Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (“UU Praktik Kedokteran”) yang mengatakan bahwa setiap dokter
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Arti rekam medis itu
sendiri menurut penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan
milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Hak pasien atas isi rekam medis ini juga ditegaskan dalam Pasal 52 UU Praktik Kedokteran:
Rumah sakit juga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan rekam medis sebagaimana diatur dalam Pasal 29
ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (“UU Rumah Sakit).
Masih berkaitan dengan hak pasien, sebagaimana yang pernah dijelaskan dalam artikel Hak Pasien Atas
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, pasien adalah konsumen. Oleh karena itu, hak-hak pasien sebagai
konsumen juga dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(“UU Perlindungan Konsumen”). Penjelasan lebih lanjut mengenai apa saja hak-hak pasien dapat Anda simak
dalam artikel tersebut.
Adapun mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis (“Permenkes 269/2008”).
Pasal ini mengatakan bahwa isi rekam medis merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
Lebih lanjut, dalam Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dijelaskan bahwa ringkasan rekam medis dapat
diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Dari bunyi pasal Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dapat diketahui bahwa yang berhak mendapatkan
ringkasan rekam medis adalah:
a. Pasien
b. Keluarga pasien
d. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien
Permenkes 269/2008 ini tidak mengatur siapa saja yang dimaksud dengan keluarga di sini. Aturan tersebut tidak
mengatakan siapa anggota keluarga yang bisa mendapatkan ringkasan rekam medis atau yang dapat
memberikan persetujuan tertulis kepada orang lain untuk mendapatkan ringkasan medis tersebut.
Akan tetapi, untuk mengetahui anggota keluarga yang dimaksud kita dapat mengacu pada UU Praktik
Kedokteran dalam pasal yang mengatur tentang persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi. Pasal
yang dimaksud adalah Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran yang berbunyi:
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”
Menurut penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, pada prinsipnya yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang
bersangkutan berada di bawah pengampuan (under curatele), persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat
diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung atau
saudara-saudara kandung.
Apabila kedudukan Anda termasuk dalam kategori keluarga terdekat seperti disebutkan penjelasan Pasal 45 ayat
(1) UU Praktik Kedokteran di atas, maka ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh
Anda.
Jika pihak rumah sakit menolak memberikan ringkasan medis kepada Anda sebagai keluarga pasien yang
berhak, usahakan untuk menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan. Namun, jika pihak rumah sakit
tetap menolak memberikan rekam medis tersebut, maka pasien atau keluarganya dapat menempuh langkah-
langkah yang diatur dalam UU Rumah Sakit, yaitu:
1. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit baik secara perdata maupun pidana (lihat Pasal 32
huruf q); atau
2. mengeluhkan pelayanan RS yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (lihat Pasal 32 huruf r).
Penginformasian kepada media ini kemudian akan menimbulkan kewenangan bagi Rumah Sakit
untuk mengungkap rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit (lihat Pasal 44 ayat
[3]) .
Selain itu, pasien atau keluarganya juga dapat mengajukan gugatan kepada pelaku usaha, kepada lembaga yang
secara khusus berwenang menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha (lihat Pasal 45 UU
Perlindungan Konsumen).
Dasar hukum:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di
Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah
tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi dengan kualitasnya yang terpelihara
sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu
pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan
medis secara profesional dan aman. Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik
Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan
Pasal 47.1[1]
mempunyai peranan tidak kalah pentingnya dalam menunjang pelaksanaan Sistem Kesehatan
Nasional. Rekam medik sangat penting selain untuk diagnosis, pengobatan juga untuk
evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas &
motilitas serta perawatan penderita yang lebih sempurna. Rekam medik harus berisi informasi
lengkap perihal proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini & perkiraan terjadi di masa
pengisian rekam medis. Didalam praktek memang dapat saja pengisian rekam medis
dilakukan oleh perawat , namun dokter yang merawat pasienlah yang bertanggungjawab.
Perlu diingat kelengkapan dan keakurasian isi rekam medis sangat bermanfaat, baik bagi
perawatan dan pengobatan pasien, bukti hukum bagi rumah sakit dan dokter, maupun bagi
dilakukan dengan baik, meyampaikan informasi kesehatan hanya dengan prosedur yang sah,
mengolah data rekam medis dengan baik, memanfaatkan data rekam medis untuk
1
Kepemilikan rekam medis sering menjadi perdebatan di kalangan kesehatan, karena
dokter beranggapan bahwa mereka berwenang penuh terhadap pasiennya akan tetapi petugas
lain pihak, pasien sering memaksa untuk membawa atau membaca berkas yang memuat
riwayat penyakitnya. Hal ini menunjukan bahwa rekam medik sangat penting.
