Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan di Indonesia pada umummnya berada di kota-kota


besar, namun perkembangan pembangunan dapat terjadi pada suatu daerah atau lokasi
yang memiliki lokasi yang strategis dengan adanya aksesibilitas. Hal tersebut akan
memicu kegiatan atau aktivitas ekonomi yang tinggi. Selain itu akan memicu
pertambahan jumlah penduduk di suatu wilayah tersebut sehingga mengakibatkan makin
padatnya jumlah penduduk dan diikuti padatnya jumlah bangunan untuk permukiman.
Proses pemadatan bangunan permukiman yang tidak terkendali mengakibatkan
hilangnya ruang terbuka yang berada di perkampungan. Ruang-ruang terbuka yang
tersisa dan tata bangunan-bangunan rumah sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
maupun satwa tertentu. Beberapa manfaat bagi manusia antaralain menjadi penyejuk
udara, memberi ruang bersosialisasi bagi anggota masyarakat, serta filter bagi polutan.1

Tuban merupakan kabupaten yang memiliki lokasi yang strategis. Dilihat dari
posisi, Kabupaten Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan
ibukota propinsi Jawa Timur dengan ibukota propinsi Jawa Tengah, maka Kabupaten
Tuban dapat berperan sebagai „kota antara‟ sehingga dapat menjamin perkembangan
ekonomi daerah lebih cepat2. Hal tersebut ditandai dengan berdirinya pabrik-pabrik
yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tuban, meliputi pabrik semen yang
berada di Kecamatan Jenu dan Kecamatan Tambakboyo, selain itu juga terdapat
beberapa industri dibidang Minyak dan Gas. Perusahaan yang beroprerasi di Tuban

1
Mohammad Gamal, SLUM Kajian Permukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2012), Hlm. Vii.
2
Dinas PU, Profil Kota Tuban, diakses dari http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim, hlm 2.

1
antara lain PETROCHINA (di Kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah,
serta ada juga PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan PERTAMINA
TTU (di Kecamatan Jenu) serta Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang dibangun di
Kecamatan Jenu. Salah satu pabrik dengan skala internasional yaitu pabrik semen
Holcim yang berada di Kecamatan Tambakboyo sehingga Tuban Merupakan Kota
Semen pada masa sekarang.

Pembangunan Industri Semen di Kecamatan Tambakboyo berdampak positif


pada pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat seiring
semakin besarnya pajak daerah yang dibayar oleh industri semen tersebut. Pajak yang
dibayarkan ke perusahan tersebut misalnya pajak galian C.

Tabel 1.1: Pendapatan Pajak pengambilan Galian Golongan C kabupaten Tuban


Tahun 2009-2011 (dalam Rupiah)

Tahun Pajak Golongan C


2009 19.973.597.680
2010 19.698.639.330
2011 27.687.542.021
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kab.
Tuban, 2011

Tabel 1. 2: Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tuban Tahun 2009-2011


(dalam Rupiah)

Tahun PAD
2009 75.545.621.205
2010 84.161.298.981
2011 92.129.700.949
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kab.
Tuban 2011

2
Perkembangan industri dan prasarana yang ada merupakan generator bagi
pertumbuhan permukiman baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya 3. Industri
Semen di Kecamatan Tambakboyo secara tidak langsung memberikan pengaruh pada
pertumbuhan penduduk di sekitar kawasan pembangunan industri tersebut. Hal
tersebut memicu peningkatan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, selain itu dapat
juga menyebabkan peningkatan kebutuhan prasarana sarana seperti jalan, air bersih,
listrik, sarana pendidikan dan kesehatan

Pembangunan Industri Semen di Kecamatan Tambakboyo juga diiringi


dengan perekrutan tenaga kerja pabrik yang menyerap dari warga di Ring I kawasan
industri semen (Desa Merkawang, Desa Mliwang, Desa Sawir). Selain itu CSR
(Corporate Social Responsibility) dari pembangunan Industri Semen tersebut
membantu masyarakat di Ring I Kawasan pembangunan Industri semen dalam
mengatasi krisis air khususnya di Desa Mliwang. Bantuan tersebut berupa pengadaan
air bersih atau PAM.

Sebuah lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan


berkelanjutan merupakan idaman setiap orang untuk mencapai kesejahteraan hidup
dan menjamin kesehatan keluarga. Faktor penentu dari lingkungan permukiman
tersebut meliputi kondisi fisik rumah tinggal beserta lingkungan di sekitarnya, pola
hidup individu dan komunitas, kondisi sosial - ekonomi - budaya, dan dukungan dari
pemerintah (melalui penyediaan prasarana dan sarana pelayanan) 4.

