Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen
Praktikum Farmakologi dan toksikologi serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, dari
judul praktikum ini “Hipnotika Sedatif” sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ...................................................................................... 3
II.2 Penggolongan obat hipnotik sedatif .............................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan Praktikum
1. Mampu melakukan cara penetapan aktivitas spontan tikus dengan alat
rotarod sebagai salah satu pengujian obat penekan susunan saraf pusat
dan transquilizer.
2. Mampu mengevaluasi perbedaan efek diazepam pada berbagai dosis
mengamati perubahan aktivitas spontan tikus.
2
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
3
yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang
kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995).
Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam;
barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif
lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon,
meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995).
Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu:
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan
pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada
kloralhidrat dan paraldehida
b. Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat
c. Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat
d. "hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan
ringan di kepala dan termangu.
Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-
t½-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang
disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut
dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002). Pada umumnya, semua
senyawa benzodiazepin memiliki daya kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif
hipnotis, antikonvulsif dan daya relaksasi otot. Keuntungan obat ini
dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau
hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat ini diduga tidak menimbulkan
toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnya semakin berkurang setelah
pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang
dan memperdalam tidur (Tjay, 2002).
Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma
sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-
60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak
disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat
4
sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar
(Ganiswarna dkk, 1995).
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur,
dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya
(raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu
dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak
menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan
dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat
penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995).
II.2.1 Diazepam
Pemerian : Serbuk hablur, hamper putih sampai kuning,
praktis tidak berbau.
Kelarutan : Praktik tidak larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etanol.
Dosis sedasi : 5-30 mg.
Diazepam mempunyai rumus bangun seperti pada gambar berikut
ini:
5
1. Farmakokineti
6
Perpanjangan masa paruh eliminasi pada pasien usia tua
merupakan akibat dari peningkatan volume distribution, dimana
peningkatan lemak tubuh berhubungan dengan usia yang
mengakibatkan peningkatan volume distribution obat yang larut
dalam lemak. Clearance hati tidak berubah dengan penuaan.
Dibandingkan dengan lorazepam, diazepam mempunyai masa
paruh yang lebih lama tetapi masa kerja yang lebih singkat
daripada lorazepam dan berdisosiasi lebih terhadap reseptor
GABAA.
7
acid (GABA) reseptor sehingga menurunkan aktifitas
neuron di sistem limbik, thalamus dan hipotalamus yang
mengakibatkan efek sedasi dan anti cemas.
c. Sistem Pernafasan
Diazepam, sama seperti golongan benzodiazepin yang
lain, memberikan efek minimal terhadap ventilasi dan sirkulasi
sistemik. Diazepam mengakibatkan efek depresan yang
minimal pada ventilasi dengan peningkatan PaCO2. Efek
depresan ini tidak terjadi pada pemakaian obat sampai dosis
0,2 mg/kg intra vena. Kombinasi diazepam dengan obat
depresan CNS lain (opioid, alkohol ) atau pada pasien dengan
penyakit obstruksi saluran nafas kronis dapat mengakibatkan
perpanjangan depresi ventilasi.
flurazepam, lorazepam
thiopental
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Timbang tikus
9
Berikan Diazepam 1,06 ml untuk tikus ke 2
10
BAB IV
IV.1 Hasil
1. Perhitungan
Tikus 1 : 100 g
Tikus 2 : 90 g
Tikus 3 : 95 g
Tikus 4 : 100 g
Tikus 5 : 105 g
Dosis pada manusia : 40 mg
B. Dosis tikus 90 g
90 g 0,72 mg
Dosis diazepam untuk tikus BB 90 g = x = 0,32 mg
200 g x
0,32 mg
ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,06 ml
0,3 mg
C. Dosis tikus BB 95 g
95 g 0,72 mg
Dosis diazepam untuk tikus BB 90 g = x = 0,34 mg
200 g x
11
0,34 mg
ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,13 ml
0,3 mg
12
4 A A T A T A
5 A A A LT T T
b. Kelompok 2
Pemberian diazepam 10 mg dengan pemberian melalui oral
Nama No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
Kelompok
Kelompok 2 1 T T TDR TDR TDR T
Diazepam 10
mg 2 A T TDR TDR TDR TDR
3 A T A A T T
4 A A T T T TDR
5 A A A T T A
c. Kelompok 3
Pemberian diazepam 20 mg dengan pemberian melalui oral
Nama No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
kelompok
Kelompok 3 1 A A A A T TDR
Diazepam 20 2 A A A A TDR TDR
mg
3 A T A TDR TDR TDR
4 T TDR TDR A TDR A
5 T TDR TDR TDR A T
13
Ket : TDR = Tidur
A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang
d. Kelompok 4
Pemberian diazepam 30 mg dengan pemberian melalui oral
Kelompok No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
4 T T T T T A
5 A T T A TDR T
e. Kelompok 5
Pemberian diazepam 40 mg dengan pemberian melalui oral
kelompok No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
5 A TDR A TDR LT T
14
Ket : TDR = Tidur
A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang
IV.2 Pembahasan
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis.
Cara kerja pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah untuk
kelompok 1 dengan cara pemberian aquadest 1 ml secara oral (pemberian
oral melalui mulut masuk keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang
terujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji, kelompok 2
dengan 10 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui mulut masuk
keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang terujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji, kelompok 3 dengan 20 mg diazepam secara
oral (pemberian oral melalui mulut masuk keseluran intestinal) digunkan
jaruk injeksi yang terujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan
uji, kelompok 4 dengan 30 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui
mulut masuk keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang terujung
tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji, dan kelompok 5 dengan
40 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui mulut masuk keseluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang terujung tumpul agar tidak
15
membahayakan bagi hewan uji. Kelompok 5 mendapatkan pemberian
diazepam 40 mg secara oral yaitu dosis diazepam untuk BB 100 gram 1,2
ml, dosis diazepam untuk BB 90 gram 1,06 ml, dosis diazepam untuk BB
100 gram 1,2 ml, dosis diazepam untuk BB 105 gram 1,23 ml. lalu
meletakan tikus pada baskom, kemudian diamati pada selama 1 jam dan
pada menit keberapa tikus tertidur dan menit keberapa tikus terbangun atau
berjalan.
16
3) Pada saat pemberian obat ke tikus percobaan, obat tidak masuk semua
karena jatuh dan belum masuk kedalam saluran cerna, sehingga obat
yang dierikan keluar kembali
17
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum kali ini bahwa terdapat perbedaan
konsentrasi pemberian diazepam yang diberikan pada tikus percobaan yang
akan menimbulkan efek sedativ yang berbeda pula, semakin tibggi
konsentrasi diazepam yang diberikan maka semakin tinggi pula penurunan
aktivitas dan tidur tikus percobaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.