Anda di halaman 1dari 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN DALAM MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR

DAUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KONKRET


DAUN-DAUNAN PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV
SEMESTER I SDN GEMPOLTUKMLOKO SARIREJO LAMONGAN

Pardi *)
*)
Guru SDN Gempoltukmloko Sarirejo Lamongan

ABSTRAK
Melihat hasil nilai ulangan formatif mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Gempoltukmloko
Kecamatan Sarirejo, hasil yang dicapai siswa belum menunjukkan hasil maksimal. Tingkat penguasaan
materi pembelajaran yang dicapai siswa masih di bawah KKM, yaitu 71%. Selama pembelajaran
berlangsung belum semua siswa aktif dalam proses pembelajaran mengakibatkan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut di atas teridentifikasi bahwa
masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu: (1) Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah,
(2) Kurang terlibatnya siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, (3) Kurangnya penguasaan
terhadap materi. Dengan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa, penyebab
perhatian siswa belum terpusat kepada materi pembelajaran dan siswa kurang aktif dalam merespon
materi yang disampaikan oleh guru karena guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses perbaikan adalah :(1) Pembelajaran dititik
beratkan pada kompetensi siswa, (2) Melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, (3)
Memberi penguatan terhadap materi pembelajaran.
Hasil penelitian pada pra siklus menunjukan bahwa tingkat ketuntasan belajar hanya 20 %. Pada
perbaikan pembelajaran Siklus I nilai ketuntasan naik menjadi 50%. Pada perbaikan pembelajaran Siklus
II nilai ketuntasan mampu mencapai 90%. Dengan demikian penguasaan materi struktur daun melalui
media konkret telah dapat meningkatkan pencapaian nilai ketuntasan belajar dan meningkatkan prestasi
belajar siswa.

Kata Kunci : Struktur Daun, Media Konkret.