3
Beny Indra, Pengaruh Keberadaan Industri terhadap Perkembangan Permukiman dan Perumahan, ITS,
2010, halm. 2.
4
Margareth, Kualitas Permukiman di Kecamatan pasar Kliwon, Fakultas Geografi, UGM. 2011, halm. 4.

3
1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam permukiman secara umum adalah tidak adanya keseimbangan


antara pertambahan jumlah penduduk dengan lahan untuk permukiman yang
tersedia5. Masalah permukiman di kawasan industri seringkali muncul karena belum
terpenuhinya standar rumah sehat. Masalah lingkungan permukiman tersebut
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang berpengaruh pada tingkat perekonomian
masyarakat serta kesadaran dan kepedulian penghuni untuk meningkatkan mutu atau
kualitas lingkungan.

Pertumbuhan penduduk berpengaruh pada peningkatan kebutuhan rumah


sebagai tempat tinggal. Masalah tersebut akan berdampak pada perbedaan kualitas
atau mutu permukiman. Masalah tersebut terjadi di Ring I kawasan pembangunan
Industri semen Kecamatan Tambakboyo, terdapat kesenjangan sosial yang
menyebabkan perbedaan kualitas permukiman serta fasilitas pendukungnya tersebut.

Apabila dilihat salah satu desa yang berada di Ring I kawasan Pembangunan
Industri Semen yaitu Desa Mliwang, kualitas permukiman masih tergolong rendah
karena bangunan rumah banyak yang menggunakan anyaman bambu sebagai
didnding, tidak memiliki pohon pelindung serta pagar rumah. Selain mengenai fisik
bangunannya adanya kesenjangan sosial yang berakibat perbedaan keadaan rumah,
seperti perbedaan kualitas pendidikan, perbedaan pendapatan.

Kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya dapat terlihat


pada kondisi permukimannya. Adaptasi tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan non
fisik. Faktor fisik antara lain kondisi bentuklahan, topografi, kemiringan lereng,

5
Eko budiharjo, sejumlah masalah pemukiman kota, (Bandung: Alumni/1984/Bandung), 1983

4
tanah dan iklim. Sedangkan faktor non fisik antara lain interaksi sosial, kondisi
ekonomi dan faktor – faktor politik dan keamanan6.

Dari rumusan maslah yang ada maka dapat muncul beberapa pertanyaan
sebagai berikut:

 Bagaimana kualitas permukiman di Ring I kawasan pembangunan Industri semen


kecamatan Tambakboyo (Desa Merkawang, Desa Mliwang, Desa Sawir)?
 Bagaimana hubungan antara kualitas permukiman dengan pembangunan Industri
semen di Kecamatan Tambakboyo?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengkaji kondisi kualitas permukiman Ring I kawasan Pembangunan Industri
Semen di Kecamatan Tambakboyo
2. Mengkaji hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan kualitas permukiman
3. Mengkaji hubungan antara pembangunan Industri semen dengan kualitas
permukiman Ring I kawasan pembangunan Industri Semen di Kecamatan
Tambakboyo

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menerapkan ilmu goegrafi permukiman untuk menganalisa dan mengkaji kualitas
permukiman di daerah penaelitian
2. Sebagai informasi kualitas permukiman Ring I kawasan Pembangunan Industri
Semen di Kecamatan Tambakboyo pada saat pembangunan, dan sebagai pembanding
terhadap kualitas permukiman yang lainnya.

6
Margareth, Kualitas Permukiman di Kecamatan pasar Kliwon, Fakultas Geografi, UGM, 2011, halm.
16.

5
1.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai Kualitas Permukiman memang banyak dilakukan


sebelumnya. Penelitian yang dilakukan dengan metode yang bervariasi dan
menggunakan daerah yang berbeda-beda. Penelitian sebelumnya banyak meneliti
mengenai kondisi fisik bangunan rumah saja beserta sarana dan prasarananya.
Namun penelitian yang terdahulu belum melibatkan faktor penentu dari lingkungan
permukiman tersebut meliputi kondisi fisik rumah tinggal beserta lingkungan di
sekitarnya, pola hidup individu dan komunitas, kondisi sosial - ekonomi - budaya,
dan dukungan dari pemerintah.

