Chapter I
Chapter I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan antar negara sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu yang antara
Imperium modern pertama di dunia. 2 Selain itu pula mulai muncul Pax Britania 3 dan
Pax America 4 yang menandai imperium perdagangan modern di dunia pada awal
diusung oleh World Trade Organization (selanjutnya disebut dengan WTO). Konsep
berikut: 6
spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama
jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik
5
Lemhanas, Op.Cit, hlm. 42.
6
Apridar, Ekonomi Internasional, Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam
Aplikasinya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm.75.
3
untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen
pesertanya dan akan mengurangi kesenjangan antar negara. Perdagangan bebas akan
standar kehidupan. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan Gros Nasional Produk
(GNP). Dalam kenyataannya hal itu adalah sebagian dari skenario. Globalisasi adalah
gerakan perluasan pasar, dan disemua pasar yang berdasarkan persaingan, selalu ada
yang menang dan yang kalah. Perdagangan bebas juga menambah kesenjangan antara
akibat pada komposisi masyarakat dan kondisi kehidupan mereka. Ini adalah
kondisi buruh, dan lingkungan hidup dan tiadanya perlindungan konsumen adalah
melepaskan diri dari perdagangan bebas. Indonesia dalam hal ini merupakan salah
7
Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen (Bandung: Mandar Maju,
2000), hlm. 3.
4
satu negara pendiri WTO. Sesuai prinsip pacta sunt servanda bahwa pihak yang turut
serta dalam pembuatan piagam atau perjanjian otomatis terikat dengan isi perjanjian
tersebut disamping itu dalam hal ini Indonesia telah meratifikasi persetujuan
industri Indonesia dihadapkan dalam pasar bebas antar negara. Mereka dipaksa
regional.
yang mau tidak mau produsen harus meningkatkan efesiensi dan menghasilkan
produk yang memenuhi standar secara konsisten agar dapat bertahan dan
pengukuran dan pengujian akan menghasilkan sertifikasi yang disahkan oleh lembaga
kualitas dan keamanan produk. Sementara publik dilindungi dari segi keamanan,
kepentingan sosial terhadap produk yang akan dikonsumsinya baik itu dari sisi
8
Ahmad Romi Riyadi, “WTO dan Posisi Indonesia Dalam Perdagangan Dunia,”
http://romiroyadi.blogspot.com/2011/07/wto-dan-posisi-indonesia-dalam.html (diakses pada tanggal
31 Agustus 2015 pada pukul 16.00 WIB).
5
kesehatan manusia untuk sekarang dan masa depan serta keamanan (khususnya untuk
anak-anak), maupun produk yang tidak merusak lingkungan. Dari sisi produsen,
standar dan mutu mengingat konsumen sudah bergeser pola hidupnya dari orientasi
of South-East Asia Nation (selanjuitnya disebut dengan ASEAN) atau Asia Pacific
Pada tingkat dunia, Tokyo Round 1973-1979 dan Uruguay Round of the
pertanian. Dalam perjanjian TBT yang dapat menjadi hambatan teknis dalam
perdagangan adalah standar dan peraturan teknis. Oleh karena itu bagi Negara angota
WTO, apabila ingin menetapkan suatu standar atau peraturan teknis harus transparan,
6
yaitu sebelum standar dan peraturan teknis diberlakukan harus dinotifikasikan kepada
Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. SNI adalah satu-
yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan
9
http://web.bsn.go.id/sni/about_sni.php (diakses pada tanggal 9 Juni 2015).
7
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global
Dilihat dari perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi (selanjutnya disebut UMKMK) memainkan suatu peran vital di dalam
berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju (NM). Diakui secara luas
membedakan mereka dari usaha besar (UB), terutama karena UMKMK adalah usaha-
usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung
pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan
Pembangunan Asia dan Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (UNIDO)
menjadi penting bagi pelaku usaha khususnya bagi UMKMK. Kedudukan UMKMK
sangat vital dalam perekonomian negara. Menurut Utara kedudukan UMKMK dalam
sektor;
masyarakat;
menghasilkan ekspor.
Posisi penting ini sejak dilanda krisis tidak semuanya berhasil dipertahankan
peluang yang besar bagi UMKMK untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi
harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka
10
Tambunan Tulus I, Pasar Bebas ASEAN: “Peluang, Tantangan dan Ancaman bagi UMKM
Indonesia,” Infokop, Volume 21, Oktober 2012, hlm. 14.
11
Urata Shujiro, Policy Recommendation for SME Promotion in the Republik of Indonesia
(Jakarta: JICA Report, 2000), hlm. 2.
9
Oleh karena itulah, mulai saat ini UMKMK harus mulai berbenah guna menghadapi
perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UMKMK tidak
dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting
untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di
luar negeri sesama UMKMK maupun dengan pelaku usaha besar harus
dikembangkan. 12
internasional. Kesulitan yang dialami antara lain dalam memenuhi persyaratan dari
negara pengimpor, terutama berkaitan dengan standar mutu yang ditetapkan. Di lain
pihak pasar dalam Negara Indonesia kebanjiran produk impor yang lebih kompetitif
dan lebih diminati oleh masyarakat Indonesia sebagai konsumen yang rasional,
termasuk produk agribisnis sehingga produk UMKMK tidak bisa menjadi tuan rumah
lebih kompleks dikaitkan dengan masalah SPS dan TBT yang umumnya dituangkan
dalam peraturan teknis yang diterbitkan oleh suatu negara. Mutu produk dikaitkan
12
I Wayan Dipta, “Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun
2015,” Infokop Volume 21, Oktober 2012, hlm. 9.
10
dengan masalah keamanan pangan, keamanan bagi manusia, hewan, dan tumbuh-
barang impor dan secara tidak langsung melindungi produk dalam negerinya, serta
menekan harga produk impor. Perdagangan saat ini bukan lagi bisnis biasa, tetapi
merupakan pertempuran ilmu dan teknologi yang tercermin pada produk peraturan
pada sistem tataniaga serta kebijakan perdagangan suatu negara. Beberapa contoh
bentuk penerapan SPS/TBT oleh Australia dan Amerika Serikat adalah holding
others, automatic detension, dan persyaratan Hazard Analisis Critical Control Point
(HSCP). Standar produk menjadi lebih komplek dan tuntutan terhadap sertifikasi
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7
13
Joko Sutrisno, “Standarisasi Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Menghadapi
Pasar Bebas,” Infokop Volume 21, Oktober 2012, hlm. 131.
14
Ibid.
11
B. Rumusan Masalah
Indonesia?
3. Bagaimana dampak standarisasi barang bagi usaha kecil, menengah dan koperasi
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik sebagai mata kuliah studi guna memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun disamping Tujuan
perdagangan bebas.
perdagangan bebas.
12