Anda di halaman 1dari 10

Proceeding Simposium Nasional IATMI

25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta


_______________________________________________________________________________

UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN


METODE CHEMICAL FLOODING DI LAPANGAN LIMAU

Oleh :

Eko Bagus Wibowo - UPN ”Veteran” Yogyakarta


Aris Buntoro - UPN ”Veteran” Yogyakarta
M. Natsir - Unit Bisnis Pertamina EP Limau

ABSTRAK

Hidrokarbon yang diproduksi dari reservoir layer S/T Blok Q-22 dan layer X0 Seksi P pada tahap
awal produksi, didominasi mekanisme pendorong air sangat kuat (strong water drive) dan sebagian telah
dilakukan injeksi air. Hasil evaluasi cadangan setelah proses produksi tahap lanjut (terutama pada injeksi
air) menunjukkan bahwa besarnya perkiraan kandungan minyak awal dihitung dengan metode volumetris
(Original Oil in Place) reservoir layer S/T sebesar 32.296 MMSTB dan dengan Recovery Factor (RF)
sebesar 28,43%, sehingga jumlah cadangan sisa sebesar 22,370 MMSTB. Sedangkan untuk layer X0,
kandungan minyak awal (Original Oil in Place) sebesar 25,340 MMSTB dan dengan Recovery Factor
(RF) sebesar 55,15% sehingga jumlah cadangan tersisa 11,13 MMSTB. Untuk meningkatkan perolehan
minyak lebih tinggi, diperlukan teknik produksi tahap lanjut yang sesuai dan efektif menguras cadangan
sisa.
Reservoir layer S/T Blok Q-22 dan layer X0 Seksi P merupakan prospek untuk penerapan metode
EOR menggunakan chemical flooding. Oleh karena itu dilakukan studi pendahuluan melalui uji
laboratorium dan simulasi reservoir menggunakan software. Kajian R-Lift Test di laboratorium dilakukan
perendaman menggunakan air formasi dan perendaman menggunakan Surfactant SS B8020. Sedangkan
simulasi R-Lift Test menggunakan injeksi Surfactant dilaksanakan di 2 (dua) kandidat sumur, yaitu
Sumur L5A-071 Lapisan T Blok Q-22 dan Sumur L5A-121 Lapisan X0 Seksi P. Adapun Untuk
pengujian Soak Surfactant (R-Lift Test) menggunakan Surfactant SS B8020 dilakukan dalam 3 (tiga)
skenario percobaan sebagai berikut :
• Skenario II (Percobaan II) : NaCl 2 lb/mgl
Surfactant SS B8020 konsentrasi 1000 ppm
• Skenario III (Percobaan III) : NaCl 2 lb/mgl
Surfactant SS B8020 konsentrasi 2000 ppm
• Skenario IV (Percobaan IV) : NaCl 2 lb/mgl
Surfactant SS B8020 konsentrasi 3000 ppm
R-Lift Test menggunakan Surfactant SS B8020 sebagai fluida perendam mampu meningkatkan
perolehan minyak antara 4 - 20 % dibandingkan dengan hasil perendaman menggunakan air formasi.
Sedangkan Injeksi surfactant - polymer dengan konsentrasi 3000 ppm dan 1000 ppm masing-masing
sebanyak 0,3 volume pori dan 0,2 volume pori menghasilkan peningkatan perolehan minyak sebanyak
12,89%. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk diterapkan di Lapangan Limau melalui
mekanisme R-Lift Test maupun secara Pilot Project Full Scale.

Keywords : R-Lift Test, Chemical Flooding, Surfactant, polymer

PENDAHULUAN diproduksikan dari reservoir, yang sangat


berpengaruh terhadap berkurangnya energi
Seiring dengan bertambahnya masa reservoir alamiah yang diperlukan untuk
produksi suatu lapangan, produktivitasnya mengalirkan minyak ke dalam sumur produksi
semakin berkurang. Hal ini disebabkan (tekanan reservoir). Untuk dapat
bertambahnya jumlah minyak yang telah memproduksikan minyak setelah energi alamiah
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