Tabel 1.3 : Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Metode Hasil


Raj Riana Dyah Studi Permukiman Magersari  Quota Sampel 1. Terdapat perbedaan yang
Kraton di Kecamatan Kraton  Survai & signifikan pada pendapatan dan
( Skripsi, 1997 ) Kotamadya Yogyakarta Wawancara biaya permukiman antara
Propinsi Daerah Istimewa  Analisis Kualitatif permukiman turun temurun dan
Yogyakarta dan Kuantitatif bukan.
(independent t test, 2. Faktor pengaruh kualitas
z score, multiple permukiman adalah luas
regresion) bangunan rumah dan biaya
perawatan.

Rina Dwi Kualitas Lingkungan  Quota Sampel 1. Kualitas lingkungan permukiman


Hartanti Permukiman di Kecamatan  Survai & di perkotaan lebih baik daripada
Cangkringan dan Depok dan Wawancara pedesaan
(Skripsi , 2006 ) Hubungannya dengan Aspek Analisis Kualitatif 2. Faktor yang mempengaruhi :
Sosial Ekonomi dan Kuantitatif tingkat pendapatan keluarga,
(independent t test, pendidikan kepala keluarga,
korelasi product jumlah anggota rumah tangga,
moment, multiple jumlah perawatan dan frekuensi
regresion) dan perawatan.
kualitatif (table 3. Faktor yang mendominasi
frekuensi) kualitas permukiman :
 Kota : pendapatan kepala
keluarga
Desa : pendidikan kepala keluarga

6
Lanjutan Tabel 1.3
Peneliti Judul Metode Hasil
Arif Fitriyanto Pengaruh Keadaan Sosial -Table frekuensi -Adanya hubungan positif anata
(2008) Ekonomi Terhadap Kondisi variabel pendidikan kepala
Fisik Rumah di Kecamatan -Table silang keluarga, pendapatan rumah tangga,
Kalijajar Kabupaten jumlah anggota rumah tangga
-Analisis statistik
Wonosobo dengan kondisi fisik rumah

-Faktor yang paling berpengaruh


terhadap kondisi fisik rumah di
daerah penelitian dari ke empat
variabel tersebut adalah variabel
pendapatan.
Fima Damawati Kajian Pengaruh Faktor - Survei lapangan - terdapat perbedaan kualitas
(2011) Sosial Ekonomi Terhadap - Independent Sample permukiman antara daerah
Kualitas Permukiman di T- Test berkarakteristik kota dengan
Daerah Kota dan Desa karakteristik desa. secara umum
daerah kota memiliki kualitas
permukiman yang lebih baik
daripada desa.
- dalam penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendapatan
total keluarga maka semakin baik
pula kualitas permukimannya.
- semakin sedikit jumlah tanggungan
keluarga I daerah kota maka
semakin baik pula kualitas
permukimannya.

Margareth Kualitas Permukiman di - Survei lapangan Adanya perbedaan kualitas


Mayasari Kecamatan Pasar Kliwon - Analisis Frekuensi permukiman pada lokasi penelitian
Kota Surakarta dengan menggunakan perbandingan
untuk mengetahui
pada lokasi morfilogi terhadap
sebaran faktor –
Sungai Bengawan Solo. Kondisi
faktor yang
kualitas permukiman tersebut
membedakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
kualitas
permukiman
- Analisis tabel silang
- Analisis Deskriftif
kualitatif

7
Lanjutan Tabel 1.3
Peneliti Judul Metode Hasil
Haris wijayanto Studi Kualitas Permukiman -survei lapangan Terdapat perbedaan kualitas
di Ring I Kawasan -analisis deskriptif permukiman di daerah penelitian
Pembangunan Industri kualitatif .Perbedaaan kualitas permukiman
Semen Kecamatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
Tambakboyo Kabupaten faktor.
Tuban

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Permukiman

Sekalipun dalam pengertian yang sangat sederhana dan dalam waktu tertentu,
setiap manusia di manapun di dunia membutuhkan tempat tinggal. Baik di daerah
bersuhu udara dingin maupun bersuhu udara panas; di daerah yang banyak turun hujan
maupun daerah gurun pasir; manusia selalu membutuhkan dan membangun tempat
berlindung ataupun tempat tinggal yang merupakan tempat kediaman yang secara
umum disebut permukiman, dan secara khusus disebut sebagai bangunan rumah
(Hudson, 1974; Hammond, 1979 dalam Ritohardoyo, 2000: 1)7. Dari pernyataan tersebut
permukiman memiliki kedudukan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup,
beraktivitas dan berkembangnya manusia dalam kondisi daerah yang bervariasi.
Kebutuhan perumahan atau shelter merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
kesejahteraan fisik psikologis, sosial dan ekonomi, baik di daerah pedesaan maupun di
daerah perkotaan.

