darurat boleh diberi terapi
simptomatis (berdasar gejala) dan disarankan jika sakit
berlanjut bisa berobat lagi besok ke IGD.
6. Untuk gawat darurat dan gawat non darurat, perawat
menghubungi dokter jaga pada hari tersebut dan
melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh
melakukan tindakan awal pertolongan pertama/ baik
live support (BLS) meliputi :
 Air way
 bebaskan jalan nafas
 jaw trust, chin lift dan hiperekstensi
 bersihkan jalan nafas dari sumbatan ( secret,
benda asing)
 Breathing
 nafas buatan
 pasang oksigen jika perlu
 Circulation
 tensi dan nadi turu, pasang infuse
 monitor produksi urine, pasang kateter bila
perlu bila diperlukan doketr jaga harus datang
guna pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut
7. Pasein/ keluarga melengkapi administrasi.
8. Semua pemeriksaan, tindakan, terapi dan rujukan
didokumentasikan dengan lengkap pada status pasien.
Unit Terkait Dokter IGD, Perawat IGD, Pendaftaran IGD, Satpam,
Transporter, Kasir.
PROTAP OBSERVASI PASIEN GAWAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Memantau pasien keadaan gawat
Tujuan Sebagai acuan pemantauan atau observasi penderita gawat
agar selamat jiwanya.
Kebijakan SK Direktur No.207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mengobservasi kondisi pasien tiap 5 – 15 menit sesuai
dengan tingkat kegawatannya.
4. Hal-hal yang perlu diobservasi :
a. Keadaan umum penderita
b. Kesadaran penderita
c. Kelancaran jalan nafas (air Way).
d. Kelancaran pemberian O2
e. Tanda-tanda vital :Tensi, Nadi, Respirasi /
pernafasan dan Suhu.
f. Kelancaran tetesan infus
5. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan
penderita semakin tidak baik maka paramedis perawat
harus lapor kepada dokter yang sedang bertugas (diluar
jam kerja pertelpon).
6. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan dokter
IGD maka perlu dirujuk
7. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya
diputuskan penderita bisa pulang atau rawat inap.
8. Perkembangan penderita selama observasi dicatat
dilembar observasi.
9. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu :
rawat jalan / rawat inap / rujuk.
Unit Terkait IGD, Rawat Inap
PENANGANAN MENGHENTIKAN PERDARAHAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik
dalam kasus bedah atau non bedah.
Tujuan Menghentikan syok.
Kebijakan SK Direktur No. 207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Memakai masker, sarung tangan, scort
2. Perawat I
a) Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang
dekat dengan permukaan kulit dengan
menggunakan jari tangan.
b) Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah
yang luka
3. Perawat II
a) Mengatur posisi pasien
b) Memakai sarung tangan kecil
c) Meletakkan kain kasa steril di atas luka, kemudian
ditekan dengan ujung-ujung jari
d) Meletakkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa
yang pertama, kemudian tekan dengan ujung jari
bila perdarah masih berlangsung. Tindakan ini
dapat dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan
tanpa mengangkat kain kasa yang ada.
4. Menekan balutan
a) Meletakkan kain kasa steril di atas luka
b) Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan
benda keras (verband atau kayu balut) di atas luka
c) Membalut luka dengan menggunakan verband
balut tekan.
5. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan
hebat dan trumatik amputasi
a) Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi)
dengan menggunakan kain kasa steril
b) Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah
proximal luka, kemudian ikatlah dengan kuat.
c) Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit
sekali secara periodik
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan
tourniquet :
a) Pemasangan tourniquet merupakan tindakan
terakhir jika tindakan lainnya tidak berhasil. Hanya
dilakukan pada keadaan amputasi atau sebagai
“live saving”
b) Selama melakukan tindakan, perhatikan :Kondisi
pasien dan tanda-tanda vital Ekspresi wajah
Perkembangan pasien