reservoir berkurang maka diperlukan tahap DASAR TEORI


pengurasan minyak selanjutnya.
Pada awal produksi suatu reservoir, Injeksi Zat Kimia
umumnya produksi minyak dan gas bumi terjadi Injeksi zat kimia adalah salah satu metode
dengan bantuan energi alamiah (natural flow), EOR (Enhanced Oil Recovery) dengan meng-
yaitu produksi yang terjadi karena daya dorong injeksikan zat kimia ke dalam reservoir, dengan
tenaga alam atau dapat pula karena tujuan utama untuk mengubah sifat fisik fluida
pengangkatan buatan (artificial lift) atau dengan dan batuan reservoir yang berpengaruh terhadap
bantuan pompa. Apabila masih banyak minyak peningkatan efisiensi pendesakan dan
di dalam reservoir yang belum terangkat ke penyapuan. Untuk meningkatkan efisiensi
permukaan maka sebelum produksi secara penyapuan dapat dilakukan dengan mengurangi
alamiah yang ekonomis berakhir atau bisa pada perbandingan mobilitas antara fluida injeksi
awal kehidupan suatu reservoir digunakan dengan fluida reservoir, sedangkan untuk
metode injeksi kimia (chemical flooding) untuk meningkatkan efisiensi pendesakan dapat
meningkatkan perolehan minyaknya, sebab dilakukan dengan mengurangi gaya kapiler. Di
injeksi kimia dapat meningkatkan efisiensi samping itu, injeksi zat kimia juga dapat
penyapuan dan efisiensi pendesakan sehingga memperbesar porositas dan permeabilitas batuan
perolehan minyaknya dapat, meningkat sekitar sehingga dapat menghilangkan adanya
60% dari jumlah cadangan yang ada di tortuocity, meningkatkan transmisibilitas, serta
reservoir. memecahkan rigide batuan
Injeksi kimia adalah salah satu metode
pengurasan minyak tahap lanjut dengan jalan Jenis Zat Kimia
menambahkan zat-zat kimia ke dalam reservoir Surfaktan
dengan jalan injeksi. Penambahan zat-zat kimia Injeksi surfactant digunakan untuk
ini bertujuan untuk merubah sifat fisik dari menurunkan tegangan antarmuka minyak-fluida
fluida reservoirnya, dengan keterangan memiliki injeksi supaya perolehan minyak meningkat.
sasaran untuk menurunkan tegangan antar muka, Jadi effisiensi injeksi meningkat sesuai dengan
dikarenakan jika tegangan antar muka memiliki penurunan tegangan antarmuka (L.C Uren and
nilai yang besar maka mobilitas minyak di E.H Fahmy). Ojeda et al (1954)
reservoir akan berkurang sehingga perolehan mengidentifikasikan parameter-parameter
minyak pada Primary Recovery maupun penting yang menentukan kinerja injeksi
Secondary Recovery akan berdampak pada laju surfactant, yaitu :
produksi yang menurun. 1. Geometri pori
Injeksi kimia ini memiliki prospek yang 2. Tegangan antarmuka
baik pada reservoir-reservoir yang telah sukses 3. Kebasahan atau sudut kontak
dilakukan injeksi air (waterflooding), selain itu 4. DP atau DP/L
injeksi kimia ini memiliki nilai ekonomis yang 5. Karakteristikperpindahan kromatografis
tinggi. Disamping itu, ada beberapa faktor yang surfactant pada sistem tertentu
dapat mempengaruhi keberhasilan dari injeksi Injeksi surfactant ini ditujukan untuk
kimia ini seperti temperatur, jenis reservoir, dan memproduksikan residual oil yang ditinggalkan
permeabilitas. Pada umumnya injeksi kimia di oleh water drive, dimana minyak yang terjebak
klasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Injeksi oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat
Alkaline, Injeksi Polymer, dan Injeksi bergerak dapat dikeluarkan dengan
Surfactant. Seiring dengan perkembangan menginjeksikan larutan surfactant. Percampuran
penelitian ditemukan kombinasi antara Injeksi surfactant dengan minyak membentuk emulsi
Polymer dengan Injeksi Surfactant yang lebih yang akan mengurangi tekanan kapiler. Setelah
dikenal dengan Micellar-Polymer Flooding. minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak
Dalam hal ini micellar-polymer flooding ada lagi minyak yang tertinggal.
memiliki tingkat perolehan yang lebih tinggi
dibanding dengan ketiga jenis injeksi kimia Screening Criteria Injeksi Surfaktan
yang lainnya. Kriteria seleksi untuk injeksi surfactant
yang diharapkan dapat menghasilkan perolehan
optimum adalah sebagai berikut :
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

