Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguan Neurologik dan Gangguan Behavior


2.1.1 Definisi Gangguan Neurologik
Sistem saraf adalah sistem organ pada tubuh manusia yang terdiri dari banyak jaringan sel
khusus, dimana dalam istilah kedokteran disebut sebagai Sel Neuron, yang mengirimkan sinyal-
sinyal ke seluruh tubuh. Berdasarkan fungsinya, sel neuron dibagi menjadi empat:

• Sel Sensoris yang berfungsi untuk mengantarkan rangsangan dari luar menuju saraf
pusat manusia, yaitu otak. Misalnya, ketika permukaan kulit kita mengalami luka, maka
sel neuron sensoris mengantarkan rasa sakit tersebut ke saraf pusat. Saraf pusat tersebut
kemudian “memerintah” mata untuk mengeluarkan air mata, mulut untuk mengatakan
“aduh!”, serta tangan untuk memegang atau mengobati luka tersebut.
• Sel Motoris. Sel ini biasanya berhubungan dengan gerakan refleks dari anggota badan
kita. Misalnya saja, ketika kita melihat sesuatu benda jatuh yang nantinya akan mengenai
tubuh kita, secara refleks, sel motoris mengirimkan sinyal pada saraf utama untuk
“memerintahkan” kita untuk menghindar.
• Sel Penghubung. Sel penghubung terletak di sumsum tulang belakang manusia yang
berfungsi menghubungkan sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
• Neuron Ajustor. Sel ini menghubungkan antara neuron sensoris dan motoris. Terletak di
sumsum tulang belakang dan otak manusia.

Sistem saraf terdiri dari dua kelompok yakni Susunan Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak
dan sumsum tulang belakang, dan Sistem Saraf Perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung
atau tak langsung ada hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua bagian,
yaitu Susunan Saraf Motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya otot-otot lurik (kaki, tangan,
dan sebagainya) serta Susunan Saraf Otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri.
Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf
dan ganglia (majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot
polos dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk
kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan
pencernaan). Dengan demikin, sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya
adalah mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan, dan
peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002).

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistemsaraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkansaraf
otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otakantara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat. Di dalam sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang
berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang danmenuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapatpada pangkal ganglion disebut
urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion
(Pratiwi, 1996).

Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa mengikuti kehendak dan
kemauan kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip, kesadaran, pernafasan maupun pencernaan
makanan. Menurut fungsi dan tanda - tanda morfologinya sistem saraf otonom dibedakan menjadi
dua yaitu, sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Tan, 2002). Perbedaan struktur
antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra
ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ (Pratiwi, 1996)

Berdasarkan pengertian sistem saraf diatas, maka pengertian Neurologi Disorders adalah
penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah
trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan, gangguan metabolisme, dan
intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan keluhan subjektif seperti nyeri, rasa berputar,
kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double, gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi,
memory) den gangguan emosi.
2.1.2 Definisi Gangguan Behavior
Behavior Disorders (gangguan tingkah laku) adalah pola tingkah laku yang berulang
dan menetap dimana terjadi pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan utama setempat.
Gangguan tingkah laku tersebut mencakup perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-
ulang, pelanggaran serius terhadap peraturan, dan kekerasan terhadap hewan atau orang lain.

Faktor Penyebab:

1. Psikobiologik :
- Riwayat genetika
- Malnutrisi
- Struktur otak yang tidak normal.
- Pengaruh pranatal
- Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada
janin saat dalam kandungan
- Penyakit kronis atau kecacatan - Faktor keturunan
2. Faktor lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan.
3. Dinamika keluarga yang tidak sehat seperti penganiayaan anak dan disfungsi sistem
keluarga.
4. Perceraian atau bentuk kekecewaan dalam rumah tangga.
5. Gaya disiplin hidup yang tidak sehat

2.2 Gangguan Neurologik dan Behavior

2.2.1 Gangguan Neurologik


Macam-macam Gangguan Sistem Saraf
1. Gerakan yang tidak normal: ketidakwajaran gerakan otot seperti lemas, lumpuh, kekakuan,
gerakan yang tidak dapat dikendalikan, kelainan gaya berjalan, dan kejang otot.
2. Tidak dapat menelan/berbicara.
3. Kejang-kejang.
4. Gangguan sensibilitas umum: perasaan pada kulit, selaput dan otot ( rasa sakit, suhu,
perabaan, dan posisi) yang bertentang dengan pengindera khusus seperti(alat penglihatan,
pendengaran, keseimbangan, cinta rasa dan pembau).
5. Sakit kepala.
6. Gangguan penglihatan.
7. Tidak sadarkan diri
8. Halusinasi atau delusi