Unit Terkait IGD


PENATALAKSANAAN HEACTING
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Suatu tindakan penjahitan luka terbuka.
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka
tertutup oleh jahitan untuk menghidari infeksi lanjutan.
Kebijakan SK Direktur No. 207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan
menjelasakan kepasien atau keluarga pasien (informed
concern)
2. Perawat memakaia handscoon
3. Tekan luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan
dengan cairan NaCl. Apabila kotor siram dengan H2O2
4. Olesi daerah luka dengan betadine
5. Olesi dengan kapas alkohol, lalu suntikan lidokain
injeksi 2 cc disekitar pingiran luka tunggu 5 menit
6. Tekan lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada
pembuluh darah yang terpotong diklem diikiat dengan
benang catgut
7. Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada
kotoran ambil dengan pinset anatomi
8. Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalfulder, lalu
jahit bibir luka dengan rapi, setelah luka ditutup olesi
dengan betadine. Kemudian beri supratul,lalu tutup
dengan kasa steril dan verband.
9. Bersihkan daerah bekas luka
10. konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas
didaerah luka
Unit Terkait Rawat Inap
PENATALAKSANAAN LUKA KLL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan
cepat dan tepat.
Tujuan Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
Kebijakan SK Direktur No. 207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur
1. Informed Concent Dan Penjelasan

2. Pemeriksaan Ttv

 Penatalaksanaan Perawatan Luka Babras


a. Persiapan Alat : Bengkok Didekatkan Dan Kasa
Didekatkan Cairan Ns Dan Betadine
b. Pembersihan Dengan Ns
c. Setelah Itu Diberi Betadine / Sufratul
d. Bersihkan Peralatan
e. Observasi
f. Konseling

Penatalaksaan Perawatan Luka Robek


a. Persiapan Pasien Dan Informed Concern
b. Semua Alat Disiapkan
c. Suntikan Dengan Lidokain Merata
d. Dibersihkan Dengan Ns /Perhidrol
e. Diberikan Disinfektan Dengan Betadine
f. Heacting (Sesuai Sop Heacting)
g. Diberikan Tulle Atau Salep Oxitetraciclin
h. Ditutup Dengan Kasa Steril
i. Diplester / Hipafix
j. Bersihkan Kotoran/ Bekas Darah Disekitar
Luka.
k. Bereskan Peralatan
l. Observasi
m. Konseling
Unit Terkait IGD dan Rawat Inap
PENGGUNAAN DC-SHOCK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung
melalui dinding dada dengan defibrilator.
Tujuan Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti
jantung.
Kebijakan SK Direktur No. 207/IGD/ADM/AND/X/2007 tentang
Pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Prosedur 1. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
3. Memberikan sedative bila perlu.
4. Memasang elektrode dan menualakan EKG monitor.
5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG
tersebut.
6. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi
150 joule untuk kardioversi mulai dengan 50 joule)
7. Pegang peddle 1 dengan tangan kiri, letakkan pada
daerah mid sternum dan paddle 2 dengan tangan kanan
pada daerah mid aksila.
8. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar
staf yang lain tidak ada yang menyentuh pasien
ataupun tempat tidur pasien.
9. Bila terdengar tanda ready dari mesin defibrilator, tekan
tombol DC- SHOCK dengan jempol agar arus masuk
dengan baik.
10. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan
dengan memberi watt second yang lebih tinggi.
11. Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil hentikan
tindakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Bila terjadi asistole, lakukan segera RJP
- Tindakan DC-SHOCK dihentikan bila mana tidak
ada respon
- Setiap perubahan gambaran EKG harus di print
Unit Terkait IGD
PENANGANAN KEJANG
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO 01 / 01

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir,
berlangsung berulang-ulang dan periodik, disertai dengan
sistem otonom abnormal, dan tidak berhenti dengan
manipulasi (fleksi pasif atau pemindahan ekstermitas)
Tujuan Mengatasi kasus kejang pada neonates dengan segera
sehinggamemberikan outcome yang baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
Kebijakan
Prosedur 1. Pasang jalur intravena dan beri cairan dengan dosis
rumatan.
2. Berikan bolus dextrose 10% (2cc/kg BB iv) secara
empiris, dan bila memungkinkan lakukan pemeriksaan
kadar gula darah. Bila kadar glukosa darah < 45mg/ dl
lanjutkan tata laksana hipoglikemia.
3. Koreksi penyebab lain (jika ditemukan
ketidakseimbangan elektrolit) dan berikan antibiotic
pada bayi yang dicurigai sepsis.
4. Bila kejang masih berlangsung atau berulang, beri
fenobarbital dengan dosis 20 mg/kgBB iv pelana sekitar
5 menit;
a. Bila jalur iv belum terpasang dapat diberikan dengan
injeksi im dengan dosis yang sama.
b. Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit,
beri dosis ulangan fenobarbital 10 mg/kgBB iv atau
im. Dapat diulang sekali lagi 30 menit kemudian jika
masih kejang.
5. Bila kejang masih berlanjut, beri fenitoin iv 20
mg/kg/BB;
a. Berikan fenitoin hanya iv
b. Campur jumlah dosis total dalam 15 ml NaCl 0,9%
dengan kecepatan 0,5 ml/ menit selama 30 menit.
c. Evaluasi denyut jantung selama pemberian fenitoin.
6. Lanjutkan pemberian oksigen bayi mengalami gangguan
nafas.
7. Amati bayi secara periodik untuk melihat kemungkinan
kejang berulang, khususnya cari kejang subtle.
8. Hindari stimulasi suara dan sentuhan yang berlebihan
pada bayi.