PENDAHULUAN belajar minimal harus mencapai 80% dari jumlah


Dalam pembelajaran IPA di SD, guru siswa, sedangkan pada tahap prasiklus ini hanya 2
hendaknya memilih dan menggunakan strategi, siswa (20%) yang mencapai KKM dari 10 siswa,
pendekatan, metode, dan tehnik yang banyak sedangkan sejumlah 8 siswa (80%) masih
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mendapatkan belum mencapai KKM.
mental, fisik, maupun sosial. Dalam pembelajaran Tujuan penelitian adalah untuk
IPA siswa dibawa ke arah mengamati, menebak, meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam
berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengidentifikasi struktur daun di kelas IV SDN
mengapa, dan kalau mungkin berdebat. Prinsip Gempoltukmloko Kecamatan Sarirejo Kabupaten
belajar aktif inilah yang diharapkan dapat Lamongan tahun 2014/2015 melalui media
menumbuhkan sasaran pembelajaran IPA yang konkret.
aktif, kreatif dan menyenangkan.
Laporan perbaikan pembelajaran ini penulis KAJIAN PUSTAKA
buat berdasarkan hasil evaluasi atas proses Menurut Wynnie Harlen (1992), ketrampilan
pembelajaran sebanyak 2 siklus, pada siswa kelas proses ini dianggap sangat penting untuk
IV SDN Gempoltukmloko semester I tahun pembelajaran IPA, karena: (1).Pengubahan ide-ide
pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 10 anak kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang
pada mata pelajaran IPA tentang struktur daun. lebih cocok) tergantung pada cara dan pengujian
Dalam evaluasi atas proses pembelajaran tersebut yang digunakan. Pengujian yang digunakan ini
untuk pra siklus, nilai yang diperoleh siswa masih berhubungan erat dengan penggunaan
dibawah KKM yang telah ditetapkan. Kriteria keterampilan-keterampilan proses,
Ketuntasan Minimal (KKM) nilai siswa secara (2).Pengembangan pemahaman dalam IPA
individu adalah 71, secara klasikal ketuntasan tergantung kepada kemampuan melakukan
keterampilan proses dalam perilaku ilmiah. Itulah sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton
sebabnya mengapa pengembangan keterampilan (1985:3), mengemukakan bahwa peran media
proses mendapat perhatian, (3).Peranan dalam proses komunikasi adalah sebagai alat
keterampilan proses sangat besar dalam pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan
pengembangan konsep-konsep ilmiah. dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau
Menurut Carin (1992), beberapa alasan tentang informasi (receiver).
pentingnya keterampilan proses dalam Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004:1.4)
pembelajaran IPA, yaitu: (a) Dalam prakteknya mengemukakan beberapa faktor yang merupakan
apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang karakteristik dari media, antara lain:
tidak terpisahkan dari metode penyelidikan. a) kemampuan dalam menyajikan gambar
Mengetahui IPA tidak sekedar mengetahui materi (presentation)
IPA saja, tetapi terkait pula dengan mengetahui b) faktor ukuran (size); besar atau kecil
bagaimana cara mengumpulkan fakta dan c) faktor warna (color): hitam putih atau
menghubungkan fakta untuk membuat suatu berwarna
penafsiran atau kesimpulan. Ilmuan menggunakan d) faktor gerak: diam atau bergerak
berbagai prosedur empiris dan analitis dalam e) faktor bahasa: tertulis atau lisan
usahanya untuk menjelaskan misteri dari alam f) faktor keterkaitan antara gambar dan
semesta. Prosedur ini disebut proses IPA. (b) suara: gambar saja, suara saja, atau
Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan gabungan antara gambar dan suara.
sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton
untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi juga (dalam Pribadi,2004:1.5) mengemukakan
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. klasifikasi jenis media sebagai berikut :
a. media cetak
Struktur Daun b. media yang dipamerkan (displayed media)
Pada umumnya daun berwarna hijau daun yang c. overhead transparancy
disebabkan oleh zat hijau daun atau yang disebut d. rekaman suara
dengan klorofil. (S. Rositawaty dan Aris e. slide suara dan film strip
Muharam, 2008) f. presentasi multi gambar
Bagian-bagian Daun. g. video dan film
Bagian-bagian daun lengkap terdiri atas tulang h. pembelajaran berbasis komputer
daun, helai daun, tangkai daun, dan pelepah daun. (computer based learning)
Bentuk tulang daun juga bermacam-macam antara Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan,
lain: (a) Melengkung. Tulang daun melengkung serta faedah dan fungsi khusus dalam
berbentuk seperti garis-garis melengkung. (b) kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang
Menyirip. Tulang daun jenis ini memiliki susunan digunakan adalah media pembelajaran. Media
seperti sirip-sirip ikan. (c) Menjari . Tulang daun pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda
menjari bentuknya seperti jari-jari tangan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar,
manusia.(d) Sejajar. Tulang daun sejajar berbentuk dengan maksud untuk menyampaikan pesan
seperti garis-garis sejajar. (informasi) pembelajaran dari sumber (guru
Fungsi Daun maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal
Daun memiliki fungsi antara lain, alat pernafasan, ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan
tempat mengolah makanan (fotosintesis) dan (informasi) yang disampaikan melalui media,
tempat proses terjadinya penguapan. dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus
dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik),
Media Pembelajaran dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan
Pengertian media mengarah pada sesuatu yang beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik
mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu
sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. dapat menerima isi pesan yang disampaikan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat (Latuheru,1988:13).
digunakan dalam suatu proses penyajian informasi
(AECT Task Force,1977:162) ( dalam Fungsi dan Peranan Media Pembelajaran
Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) Menurut Gerlach dan Ely (dalam
mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan yang layak
yang membawa informasi antara sumber (source) digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai
dan penerima (receiver) informasi. Masih dari berikut :
(a) Fiksatif (fixative property) September 2014. Perbaikan Siklus II dilaksanakan
Media pembelajaran mempunyai kemampuan tanggal 16 September 2014
untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan Prosedur Penelitian
merekonstruksi suatu peristiwa/objek. Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan
(b) Manipulatif (manipulatif property) siklus, yakni : pra siklus, siklus I dan siklus II.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat Masing-masing tindakan di dalam siklus terdiri
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga dari : perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data
menit dengan teknik pengambilan gambar time- (observasi) dan refleksi.
lapse recording. HASIL DAN PEMBAHASAN
(c)Distributif (distributive property) Hasil Penelitian Pra Siklus.
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan Pada pembelajaran pra siklus melalui refleksi dan
melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara diskusi dengan teman sejawat diketahui bahwa
bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi faktor penyebab siswa kurang menguasai dan
yang sama pada siswa dengan stimulus memahami materi pelajaran adalah sebagai
pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu. berikut:
a. Guru menggunakan metode ceramah, siswa
Teori Pengembangan Media hanya mendengarkan penjelasan,dalam
Berkembangnya komunikasi elektronik, pembelajaran ini gurulah yang aktif sedangkan
membawa perubahan-perubahan besar dalam dunia siswa pasif. Sebagaian siswa tidak
pendidikan. Satu hal yang harus dihindari yaitu memperhatikan penjelasan guru karena tidak
anggapan bahwa kedudukan guru akan digantikan tertarik dengan materi yang sedang diajarkan.
oleh alat elektronik. Dengan keberadaan Tidak ada tugas yang diberikan kepada siswa.
komunikasi elektronik, menambah pentingnya b. Siswa yang mendapatkan nilai tuntas baru 2
kehadiran guru. Berubahnya fungsi guru dan anak, sedangkan 8 anak masih belum mencapai
peranan guru dikaitkan dengan upaya untuk ketuntasan minimal, yaitu 71,00.
memecahkan salah satu masalah pendidikan yaitu, c. Nilai tertinggi 83,33 dicapai oleh 2 anak,
(1) dengan membebaskan guru kelas dari kegiatan sejumlah 2 anak mendapat nilai 66,67, sejumlah
rutin yang banyak, (2) melengkapi guru dengan 3 anak mendapat 58,33 dan nilai terendah yaitu
teknik-teknik keterampilan kualitas yang paling 50,00 dicapai oleh 3 anak. Nilai rata-rata kelas
tinggi, (3) pengembangan penyajian kelas dengan 62,49.
tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal
mungkin dalam setiap mata pelajaran, (4) 2. Perbaikan Pembelajaran Siklus I
mengembangkan pengajaran yang terpilih Berdasarkan temuan pada pelaksanaan proses
didasarkan pada kemampuan individual siswa. perbaikan pembelajaran siklus I, penulis
Dari penjelasan di atas tentang peran baru guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuk
dalam dunia pendidikan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada
memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga perbaikan pembelajaran siklus I. Kegiatan
penggunaan berbagai macam media pembelajaran perbaikan pembelajaran siklus I belum berhasil
akan menggantikan berberapa fungsi instruksional seperti apa yang diharapkan, karena minat dan
dari guru (Sulaeman, 1988:24-25). perhatian siswa masih kurang, sehingga
penguasaan materi pelajaran belum optimal.
METODOLOGI Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang
Lokasi Penelitian dilakukan :
Pelaksaanan perbaikan pembelajaran IPA a. Pembelajaran masih bersifat klasikal sehingga
dilaksanakan di kelas IV SDN Gempoltukmloko suasana kelas masih ramai.
Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan. Jumlah b. Tugas yang diberikan kepada siswa masih
murid 10 siswa terdiri dari laki-laki 8 anak dan kurang memadai.
perempuan 2 anak. c. Siswa belum mampu menyelesaikan LKS
secara individu.
Waktu d. Siswa yang mendapatkan nilai tuntas baru 6
Jadwal pelakasanaan perbaikan pembelajaran anak, sedangkan 4 anak masih belum mencapai
adalah sebagai berikut : (a) Pembelajaran Pra ketuntasan minimal, yaitu 71,00.
Siklus dilaksanakan tangga 2 September 2014 , (b) e. Nilai tertinggi 91,67 dicapai oleh 2 anak,
Perbaikan Siklus I dilaksanakan tanggal 9 sejumlah 2 anak mendapat nilai 83,33, sejunlah
2 anak mendapat nilai 75,00, sejumlah 3 anak
mendapat nilai 66,67, dan sejumlah 1 anak c. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.
mendapat nilai 58,33. Tugas yang diberikan secara kelompok maupun
f. Nilai rata-rata kelas 75,83 dan daya serap hanya individu dapat diselesaikan dengan baik.
mencapai 75,83 %. d. Siswa yang mendapatkan nilai tuntas sejumlah
9 anak, sedangkan 1 anak masih belum
mencapai ketuntasan minimal.
Hasil Siklus II
e. Nilai tertinggi 100 dicapai oleh 2 anak,
Pada perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti
sejumlah 2 anak mendapat nilai 91,67, sejumlah
mempergunakan media konkret. Selain itu peneliti
5 anak mendapat nilai 83,33 dan sejumlah 1
membentuk kelompok agar siswa dapat aktif dalam
anak mendapatkan nilai terendah 66,67.
mengikuti materi pembelajaran.
f. Nilai rata-rata kelas 86,67 dan daya serap hanya
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang
mencapai 86,67%.
dilakukan:
a. Pemberian tugas membuat siswa bersemangat
Apabila analisis data perolehan nilai dari prasiklus
dan aktif dalam pembelajaran.
sampai dengan siklus II digabungkan dapat dilihat
b. Penggunaan media konkret lebih menarik minat
pada Daftar perbandingan nilai dan grafik di
belajar siswa, sehingga suasana pembelajaran
bawah :
berubah menjadi aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.

