Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen
Praktikum Farmakologi dan toksikologi serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, dari
judul praktikum ini “Hipnotika Sedatif” sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ...................................................................................... 3
II.2 Penggolongan obat hipnotik sedatif .............................................. 8

BAB III METODOLOGI


III.1 Alat dan Bahan ............................................................................. 9
III.II Cara Kerja ..................................................................................... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil ................................................................................................ 14
IV.II Pembahasan .................................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Praktikum ini, Diazepam digunakan sebagai sampel obat agar cepat
diketahui efek farmakologinya, sehingga dapat diketahui perbandingan efek
farmakologi yang dihasilkan berdasarkan perbedaan cara pemberian obat.
Diazepam merupakan obat golongan Benzodiazepin. Benzodiazepine
merupakan oba yang paling banyak digunakan sebagai obat anti anxiolitik.
Obat ini juga telah menggantikan posisi barbiturate dan meprobamate
sebagai obat anti cemas, ini dikarenakan benzodiazepine masih lebih aman
dan juga lebih efektif. Obat tersebut telah ditemukan pada tahun 1955 oleh
Leo Strenbach dan teman- teman. Pengaturan kembali ke enam cincin
quinazoline oleh reaksi kimia dengan primary amine led, kurang
memuaskan untuk membentuk 7 ikatan, 1,4 – benzodiazepine-4-oxide.
Bahan tersebut seharusnya inaktif, tetapi efek aktivitas farmakologi
diperiksa 2 tahun kemudian.
Percobaan ini mahasiswa farmasi diharapkan mampu untuk
mengetahui dan memahami bagaimana efek farmakologi obat depresan saraf
pusat dimana dalam percobaan ini mahasiswa mengamati anastetik umum
dan hipnotik sedative yang diujikan pada hewan coba tikus putih.
Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang system saraf pusat
perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi
karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat- obat apa saja yang perlu
atau bekerja pada system saraf pusat. Hal inilah yang melatarbelakangi
dilakukannya percobaan ini.

1
I.2 Tujuan Praktikum
1. Mampu melakukan cara penetapan aktivitas spontan tikus dengan alat
rotarod sebagai salah satu pengujian obat penekan susunan saraf pusat
dan transquilizer.
2. Mampu mengevaluasi perbedaan efek diazepam pada berbagai dosis
mengamati perubahan aktivitas spontan tikus.

2
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi
diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan
mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan
pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang
lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif (Tjay,
2002).
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat
sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur
serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H. Sarjono,
Santoso dan Hadi R D., 1995).
Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-
faktor kinetik berikut:
a. Lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh
b. Pengaruhnya pada kegiatan esok hari
c. Kecepatan mulai bekerjanya
d. Bahaya timbulnya ketergantungan
e. Efek "rebound” insomnia
f. Pengaruhnya terhadap kualitas tidur
g. Interaksi dengan otot-otot lain
h. Toksisitas, terutama pada dosis berlebihan (Tjay, 2002).
Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan
emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur

3
yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang
kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995).
Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam;
barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif
lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon,
meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995).
Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu:
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan
pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada
kloralhidrat dan paraldehida
b. Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat
c. Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat
d. "hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan
ringan di kepala dan termangu.
Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-
t½-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang
disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut
dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002). Pada umumnya, semua
senyawa benzodiazepin memiliki daya kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif
hipnotis, antikonvulsif dan daya relaksasi otot. Keuntungan obat ini
dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau
hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat ini diduga tidak menimbulkan
toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnya semakin berkurang setelah
pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang
dan memperdalam tidur (Tjay, 2002).
Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma
sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-
60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak
disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat

4
sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar
(Ganiswarna dkk, 1995).
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur,
dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya
(raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu
dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak
menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan
dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat
penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995).

II.2.1 Diazepam
Pemerian : Serbuk hablur, hamper putih sampai kuning,
praktis tidak berbau.
Kelarutan : Praktik tidak larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etanol.
Dosis sedasi : 5-30 mg.
Diazepam mempunyai rumus bangun seperti pada gambar berikut
ini:

Gambar : Rumus bangun diazepam.

5
1. Farmakokineti

Diazepam (N-demethylated) merupakan golongan


benzodiazepin yang larut dalam lemak. Diazepam cepat
diabsorbsi dari saluran gastrointestinal pada saat pemberian secara
oral (penyerapan diazepam lebih dari 90% ), dengan konsentrasi
puncak sekitar 60-90 menit pada dewasa tetapi lebih cepat 15
sampai 30 menit pada anak-anak. Masa kerja diazepam tidak
berhubungan dengan reseptor tetapi ditentukan laju metabolisme
dan eliminasi obat.