Unit Terkait Ruang Perinatologi, Ruang Rawat Gabung, IGD


MELAKSANAKAN IDENTIFIKASI
BAYI BARU LAHIR HIDUP
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO 01 / 01

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Suatu tindakan untuk mencegah tertukarnya bayi yang
baru lahir hidup di Klinik Utama Ananda.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah untuk identifikasi bayi baru
lahir hidup supaya tidak tertukar dengan bayi lainnya.
Kebijakan
Prosedur 1. Setelah bayi baru lahir keseluruhan segera
diinformasikan jenis kelaminnya pada ibu bayi/ keluarga
yang mendampingi.
2. Bersihkan muka bayi dan keringkan seluruh tubuh, serta
amati kelainan pada bayi.
3. Pasang gelang identitas yang sudah ditulisi nama ibu
bayi di pergelangan bayi sebelah kiri secara tepat (tidak
terlalu kendur), dan warna gelang disesuaikan dengan
jenis kelamin (biru untuk laki-laki dan merah muda
untuk perempuan).
4. Lakukan pengukuran antropometri (BB, PB, LK, LD),
namun pada bayi yang memungkinkan IMD maka
pengukuran dilakukan setelah IMD selesai.
5. Cap kaki bayi kanan dan kiri di formulir identifikasi yang
sudah disiapkan, tulis nama ibu dan tulis semua hasil
pengukuran dilengkapi dengan no RM.
6. Formulir identifikasi dibubuhi cap ibu jari tangan kanan
dan tandatangan ibu.
7. Petugas (perawat/bidan) menginformasikan semua hasil
identifikasi dan menandatangani formulir, serta
melibatkan dokter jika terdapat kelainan pada bayi.
Unit Terkait Ruang perinatologi, Kamar bersalin, IGD
PENANGANAN BAYI DENGAN ASFIKSIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas
spontan dan adekuat setelah lahir.
Tujuan 1. Bayi dengan asfiksia segera mendapatkan perawatan
yang optimal.
2. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi baru
lahir.
Kebijakan
Prosedur 1. Dokter umum/ bidan/ perawat
Pada asfiksia sedang:
- Membersihkan jalan nafas
- Menjaga suhu tubuh bayi 36,5-37◦C
- Merawat tali pusat
2. Dokter spesialis/ dokter umum/ bidan/ perawat
- Membersihkan jalan nafas
- Menjaga suhu tubuh bayi 36,5-37◦C
- Mengusahakan pernafasan dan sirkulasi normal (bila
perlu dengan pemompaan, memberi oksigen)
- Merawat tali pusat

