Anda di halaman 1dari 10

KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI SISWA SMA

DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HUKUM NEWTON

Rizky G, Tomo D, Haratua TMS


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Tanjungpura
Email : gusfarin.rizky@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan


multirepresentasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal hukum Newton di SMA
Negeri 7 Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian
melibatkan sebanyak 90 siswa kelas X MIPA SMA Negeri 7. Tes penelitian
berbentuk soal uraian sebanyak 3 buah. Hasil jawaban siswa dianalisis untuk
mengetahui bentuk representasi apa saja yang disajikan oleh siswa dan
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam merepresentasikan informasi. Hasil
analisis data menunjukkan representasi yang disajikan siswa adalah representasi
verbal dengan rata-rata persentase jumlah siswa 73,70%, representasi gambar
dengan rata-rata persentase 64,43% siswa, representasi fisis dengan rata-rata
persentase 15,18% siswa dan representasi matematis dengan rata-rata persentase
57,40% siswa. Tingkat kemampuan multirepresentasi siswa tergolong rendah
hanya mencapai persentase rata-rata skor sebesar 33% dari jumlah skor maksimal.
Penelitan ini diharapkan agar dapat menyusun strategi pembelajaran fisika untuk
meningkatkan kemampuan multirepresentasi siswa.

Kata Kunci: Multirepresentasi, Menyelesaikan Soal-Soal

Abstract: This study aims to determine sudents’ multiple representation ability in


physics problem of Newton’s law at senior high school 7 Pontianak. The study
method that used is a survey research and 90 students who study in 10th grade
from science class are participated. The instrument used essay test of Newton law.
The students were asked to solve the problem in test form and their answer sheets
were analyzed to obtain the ability to represent information and students’ profile
in construct representation format. The result shows that students use multiple
representation to solve Newton’s law problem; verbal (73,70%), pictorial
(64,43%), diagram (15,18%) and mathematic representation (57,40%). Students’
multirepresentation ability is at low category, the students only reach 33% of the
maximum score. The study results can be used by teacher as starting point to do
the physics learning process based on students’ multiple-representation ability.

Keyword: Multiple representation, problem solving

1
F isika merupakan satu diantara mata pelajaran yang konsepnya dapat
direpresentasikan ke dalam berbagai bentuk, yaitu verbal, fisis, gambar dan
matematis. Eksperimen dalam pengetahuan sains dan pendidikan fisika
menyatakan bahwa ilmuwan sering menerapkan representasi kualitatif seperti
gambar dan diagram untuk membantu mereka memahami masalah sebelum
menggunakan rumus untuk memecahkan masalah bersifat kuantitatif (Heuvalen
dan Xueli, 2001: 184).
Hukum Newton adalah satu diantara materi fisika yang membutuhkan
multirepresentasi untuk pemecahan masalahnya. Materi hukum Newton
memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang kompleks, artinya siswa tidak
hanya menghapalkan rumus, namun siswa harus mengembangkan kemampuan
multirepresentasinya secara gambar, diagram dan matematis. Akan menjadi
kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal-soal fisika pada materi hukum Newton
ini jika mereka tidak kuat dalam merepresentasikan konsep-konsepnya menjadi
berbagai bentuk.
Multirepresentasi melibatkan penerjemahan secara berurutan dari masalah
fisika yang diberikan dari satu simbol bahasa ke lainnya, dimulai dengan menulis
deskripsi masalah secara verbal, kemudian dipindahkan ke bentuk gambar yang
disesuaikan dan representasi diagram, dan diakhiri (biasanya) dengan rumus
matematis yang dapat digunakan untuk menentukan jawaban menggunakan angka
(Leigh, 2004). Representasi verbal mewakili suatu konsep atau proses fisika ke
dalam bentuk kata-kata atau susunan kalimat. Representasi verbal dapat
memberikan pengertian ataupun definisi pada suatu konsep fisika. Representasi
gambar adalah representasi yang menyajikan suatu konsep atau proses fisika ke
dalam bentuk gambar sesungguhnya yang mirip dengan aslinya. Gambar dapat
memvisualisasikan konsep yang masih abstrak, sehingga dapat dengan mudah
dipahami untuk menuju proses selanjutnya. Representasi fisis adalah penyajian
suatu konsep atau proses fisika melalui bentuk fisis seperti diagram benda bebas
dan diagram gerak benda (secara kinematis). Representasi matematis mewakili
suatu konsep atau proses fisika disajikan ke dalam persamaan matematis.
Representasi matematis biasanya diletakkan di akhir, karena fungsinya dapat
menentukan hasil akhir suatu proses fisika.
Kemampuan multirepresentasi adalah kemampuan menginterpretasikan dan
menerapkan berbagai representasi dalam menjelaskan konsep fisika maupun
permasalahan dalam fisika (Kohl dan Noah, 2006). Etkina (2010) pernah
membuat rubrik penilaian terhadap kemampuan merepresentasikan suatu
permasalahan fisika oleh siswa ke dalam banyak cara. Terdapat empat
kemampuan merepresentasikan informasi yaitu; kemampuan mengekstrak
informasi, kemampuan membentuk representasi baru dari representasi-
representasi sebelumnya, kemampuan mengevaluasi konsistensi dari representasi
yang berbeda dan kemampuan menggunakan representasi-representasi dalam
memecahkan masalah.
Menurut Ainsworth (1999), secara umum penyajian multirepresentasi
memiliki tiga fungsi utama dalam pembelajaran. Fungsi pertama adalah
penggunaan representasi yang berisi pelengkap informasi atau membantu
melengkapi proses kognitif (pengetahuan). Kedua, penggunaan satu representasi