Oil Gravity (oAPI) > 25 Konsentrasi Slug Surfactant


Viskositas minyak (cp) < 30 Konsentrasi surfactant juga berpengaruh
Permeabilitas rata-rata (mD) < 250 besar terhadap terjadinya adsorbsi batuan
Saturasi minyak sisa > 20 reservoir pada surfactant. Makin pekat
Salinitas air formasi (ppm) < 200000 konsentrasi surfactant yang digunakan, maka
Jenis batuan Sandstone akan semakin besar adsorbsi yang
diakibatkannya mencapai titik jenuh.
Surfaktan Yang Digunakan
Surfactant SS B8020 (smart surfactant) Clay
larut dalam air injeksi (brine water) dan dapat Terdapatnya clay dalam reservoir harus
langsung ditambahkan kedalam air injeksi diperhitungkan karena clay dapat menurunkan
(brine and/or formation water). Material recovery minyak, disebabkan oleh sifat clay
Surfactant SS B8020 ditunjukkan pada Gambar yang suka air (Lyophile) menyebabkan adsorbsi
1, sedangkan spesifikasi material Surfactant SS yang terjadi besar sekali. Untuk reservoir
B-8020 ditunjukkan pada Tabel 1. dengan salinitas rendah, peranan clay ini sangat
dominan.
Hal-hal Yang Mempengaruhi Mekanisme
Salinitas
Injeksi Surfaktan
Salinitas air formasi berpengaruh terhadap
penurunan tegangan permukaan minyak-air oleh
Adsorbsi
surfactant. Untuk konsentrasi garam-garam
Persoalan yang dijumpai pada injeksi
tertentu, NaCl akan menyebabkan penurunan
surfactant adalah adsorbsi batuan reservoir
tegangan permukaan minyak-air tidak efektif
terhadap larutan surfactant. Adsorbsi batuan
lagi. Hal ini disebabkan karena ikatan kimia
reservoir pada slug surfactant terjadi akibat gaya
yang membentuk NaCl adalah ikatan ion yang
tarik-menarik antara molekul-molekul surfactant
sangat mudah terurai menjadi ion Na+ dan ion
dengan batuan reservoir dan besarnya gaya ini
Cl-, begitu juga halnya dengan molekul-molekul
tergantung dari besarnya afinitas batuan
surfactant.Di dalam air ia akan mudah terurai
reservoir terhadap surfactant. Jika adsorbsi yang
menjadi ion RSO3- dan H+. Konsekuensinya bila
terjadi kuat sekali, maka surfactant yang ada
pada operasi injeksi surfactant terdapat garam
dalam slug surfactant menjadi menipis,
NaCl, maka akan membentuk HCl dan
akibatnya kemampuan untuk menurunkan
RSO3Na, dimana HCl dan RSO3Na buakan
tegangan permukaan minyak-air semakin
merupakan zat aktif permukaan dan tidak dapat
menurun.
menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
Mekanisme terjadinya adsorbsi adalah
Selain mempengaruhi tegangan permukaan
sebagai berikut, surfactant yang dilarutkan
minyak-air, garam NaCl juga mengakibatkan
dalam air yang merupakan microemulsion
fraksinasi surfactant yang lebih besar, sampai
diinjeksikan ke dalam reservoir. Slug surfactant
batuan reservoir tersebut mencapai titik jenuh.
akan mempengaruhi tegangan permukaan
minyak-air, sekaligus akan bersinggungan
dengan permukaan butiran batuan. Pada saat
STUDI PENDAHULUAN
terjadi persinggungan ini molekul-molekul
surfactant akan ditarik oleh molekul-molekul
Laboratorium
batuan reservoir dan diendapkan pada
Kajian R-Lift Test di laboratorium
permukaan batuan secara kontinyu sampai
memberikan hasil perolehan minyak dari
mencapai titik jenuh. Akibatnya kualitas
perendaman menggunakan air formasi
surfactant menurun karena terjadi adsorbsi
(waterflooding - Percobaan I) didapat perolehan
sehingga mengakibatkan fraksinasi, yaitu
minyak sebesar 46 % dan meninggalkan jumlah
pemisahan surfactant dengan berat ekivalen
minyak tersisa dalam batuan sand pack sebesar
rendah didepan dibandingkan dengan berat
54 %. Sementara perolehan minyak yang
ekivalen tinggi.
didapatkan dari perendaman menggunakan
Surfactant SS B8020 untuk Percobaan II sampai
Percobaan IV masing-masing adalah 50 %, 58
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