Unit Terkait Ruang Perinatologi, Ruang Rawat Gabung, IGD


PENANGANAN SYOK
PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO 01 / 01

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Suatu sindrom akut yang ditandai oleh perfusi sirkulasi
yang tidak memadai pada jaringan untuk dapat memenuhi
kebutuhan metabolisme organ-organ visual.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam menurunkan
morbiditas dan mortilitas akibat syok pada bayi dengan
penatalaksanaan yang optimal.
Kebijakan
Prosedur A. Umum
1. Bolus intravena 10-20 ml/kgBB normalsalin atau
RL dalam 30 menit ( jika tersedia dengan syringe
pump).
2. Bayi dievaluasi untuk menilai respon setelah
pemberian cairan.
3. Koreksi hipoksia dan ventilasi sesuai dengan
kebutuhan.
4. Koreksi hipoglikemia dan ketidakseimbangan
elektrolit jika ditemukan.
B. Spesifik
1. Pada syok hipovolemik karena perdarahan, segera
siapkan tranfusi whole blood 10-20 ml/kgBB atau
PRC 5-10 ml/kgBB selama 30 menit, dan koreksi
penyebab perdarahan perdarahan jika
memungkinkan.
2. Pada syok septik segera mulai terapi antibiotika
empirik, dan gunakan volume expander dan agen
inotropik sesuai kebutuhan.
3. Pada syok kardiogenik, berikan agen
inotropik(dopamine dan dobutan) sesuai kondisi
bayi.
Unit Terkait Ruang Perinatologi, IGD
INHALASI NEBULIZER
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/ tanpa obat nebulator.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:
1. Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan.
2. Melonggarkan jalan nafas.
Kebijakan
Prosedur 1. Menjaga privasi pasien.
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk.
3. Menempatkan meja atau trolly di depan pasien yang
berizi set nebulizer.
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran.
5. Memastikan alat berfungsi dengan baik.
6. Memasukkan obat sesuai dosis.
7. Memasang masker pada pasien.
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas
dalam sampai obat habis.
9. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue.

Unit Terkait Instalasi rawat jalan, IGD, IBS, ICU, Instalasi Rawat Inap
PEMERIKSAAN EKG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Pemeriksaan EKG adalah pemeriksaan rekam jantung
untuk mengetahui perubahan-perubahan potensial atau
perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:
1. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia).
2. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark,
hypertrophy atrial dan ventrikel).
3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat
jantung.
4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit.
5. Mengetahui adanya gangguan pericarditis.
Kebijakan
Prosedur 1. Melepas semua perhiasan yang digunakan pasien.
2. Menganjurkan klien berbaring dengan tenang, tidak
bergerak dan berbicara selama prosedur dan tidak
memegang pagar tempat tidur.
3. Jaga privasi pasien.
4. Menggunakan sarung tangan.
5. Membuka baju klien bagian atas.
6. Memberikan jelly pada area yang akan dipasang
elektroda.
7. Pasang kabel dan elektroda:
a. Kabel merah :pergelangan tangan kanan
b. Kabel kuning :pergelangan tangan kiri
c. Kabel hijau :pergelangan kaki kiri
d. Kabel hitan :pergelangan kaki kanan
e. V1 :pada intercosta ke-4 kanan
f. V2 :pada intercosta ke-4 kiri
g. V3 :pada intercosta ke4-5. Antara V2 dan V4
h. V4 :pada intercosta ke-5 linea midclavicularis kiri
i. V5 :horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior.
j. V6 :horizontal terhadap V5, pada linea midaksilaris.
8. Menghubungkan kabel listrik EKG ke sumber listrik.
9. Menyalakan power ON mesin EKG.
10. Melakukan rekaman dan cetak hasil rekaman.
11. Setelah selesai matikan power mesin EKG dan lepaskan
kabel atau elektroda kemudian bersihkan sisa jelly yang
menempel pada tubuh pasien dengan menggunakan
tissue.
12. Merapikan pasien.

Unit Terkait Instalasi rawat jalan, IGD, Instalasi Rawat Inap


PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah mengatasi
keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil AGD, menurunkan
kerja nafas dan kerja miokard.
Kebijakan
Prosedur 1. Mengisi glas humidifier dengan water irrigation setinggi
batas yang tertera.
2. Menghubungkan flowmeter dengan tabung oksigen/
sentral oksigen.
3. Cek fungsi flowmeter dan humidifier dengan memutar
pengatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya
gelembung udara dalam glas flowmeter.
4. Menghubungkan kateter nasal dengan flowmeter.
5. Alirkan oksigen kanul nasal/ kateter nasal dengan aliran
1-5 liter.
6. Cek aliran kateter nasal dengan menggunakan punggung
tangan ada tidaknya aliran oksigen.
7. Olesi ujung kateter nasal dengan jelly sebelum dipakai.
8. Pasang kateternasal pada pasien.
9. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir
sesuai dengan yang diinginkan.