Diazepam pada prinsipnya dimetabolisme oleh enzim


mikrosom hati dengan menggunakan jalur N-demethylasi. Dua
metabolit utama diazepam adalah desmethyldiazepam dan
oxazepam. Desmethyldiazepam dimetabolisme lebih lambat
dibandingkan oxazepam. Pengaruh metabolit ini seperti
mengantuk sekitar 6-8 jam setelah pemberian diazepam.
Resirkulasi enterohepatik dapat mengakibatkan terjadinya efek
sedasi yang berulang. Konsentrasi plasma diazepam secara klinis
signifikans dan dapat diperkirakan cepat perubahannya sebagai
konjugat asam glukoronat.

Masa paruh eliminasi diazepam lambat sekitar 21 sampai


37 jam. Sirosis hati berhubungan dengan peningkatan masa paruh
eliminasi diazepam. Masa paruh eliminasi diazepam juga
meningkat cepat dengan penambahan usia karena peningkatan
sensitivitas pasien terhadap efek sedasi obat. Perpanjangan masa
paruh eliminasi diazepam dengan sirosis hati berhubungan
dengan penurunan ikatan protein obat dan peningkatan
volume distribution serta penurunan clearance hati akibat aliran
darah hati yang menurun.

6
Perpanjangan masa paruh eliminasi pada pasien usia tua
merupakan akibat dari peningkatan volume distribution, dimana
peningkatan lemak tubuh berhubungan dengan usia yang
mengakibatkan peningkatan volume distribution obat yang larut
dalam lemak. Clearance hati tidak berubah dengan penuaan.
Dibandingkan dengan lorazepam, diazepam mempunyai masa
paruh yang lebih lama tetapi masa kerja yang lebih singkat
daripada lorazepam dan berdisosiasi lebih terhadap reseptor
GABAA.

Secara farmakologi, metabolit yang aktif dapat menumpuk


di plasma dan jaringan pada saat penggunaan diazepam yang
kronis. Efek mengantuk yang berkepanjangan berhubungan
dengan dosis diazepam yang besar dan pemecahan ulang
metabolit aktif sehingga kembali sirkulasi darah.Diazepam
diindikasikan pada pasien dengan gangguan cemas. Diazepam
juga digunakan pada pasien untuk pencegahan agitasi, tremor,
delirium akut, halusinasi, ataupun spasme otot dengan dosis yang
sesuai.

Farmakodinamik terhadap diazepam akan dibahas dalam hal:


a. Sistem pembuluh darah
Diazepam dengan dosis 0,5-1 mg/kg iv untuk
induksi anestesi memberikan efek minimal terhadap
penurunan tekanan darah sistemik, curah jantung, dan
tahanan pembuluh darah sistemik yang dipantau pada
saat pasien tertidur. Meskipun efek hipotensi jarang
terjadi, pemberian diazepam harus hati-hati pada pasien
dengan tekanan darah rendah dan pasien usia tua.
b. Sistem saraf pusat

Diazepam berikatan dengan gamma-amino butyric

7
acid (GABA) reseptor sehingga menurunkan aktifitas
neuron di sistem limbik, thalamus dan hipotalamus yang
mengakibatkan efek sedasi dan anti cemas.
c. Sistem Pernafasan
Diazepam, sama seperti golongan benzodiazepin yang
lain, memberikan efek minimal terhadap ventilasi dan sirkulasi
sistemik. Diazepam mengakibatkan efek depresan yang
minimal pada ventilasi dengan peningkatan PaCO2. Efek
depresan ini tidak terjadi pada pemakaian obat sampai dosis
0,2 mg/kg intra vena. Kombinasi diazepam dengan obat
depresan CNS lain (opioid, alkohol ) atau pada pasien dengan
penyakit obstruksi saluran nafas kronis dapat mengakibatkan
perpanjangan depresi ventilasi.