% dan 66 %. Penggunaan Surfactant SS B8020 Implementasi Lapangan


sebagai fluida perendam mampu meningkatkan Tahapan pelaksanaan R-lift Test di
perolehan minyak antara 4 - 20 % dibandingkan lapangan adalah penginjeksian surfactant ke
dengan hasil perendaman menggunakan air dalam sumur, penutupan sumur (shut-in/soaking
formasi. Selanjutnya penggunaan Surfactant SS period) dan monitoring produksi, dimana larutan
B8020 sebagai fluida perendam (soaking fluid) surfactant SS B8020 yang diinjeksikan
kompetibel dengan batuan dan fluida reservoir mempunyai konsentrasi 0,2% wt dengan volume
di Lapangan Limau. yang diinjeksikan sebesar 14.005,60 bbls, hal ini
Skenario I (Percobaan I) adalah melakukan dimaksudkan supaya radius pengurasan optimal
perendaman menggunakan air formasi. Hasil untuk single well procedure. Selanjutnya
lengkap dari percobaan I untuk setiap waktu keberhasilan penginjeksian Surfactant SS B8020
pengukuran selama 96 jam atau 4 (empat) hari dilihat dari beberapa kriteria, yaitu adanya
(periode pencatatan setiap 2 jam) dan perolehan kenaikan produksi pada sumur yang dilakukan
minyak serta jumlah minyak yang tersisa injeksi SS B8020, penurunan water cut sebesar 2
disajikan pada Tabel 2, sedangkan gambaran - 5 % dilihat dari produksi terakhir atau water
perolehan minyak yang didapat ditunjukkan cut rata-rata sebelum sumur diinjeksikan
pada Gambar 2. Hasil selengkapnya dari surfactant SS B8020 dan kenaikan produksi dan
pelaksanaan Percobaan II sampai dengan penurunan water cut pada sumur-sumur
Percobaan IV ditunjukkan pada Tabel 3, sekitarnya.
sedangkan gambaran perolehan minyak yang Untuk menunjang rencana pengembangan
didapat ditunjukkan pada Gambar 3. lapangan tersebut, fasilitas permukaan yang ada
Selanjutnya perbandingan hasil perolehan saat ini (existing surface facilities) yang terdiri
minyak yang didapat antara perendaman dari produksi minyak, pengolahan air yang
menggunakan air formasi dan surrfactant SS mencakup keperluan air injeksi masih mampu
B8020 untuk setiap konsentrasi ditunjukkan untuk digunakan menampung produksi minyak
pada Gambar 4. dari setiap skenario yang dibuat dan masih layak
untuk digunakan. Demikian juga untuk fasilitas
Simulasi Reservoir pemisahan minyak dan air, fasilitas produksi
Hasil inisialisasi OOIP volumetrik dengan yang ada saat ini di SP V Lapangan Limau
simulasi telah dilakukan dengan baik, hal ini masih dapat dipergunakan.
terlihat dari sedikitnya perbedaan (< 1 %) dari
kedua OOIP tersebut. Simulasi R-Lift Test
menggunakan injeksi Surfactant dilaksanakan di KESIMPULAN
2 (dua) kandidat sumur, yaitu Sumur L5A-071
Lapisan T Blok Q-22 dan Sumur L5A-121 1. R-Lift Test menggunakan Surfactant SS
Lapisan X0 Seksi P. Adapun Untuk pengujian B8020 sebagai fluida perendam mampu
Soak Surfactant (R-Lift Test) menggunakan meningkatkan perolehan minyak antara 4 -
Surfactant SS B8020 dilakukan dalam 3 (tiga) 20 % dibandingkan dengan hasil
skenario percobaan sebagai berikut : perendaman menggunakan air formasi.
2. Keberhasilan penginjeksian Surfactant SS
• Skenario II (Percobaan II) : NaCl 2 lb/mgl B8020 dilihat dari beberapa kriteria, yaitu :
Surfactant SS B8020 konsentrasi 1000 ppm • Adanya kenaikan produksi pada sumur
• Skenario III (Percobaan III) : NaCl 2 lb/mgl yang dilakukan injeksi SS B8020.
Surfactant SS B8020 konsentrasi 2000 ppm • Penurunan water cut sebesar 2 - 5 %
• Skenario IV (Percobaan IV) : NaCl 2 lb/mgl dilihat dari produksi terakhir atau water
Surfactant SS B8020 konsentrasi 3000 ppm cut rata-rata sebelum sumur diinjeksikan
surfactant SS B8020.
Hasil selengkapnya dari pelaksanaan • Kenaikan produksi dan penurunan water
Simulasi R-Lift Test menggunakan injeksi cut pada sumur-sumur sekitarnya.
Surfactant yaitu Sumur L5A-071 Lapisan T 3. Simulasi R-Lift Test menggunakan injeksi
Blok Q-22 ditunjukkan pada Gambar 5 dan Surfactant dilaksanakan di 2 (dua) kandidat
Sumur L5A-121 Lapisan X0 Seksi P sumur, yaitu Sumur L5A-071 Lapisan T
ditunjukkan pada Gambar 6 . Blok Q-22 dan Sumur L5A-121 Lapisan
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