7
Syarifudin, Kondisi Fisik Permukiman Penduduk di Pesisir Pantai Teluk Palu, Universitas tadulako,
Halm. 191.

8
Perumahan merupakan indikator dari kemampuan suatu negara dalam memenuhi
salah satu kebutuhan pokok penduduknya. Kondisi fasilitas hunian atau perumahan
penduduk yang tidak memadahi atau tidak memenuhi kebutuhan pokok yang sangat
diperlukan penduduk untuk menopang hidupnya, biasanya merupakan pertanda dari
kekacauan ekonomi maupun politik yang tengah dihadapi masyarakat tersebut,
demikian pula perumahan yang tidak mencukupi dan tidak memberikan jaminan
keamanan akan mengarah pada ketidakstabilan ekonomi dan politik yang akan
menghambat ekonomi8. Perumahan merupakan salah satu dari komponen permukiman.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang pendukung
perikehidupan dan penghidupan9. (Undang – undang No 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman).

Menurut Doxiadis (1975) dalam Kuswatojo, dan Salim (1997), Permukiman


merupakan sebuah system yang terdiri dari lima unsur, yaitu: alam, masyarakat,
manusia, lindungan dan jaringan. Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut
merupakan paduan tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell) dan jaringan
(networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar
dan di alam itulah ciptakan lindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai tempat
manusia tinggal serta menjalankan fungsi lain10.

Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang
memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang lain.
Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa permukiman adalah paduan antara unsur

8
Mohammad Gamal, SLUM Kajian Permukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial, (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2012), Hlm. 17.
9
Undang – undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
10
Eko Ragil, Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam Upaya Penghijauan pada Kawasan Padat di
Kelurahan Serengan Kota Surakarta, 2013, hlm. 412.

9
manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan sebagaimana digambarkan
Doxiadis melalui ekistiknya (Kuswartojo, & Salim. (1997):

Dalam ketentiuan APHA ( American public health acosiatian ) 1950 kegunaan


permukiman meliputi :

1. Tempat untuk melepas lelah beristirahat setelah penat dalam kegiatan sehari
– hari

2. Tempat untuk bergaul serta membina rumah tangga secara kekluargaan

3. Tempat untuk melindungi diri dari kemungkinan adanya bahaya yang


mengancam

4. Lambang atau status sosial bagi penghuninya

5. Tempat menyimpan barang berharga yang dimilki

6. Sebagai modal yang apabila dalam keadaan terpaksa dapat dijual untuk
menutup kebutuhan

7. Sebagai media untuk menunjukkan nilai – nilai yang dimiliki oleh


penghuninya

Pertimbangan–pertimbangan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap


permukiman semisal pertimbangan aksesbilitas dan juga pertimbangan lain seperti
keamanan serta faktor lain juga mempengaruhi fungsi permukiman yang akan didirikan.

1.6.2 Kualitas Permukiman

Kualitas permukiman dan lingkungannya adalah kemampuan nyata suatu rumah


dan lingkungannya untuk memenuhi kabutuhan hidup penghuninya (Sumarwoto,

10
1975)11. Kualitas permukiman sendiri memiliki makna akan kondisi dari suatu
permukiman yang tentu saja berbeda – beda sesuai dengan usaha yang dimiliki oleh
penghuninya untuk memanfaatkan permukiman tersebut. Biasanya semakin baik
kualitas yang dimiliki oleh manusia akan meningkatkan kualitas yang ada.

Yunus (1977) untuk penelitian lingkungan perumahan memusatkan


pembahasan pada unsur-unsur pembentuk perumahan (housing) sebagai satuan
lingkungan tempat kediaman, dengan komponen bangunan rumah, fasilitas perumahan,
sanitasi lingkungan, dan keindahan arsitektural12. Kualitas permukiman erat kaitannya
dengan letak atau posisi suatu daerah. apabila permukiman terletak pada daerah yang
memiliki posisi yang strategis serta memiliki kegiatan atau aktivitas ekonomi yang
tinggi maka tentunya akan memiliki suatu permukiman yang bervariasi, permukiman
yang bervariasi ini tentunya tidak terlepas dari kemampuan penghuni atau kondisi
ekonomi penghuni yang berbeda-beda. Selain itu kualitas permukiman juga tidak
terlepas dari kondisi bangunan, lingkungan permukiman atau lingkungan rumah serta
penghuni rumah. karakteristik Penghuni rumah yang ada didadalamnya juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, dan pekerjaan.