Tabel 1: Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2


Nilai Nilai Nilai
No. Nama Siswa Pra Siklus Siklus Ket
Siklus 1 2
1 Arum Sari 58.33 75.00 83.33 Meningkat
2 Achmad Febriono 83.33 91.67 83.33 Meningkat
3 Bhibah Fi'ilma 83.33 91.67 100.00 Meningkat
4 Firman Dwi F. 50.00 66.67 100.00 Meningkat
5 M. Navi Mubarok 58.33 58.33 66.67 Meningkat
6 Miftahul Afif Revaldi 50.00 83.33 83.33 Meningkat
7 Maulana Ahmad Ibrahim 50.00 66.67 83.33 Meningkat
8 Ricky Gunawan 66.67 83.33 91.67 Meningkat
9 Slamet Setyo Hadi 58.33 66.67 91.67 Meningkat
10 Andika Prasetya C. 66.67 75.00 83.33 Meningkat
Jumlah 624,99 758,34 866,66 Meningkat
Rata-rata 62,49 86,67 Meningkat
75,83
Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar Pra kelompok kepada siswa. Guru kurang bisa
Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 mengelola kelas sehingga materi yang disampaikan
tidak dapat direspon oleh siswa. Hal ini
100
90
mengakibatkan hasil evaluasi sangat tidak
90
80
memuaskan.
80 Situasi kelas pada saat pembelajaran awal
70 pelajaran IPA tidak sesuai dengan apa yang
60 diharapkan. Siswa banyak yang tak mendengarkan
50 50
50 penjelasan dari guru. Sebagaian siswa ada yang
40 bermain sendiri, bersenda gurau dengan teman,
30 bahkan ada beberapa siswa yang malas untuk
20
20 mencatat penjelasan dari guru.
10
10 Melihat hasil temuan pada pembelajaran awal
0
disusun rencana tindakan pada perbaikan
Sebelum Siklus 1 Siklus 2 pembelajaran I. Rencana ini mengarah pada
Tindakan Tuntas penerapan media konkret.
Tidak Tuntas
Siklus I.
Gambar 2 : Berdasarkan pada perbaikan pembelajaran I
Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Tes Akhir dengan penerapan media konkret, menunjukkan
Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 peningkatan prestasi belajar yang signifikan. Hal
ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata nilai siswa
mencapai 13,34. Rata-rata nilai kelas meningkat
100 dari 62,49 pada pra siklus menjadi 75,83 pada
86.67 Pra
90 Siklus
siklus 1. Siswa yang mencapai ketuntasan nilai
80 75.83 Siklus1 (nilai ≥ 71) sebanyak 5 anak atau sebesar 50% dari
70
total 10 siswa. Sisanya sebanyak 5 siswa atau
62.49 Siklus 2
sebesar 50% dari total 10 siswa belum mencapai
60
KKM. Pada siklus I ini standar ketuntasan minimal
50
secara klasikal belum tuntas, karena hanya 50%
40 siswa yang mendapat nilai ketuntasan miminal,
30 yaitu ≥ 71.
20 Pada kegiatan pembelajaran guru hanya
10 memberikan tugas kepada siswa secara individu.
0 Guru masih kurang dalam mengelola kelas
sehingga materi yang diterima siswa belum dapat
mencapai hasil yang maksimal. Hal ini
PEMBAHASAN mengakibatkan hasil evaluasi belum memuaskan.
Situasi kelas saat berlangsung pembelajaran
Pra Siklus
Untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran kurang memenuhi dengan apa yang menjadi
pra siklus, dalam diskusi dengan teman sejawat harapan. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
ditemukan masalah tidak adanya tugas yang pembelajaran secara kelompok. Pemberian tugas
diberikan dalam penyampaian materi pelajaran. individu belum mampu menarik minat siswa. Hal
Rata-rata nilai kelas hanya 62,49. Siswa yang ini disebabkan siswa belum mampu bekerja secara
mencapai ketuntasan nilai (nilai ≥ 71) sebanyak 2 individu.
orang atau sebesar 20% dari total 10 siswa yang Melihat hasil temuan pada perbaikan pembelajaran
hadir pada pra siklus. Sisanya sebanyak 8 siswa siklus I disusun rencana tindakan pada perbaikan
atau sebesar 80% dari total 10 siswa belum pembelajaran siklus II. Rencana ini mengarah pada
mencapai ketuntasan minimal. Pada pra siklus ini penerapan media konkret.
standar ketuntasan minimal individu dan klasikal
belum tuntas, karena hanya 20% siswa yang Siklus II
mendapat tuntas nilai ≥ 71. Pada perbaikan pembelajaran siklus II peneliti
Pada kegiatan pembelajaran guru hanya menerapkan media konkret. Selain itu peneliti
memberikan penjelasan tanpa memberikan tugas membentuk kelompok agar siswa ikut terlibat dan
aktif dalam pembelajaran. Tingkat penguasaan
materi pelajaran menjadi optimal, hal ini terlihat  Pada pembelajaran awal nilai rata-rata siswa
dari hasil nilai yang dicapai oleh siswa. Rata-rata hanya 62,49 meningkat pada perbaikan
nilai kelas mencapai 86,67. Siswa yang mencapai pembelajaran siklus I menjadi 75,83 dan pada
ketuntasan nilai (nilai ≥ 71) sebanyak 9 anak atau perbaikan pembelajaran siklus II naik menjadi
sebesar 90% dari total 10 siswa. Sisanya sebanyak 86,67.
1 siswa atau sebesar 10% dari total 10 siswa
belum mencapai ketuntasan nilai. Pada siklus II ini PUSTAKA
standar ketuntasan minimal individu dan klasikal Dinn Wahyudin & D. Supriadi, (2003), Pengantar
sudah tuntas, karena 90% siswa yang mendapat Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
nilai ≥ 71. Funk, (1979), Pendekatan konsep dan menekankan
Penerapan media konkret mampu meningkatkan pada proses. Jakarta : Universitas Terbuka.
hasil perolehan nilai siswa. Bimbingan kepada Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) Ciri
kelompok dalam proses pembelajaran membuat Media Pendidikan.
siswa menjadi aktif, kreatif, efektif, dan Haryanto, (2004), IPA Untuk Sekolah Dasar Kelas
menyenangkan. Suasana kelas menjadi III. Jakarta : Erlangga
menyenangkan karena semua anggota kelompok http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-
merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan Pustaka-Media-Pembelajaran.html
tugas kelompok yang diberikan. I.G.AK. Wardani, dkk., (2004), Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
PENUTUP Terbuka.
Simpulan Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah Pribadi,2004:1.5)
dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai Noehi Nasution & A.A. Ketut Budiastra, dkk.,
berikut : (2002), Pendidikan IPA di SD. Jakarta :
 Ada peningkatan pemahaman siswa, tentang Universitas Terbuka.
materi struktur daun dengan menggunakan S. Rositawaty dan Aris Muharam, (2008). BSE :
media konkret pada siswa SDN Struktur Daun. Jakarta.
TIM FKIP, (2007), Pemantapan Kemampuan
Gempoltukmloko. Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
 Peningkatan motivasi belajar siswa, tampak Udin S. Winataputra, dkk., (2001), Strategi Belajar
siswa sangat tertarik pada proses pembelajaran, Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
terbukti saat kegiatan belajar mengajar Yosaphat Sumardi (2001), Konsep Dasar Ipa.
berlangsung suasana kelas tidak gaduh dan Jakarta: Universitas Terbuka.
suasana berubah menjadi kelas yang aktif, Wynnie Harlen (1992), Ketrampilan Proses.
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Jakarta: Universitas Terbuka.
 Peningkatan hasil belajar siswa, tampak pada
hasil evaluasi jelas-jelas ada peningkatan dari
perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
KELAS V SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI TUNJUNGMEKAR
KECAMATAN KALITENGAH KABUPATEN LAMONGAN MELALUI
PENERAPAN METODE KOOPERATIF