X0 Seksi P menunjukkan kenaikan laju DAFTAR PUSTAKA


produksi minyak.
1. Crichlow, H.B., “Modern Reservoir
Engineering – A Simulation
SARAN Approach”, University Of Oklahoma,
1977.
1. Dalam melakukan analisa di laboratorium, 2. Mian, M. A., “Petroleum Engineering
agar diperoleh hasil peningkatan minyak Handbook For The Practicing
yang lebih baik perlu dilakukan penelitian Engineering”, PennWell Books,
yang lebih lanjut. PennWell Publishing Company,
2. Perlu dilakukan variasi konsentrasi Tulsa, Oklahoma.
surfactant dan polymer dalam kajian 3. P.H. Suseno, Zakaria, Nizar Mujahidin,
laboratorium dan simulasi reservoir agar Eddy A. Subroto; “Contribution of
didapatkan komposisi yang lebih optimal Lahat Formation as Hidrocarbon
dalam upaya untuk meningkatkan Source Rock in South Palembang
perolehan minyaknya. Area, South Sumatra, Indonesia”,
3. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai Procciding IPA 21st Annual
referensi untuk diterapkan di Lapangan Convention, Jakarta, 1992.
Limau baik melalui mekanisme R-Lift Test 4. Pulunggono, Agus Haryo S, Christine G.
maupun secara Pilot Project Full Scale. Kusuma, “Pre Tertiery Fault Systems
As a Framework of the South Sumatra
Basin; a Study of Sar – Map”;
UCAPAN TERIMA KASIH Proceeding IPA – 21st Annual
Convention, Jakarta,1992.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 5. Reading H.G., 1986, “Sedimentary
Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Environtment and Facies”, Blackwell
Yogyakarta atas dukungan yang diberikan untuk Scientific Publications,1995.
mempresentasikan paper ini. Juga JOB 6. Satter, Abdus & Thakur, Ganesh.,
Pertamina – SeaUnion Energy (Limau) Ltd. atas ”Integrated Petroleum Reservoir
kesempatan yang telah diberikan untuk Management”, PennWell Books,
melakukan studi dan evaluasi. M. Natsir yang 1994.
telah banyak membantu dalam pengumpulan 7. ……………., “Long Range Plan For EOR
dan pengolahan data. Limau Contract Extension”, JOB
Pertamina – SeaUnion Energy
(Limau) Ltd., Agustus 1999.

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

TABEL 1. SPESIFIKASI SURFACTANT SS B8020

Deskripsi Properti Surfactant SS B8020


Appearance Liquid cerah sampai slight hazy kuning muda
Aktif, total 50%
pH (5% dalam air) 5–8
Specific Gravity, 200C 1,037
Viscositas, 200C < 200 cp
Dispersibility (5% dalam air) Soluble
Flash Point (PPCC) > 90 0C

TABEL 2. HASIL PERENDAMAN MENGGUNAKAN AIR FORMASI

Waktu Air Formasi Perolehan Jumlah Minyak Waktu Air Formasi Perolehan Jumlah Minyak
(Jam) (ml) Minyak (%) Tersisa (%) (Jam) (ml) Minyak (%) Tersisa (%)

0 0 0 0 50 4.6 46 54
2 1 10 90 52 4.6 46 54
4 2 20 80 54 4.6 46 54
6 3 30 70 56 4.6 46 54
8 3.3 33 67 58 4.6 46 54
10 3.7 37 63 60 4.6 46 54
12 4 40 60 62 4.6 46 54
14 4.1 41 59 64 4.6 46 54
16 4.1 41 59 66 4.6 46 54
18 4.1 41 59 68 4.6 46 54
20 4.2 42 58 70 4.6 46 54
22 4.2 42 58 72 4.6 46 54
24 4.2 42 58 74 4.6 46 54
26 4.3 43 57 76 4.6 46 54
28 4.3 43 57 78 4.6 46 54
30 4.3 43 57 80 4.6 46 54
32 4.3 43 57 82 4.6 46 54
34 4.4 44 56 84 4.6 46 54
36 4.4 44 56 86 4.6 46 54
38 4.4 44 56 88 4.6 46 54
40 4.5 45 55 90 4.6 46 54
42 4.5 45 55 92 4.6 46 54
44 4.5 45 55 94 4.6 46 54
46 4.6 46 54 96 4.6 46 54
48 4.6 46 54