2
dapat membatasi kemungkinan kesalahan interpretasi dari representasi yang lain
dan pada akhirnya multirepresentasi dapat mendorong para siswa untuk
menguatkan pemahamannya terhadap suatu situasi secara mendalam.
Dalam suatu pembelajaran, selain mempersiapkan rancangan pembelajaran
ada baiknya guru juga mengenal kemampuan berpikir siswa. Coz (dalam Gredler,
2011: 6) menyatakan bahwa secara spesifik, pelajaran seperti fisika diyakini akan
memampukan siswa untuk berpikir jelas dan mendalam, yakni dapat
mendisiplinkan pikiran. Karena pelajaran fisika di dalamnya memuat hal-hal yang
perlu dikaji secara dalam dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi di dalam pembelajaran fisika, kondisi
disiplin diharapkan mampu mengorganisasikan pemikiran untuk fokus ke dalam
pemecahan masalah tersebut. Terlebih lagi, disiplin mempengaruhi kepekaan
pikiran untuk dapat menangkap permasalahan yang muncul dan kemudian segera
dibangun cara-cara untuk menuju ke penyelesaian masalah.
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih banyak menuntut keaktifan siswa
dalam mencari sendiri pengetahuannya, siswa tidak lagi hanya menerapkan,
namun dapat berpikir tingkat tinggi bagaimana mengolah materi yang ada. Untuk
itu siswa memerlukan kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis dalam
mengolah pengetahuannya. Artinya ketika siswa diberikan masalah sesuai dengan
materi yang ada, ia harus mampu mengembangkan dan menguasai representasi
(penyajian) yang berbeda atau kemampuan multirepresentasi untuk memecahkan
masalah tersebut.
Ormrod (2009) menyatakan bahwa siswa terlalu menyederhanakan suatu
konsep. Pandangan mereka terlalu sempit mengenai objek atau peristiwa apa saja
yang dicakupi oleh suatu konsep. Siswa tidak sepenuhnya memahami suatu
konsep sampai mereka dapat mengidentifikasi baik contoh maupun yang bukan
contoh dari konsep itu dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Kondisi siswa
dalam mempelajari konsep dan menyelesaikan soal seperti yang dikemukakan
oleh Ormrod di atas, terjadi pada siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 7
Pontianak dalam pembelajaran fisika. Siswa lebih senang menggunakan rumus-
rumus ketika menyelesaikan soal fisika, karena bagian tersebut lebih mudah
diingat tanpa perlu dipahami dan lebih nyata terlihat oleh siswa dibandingkan
dengan konsep pendefinisi yang terlihat abstrak oleh siswa karena memahaminya
cukup sulit, hanya sebagian kecil yang mencantumkan gambar, diagram dan
verbal untuk menjelaskan kembali maksud dari soal-soal yang diberikan. Guru
juga mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa cukup rendah pada materi hukum
Newton. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya di sekolah tersebut
dengan materi yang sama oleh Syarifah Nurul Hidayah (2011), guru belum
berperan aktif dalam melakukan pembelajaran menggunakan multirepresentasi.
Penelitian terdahulu mengenai multirepresentasi terkait dengan kemampuan
penyelesaian atau pemecahan soal oleh siswa telah dilakukan oleh Judyanto Sirait
(2010) dan Heuvelen & Xueli (2001). Hasil penelitian Judyanto menyimpulkan
bahwa sebagian besar siswa (97%) menggunakan representasi persamaan
matematis dalam menyelesaikan permasalahan, siswa yang mampu membuat
representasi gambar dan grafik ternyata mampu menyelesaikan dalam bentuk
persamaan matematis dengan benar. Heuvelen & Xueli (2001) melakukan