Mujiono *)
*)
SDN Tunjung Mekar Kec. Kalitengah Kab. Lamongan

ABSTRAK
Bagi seorang guru bahwa mengajar bukan semata-mata tugas rutin tentang berteman siswa
menyampaikan materi dan memberikan evaluasi saja disamping itu problem yang terjadi selama proses
pembelajaran tidak jarang terjadi dan berdampak pada hasil belajar siswa yang ujungnya tidak
tersampainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar dan ketentraman belajar diantaranya meningkatkan
motivasi belajar dan efektifitas pembelajaran dengan model-model pembelajaran konstektual yang
mengutamakan kreatif inovatif dan menyenangkan pada mata pelajaran IPS yang umumnya belum
mencapai target KKM yang ditentukan. Model pembelajaran yang diharapkan salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif.
Dengan perencanaan yang dilanjutkan pelaksanaan tindakan dan observasi serta tindakan refleksi
bersama teman sejawat dapatlah ditentukan tindakan perbaikan terbukti pada siklus I tingkat keberhasilan
68,6%. Dengan meningkatkan penerapan metode kooperatif dan memaksimalkan variasi gaya mengajar
pada siklus II tingkat keberhasilan mencapai 80% yang berarti terjadi ketuntasan belajar.
Dengan demikian terjawablah bahwa melalui penerapan metode kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V semester II di Sekolah Dasar Tunjungmekar
Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan tahun 2017.

Kata kunci : Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial / Penerapan Metode Kooperatif

PENDAHULUAN Adapun tujuan penelitian tindakan ini adalah


Hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
evaluasi belajar mata pelajaran IPS di SDN kooperatif terhadap peningkatan hasil belajar Ilmu
Tunjungmekar Kecamatan Kalitengah Kabupaten Pengetahuan Sosial dalam materi perjuangan
Lamongan kelas V materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia bagi siswa
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia semester kelas V SDN Tunjungmekar Kecamatan
II tahun ajaran 2016/2017 dari 10 siswa yang Kalitengah Kabupaten Lamongan.
mencapai 70% ke atas hanya 6 siswa . Untuk
meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar KAJIAN TEORI
dalam penguasaan materi maka peneliti Motivasi Belajar
melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Menurut Donald yang dikutip oleh Hatnalik
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun konsep (2001) mengatakan bahwa motivasi adalah
penulisan mencoba untuk menggunakan model motivation is an energy change within the person
pembelajaran metode kooperatif dengan harapan characterized by attentive arousal and
metode kooperatif dapat mengetahui pokok anticipatory goal reaction yang berarti motivasi
masalah diatas disamping untuk memperbaiki adalah perubahan energi dalam diri seseorang
pembelajaran. Laporan ini disusun berdasarkan yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
catatan yang dibuat ketika merancang kegiatan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari beberapa
perbaikan serta selama pelaksanaan observasi dan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
diskusi dilaksanakan dalam dua siklus. motivasi merupakan dorongan yang datang dari
Pada saat pembelajaran berlangsung, ketika dalam pribadi seseorang (intrinsik) atau datang dari
guru memberi pertanyaan tentang materi luar (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai
perjuangan mempersiapkan kemerdekaan dengan keinginan pribadinya.
Indonesia, siswa kurang maksimal dalam
menjawab pertanyaan, bahkan banyak yang tidak
dapat menjawab pertanyaan dari guru.
Gaya Mengajar METODOLOGI
Menurut Berg (1996), gaya mengajar guru Lokasi dan Subyek Penelitian
adalah sesuatu yang dilakukan guru terhadap siswa Penelitian dilakukan pada kelas V SDN
sebagai pembelajaran yang dapat dikerjakan secara Tunjungmekar Kecamatan Kalitengah Kabupaten
baik atau jelek, jika gaya mengajar guru kurang Lamongan yaitu merupakan tempat kerja peneliti
baik, tentu akan membahayakan bagi sebagai guru SD di SDN Tunjungmekar
perkembangan siswa, sebaliknya, jika gaya Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan.
mengajar guru baik tentu akan dapat menolong Pelaksanaan penelitian dalam waktu satu bulan
siswa mengembangkan kemampuan dan potensi dari tanggal
dalam dirinya. 10 April 2017 sampai dengan tanggal 17 April
Secara umum, seorang guru dapat 2017 mata pelajaran yang dibuat adalah Ilmu
merefleksikan gaya mengajarnya yaitu diantara Pengetahuan Sosial . Yang menjadi subyek
dua kutub tradisional dan progresif Marsigit (1996 penelitian adalah guru kelas V SDN Tunjungmekar
: 63). Ciri gaya mengajar tradisional adalah guru Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan
sebagai pemberi ilmu, siswa pasif, sosio emosional sedang yang menjadi obyek penelitian adalah
dan siswa tidak diperhatikan kreatifitas. Ciri gaya siswa-siswi kelas V SDN Tunjungmekar
mengajar progresif adalah guru sebagai Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan
pembimbing, siswa aktif sosio emosional dan
kreatifitas siswa terdorong dan diperhatikan. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan
Pembelajaran kooperatif siklus, yakni : siklus I dan siklus II. Masing-
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) masing tindakan di dalam siklus terdiri dari :
memerlukan pendekatan melalui penggunaan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam (observasi) dan refleksi.
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar (Holuber, 2001). Pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN
Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar Hasil Siklus I
dan sengaja mengembangkan interaksi yang Pada akhir proses pembelajaran siswa diberi test
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
serta menciptakan interaksi saling mengasihi antar keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
siswa. Abdurrahman dan Bintor (2000), yang telah dilakukan adapun hasil penelitian pada
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah siklus I adalah sebagai berikut :
pembelajaran yang sadar dan sistimatis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih
asih dan silih asuh antara sesama siswa sebagai
latihan di dalam masyarakat nyata.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem
yang mengandung elemen-elemen yang saling
terkait diantaranya : Saling ketergantungan positif,
interaksi tatap maka, akuntabilitas individual, dan
keterampilan menjalin hubungan antara pribadi
atau keterampilan sosial Menurut Ibrahim, dkk
(2000:7) . Pembelajaran model Ibrahim dapat
ditirukan sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi sedang dan rendah.
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari
ras, budaya suku, jenis kelamin yang berubah.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.
Tabel 1. Hasil perolehan nilai test formatif Tabel 2. Data Hasil Penelitian Pada Siklus II
siklus I N
Jawaban
Nil
Nama siswa Ket
o ai
1 2 3 4 5
Jawaban
Nil Ke
No Nama siswa 1 Jonedi 1 1 N N 0 60 BT
ai t
1 2 3 4 5
2 Wiwk Rohmawati 1 I 0 N N 60 BT
1 Jonedi 1 1 0 I 0 60 BT
Wiwik 3 Nur Hidayah 1 1 I I 0 80 T
2 1 N N I 0 60 BT
Rohmawati
4 Eko Purnama 1 1 0 I 1 80 T
3 Nur Hidayah 1 1 N N 0 60 BT
Agung Prasetyo 10
5 1 1 1 I N T
4 Eko Purnama 1 1 I 0 N 70 T Aji 0