Unit Terkait Instalasi rawat jalan, IGD, Instalasi Rawat Inap


PENGANGKATAN JAHITAN LUKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Mengangkat/ membuka jahitan pada luka yang dijahit.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
1. Mencegah terjadinya infeksi dari benang.
2. Mencegah tertinggalnya benang.
Kebijakan
Prosedur 1. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas.
2. Membuka peralatan.
3. Memakai sarung tangan.
4. Membasahi plester dengan alcohol dan buka dengan
menggunakan pincet.
5. Membuka balutan lapis luar.
6. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester.
7. Membuka balutan lapis dalam.
8. Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka).
9. Mendisinfeksi luka dengan povidone iodine.
10. Meletakkan kassa steril di dekat luka.
11. Menarik simpul jahitan sedikit ke atas secara hati-hati
dengan memakai pinset cirugis sehingga benang yang
didalam kulit kelihatan
12. Menggunting benang dan tarik hati-hati, buang ke
kassa.
13. Membilas dengan menggunakan cairan NaCl.
14. Melakukan kompres betadine/ memberi obat menutup
dengan kassa steril.
15. Memasang plester pada seluruh tepi kassa.

Unit Terkait Instalasi rawat jalan, IGD, Instalasi Rawat Inap, IBS, ICU,
KK, Perinatologi
PENGANGKATAN JAHITAN LUKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Melakukan tindakan keperawatan mengganti balutan,
membersihkan luka pada luka yang dijahit.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Membantu menyembuhkan luka.
Kebijakan
Prosedur 1. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas.
2. Membuka peralatan.
3. Memakai sarung tangan.
4. Membasahi plester dengan alcohol dan buka dengan
menggunakan pincet.
5. Membuka balutan lapis luar.
6. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester.
7. Membuka balutan lapis dalam.
8. Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka).
9. Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl.
10. Mendesinfeksi luka dengan iodin povidon.
11. Membilas dengan menggunakan cairan NaCl.
12. Melakukan kompres betadine pada luka/ memberi
obat/ menutup dengan kassa steril.
13. Memasang plester pada seluruh tepi kassa.

Unit Terkait Instalasi rawat jalan, IGD, Instalasi Rawat Inap,ICU, KK,
Perinatologi
PEMBERIAN MAKAN LEWAT NASO GASTRIC TUBE
(NGT)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO 01 / 01

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Memasukkan makanan cair/ obat melalui NGT.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
1. Mempertahankan status nutrisi.
2. Pemberian obat.
Kebijakan
Prosedur 1. Menjaga privacy.
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi flower (jika
tidak ada kontraindikasi).
3. Memakai sarung tangan.
4. Memasang pengalas di dada.
5. Memasang corong.
6. Memasukkan air matang, membuka klem, tinggikan 30
cm, sebelum air habis.
7. Memasukkan makanan cair, membuka klem, tinggikan
30 cm, klem kembali sebelum makanan habis.
8. Masukkan air matang, membuka klem, tinggikan 30cm,
sebelum air habis.
9. Menutup NGT dengan spuit/ klem.
10. Membersihkan sisa makanan pada pasien.
11. Merapikan pasien.

Unit Terkait IGD, IBS, ICU, Instalasi Rawat Inap, Unit khusus.
ALUR PELAYANAN PERINATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 / 01
KLINIK UTAMA ANANDA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Tri Turnianti Hastuti, SpOG (K)
Pengertian Alur perjalanan pasien perinatal baik yang lahir di dalam maupun
diluar Klinik Utama Ananda.
Tujuan Memperjelas dan mempermudah semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan pasien perinatal.
Kebijakan
Prosedur 1. Alur Pelayanan Pasien Perinatal yang lahir di dalam klinik
Utama Ananda.
BAYI LAHIR DI DALAM
DALAM KLINIK

IGD KAMAR BERSALIN(IMD) IBS/ SC

Tidak bermasalah
Bermasalah

RUANG RAWAT GABUNG


RUANG PERISTI
(POST NIFAS)

2. Alur pelayanan pasien perinatal yang lahir di luar Klinik


Utama Ananda.
BAYI LAHIR DI KLINIK

IGD DIPULANGKAN POLIKLINIK

RUANG PERISTI

RUANG PERISTI DIPULANGKAN/ RUJUK

RUANG RAWAT GABUNG


(POST NIFAS)
RUANG RAWAT GABUNG
(POST NIFAS)

Unit Terkait IGD, IBS, ICU, Instalasi Rawat Inap, Unit khusus.

Anda mungkin juga menyukai