3
penelitian mengenai penggunaan pendekatan multirepresentasi dalam
pembelajaran dalam topik usaha-energi yang menyimpulkan bahwa pendekatan
tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep usaha-energi dan
dalam pemecahan masalah pada konsep tersebut.
Dari pemaparan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan
kemampuan multirepresentasi siswa kelas X dalam menyelesaikan soal-soal
hukum Newton di SMA Negeri 7 Pontianak untuk mengetahui kemampuan
multirepresentasi siswa dengan melihat bentuk representasi apa saja yang
disajikan siswa dan bagaimana kemampuan siswa dalam merepresentasikan
informasi dalam menyelesaikan soal. Kemampuan multirepresentasi penting bagi
siswa, karena dapat memberikan kemudahan dalam menyelesaikan soal-soal
fisika yang bersifat multirepresentatif.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survei, sedangkan bentuk penelitian survei yang digunakan adalah penelitian
survei tanpa kelompok pembanding yang bersifat deskriptif sederhana. Disebut
bersifat deskriptif sederhana jika yang dibahas hanya suatu keadaan tertentu
secara terpisah tanpa menghubungkannya dengan keadaan lainnya (Azwar dan
Prihartono, 1987: 5).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA di SMA
Negeri 7 Pontianak yang terdiri dari empat kelas yaitu: X MIPA 1, X MIPA 2, X
MIPA 3, dan X MIPA 4 dengan total jumlah 144 siswa. Dalam penelitian ini
digunakan teknik intact group (kelompok utuh) dalam pengambilan sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA 1, X MIPA 3
dan X MIPA 4 dengan total 90 siswa dan pemilihan sampel berdasarkan diskusi
dengan guru yang mengajar di kelas yang bersangkutan.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel
tersebut adalah tes berbentuk esai berjumlah 3 soal tes. Nilai realibilitas dari
instrumen adalah 0,68 dan instrumen dinyatakan valid serta layak digunakan di
lapangan oleh validator.
Data yang diperoleh dari siswa kemudian dianalisis dan diberikan skor
sesuai dengan rubrik penskoran. Rubrik penskoran dikembangkan dari rubrik
penskoran Physics Education Research (PER) tentang penskoran kemampuan
siswa dalam merepresentasikan informasi ke dalam berbagai cara (Etkina, dkk,
2006). Untuk menilai kemampuan merepresentasikan informasi, keempat sub
kemampun tersebut diberi skor dengan rentang 0 hingga 3. Skor 0 diberikan
kepada siswa yang tidak dapat menjwab sama sekali (missing), skor 1 diberikan
kepada siswa yang sudah merepresentasikan informasi tetapi dengan cara yang
salah dan tidak sesuai dengan jawaban sebenarnya, skor 2 diberikan kepada siswa
yang sudah merepresentasikan namun perlu perbaikan (need some improvement)
dan skor 3 diberikan kepada siswa yang mampu merepresentasikan informasi
dengan baik dan benar (Adequate).

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengumpulan data dilakukan di SMA Negeri 7 Pontianak pada tanggal 1
hingga 3 April 2014. Sebanyak 90 siswa berpartisipasi dalam penelitian ini karena
8 siswa lainnya berhalangan hadir ketika penelitian dilaksanakan. Data penelitian
yang diperoleh merupakan data primer berupa jawaban siswa kelas X di sekolah
tersebut dalam menyelesaikan soal-soal pada materi hukum Newton selama 90
menit pada tiap kelas.
Berikut ini adalah hasil analisis terhadap profil representasi yang disajikan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal hukum Newton.
80% 73,70%