Agung Prasetyo 6 Arfa’atul M 1 1 N I 1 80 T


5 1 1 1 N N 80 T
Aji
7 Ahmad Rifqi 1 1 I 1 I 80 T
6 Arfa’atul M. 1 N N N 1 70 T
8 Indrawati 1 N I I 1 80 T
7 Ahmad Rifqi 1 1 N N N 70 T
9 Imma Mutiq 1 1 I I N 90 T
8 Indrawati 1 N N I N 70 T
1
Lailatul Fit 1 0 I I I 80 T
9 Imma Mutiq 1 1 N N N 70 T 0

10 Lailatul Fit 1 1 I I 0 80 T
Keterangan
Jumlah skor maksimal : 1000
Jumlah Skor = 640 Prosentase skor : 79 %
Jumlah skor maksimal = 1000 Siswa tuntas :8
Prosentase skor = 64 % Siswa belum tuntas :2
Tuntas (T) = 70
Belum tuntas (BT) =3 Refleksi
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 7,9 dari 10 siswa kelas V SDN Tunjungmekar,
penggunaan metode diskusi kooperatif dan maka secara kalsikat ketuntasan belajar yang
ditunjang dengan media (alat peraga) telah tercapai 80% (dikatagorikan tuntas) hasil
menunjukkan keberhasilan namun masih ada siklus II mengalami peningkatan lebih baik
siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa. Hal ini siklus II ini dipengaruhi oleh adanya motivasi
dilaksanakan terdapat siswa yang belum siap dan dorongan yang diberikan kepada siswa
atau belum terbiasa dengan metode diskusi sehingga siswa mudah memahami materi
kooperatif dan bila metode ini diterapkan pembelajaran yang disampaikan guru dan dapat
kembali pada saat perbaikan siklus II diharapkan menjawab pertanyaan isian maupun tulisan dan
hasil dari evaluasi bisa maksimal. siswa masih mengingat materi pembelajaran
sehingga dapat mengerjakan tes evaluasi pada
Siklus II akhir pembelajaran.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 April PEMBAHASAN
2017 di Kelas V SDN Tunjungmekar dengan Ketuntasan hasil belajar
jumlah murid 10 anak, mata pelajaran ilmu Melalui hasil penelitian dan pengamatan ini
pengetahuan sosial, materi pokok perjuangan menunjukkan bahwa metode ceramah digabung
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Hasil dengan metode diskusi memiliki dampak positif
tes formatif dapat dilihat pada tabel 2 berikut : dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini
dapat dilihat semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang
disampaikan guru, ketuntasan belajar meningkat
dari siklus I sampai siklus II yaitu 60% menjadi
80% pada siklus II ketuntasan belajar siswa
secara klasikal tercapai.
Aktifitas siswa dan guru membangun pemahaman nya sendiri tentang
Berdasarkan analisis data dan observasi teman materi yang dipelajarinya dengan bimbingan
sejawat pada siklus II diperoleh aktifitas siswa guru tentunya dibuatkan peningkatan hasil
dalam proses belajar mengajar IPS pada materi belajar pada siklus I keberhasilan yang
pokok “Perjuangan mempersiapkan dicapai 60 % dan pada siklus II keberhasilan
kemerdekaan Indonesia” dengan menggunakan yang dicapai 80 % .
metode kooperatif dan paling dominan adalah b. Penerapan metode kooperatif mempunyai
siswa mendengarkan penjelasan-penjelasan guru pengaruh positif ditunjang dengan media
serta berdiskusi antara siswa dan siswa dengan yang mendukung bagi siswa kelas V SDN
guru jadi dapat dikatakan aktifitas siswa kelas V Tunjungmekar sehingga dapat meningkatkan
SDN Tunjungmekar dapat dikatagorikan aktif motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
kemudian guru melakukan tugasnya dengan c. Penggunaan metode kooperatif rupanya dapat
baik, guru selalu memotivasi siswa disamping menarik minat siswa untuk metode ini sesuai
itu seluruh perangkat pembelajaran RPP hingga digunakan dan dipertahankan sebagai metode
berhubungan dengan materi digunakan dengan pembelajaran.
tepat. Dalam pembelajaran ini guru bersikap
terbuka dan demokratis (lampiran observasi PUSTAKA
siklus II). Abdurrahman, M & Bintoro, T. 2000.
Memahami dan Menangani Siswa Problem
PENUTUP Dalam Belajar: Pedoman Guru. Jakarta :
Simpulan Proyek peningkatan Mutu SLTP, Direktorat
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran Dikmenum, Dirjen Dikdasmen, Dipdiknas.
dalam dua siklus, ini dapat menunjukkan Berg Edvanse, 1996. Pengajaran Sains
ketuntasan siswa dalam pembelajaran dan Sekarang dan Masa Yang Datang Suatu
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis Tinjauan Internasional. Salatiga URSW
dan observasi yang telah dilakukan oleh guru Hatnalik, O, 2002. Perencanaan Pengajaran
dan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta
berikut : PT Bumi Aksara.
a. Pembelajaran dengan menggunakan metode Ibrahim, dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif.
kooperatif memiliki dampak / manfaat positif Surabaya Universitas Negeri Surabaya.
dalam meningkatkan prestasi belajar. Marsigit, 1996. Pemahaman Gaya Mengajar.
Pemahaman siswa terhadap materi melalui Cakrawala Pendidikan.
ketrampilan proses benar-benar mempunyai Nurhadi , 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
makna bagi siswa karena siswa mengalami : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
sendiri pembelajaran secara nyata Menengah, Depdiknas.
melaksanakan diskusi sehingga dapat
PENERAPAN PERMAINAN LOMPAT KANGGURU UNTUK
MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH PADA
SISWA KELAS VI SDN KEDIREN KECAMATAN KALITENGAH
KABUPATEN LAMONGAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Sri Lasminingsih *)
*)
Guru SDN Kediren Kec. Kalitengah Kab. Lamongan