Diantara semua manfaat rekam medis , yang terpenting adalah aspek hukum rekam
medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, rekam medis merupakan
salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam rekam medis, petugas
hukum serta Majelis Hakim dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan
Masih banyak tenaga kesehatan yang kurang mengetahui pentingnya rekam medis,
sehingga dalam melakukan tindakan atau mencatat keluhan pasien tidak semua tindakan atau
keluhannya ditulis bahkan tidak dibubuhi tanda tangan, nama dan waktu baik oleh dokter
maupun perawat. Sedangkan apabilah tindakan atau keluhan pasien yang tidak ditulis, secara
B. Permasalahan
tentang manfaat rekam medis di sarana pelayanan kesehatan, sehingga rekam medis dibuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.2
[2]
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan
pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam
medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan
dengan penanganan berkas rekam medik yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
1. Pasien rawat jalan memuat : identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup
sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
medik, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan, pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien, untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontgram klinik, dan
5
2. Pasien rawat inap memuat: identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup
sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
bila diperlukan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, ringkasan pulang (discharge
summary), nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan, pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
tertentu, dan untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
3. Pasien gawat darurat memuat: identitas pasien, kondisi pasien saat pasien tiba disarana
pelayanan kesehatan, identitas pengantar pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa
(mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang medik, diagnosis, diagnosis, pengobatan atau tindakan, ringkasan kondisi pasien
sebelum meninggakan pelayanan unit gawat darurat dan atau rencana tindak lanjut, nama dan
tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
kesehatan, sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan kesarana
pelayanan kesehatan lain, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
1. Pengobatan pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis
penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus
Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap
akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian
6
3. Pendidikan dan pelatihan
medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi
pengembangan bahan pengajaran dan penelitian diidang profesi kedokteran dan kedokteran
gigi.
4. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dan
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan, catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
5. Statistik kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian
Rekam medis mulai diisi saat seorang pasien datang ke fasilitas kesehatan, pengisian
rekam medis dimulai dengan pengisian informasi identitas pasien dan format ini biasanya
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien, setiap pencatatan harus dibubuhi nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau
7
Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis bisa
dilakukan pembetulan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan.
Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya
lima tahun dari tanggal pasien terakhir berobat, setelah lima tahun rekam medis dapat
Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam jangka waktu
10 tahun dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut, penyimpanan rekam medis dan ringkasan
pulang dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Dalam Undang-undang praktik kedokteran bahwa rekam medis harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
Dalam undang-undang Rumah Sakit pasal 38 bahwa setiap Rumah Sakit harus
menyimpan rahasia kedokteran. Dan dalam pasal 57 undang-undang tentang kesehatan setiap
orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada
Dalam pasal 12 PERMENKES NO 269 tahun 2008 tentang rekam medis bahwa berkas
rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya adalah milik pasien.
Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di pengadilan 8[8],
dan dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum
juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU praktik kedokteran, peraturan
KKI, Kode Etik kedokteran Indonesia (KODEKI), dan Kode Etik kedokteran Gigi Indonesia
(KODEKGI)9[9].
Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang tata cara penanganan kasus
kedokteran gigi.
BAB III
PEMBAHASAN
Di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, rekam medis merupakan salah satu bukti
tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi. Di dalam rekam
medis berisi data klinis pasien selama proses diagnosis dan pengobatan (treatment). Oleh
karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan
akurat untuk setiap pasien dan setiap dokter dan dokter gigi wajib mengisi rekam medis
Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dimana pelayanan medis yang berbasis data
sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medis yang berkualitas terintegrasi
9
dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data klinis dari rekam medis. Data klinis
yang bersumber dari rekam medis semakin penting dengan berkembangnya rekam medis
elektronik, dimana setiap entry data secara langsung menjadi masukan (input) dari
rumaha sakit, sehingga tidak semua tindakan yang dilakukan di catat dan tidak di tanda
tangani oleh petugas yang bersangkutan, bahkan menaruh rekam medis sembarangan
Di negara kita sifat kerahasiaan itu tidak begitu dirasakan, sehingga jika seorang
anggota keluarga jatuh sakit, maka hal ini merupakan sesuatu yang harus diketahui juga oleh
keluarga besarnya. Maka yang datang mengunjungi si sakit pun akan berbondong-bondong.