Kelainan Akibat Sistem Saraf Pada Manusia


1. Stroke ( istilah lain Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah
kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
2. Poliomielitis , penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron
motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ).
3. Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls ) pada neuron-
neuron otak.
4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada
dasar gangglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat ( tetapi gemetaran itu
hilang sewaktu tidur ), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan
seolah-olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spialis. Misalnya karena
jatuh, yang disertai dengan hancurnya tulang belakang.
6. Neurasthonia, ( lemah saraf ) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, rohani terlalu
lemah atau karena penyakit keracunan.
7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang, tekanan
pukulan, dan dapat pula karena racun atau difisiensi vitamin B1, B6, B12.
8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang
terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin
atau cidera otak.
9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi,
stres, atau bingung
10. Tumor Otak, Tumor pada otak dapat disebabkan oleh pertumbuhan tak terkendali pada sel-
sel di dalam jaringan otak. Terdapat dua jenis tumor pada otak. Tumor yang tumbuh
langsung di otak disebut tumor otak primer, sedangkan tumor yang tumbuh di bagian lain
dari tubuh dan menyebar hingga ke otak dinamakan tumor otak sekunder (metastatik).
11. Polio, Polio terjadi karena adanya infeksi virus polio pada bagian sumsum tulang
belakang. Penyakit ini lebih sering menyerang pada anak-anak. Penderita folio dapat
mengalami demam, kelumpuhan, dan sakit kepala yang berakhir pada hilangnya refleks.
Polio dapat dicegah dengan imunisasi polio.
12. Alzheimer , Alzhaimer atau kepikunan disebabkan oleh perubahan abnormal di otak,
sehingga fungsi otak sebagaian besar hilang. Penderitan Alzheimer akan mengalami
kepikunan, kebingungam, perubahan suasana hati dengan cepat, dan hilangnya kontrol
terhadap kemampuan fisik dan mental.
13. Meningitis, Meningitis atau dikenal dengan radang selaput otak merupakan infeksi pada
selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala umum dari meningitis,
antara lain badan demam, sakit kepala yang berlebihan, leher terasa kaku dan adanya ruam-
ruam pada kulit. Meningitis dapat disebabkan oleh serangan virus atau bakteri. Meningitis
akibat serangan bakteri akan jauh lebih serius, karena dapat menyebabkan kerusakan otak
bahkan kematian.
14. Hidrosefalus, Hidrosefalus merupakan penyakit pada otak yang terjadi akibat penumpukan
cairan di dalam otak, sehingga menyebabkan pembengkakan di dalam otak dan kepala
tampak semakin membesar. Penumpukan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah
banyak, sehingga akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pada pusat-pusat
saraf vital
15. Migrain, Migrain adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa nyeri
kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah. Gangguan ini dapat terjadi akibat adanya
aktivitas berlebih impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak. Aktivitas
tersebut mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak dan juga peradangan.
Macam-macam gangguan neurologik di tempat kerja :

Penyakit akibat kerja bidang neurologi adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat
dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi,
keganasan, gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan-keluhan
subjektif seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double,
gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) dan gangguan emosi. Dan keluhan objektif
berupa gangguan fungsi sistem motorik, sistem sensorik, sistem autonom.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kerusakan dari sistem saraf manusia. Faktor
tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan rusak atau berkurannya kerja sistem saraf manusia sebagai berikut.

 Luka, sehingga sistem saraf menjadi rusak


 Serangan virus dan bakteri pada otak
 Kerusakan genetikan (akibat faktor genetis)
 Penggunaan obat-obatan
 Benturan dengan benda keras
 Kelainan dan penyakit pada sistem saraf.

Contoh:

A. Kelainan syaraf peripheral


Penyebab : organo arposotate pestisid, urbamate pestisida, methylbutylketone, carbon
disulphide, mercury compons, lead aersenic, thalium anthimoni.
B. Kelainan central nervus system (CnS)
Penyebab : arsenic, lead manganese, mercury, carbon disulfhide, chlorinated
hydrocarbon, pestisida dielarin, carbon monoxide, toluease, benzene, halotene, tricholoethy
lene styrene, methylene clrorida, percholor ethylene.

2.2.2 Gangguan Behavior

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kerja di tempat kerja, yaitu :


1. Lingkungan kerja
Di dalam suatu lingkungan kerja harus benar-benar memberikan rasa aman bagi
para pekerja. Para pekerja atau karyawan menaruh perhatian yang besar terhadap
lingkungan kerja, baik dari strategi kenyamanan pe\ribadi maupun kemudahan
untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Lingkungan fisik yang aman, nyaman,
bersih dan memiliki tingkat gangguan minimum sangat disukai oleh para pekerja
(Robbins, 2002 : 36)

2. Konflik
Konflik dapat konstruktif atau destruktif terhadap fungsi dari suatu kelompok atau
unit. Tapi sebagian besar konflik cenderung merusak perilaku kerja yang baik
karena konflik akan menghambat pencapaian tujuan dari suatu pekerjaan (Robbins,
2002: 199).

3. Komunikasi
Dalat memahami perilaku kerja, komunikasi merupakan salah satu faktor
terpenting yang berperan sebagai penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti
(Robbins, 2002: 146).

Macam-macam gangguan behavior :

 Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD)


ADHD adalah suatu kondisi yang mengganggu kemampuan individu untuk benar
fokus dan untuk mengontrol perilaku impulsive, atau mungkin membuat orang yang terlalu
aktif
 Gangguan perilaku emosional
Gangguan perilaku emosional mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menjadi bahagia, mengendalikan emosi mereka dan mempengaruhi perhatian dlm belajar.
Menurut Gallaudet University, gejala gangguan perilaku emosional meliputi :
o Tindakan yang tidak pantas atau emosi dalam keadaan normal
o Kesulitan dengan hubungan interpersonal
o Perasaan tidak bahagia atau depresi
o Perasaan takut dan kecemasan yang berhubungan dengan pribadi
 Oppositional Defiant Disorders ODD
ODD adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan sikap bermusuhan, mudah
tersinggung dan tidak kooperatif pada anak-anak. Anak-anak dengan ODD mungkin
dengki atau sengaja mengganggu, dan mereka umumnya mengarahkan tindakan negatif
mereka pada figur otoritas.
 Anxiety
Kecemasan adalah emosi normal. Tapi bagi sebagian orang, kecemasan
dapatmengganggu kehidupan sehari-hari, menyebabkan insomnia dan mempengaruhi
kinerja di tempat kerja. Contoh jenis kondisi mental yang meliputi:
 Gangguan stres pasca-trauma
 Gangguan obsesif kompulsif
 Gangguan kecemasan umum
 Gangguan panic
penyebab : stressor pekerjaan, zat toksit.
 Obsessive- Compulsive Disorders (OCD)
OCD ditandai dengan ketakutan dan pikiran irasional yang menyebabkan obsesi,
yang mana pada gilirannya, menyebabkan dorongan. Penderita OCD terlibat dalam
kompulsif, yaitu melakukan perbuatan yang berulang-ulang meskipun menyadari
konsekuensi negatif atau bahkan sifat yang tidak masuk akal dari tindakan tersebut.
 Depresi
Penyebab : stressor pekerjaan, zat toksit
 Lesu kerja
Penyebab : stressor pekerjaan.

2.3 Pemeriksaan Dan Penyembuhan Gangguan/Penyakit Sistem Saraf


Selama berlansungnya pemeriksaan terhadap penyakit ini, neurolog akan memeriksa
riwayat kesehatan pasien dengan perhatian khusus pada kondisi yang sekarang. Pasien ini akan
menjalani beberapa pemeriksaan medis, misalnya pemeriksaan penglihatan, kekuatan, koordinasi,
refleks, dan rangsangan. Hasil pemeriksaan ini sangat membantu neurolog untuk menentukan
penyakit ini berhubungan pada sistem saraf. Pemeriksaan berikutnya dilaksanakan untuk
menganalisa penyakit sistem saraf yang diderita pasien.

Selain melalui Neurolog, pasien juga dapat melakukan pengobatan gangguan sistem saraf
ke BioMagnetic Therapist. Terapis sistem saraf ini akan mendiagnosa akar penyakit yang
sebenarnya dan memperbaiki gangguan yang menjadi penyebab rasa sakit atau penyakit yang
diderita. Saraf yang terganggu akan di’posisi’kan sebagaimana seharusnya, sehingga aliran darah
yang awalnya tersumbat dapat mengalir ke seluruh tubuh, dan ‘sel-listrik-tubuh’ dapat kembali
menggerakkan mekanisme organ seperti sedia-kala.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Neurologi Disorders adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat dan perifer yang
penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan,
gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan keluhan subjektif
seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double, gangguan
kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) den gangguan emosi. Behavior Disorders (gangguan
tingkah laku) adalah pola tingkah laku yang berulang dan menetap dimana terjadi pelanggaran
norma-norma sosial dan peraturan utama setempat. Gangguan tingkah laku tersebut mencakup
perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-ulang, pelanggaran serius terhadap peraturan,
dan kekerasan terhadap hewan atau orang lain.

Penyakit akibat kerja bidang neurologi adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat
dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi,
keganasan, gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan-keluhan
subjektif seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double,
gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) dan gangguan emosi. Dan keluhan objektif
berupa gangguan fungsi sistem motorik, sistem sensorik, sistem autonom Macam-macam
gangguan behavior di tempat kerja adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD),
Gangguan perilaku emosional, Oppositional Defiant Disorders ODD, Anxiety, Obsessive-
Compulsive Disorders (OCD), Depresi dan Lesu kerja.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Samara,diana. 2004. Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri
pinggang bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol.23 No.2. Jakarta
Kurnianingsih,sri. 2003. Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan Di Tempat Kerja.
Buletin Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol 11 No 2.Yogyakarta
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf . Diakses pada 3 Februari 2018 pukul
13:31 WIB.
http://www.academia.edu/22548755/Neurologi_dan_Behavioral_Disorders . Diakses
pada 3 Februari 2018 pukul 13:34 WIB.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bit
stream/handle/123456789/51026/Chapter%2520II.pdf% . Diakses pada 3 Februari 2018 pukul
13:37 WIB

Anda mungkin juga menyukai