ABSTRAK
Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh pada siswa kelas VI SD Negeri Kediren Kecamatan
Kalitengah kurang memuaskan bagi guru penjasorkes, hasil yang didapatkan siswa pada tes evaluasi
akhir pembelajaran masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini
adalah untuk mengefektifitaskan pembelajaran dengan cara pendekatan bermain
lompat kanguru atau memvariasikan berbagai macam permainan ke dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti menyimpulkan rumusan
permasalahan yang dihadapi oleh peneliti yaitu “Apakan melalui pendekatan permainan lompat
kanguru sebagai pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh pada siswa Kelas VI SD
Negeri Kediren tahun Pelajaran 2015/2016. Lompat jauh melalui pendekatan lompat kanguru “longu”
merupakan salah satu alternatif pembelajaran lompat jauh di Sekolah Dasar. Namun kenyataannya
dalam proses pembelajaran belum terlaksana secara optimal, metode yang digunakan peneliti adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil penelitian yang menggunakan 2 siklus dan 4 pertemuan menunjukan
di siklus I nilai rata-rata akhir kelas 78 dengan nilai persentase ketuntasan 61,6% nilainya masih kurang
memuaskan. Maka dilanjutkan di siklus II nilai rata-rata akhir kelas 81,7 dengan nilai persentase 100%
nilai yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data pengamatan di lapangan dan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan bermain lompat kanguru
pada materi lompat jauh dengan menggunakan media botol aqua dan pralon sebagai sarana dan
prasarana pembelajaran mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas VI SD Negaeri Kediren
Kecamatan Kalitengah. Saran dari peneliti meliputi beberapa hal yaitu : diharapkan bagi guru
Penjasorkes di Sekolah Dasar untuk menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam
pembelajaran, guru dapat menvariasikan berbagai macam bentuk permainan dalam pembelajaran, dan
media botol aqua dan pralon dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan alat peraga dalam
pembelajaran lompat jauh.