70% 64,43%
57,40%
60%
Persentase Siswa

Verbal
50%
Gambar
40%
Fisis
30%
15,18% Matematis
20%
10%
0%
Representasi yang disajikan siswa

Gambar 1 Rata-Rata Persentase Jumlah Siswa dalam


Menyajikan Tiap Representasi
Dari hasil analisis juga diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
membentuk tiap representasi masih belum mencukupi (Inadequate). Hal ini
ditunjukkan bahwa masih banyak siswa yang hanya memperoleh skor 1.
Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa tingkat kemampuan yang dapat
dicapai siswa dalam merepresentasikan informasi atau permasalahan fisika adalah
33% dari jumlah skor ideal yaitu 36. Jumlah skor tertinggi yang berhasil diperoleh
siswa adalah 23. Dalam merepresentasikan informasi siswa dibagi menjadi tiga
kategori kemampuan sebagai berikut.
Tabel 1 Rentang Skor Berdasarkan Kategori Kemampuan
Rentang Skor Kategori Kemampuan
Tinggi
Sedang
Rendah

( Sujiono, 2009:33)

5
Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
merepresentasikan informasi tergolong rendah ( ). Dari hasil analisis
tersebut kemampuan mengekstrak informasi yang diperoleh siswa mencapai 50%
dari jumlah skor maksimal atau rata-rata skor yang dipeoroleh adalah 4,46.
Tingkat kemampuan membentuk representasi-representasi secara keseluruhan
yamg dapat dicapai siswa hanya 36% dari jumlah skor maksimal atau rata-rata
skor yang diperoleh adalah 3,23. Kemampuan siswa untuk mengevaluasi
konsistensi mencapai rata-rata skor 1,7 atau persentase rata-rata skor 19% dari
jumlah skor maksimal yaitu 9. Kemampuan siswa dalam menggunakan
representasi dalam memecahkan masalah mencapai rata-rata skor 2,31 atau 26%
dari skor maksimal.

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan multirepresentasi
siswa kelas X dalam menyelesaikan soal hukum Newton. Kemampuan
multirepresentasi menurut Kohl dan Noah (2006) adalah kemampuan
merepresentasikan sesuatu ke dalam berbagai bentuk. Dua hal yang tertulis di
dalam pengertian Kohl dan Noah tersebut adalah kemampuan merepresentasikan
dan berbagai bentuk. Oleh karena itu di dalam penelitian ini untuk mengetahui
kemampuan multirepresentasi, perlu diketahui berbagai bentuk penyajian atau
representasi apa saja yang digunakan siswa dan mengetahui tingkat kemampuan
merepresentasikan informasi.
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis data, ditemukan bahwa siswa tidak
konsisten dalam mengerjakan tiap soal. Ini dibuktikan masih banyak jawaban
siswa yang kosong pada nomor soal 2 dan 3. Siswa lebih banyak mengerjakan
soal nomor 1 dan hasil analisis pada nomor tersebut menunjukkan hasil yang
sesuai dengan temuan-temuan sebelumnya. Hal ini disebabkan soal nomor 1 lebih
kontekstual menurut siswa dibandingkan dua soal lainnya. Kasus meluncur yang
disebutkan di dalam soal nomor 1 dianggap lebih mudah dipahami oleh siswa, dan
lebih mudah disajikan dalam 4 bentuk representasi tersebut. Tidak hanya itu saja,
siswa ada yang tidak serius dalam mengerjakan soal, sehingga kekurangan waktu
dan akhirnya berpengaruh pada total skor yang diperoleh. Penggunaan materi
yang sudah lama juga mempengaruhi hal ini, tetapi untuk mengetahui kemampuan
multireprsentasi hukum Newton termasuk materi yang sesuai.
Kemampuan merepresentasikan informasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu dengan kemampuan mengekstrak informasi, membentuk representasi
baru, mengevaluasi konsistensi representasi dan menggunakan representasi dalam
memecahkan masalah. Hasil analisis menyebutkan bahwa tingkat kemampuan
merepresentasikan informasi siswa masih jauh dari angka maksimum.
Tiap sub kemampuan merepresentasikan informasi adalah empat hal yang
berbeda dan tingkatan yang sama, namun keempatnya saling melengkapi satu
sama lain. Kemampuan mengekstrak informasi digunakan untuk melengkapi
informasi pada representasi yang dibentuk oleh siswa. Selanjutnya evaluasi
terhadap representasi yang telah dibuat perlu dilakukan agar tidak ada informasi
dan proses yang tertinggal sehingga masalah dapat dipecahkan menggunakan
representasi tersebut. Artinya, ketika siswa mampu mengekstrak informasi, maka