Variabel yang digunakan dalam survei lapangan dalam kualitas lingkungan


permukiman yaitu, suber air minum, sumber air mandi dan mencuci, tempat
pembuangan air, ketersediaan kamar mandi dan WC, pembuangan sampah, ketersediaan
pencemaran disekitar rumah, keberadaan pohon pelindung, ketersediaan pagar rumah,
ketersediaan halaman rumah. Variabel-variabel dalam menentukan kualitas lingkungan
permukiman tersebut berdasarkan Pedoman Perencanaan Rumah Sehat (APHA, 1998)13

11
Margareth. Kualitas permukiman Di Kecamatan Pasar Kliwon.Fakultas geografi, UGM, 2012, Halm.
14.
12
Inayah, Studi Komparatif Kualitas Lingkungan Permukiman antara daerah Dataran dan Perbukitan,
Fakultas Geografi, UGM, 2008, Halm. 19.

13
Mohammad Gamal, SLUM Kajian Permukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2012), halm. 62.

11
Pada dasarnya lingkungan permukiman yang baik atau yang layak untuk
meningkatkan kualitas hidup penghuninya seperti kelangsungan hidup, beraktivitas dan
berkembangnya manusia. Lingkungan permukiman yang baik atau layak huni harus
memenuhi persyaratan atau harus memenuhi unsur-unsur meliputi persyaratan
kesehatan, fasilitas sosial dan ekonomi, akses dan aksesibilitas serta pelayanan atau
fasilitas yang menunjang untuk peningkatan kualitas hidup penghuni permukiman
tersebut.

1.6.3 Pengaruh Kawasan Industri

Pengaruh yang di timbulkan oleh masing-masing kawasan industri berbeda-beda


sesuai karakteristik dan potensi wilayah serta pada sektor-sektor tertentu yang berbeda
pula, salah satunya adalah pengaruh pada arah kebijakan serta dampaknya pada
perkembangan perumahan dan permukiman disuatu kawasan. C. D Haris dan F.L.
Ullmann. (1945 dalam Yunus 2000) mengemukakan adalah Zone Heavy Manufacturing
yang dimaksud sebagai berikut : Zona yang merupakan konsentrasi pabrik –pabrik
besar, berdekatan dengan zone ini biasanya mengalami berbagai permasalahan
lingkungan seperti pencemaran, kebisingan, kesemrawutan lalu lintas dan sejenisnya,
sehingga untuk kenyamanan tempat tinggal tidak baik, namun daerah ini terdapat
berbagai lapangan kerja yang banyak adalah wajar apabila kelompok penduduk
berpenghasilan rendah bertempat tinggal dengan zone ini.14
Dengan demikian apabila sebuah industri atau kawasan industri terbangun pada
satu lokasi kemudian industri tersebut berkembang maka dapat diprediksi bahwa unit-
unit ekonomi lainnya, cenderung untuk mengambil lokasi yang berdekatan, atau
berhubungan langsung yang pada ahirnya akan dapat saling memberikan keuntungan
timbal balik. Kehadiran industri pendorong apabila tidak direncanakan dan ditangani
dengan baik dan konperhensif dapat pula menimbulkan dampak yang berpengaruh luas

14
Beny Indra, Pengaruh Keberadaan Industri terhadap Perkembangan Permukiman dan Perumahan,
ITS, 2010, halm. 4.

12
terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat sekitarnya, baik sosial, ekonomi, maupun
lingkungan fisik.

1.6.4 Pengukuran Kualitas Permukiman

Dalam pengukuran atau untuk menentukan kualitas permukiman sangat


beragam. Parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas permukiman dapat
diambil dari segi lingkungan permukiman dan sosial ekonomi penghuni permukiman
tersebut. Pengukuran kualitas permukiman yang diambil dari segi lingkungan kualitas
permukiman dibagi menjadi dua yaitu lingkungan rumah dan kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan meliputi suber air minum, sumber air mandi dan mencuci, tempat
pembuangan air, ketersediaan kamar mandi dan WC, pembuangan sampah, ketersediaan
pencemaran disekitar rumah, keberadaan pohon pelindung. Sedangkan kondisi
lingkungan rumah meliputi ketersediaan pagar rumah, ketersediaan halaman rumah.
Selain itu paramater yang dapat digunakan dari segi lingkungan kualitas permukiman
yaitu akses dan aksesibilitas, fasilitas atau sarana dan prasarana yang menunjang untuk
peningkatan kualitas hidup penghuni permukiman. Sedangkan dalam pengukuran
kualitas permukiman yang diambil dari segi sosial ekonomi penghuni rumah meliputi
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan sebagainya.

Karakteristik rumah tangga atau penghuni rumah dengan pendidikan rendah,


pendapatan rendah dan memiliki jumlah anggota rumah tangga yang banyak maka akan
berpengaruh pada rendahnya kualitas permukiman. Hal tersebut akan diikuti oleh air
minum, sumber air mandi dan mencuci, tempat pembuangan air, ketersediaan kamar
mandi dan WC, pembuangan sampah, ketersediaan pencemaran disekitar rumah,
keberadaan pohon pelindung, ketersediaan pagar rumah, ketersediaan halaman rumah
yang rendah. Sehingga mempengaruhi lingkungan kualitas permukiman.

Kualitas lingkungan permukiman tidak terlepas dari kualitas rumah yang


berada di dalamnya. Apabila rumah yang ada didalam lingkungan permukiman itu baik
maka akan berpengaruh pada baiknya lingkungan permukiman tersebut, begitu juga

13
sebaliknya. Terdapat parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas rumah yang
sehat yaitu pagar tanaman, tutup pintu pagar, halaman/pekarangan, tumbuhan yang di
tanam di halaman/pekarangan, kontruksi bangunan rumah, jendela rumah, kebersihan di
dalam rumah, penerangan alami di dalam rumah, ventilasi rumah, lalat, nyamuk, kecoa,
tikus, sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan sampah, tandon air minum,
dan sistem pembuangan air kotor (Gunawan dan Haryanto dalam Risyanto, 1999)15

1.7 Kerangka Pemikiran

Pembangunan suatu daerah akan sangat mempengaruhi kondisi kualitas


permukiman pada suatu daerah tersebut, kondisi ini meliputi pembangunan
aksesibilitas, serta fasilitas atau sarana dan prasarana yang mendukung. Kondisi sosial
ekonomi juga akan berpengaruh pada kualitas permukiman. Kondisi seperti ini antara
lain pendapatan keluarga, pendidikan keluarga dan mata pencaharian keluarga

Pembangunan pabrik semen di Kecamatan Tambakboyo dapat mempengaruhi


kualitas permukiman. Hal itu terjadi terjadi karena dampak yang ditimbulkan dari
pembangunan pabrik semen tersebut akan merubah lingkungan dan sosial ekonomi.
Berbagai latar belakang masyarakat yang berbeda-beda akan membentuk kualitas
permukiman yang berbeda juga.

Analisis permukiman tentu saja analisis rumah tangga menjadi sangat relevan
atau berkaitan. Di dalamnya dapat melihat komponen manusia sebagai penghuni
permukiman yang selanjutnya sebagai independent variabel yang akan mempengaruhi
kualitas permukiman yang selanjutnya sebagai dependent variabel.

15
Inayah. Studi Komparatif Kualitas Lingkungan Permukiman antara daerah Dataran dan Perbukitan,
Fakultas geografi, UGM, 2008, Halm. 22.

14
Pembangunan Industri semen Di Kecamatan Tambakboyo

Keadaan Sosial Ekonomi Permukiman

- Pendidikan Variabel kualitas permukiman


- Pendapatan
- Kepemilika lahan
- Mata pencaharian
- Jumlah anggota RT Kondisi Fisik Bangunan Lingkungan Kesehatan
- Jenis Atap Permukiman Lingkunan
-Jenis Bangunan - Kondisi halaman - Jenis PAL
- Jenis Dinding - Ketersediaan Pagar -Jenis Air Konsumsi
- Jenis Lantai -Jenis Air MCK
- Jenis Pagar -Keberadaan Pohon
- Jenis Pintu
- Ketersediaan Ventilasi
- Jenis Bahan Jendela
-Jenis Bahan Plafon
- Ketersediaan fasilitas
Rumah

Kepadatan dan Pola Aksesibilitas


Permukiman - Lebar Jalan
Penutup bangunan - Jenis Jalan
rumah mukim dan Tata
Letak bangunan

Karakteristik Permukiman

Tingkat Kualitas permukiman

Kualitas Permukiman

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan: Mempengaruhi

15

Anda mungkin juga menyukai