Kata Kunci : Lompat Jauh, Permainan Lompat Kangguru, Pembelajaran

PENDAHULUAN ”Penerapan Permainan Lompat Kangguru untuk


Kurang berkembangannya proses belajar meningkatkan hasil pembelajaran lompat jauh pada
mengajar penjasorkes di SD karena tidak siswa kelas VI SD Negeri Kediren”. Dengan jumlah
adanya sarana dan prasarana pembelajaran siswa 13 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6
yang tersedia di sekolahan tersebut. Sehingga siswa perempuan. Permasalahan ini timbul dari hasil
guru penjasorkes dalam melaksanakan proses pengamatan/ observasi di
pembelajaran bersifat monoton, tidak menarik dan SD Negeri Kediren yaitu pada pembelajaran lompat
membosankan maka siswa jauh.
tidak memiliki semangat dan motivasi dalam Dari permasalahan diatas maka penting adanya
mengikuti pelajaran Penjasorkes. penelitian tindakan khusus pembelajaran lompat
Dari permasalahan yang dihadapi guru jauh untuk menciptakan semangat dan motivasi
penjas dalam menyampaikan materi khususnya siswa sehingga siswa dapat tertarik dan menyenangi
lompat jauh, maka peneliti merasa tertarik pembelajaran penjasorkes.
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada Siswa mempunyai peluang untuk
siswa kelas VI SD Negeri Kediren dengan judul mengeksplortasikan gerak secara luas dan bebas
sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki siswa serta bermanfaat bagi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik.
Berdasarkan identifikasi dan analisa masalah
maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
“Apakah melalui permainan lompat kanguru Gambar 1 Awalan saat akan melakukan lompat jauh
sebagai pembelajaran dapat meningkatkan hasil 2. Tolakan (Take-off)
belajar lompat jauh pada siswa kelas VI SD Tolakan merupakan perubahan gerak datar ke
Negeri Kediren Tahun 2015? “ gerak tegak atau ke atas yang dilakukan secara
cepat. Aip Syarifuddin (1991:74) Tolakan adalah
KAJIAN PUSTAKA perpindahan dari gerakan horisontal ke arah
Pengertian Lompat Jauh vertikal yang dilakukan dengan cepat. Kekuatan
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat tolakan diperoleh dari kekuatan kaki yang
dalam cabang olahraga atletik. Melompat adalah digunakan untuk menolak, dibantu dengan
gerakan mengangkat tubuh dari tempat tertentu ke kecepatan. Lompatan dilakukan dengan
tempat yang lebih jauh. mencondongkan badan ke depan membuat sudut
Lompat jauh yaitu melompat ke sebuah bak pasir lebih kurang 45 dan sambil mempertahankan
dengan menginjak papan tumpuan terlebih kecepatan saat badan dalam posisi horisontal.
daluhu, dengan berbagai teknik dasar yaitu
awalan/ancang-ancang, tolakan / tumpuan, sikap di
udara / melayang, dan mendarat sejauh-jauhnya.
Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus
dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-
putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan
sejauh-jauhnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Aip Syarifuddin (1992: 73) “Lompat jauh adalah
suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki Gambar 2. Keadaan saat tolakan
ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat 3. Melayang di Udara
badan selama mungkin di udara (melayang di Salah satu usaha untuk mengatasi daya
udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan tarik bumi tersebut yaitu
jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. disertai dengan ayunan kaki
dengan kedua tangan ke arah lompatan.
Teknik dasar lompat jauh melayang bertujuan untuk
1. Awalan mendapatkan posisi mendarat yang paling ekonomis
Awalan adalah gerakan permulaan untuk dan efisien”.
mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan
lompatan. Awalan adalah Tujuan awalan adalah
untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada
saat akan melompat dan membawa pelompat pada
posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan lompat
jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan
dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan
langkah agar diperoleh ketepatan bertumpu pada
balok tumpuan. Aip Syarifuddin (1992: 73).
Jarak awalan tersebut antara 30-40 meter, Gambar 3. Keadaan saat melakukan sikap diudara /
Kecepatan sprint 30-40 meter. Berkaitan dengan melayang.
awalan lompat jauh Bismo Suryatmo (2006: 86)
menyatakan : “Jarak awalan tergantung pada tiap- 4. Pendaratan
tiap pelari (sekitar 30-40). Jarak awalan harus Pendaratan merupakan tahap terakhir
cukup jauh dan lari cepat untuk mendapatkan dari rangkaian gerakan lompat jauh. Pendaratan
momentum yang paling besar. Kecepatan awalan dan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat
irama langkah harus tetap. “ jauh. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat
memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke
depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak Panjang : 60 cm
Tp = 3 cm
tegak dan lengan mengayun ke depan. Tb = 15 cm
Menurut Bismo Suryatmo (2006: 90) teknik
pendaratan yang benar adalah sebagai berikut: Botol aqua dan Paralon Tahap I

“Mendarat dengan kedua kaki dibengkokkan, Panjang : 60 cm


Tp = 5 cm
sehingga sikap badan jongkok. Agar pinggul tidak Tb = 15 cm
Botol aqua dan Paralon Tahap II
menyentuh bak pasir, badan harus santai, dan kedua
tangan ditarik lurus ke depan.” Panjang : 60 cm
Tp = 7 cm
Tb = 15 cm

Botol aqua dan Paralon Tahap II

Gambar 4 Keadaan saat mendarat


Gambar 5. Baqualon Siklus I dan Siklus II
Tujuan Pembelajaran Lompat Jauh di Sekolah
Dasar Hakikat Belajar Pendidikan Jasmani
Setiap pembelajaran mempunyai maksud Di dalam intensifikasi penyelenggaraan
dan tujuan-tujuan tertentu, begitu pula dalam pendidikan sebagai proses
pembelajaran pokok bahasan lompat jauh gaya dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia
jongkok. Sebagai bagian dari materi sub-pokok yang berlangsung seumur
mata pelajaran penjasorkes tujuan dari hidup, pendidikan jasmani merupakan salah satu
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok alat yang sangat penting
mempunyai tujuan yang tidak terlepas dari untuk merangsang pertumbuhan dan
tujuan pendidikan jasmani secara umum. perkembangan manusia, karena
1. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan pendidikan jasmani sangat erat kaitannya dengan
gerak. gerak manusia.
2. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat Gerak bagi manusia sebagai aktifitas
melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung jasmani merupakan salah satu kebutuhan hidup
di dalamnya (sportivitas, kejujuran, disiplin, yang sangat penting, yaitu sebagai dasar bagi
tanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan manusia untuk belajar, baik
demokratis). untuk belajar mengenal alam sekitar dalam
3. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga usaha memperoleh berbagai
sebagai informasi untuk pengalaman berupa pengetahuan dan
mencapai pertumbuhan fisik yang keterampilan, nilai dan sikap maupun
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, untuk belajar mengenal dirinya sendiri sebagai
terampil, serta memiliki sikap yang positif. makhluk individu dan
makhluk sosial dalam usaha penyesuaian
Alat Bermain Lompat Kanguru Pada Lompat dan mengatasi perubahan-
Jauh perubahan yang terjadi dilingkungannya. (Aip
Dibawah ini gambar sketsa media Syarifuddin: 1992 : 6).
pembelajaran botol qua dan pralon sebagai alat
pembelajaran lompat jauh. METODOLOGI
Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas akan diikuti
oleh siswa kelas VI SD Negeri Kediren, dengan
jumlah siswa 13 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-
laki dan 6 siswa perempuan.
Objek Penelitian
Beberapa hal yang akan diteliti antara lain adalah : (a) Nilai rata2
melalui bermain lompat kanguru, (b) hasil Belajar 5
Lompat Jauh. 4