6
untuk sub kemampuan lainnya kemungkinan siswa juga mampu. Tetapi ketika
siswa tidak mampu mengekstrak informasi, siswa juga tidak mampu hingga
menggunakan representasi dalam memecahkan masalah seperti yang terjadi di
dalam penelitian ini.
Menurut pandangan aliran pengolahan informasi (information processing)
orang menghadapi problem bila ada tujuan yang ingin dicapai, tetapi belum
ditemukan sarana untuk sampai pada tujuan itu. Artinya, jika bentuk dan isi
representasi itu tepat, yaitu sungguh-sungguh mewakili problem yang dihadapi,
pemecahannya dapat ditemukan melalui simpanan informasi yang diaktifkan.
Mengingat sangat tergantung dari bentuk dan isi representasi dalam ingatan kerja,
informasi manakah lalu yang digali dari ingatan jangka panjang, maka sangat
penting bentuk dan isi representasi. Kalau representasi pada awal proses berpikir
memecahkan problem kurang mengena, bahkan salah, berarti akan diaktifkan pula
informasi yang tidak relevan sehingga pemecahan problem tidak akan ditemukan.
Dalam kasus demikian, suatu perubahan dalam cara merepresentasikan masalah
dapat sangat bermanfaat ( Winkel, 2007: 143).
Merepresentasikan informasi untuk menyelesaikan soal dengan berbagai
cara seperti yang telah dijabarkan di atas dapat membantu siswa memecahkan
masalah yang terdapat di dalam soal. Ini menunjukkan bahwa multirepresentasi
memang berfungsi sebagai pelengkap seperti yang dikemukakan oleh Ainsworth
(1999). Menurut Ainsworth (1999) multirepresentasi sebagai pelengkap dibagi
menjadi dua yaitu sebagai pelengkap proses dan pelengkap informasi. Dalam
merepresentasikan informasi, terdapat proses yang mengharuskan siswa
membawa informasi agar soal dapat diselesaikan dengan benar.
Masalah pertama dan kedua diselesaikan untuk mengetahui bagaimana
kemampuan multirepresentasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal hukum
Newton. Kemampuan multirepresentasi termasuk ke dalam kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan untuk memecahkan
masalah yang kompleks, tidak hanya sekedar menyelesaikan soal tetapi prosedur
penyelesaian soal juga diperhatikan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
mengandung unsur keterampilan dan kreatifitas, yang memerlukan daya pikir dan
imajinasi yang kuat. Jadi, siswa bukan hanya sekedar menghafal ataupun
mengingat rumus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan multirepresentasi
siswa tergolong rendah dan representasi yang paling banyak disajikan adalah
representasi verbal dan matematis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X
tersebut adalah pemula (novice). Seperti yang diungkapkan oleh Harper (dalam
Muhammad Yusuf dan Wawan Setiawan, 2009) menyoroti perbedaan perilaku
siswa yang terampil (expert) dengan siswa yang kurang terampil (novice) dalam
memecahkan masalah fisika. Siswa yang terampil memandang pemecahan
masalah sebagai suatu proses, sementara siswa yang kurang terampil berpikir
bahwa pemecahan masalah merupakan tugas mengingat kembali (recall task).
Dari sebab itu, materi yang digunakan dalam materi ini adalah materi yang sudah
cukup lama dipelajari siswa, agar dapat diketahui apakah siswa benar-benar
menyelesaikan soal melalui proses atau hanya menghapal, dan hal ini terbukti.

7
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
multirepresentasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal hukum Newton tergolong
rendah dan bentuk-bentuk representasi yang paling banyak disajikan siswa adalah
representasi verbal. Sedangkan representasi yang paling sedikit disajikan siswa
adalah representasi fisisKemampuan merepresentasikan informasi dalam
menyelesaikan soal hukum Newton mencapai persentase rata-rata skor 33% dari
skor maksimal (36) dan tergolong dalam kategori rendah.

Saran
Penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan untuk melihat hal-
hal yang mempengaruhi kemampuan multirepresentasi siswa dan pengumpulan
data dapat dilengkapi dengan wawancara ataupun angket kepada siswa untuk
mengetahui bentuk representasi apa saja yang biasanya disajikan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal hukum Newton. Perhatian terhadap kemampuan
multirepresentasi siswa perlu diperkuat agar sesuai dengan pembelajaran yang
dilaksanakan dan menerapkan pembelajaran berbasis multirepresentasi untuk
mempermudah siswa memahami materi hukum Newton.

DAFTAR RUJUKAN
Ainsworth, Shaaron. (1999). The Function of Multiple Representations.
(Computer and Education). (online).
(http://www.phsychology.nottingham.ac.uk/staff/ sea/function.pdf, diakses 2
Januari 2014)

Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono. (1987). Metode Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.

Etkina, Eugenia, dkk. (2006). Scientific Abilities and Their Assessment.


(online).
(http://paer.rutgers.edu/ScientificAbilities/Downloads/Papers/Scientific%20a
bilities%20and%20their%20assessment.pdf, diakses 30 April 2014)

Etkina, Eugenia, dkk. (2010). Rubric Scientific Ability to Represent


Information in Multiple Ways. (online).
(http://paer.rutgers.edu/ScientificAbilities/Downloads/Rubrics/A_MultRepRu
b2010.pdf, diakses 13 Maret 2014)

Heuvelen, A.V & Xueli, Z. (2001). Multiple Representation of Work-Energy


Procesess. (Department of Physics, The Ohio State University, Columbus,
Ohio 43210). (online). (http://wsteelman.iweb.bsu.edu/portfolio
/artifacts/Physics/Articles/Heuvelen_EnergyRepresentations2001.pdf,
diunduh 2 Januari 2014).

8
Kohl, Patrick B dan Noah D. Finkelstein. (2006) . Effects of Representation on
Student Solving Physics Problems: A Fine-Granined Characterization.
(Physical Review Special Topics – Physics Education research 1, 010104 ).
(online). (http://prst-per.aps.org/pdf/PRSTPER/v2/il/e010106, diakses 30
Desember 2013).

Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Leigh, Gregor. (2004). Developing Multi-representational Problem Solving


Skills in Large, Mixed-ability Physics Classes. (University of Cape Town
Department of Physics: Thesis). (online).
(http://www.phy.uct.ac.za/people/buffler/ Leigh_MSc.pdf, diakses 2 Januari
2014).

Hidayah, Syarifah Nurul. (2011). Implementasi Penggunaan Multirepresentasi


Guru Fisika SMA Pontianak dalam Pembelajaran (Studi Kasus pada
Materi hukum Newton di SMA Negeri 7 dan SMA Negeri 6 Pontianak).
Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2009). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh


dan Berkembang. (Penerjemah: Wahyu Indianti, dkk). Jakarta: Erlangga.

Rosengrant, David., Etkina E & Heuvelen, A.V. (2006). An Overview of Recent


Research on Multiple Representation. (Rutgers, The State University of
New Jersey GSE, 10 Seminary Place, New Brunswick NJ, 08904). (online).
(http://www.paer.rutgers.edu/ScientificAbilities/Downloads/Papers/DavidRos
perc2006.pdf, diakses 2 Januari 2014).

Sirait, Judyanto, dkk. (2010). Multirepresentasi Siswa SMA dalam Pemecahan


Masalah Kinematika Gerak Lurus. Pontianak: Laporan Penelitian
Pendidikan Fisika FKIP UNTAN.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT.Indeks.

Sutrisno, Leo. (2011). Makin Profesional Lewat Penelitian 9 Pengambilan


Sampel. (online). (http://www.scribd.com/doc/48219493/Makin-Profesional-
Lewat-Penelitian-9-Pengambilan-Sampel, diakses 30 Januari 2014).

Winkel, W.S. (2007). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: FKIP Universitas


Sanata Dharma.

9
Yusuf, Muhammad & Wawan Setiawan. (2009). Studi Kompetensi
Multirepresentasi Mahasiswa pada Topik Elektrostatika. (online).
(http://filr.upi.edu/Direktori/D%20-
%20FPMIPA/PRODI.%20ILMU%KOMPUTER/196601011991031%20-
%WAWAN%SETIAWAN/18.%20Kompetensi.pdf, diakses 2 Januari 2014).

10

Anda mungkin juga menyukai