II.2 Penggolongan Obat Hipnotik Sedatif


1. Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam,

flurazepam, lorazepam

2. Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital,

thiopental

3. Lain-lain: Propofol, Ketamin, Dekstromethorpan

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

A. Alat yang digunakan dalam praktikum


 Spuit dan sonde
 Kapas
 Timbangan
B. Bahan yang digunakan dalam praktikum
 Alkohol 70%
 Tikus
 Aquadest
 Tablet diazepam

III.2 Cara kerja

Timbang tikus

Siapkan bahan yang akan digunakan

Berikan Diazepam 1,2 ml untuk tikus ke 1

9
Berikan Diazepam 1,06 ml untuk tikus ke 2

Berikan Diazepam 1,13 ml untuk tikus ke 3

Berikan Diazepam 1,3 ml untuk tikus ke 4

Berikan Diazepam 1,23 ml untuk tikus ke 5

Amati tikus tiap 5 menit selama 30 menit dan hitung


geliatnya

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

1. Perhitungan
Tikus 1 : 100 g
Tikus 2 : 90 g
Tikus 3 : 95 g
Tikus 4 : 100 g
Tikus 5 : 105 g
 Dosis pada manusia : 40 mg

 Sediaan diazepam : 15 mg⁄50 𝑚𝑙 = 0,3 mg⁄𝑚𝑙


 Dosis diazepam untuk tikus : 40 mg x 0,018 = 0,72 mg

A. Dosis tikus BB 100 g


100 g 0,72 mg
 Dosis diazepam untuk tikus BB 100 g = x = 0,36 mg
200 g x
0,36 mg
 ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,2 ml
0,3 mg

B. Dosis tikus 90 g
90 g 0,72 mg
 Dosis diazepam untuk tikus BB 90 g = x = 0,32 mg
200 g x
0,32 mg
 ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,06 ml
0,3 mg

C. Dosis tikus BB 95 g
95 g 0,72 mg
 Dosis diazepam untuk tikus BB 90 g = x = 0,34 mg
200 g x

11
0,34 mg
 ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,13 ml
0,3 mg

D. Dosis tikus BB 100 g


100 g 0,72 mg
 Dosis diazepam untuk tikus BB 100 g = x = 0,36 mg
200 g x
0,36 mg
 ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,2 ml
0,3 mg

E. Dosis tikus 105 g


105 g 0,72 mg
 Dosis diazepam untuk tikus BB 105 g = x = 0,37 mg
200 g x
0,37 mg
 ml diazepam yang diberikan = x 1 ml = 1,23 ml
0,3 mg

Tabel dosis kelompok 5


Tikus Rute Pemberian BB Tikus Dosis Volume Suntik
1 Oral 100 g 0,36 mg 1,2 ml
2 Oral 90 g 0,32 mg 1,06 ml
3 Oral 95 g 0,34 mg 1,13 ml
4 Oral 100 g 0,36 mg 1,2 ml
5 Oral 105 g 0,37 mg 1,23 ml

2. Hasil Dari Masing-masing kelompok


a. Kelompok 1
Hanya dengan pemberian aquadest 1 ml
Nama No.tikus 5ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
Kelompok
Kelompok 1 1 A LA TDR TDR T T
Aquadest
1 ml 2 A LT T TDR T A
3 A LT A T T A

12
4 A A T A T A

5 A A A LT T T

Ket : TDR = Tidur


A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang

b. Kelompok 2
Pemberian diazepam 10 mg dengan pemberian melalui oral
Nama No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
Kelompok
Kelompok 2 1 T T TDR TDR TDR T
Diazepam 10
mg 2 A T TDR TDR TDR TDR
3 A T A A T T

4 A A T T T TDR

5 A A A T T A

Ket : TDR = Tidur


A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang

c. Kelompok 3
Pemberian diazepam 20 mg dengan pemberian melalui oral
Nama No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6
kelompok
Kelompok 3 1 A A A A T TDR
Diazepam 20 2 A A A A TDR TDR
mg
3 A T A TDR TDR TDR
4 T TDR TDR A TDR A
5 T TDR TDR TDR A T

13
Ket : TDR = Tidur
A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang

d. Kelompok 4
Pemberian diazepam 30 mg dengan pemberian melalui oral
Kelompok No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6

Kelompok 4 1 A A TDR TDR TDR TDR


Diazepam 30
mg 2 A A A A A T
3 A A A A A T

4 T T T T T A

5 A T T A TDR T

Ket : TDR = Tidur


A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang

e. Kelompok 5
Pemberian diazepam 40 mg dengan pemberian melalui oral
kelompok No.tikus 5 ke1 5 ke2 5 ke3 5 ke4 5 ke5 5 ke6

Kelompok 5 1 A A TDR TDR LT LT


Diazepam
40 mg 2 TDR LT A TDR A TDR

3 A A TDR TDR TDR TDR

4 A A TDR TDR TDR TDR

5 A TDR A TDR LT T

14
Ket : TDR = Tidur
A = Aktif
LT = Lebih tenang
T = Tenang

IV.2 Pembahasan
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis.

Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa mampu


melakukan cara penetapan aktifitas spontan tikus denagn alat rotarod
sebagai salah satu pengujian obat penekanan susunan saraf pusat dan
terquilizer dan mampu mengevaluasi perbedaan efek diazepam pada
berbagai dosis dengan mengamati perubahan aktivitas spontan tikus. Obat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah diazepam.

Cara kerja pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah untuk
kelompok 1 dengan cara pemberian aquadest 1 ml secara oral (pemberian
oral melalui mulut masuk keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang
terujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji, kelompok 2
dengan 10 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui mulut masuk
keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang terujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji, kelompok 3 dengan 20 mg diazepam secara
oral (pemberian oral melalui mulut masuk keseluran intestinal) digunkan
jaruk injeksi yang terujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan
uji, kelompok 4 dengan 30 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui
mulut masuk keseluran intestinal) digunkan jaruk injeksi yang terujung
tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji, dan kelompok 5 dengan
40 mg diazepam secara oral (pemberian oral melalui mulut masuk keseluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang terujung tumpul agar tidak

15
membahayakan bagi hewan uji. Kelompok 5 mendapatkan pemberian
diazepam 40 mg secara oral yaitu dosis diazepam untuk BB 100 gram 1,2
ml, dosis diazepam untuk BB 90 gram 1,06 ml, dosis diazepam untuk BB
100 gram 1,2 ml, dosis diazepam untuk BB 105 gram 1,23 ml. lalu
meletakan tikus pada baskom, kemudian diamati pada selama 1 jam dan
pada menit keberapa tikus tertidur dan menit keberapa tikus terbangun atau
berjalan.

Pengamatan efek sedatif diazepam dilakukan dengan menghitung


jatuhnya tikus percobaan pada alat rotarod, dikarnakan keterbatasan alat
maka kami melakukan pengamatan dengan hanya melihat frekuensi tidur,
aktivitas, dan pupil mata tikus percobaan. Dengan ditandai posisi badan
yang membungkukkan badan serta pupil yang mengecil. Pengamatan
dilakukan selama 1 jam, dengan mengamati per 5 menit sekali aktivitas
tikus percoaan. Dari hasil data yang diperoleh yang memiliki frekuensi
penurunan aktivitas dan tidur tikus adalah kelompok 5,2,1,4 dan 3.
Seharusnya adalah yang memiliki frekuensi penurunan aktivitas dan tidur
tikus adalah kelompok 5,4,3,2 dan 1. Karena semakin besar konsentrasi
diazepam yang diberikan, semakin bear pula efek yang timbul sehingga
frekuensi penurunan aktivitas dan tidur tikus percobaan semakin banyak.
Dan kelompok 5 pemberian dosis diazepam sebanyak 40 mg lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lain, kelompok 4 sebanyak 30 mg,
kelompok 3 sebanyak 20 mg, kelompok 2 hanya sebanyak 10 mg dan
kelompok 1 hanya memberikan aquadest saja. Kesalahan dalam pengamatan
dapat dikarnakan beberpa faktor seperti :

1) Persepsi tidur tikus percobaan, setiap orang berbeda


2) Pada proses pengambilan obat menggunakan spuit volumenya kurang
tepat, sehingga dosis obat yang diambil tidak sesuai dengan perhitungan
yang sudah dilakukan

16
3) Pada saat pemberian obat ke tikus percobaan, obat tidak masuk semua
karena jatuh dan belum masuk kedalam saluran cerna, sehingga obat
yang dierikan keluar kembali

17
BAB V
KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum kali ini bahwa terdapat perbedaan
konsentrasi pemberian diazepam yang diberikan pada tikus percobaan yang
akan menimbulkan efek sedativ yang berbeda pula, semakin tibggi
konsentrasi diazepam yang diberikan maka semakin tinggi pula penurunan
aktivitas dan tidur tikus percobaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tjay, T. H. dan Rahardja. K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan .

H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Djamhuri, Agus., 1995, Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik


dan Perawatan, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Hipokrates, Jakarta.

Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai