PEMBAHASAN
• Sel Sensoris yang berfungsi untuk mengantarkan rangsangan dari luar menuju saraf
pusat manusia, yaitu otak. Misalnya, ketika permukaan kulit kita mengalami luka, maka
sel neuron sensoris mengantarkan rasa sakit tersebut ke saraf pusat. Saraf pusat tersebut
kemudian “memerintah” mata untuk mengeluarkan air mata, mulut untuk mengatakan
“aduh!”, serta tangan untuk memegang atau mengobati luka tersebut.
• Sel Motoris. Sel ini biasanya berhubungan dengan gerakan refleks dari anggota badan
kita. Misalnya saja, ketika kita melihat sesuatu benda jatuh yang nantinya akan mengenai
tubuh kita, secara refleks, sel motoris mengirimkan sinyal pada saraf utama untuk
“memerintahkan” kita untuk menghindar.
• Sel Penghubung. Sel penghubung terletak di sumsum tulang belakang manusia yang
berfungsi menghubungkan sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
• Neuron Ajustor. Sel ini menghubungkan antara neuron sensoris dan motoris. Terletak di
sumsum tulang belakang dan otak manusia.
Sistem saraf terdiri dari dua kelompok yakni Susunan Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak
dan sumsum tulang belakang, dan Sistem Saraf Perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung
atau tak langsung ada hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua bagian,
yaitu Susunan Saraf Motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya otot-otot lurik (kaki, tangan,
dan sebagainya) serta Susunan Saraf Otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri.
Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf
dan ganglia (majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot
polos dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk
kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan
pencernaan). Dengan demikin, sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya
adalah mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan, dan
peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistemsaraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkansaraf
otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otakantara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat. Di dalam sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang
berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang danmenuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapatpada pangkal ganglion disebut
urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion
(Pratiwi, 1996).
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa mengikuti kehendak dan
kemauan kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip, kesadaran, pernafasan maupun pencernaan
makanan. Menurut fungsi dan tanda - tanda morfologinya sistem saraf otonom dibedakan menjadi
dua yaitu, sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Tan, 2002). Perbedaan struktur
antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra
ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ (Pratiwi, 1996)
Berdasarkan pengertian sistem saraf diatas, maka pengertian Neurologi Disorders adalah
penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah
trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan, gangguan metabolisme, dan
intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan keluhan subjektif seperti nyeri, rasa berputar,
kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double, gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi,
memory) den gangguan emosi.
2.1.2 Definisi Gangguan Behavior
Behavior Disorders (gangguan tingkah laku) adalah pola tingkah laku yang berulang
dan menetap dimana terjadi pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan utama setempat.
Gangguan tingkah laku tersebut mencakup perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-
ulang, pelanggaran serius terhadap peraturan, dan kekerasan terhadap hewan atau orang lain.
Faktor Penyebab:
1. Psikobiologik :
- Riwayat genetika
- Malnutrisi
- Struktur otak yang tidak normal.
- Pengaruh pranatal
- Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada
janin saat dalam kandungan
- Penyakit kronis atau kecacatan - Faktor keturunan
2. Faktor lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan.
3. Dinamika keluarga yang tidak sehat seperti penganiayaan anak dan disfungsi sistem
keluarga.
4. Perceraian atau bentuk kekecewaan dalam rumah tangga.
5. Gaya disiplin hidup yang tidak sehat
Penyakit akibat kerja bidang neurologi adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat
dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi,
keganasan, gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan-keluhan
subjektif seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double,
gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) dan gangguan emosi. Dan keluhan objektif
berupa gangguan fungsi sistem motorik, sistem sensorik, sistem autonom.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kerusakan dari sistem saraf manusia. Faktor
tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan rusak atau berkurannya kerja sistem saraf manusia sebagai berikut.
Contoh:
2. Konflik
Konflik dapat konstruktif atau destruktif terhadap fungsi dari suatu kelompok atau
unit. Tapi sebagian besar konflik cenderung merusak perilaku kerja yang baik
karena konflik akan menghambat pencapaian tujuan dari suatu pekerjaan (Robbins,
2002: 199).
3. Komunikasi
Dalat memahami perilaku kerja, komunikasi merupakan salah satu faktor
terpenting yang berperan sebagai penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti
(Robbins, 2002: 146).
Selain melalui Neurolog, pasien juga dapat melakukan pengobatan gangguan sistem saraf
ke BioMagnetic Therapist. Terapis sistem saraf ini akan mendiagnosa akar penyakit yang
sebenarnya dan memperbaiki gangguan yang menjadi penyebab rasa sakit atau penyakit yang
diderita. Saraf yang terganggu akan di’posisi’kan sebagaimana seharusnya, sehingga aliran darah
yang awalnya tersumbat dapat mengalir ke seluruh tubuh, dan ‘sel-listrik-tubuh’ dapat kembali
menggerakkan mekanisme organ seperti sedia-kala.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neurologi Disorders adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat dan perifer yang
penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan,
gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan keluhan subjektif
seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double, gangguan
kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) den gangguan emosi. Behavior Disorders (gangguan
tingkah laku) adalah pola tingkah laku yang berulang dan menetap dimana terjadi pelanggaran
norma-norma sosial dan peraturan utama setempat. Gangguan tingkah laku tersebut mencakup
perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-ulang, pelanggaran serius terhadap peraturan,
dan kekerasan terhadap hewan atau orang lain.
Penyakit akibat kerja bidang neurologi adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf pusat
dan perifer yang penyebabnya antara lain adalah trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi,
keganasan, gangguan metabolisme, dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan-keluhan
subjektif seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur/double,
gangguan kognitif (atensi, bahasa, kalkulasi, memory) dan gangguan emosi. Dan keluhan objektif
berupa gangguan fungsi sistem motorik, sistem sensorik, sistem autonom Macam-macam
gangguan behavior di tempat kerja adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD),
Gangguan perilaku emosional, Oppositional Defiant Disorders ODD, Anxiety, Obsessive-
Compulsive Disorders (OCD), Depresi dan Lesu kerja.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Samara,diana. 2004. Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri
pinggang bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol.23 No.2. Jakarta
Kurnianingsih,sri. 2003. Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan Di Tempat Kerja.
Buletin Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol 11 No 2.Yogyakarta
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf . Diakses pada 3 Februari 2018 pukul
13:31 WIB.
http://www.academia.edu/22548755/Neurologi_dan_Behavioral_Disorders . Diakses
pada 3 Februari 2018 pukul 13:34 WIB.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bit
stream/handle/123456789/51026/Chapter%2520II.pdf% . Diakses pada 3 Februari 2018 pukul
13:37 WIB