3
Waktu Penelitian
Nilai rata2
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan 2
menggunakan dua siklus dan 4 kali pertemuan. 1
Pelaksanaan siklus I dan siklus II akan diadakan
0
dari bulan Februari sampai dengan bulan September Pertemuan I Pertemuan II
2015, dari pukul 07.15-09.00 WIB.
Gambar 1. Nilai rata-rata pertemuan I dan
Lokasi Penelitian pertemuan II pada siklus I
Penelitian tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di
SD Negeri Kediren, yang beralamat Jln. Kediren Tabel 1 . Hasil nilai Formatif Siklus I SD Negeri
no.01 Desa Kediren Kecamatan Kalitengah Kediren
Kabupaten Lamongan. Pada Siswa Kelas VI
Semester I tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I
Nilai
Banyak siswa Jumlah Nilai
Teknik Pengumpulan Data 90 - -
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan 86 - -
adalah berupa: (a) Tes perbuatan yang meliputi 85 - -
proses melompat dan hasil yang dicapai dari 84 2 145
gerakan yang dilakukan., (b) Teknik observasi 83 1 83
digunakan pada saat mengamati siswa pada 82 5 380
kegiatan siklus I mauapun siklus II, yaitu 81 2 162
membuat daftar/lembar pengamatan terhadap 80 2 160
siswa, (c) Tes tertulis yaitu meliputi kegiatan 79 1 79
78 - -
pengisian angket yang berisi wawacara tertulis
Jumlah 13 1032
kepada siswa tentang mataeri yang akan diteliti.
Rata-rata 78,7
Adapun teknik pengumpulan data penelitian
ini diantaranya melalui tes praktik, observasi
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran di
lapangan. Data penelitian dikumpulkan dan
siklus I dapat disimpulkan
disusun melalui teknik pengumpulan data
bahwa nilai rata-rata yang didapat adalah 78. Dari
meliputi : sumber data, jenis data, teknik
jumlah 13 siswa, ada 5 siswa
pengumpulan data dan instrument yang digunakan.
yang belum mengalami ketuntasan belajar dan 8
siswa telah mencapai ketuntasan.
Prosedur Penelitian
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan
Penelitian tindakan dilakukan dengan tahapan
bahawa aktifitas siswa dalam perbaikan
siklus, dan tiap siklus terdiri dari perencanaan,
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
belum begitu memuasakan. Hal tersebut
dikarenakan proses pembelajaran melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan bermain lompat kanguru pada
Hasil Siklus I
lompat jauh belum begitu mencukupi, yang
Berdasarkan pada data diatas dapat disimpulkan
mengakibatkan siswa masih ada yang bermain
bahwa aktifitas perbaikan
sendiri. Sehingga peneliti memutuskan untuk
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
melanjutkan penelitian pada siklus yang ke II.
belum begitu memuaskan. Hal
tersebut terjadi karena proses pembelajaran melalui
Hasil Siklus II
pendekatan bermain lompat
Dari hasil aktifitas pembelajaran siswa pada siklus
kanguru pada lompat jauh belum begitu
II kemudian dimasukkan dalam grafik sebagai
mencukupi dapat dibuktikan dengan
berikut :
nilai rata-rata pertemuan I adalah 2,2 dan pertemuan
ke II adalah 2,9.
4.1 Negeri Kediren mengalami peningkatan dalam
pembelajaran lompat jauh. Pelaksanan perbaikan
4
aktifitas pembelajaran siswa berjalan cukup baik.
3.9 Hasil dari siklus I pada pertemuan I nilai rata-rata
3.8 adalah 2,2 dan pada pertemuan II nilai rata-rata
3.7 adalah 2,9. Sedangkan hasil dari siklus II pada
pertemuan I nilai rata-rata adalah 3,61 dan pada
3.6
pertemuan II nilai rata-rata adalah 4,00 setiap
3.5 pertemuan mengalami peningkatan yang cukup baik.
3.4 Pelaksanaan perbaikan aktifitas pembelajaran
Pertemuan I Pertemuan II guru berjalan cukup baik dengan nilai aktivitas
guru 2,42 (dalam skala 1-5) pada siklus I
Gambar 2. Aktifitas Pembelajaran siswa di pertemuan I dan pertemuan II menjadi 4,28.
Sedangkan pada siklus II nilai aktifitas guru
siklus II meningkat prestasi belajarnya dari putaran I adalah
3,57 dan putaran II adalah 4,71.
Berdasarkan data di atas aktifitas pembelajaran Hasil tes pembelajaran rata-rata nilai yang
siswa pada pertemuan I nilai rata-rata 3,61 dan didapat pada pelaksanaan evaluasi perbaikan
pada pertemuan II nilai rata-rata 4,00 baik pembelajaran siswa pada siklus I adalah 78 dengan
pertemuan I maupun pertemuan II mengalami jumlah siswa yang belum tuntas 5 orang sedangkan
peningkatan. Hal tersebut dikarenakan yang tuntas adalah 8 siswa dari 13 siswa.
pendekatan melalui bermain lompat kanguru Sedangkan pada rata-rata nilai yang didapat
pada lompat jauh sudah lengkap adanya pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran di
tempat awalan, tempat tolakan, dan tempat siklus II adalah 81,7 dan 13 siswa telah mencapai
mendarat sehingga siswa mudah dalam mengikuti ketuntasan.
pembelajaran.
PENUTUP
Tabel 2 Hasil nilai Formatif Siklus II SD Negeri Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Kediren
disimpulkan bahwa melalui pendekatan
bermain kanguru dengan menggunaan media
Siklus II
Nilai modifikasi berupa botol aqua dan pralon
Banyak siswa Jumlah Nilai (boqualon) dapat meningkatkan efektitas belajar
90 - -
siswa dan mengoptimalkan penggunaan alat peraga
86 - -
sebagai sarana dan prasarana pada mata pelajaran
85 - -
84 2 168
Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan
83 1 83 khususnya materi lompat jauh pada siswa kelas
82 5 410 VI Semester I SD Negeri Kediren Kecamatan
81 2 162 Kalitengah Kabupaten Lamongan Tahun
80 2 160 Pelajaran 2015/2016.
79 1 79
78 - - PUSTAKA
Jumlah 13 1062 Achmad Munib, dkk. 2007. Pengantar Ilmu
Rata-rata 81,7 Pendidikan.Semarang : UPT MKK
Universitas Negeri Semarang.
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran Achmad Sugandi, dkk.2007. Teori
di siklus II dapat disimpulkan bahwa nilai Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
rata-rata yang didapat adalah 81,7. Dari jumlah 13 Universitas Negeri Semarang.
siswa, semua mengalami ketuntasan belajar dan Aip Syarifuddin, dkk. 1992. Pendidikan
13 siswa telah mencapai ketuntasan. Jasmani dan Kesehatan.Jakarta :
Departemen pendidkan dan kebudayaan.
Pembahasan Bismo Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan
Pada pembahasan ini akan disajikan menurut Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
hasil penelitian lompat jauh melalui pendekatan untuk kelas IV. Jakarta:PT. Widya Utama.
bermain lompat kanguru pada siswa kelas VI di SD Bismo Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan
untuk kelas VI. Jakarta:PT. Widya Utama.
Buku Panduan penulisan skripsi fakultas ilmu
keolahragaan, 2011. Universitas
Negeri Semarang.
Catharina tri anni, dkk. Psikologi
Belajar.Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Eko Suwarso, dkk.2010. pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan.Jakarta:
PT.Arya Duta

Anda mungkin juga menyukai