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

TABEL 3. HASIL PERCOBAAN PERENDAMAN MENGGUNAKAN SURFACTANT SS B8020

Perolehan Minyak (ml)


Waktu Percobaan II Percobaan III Percobaan IV
(Jam) NaCl = 2 lb/mgl NaCl = 2 lb/mgl NaCl = 2 lb/mgl
SS B8020 = 1000 ppm SS B8020 = 2000 ppm SS B8020 = 3000 ppm
0 0 0 0
2 2 3 3.2
4 3 4 4.1
6 3.8 4.5 4.6
8 3.8 5 5.2
10 3.8 5 5.7
12 4.1 5 6
14 4.1 5 6.2
16 4.1 5 6.2
18 4.1 5.2 6.2
20 4.3 5.2 6.2
22 4.3 5.2 6.2
24 4.3 5.2 6.4
26 4.3 5.2 6.4
28 4.5 5.2 6.4
30 4.5 5.2 6.4
32 4.5 5.4 6.4
34 4.5 5.4 6.4
36 4.5 5.4 6.4
38 4.5 5.4 6.4
40 4.7 5.4 6.5
42 4.7 5.4 6.5
44 4.7 5.4 6.5
46 4.7 5.6 6.5
48 4.7 5.6 6.5
50 4.9 5.6 6.5
52 4.9 5.6 6.5
54 4.9 5.6 6.5
56 4.9 5.6 6.5
58 4.9 5.6 6.5
60 5 5.8 6.6
62 5 5.8 6.6
64 5 5.8 6.6
66 5 5.8 6.6
68 5 5.8 6.6
70 5 5.8 6.6
72 5 5.8 6.6
74 5 5.8 6.6
76 5 5.8 6.6
78 5 5.8 6.6
80 5 5.8 6.6
82 5 5.8 6.6
84 5 5.8 6.6
86 5 5.8 6.6
88 5 5.8 6.6
90 5 5.8 6.6
92 5 5.8 6.6
94 5 5.8 6.6
96 5 5.8 6.6

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

GAMBAR 1. MATERIAL SURFACTANT SS B8020

10
9
8
Perolehan Minyak (ml)

7
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu Perendaman (Jam)

GAMBAR 2. HASIL PEROLEHAN MINYAK PERENDAMAN MENGGUNAKAN AIR


FORMASI

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

10
9
8
Perolehan Minyak (ml)

7
6
5
4
3
SS B8020 = 1000 ppm
2 SS B8020 = 2000 ppm
1 SS B8020 = 3000 ppm

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu Perendaman (Jam)

GAMBAR 3. HASIL PEROLEHAN MINYAK R-Lift UNTUK SETIAP KONSENTRASI


SURFACTANT SS B8020

10
9
8
Perolehan Minyak (ml)

7
6
5
4
3 Air Formasi
Surfactant SS B8020 Kons. 1000 ppm
2
Surfactant SS B8020 Kons. 2000 ppm
1 Surfactant SS B8020 Kons. 3000 ppm
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Waktu Perendaman (Jam)

GAMBAR 4. PERBANDINGAN HASIL PEROLEHAN MINYAK PERENDAMAN


MENGGUNAKAN AIR FORMASI DAN SURFACTANT SS B8020

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

10.0

Basecase
Injeksi Surfactane

8.0
Oil Rate SC (m3/day)

6.0

4.0

2.0

0.0
2006-4 2006-7 2006-10 2007-1 2007-4 2007-7 2007-10 2008-1 2008-4
Time (Date)

GAMBAR 5. HASIL PREDIKSI LAJU PRODUKSI MINYAK SUMUR L5A-071


LAPISAN T BLOK Q-22 LAPANGAN LIMAU

L5A_121

80

Basecase
Injeksi Surfaktan

60
Oil Rate SC (bbl/day)

40

20

0
2006-7 2007-1 2007-7 2008-1 2008-7 2009-1
Time (Date)

GAMBAR 6. HASIL PREDIKSI LAJU PRODUKSI MINYAK SUMUR L5A-121


LAPISAN X0 SEKSI P LAPANGAN LIMAU

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-35

Anda mungkin juga menyukai