Lihat aja di rumah sakit dimana diantara keluraga pasien saling berbicara dang
mengungkapkan penyakit pasien. Pembicaraan pun sering terjadi antar pasien yang saling
baru dipegang. Oleh karenanya sebagai akibat rekam medis masih kurang mendapatkan
perhatian10[10].
Dalam pasal 48 ayat 1 undang-undang praktik kedokteran bahwa setiap dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.
Dan dalam pasal 38 UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa setiap rumah sakit
dikenakan terhadap tenaga kesehatan, para perawat, mahasiswa kedokteran dan perawatan
yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan dan orang lain
10
11
Dalam pasal 5 PERMENKES NO 269 tahun 2008 tetang Rekam Medis bahwa setiap
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis,
rekam medis segera dibuat dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan, dan setiap
pencatatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
yang berhubungan dengan penyelengaraan rekam medis yaitu tentang Standar Pelayanan,
Persetujuan Tindakan Kedokteran, Rekam medis, Rahasia Kedokteran dan Kendali mutu dan
kendali biaya. Sebagian besar ketentuan hukum tersebut adalah ketentuan yang telah
tersebut:
1. Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa “dokter dan dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
2. Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa “setiap tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang
mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
3. Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
4. Pasal 46 ayat (2) menyatakan bahwa “rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
5. Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa : “yang dimaksud dengan petugas adalah
dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung
kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi
harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan”.
7. Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa “dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis”, dengan penjelasan bahwa “yang
dimaksud dengan audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
8. Pasal 79 menyatakan bahwa “Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter
gigi yang (b) dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Dibawah ini saya ilustrasikan beberapa kasus yang menunjukan bagaiamana Rekam
Pada kasus ini pasien menggugat staf perawat di RS, yang menurutnya telah lalai dalam
mengawasi kondisi dan sirkulasi peredaran darah pada kakinya selama dipasangi spalk kayu
sehingga kakinya menjadi busuk dan harus diamputasi. Pengadilanmemeriksa Rekam Medis
dan dalam catatan perawat tidak didapatkan adanya catatan perawatan selama 7 jam yang
Seorang pasien mengalami kerusakan otak setelah menjalani operasi mata. Hal ini diduga
terjadi akibat kelalaian perawat dalam pengawasan jumlah dan kedalaman pemapasan selama
pasien berada dalam ruang pulih sadar (recovery room ), sesaat setelah operasi selesai
12
dilaksanakan. Dalam pembuktian di pengadilan didapatkan bahwa tidak didapatkan adanya
catatan mengenai pengawasan tersebut pada kartu pencatatan yang sudah disediakan di
recovery room. Dalam putusannya, Majelis Hakim menyalahkan petugas kesehatan tersebut
karena menurutnya jika pengawasan jumlah dan kedalaman pemapasan dilakukan dengan
baik, maka akan dapat segera diketahui komplikasi yang terjadi dan karenanya masih ada
Pada kasus ini seorang psikiater memberi instruksi kepada perawat untuk mengecek seorang
pasien penyakit jiwa setiap 15 menit. Ternyata pasien tersebut melarikan diri dan berhasil
bunuh diri. Dalam pembuktian di pengadilan, pada Rekam Medis (yaitu dalam catatan
perawatan) tidak dijumpai adanya laporan observasi setiap 15 menit. Majelis hakim
menyimpulkan bahwa berdasarkan Rekam Medis dalam kasus ini telah ada bukti kuat adanya
Ketika seorang petugas kesehatan dituntut karena membuka rahasia kedokteran (isi Rekam
Medis) kepada pihak ketiga tanpa izin pasien atau bahkan menolak memberitahukan isi
rekam medis (yang merupakan milik pasien) ketika pasien menanyakannya. Seorang tenaga
kesehatan dapat secara sengaja membuka rahasia pasien (isi Rekam Medis) dengan cara
menyampaikannya secara langsung kepada orang lain. Akan tetapi ia dapat juga membukanya
secara tidak sengaja, yaitu ketika ia membicarakan keadaan pasien dengan petugas kesehatan
lain di depan umum atau jika ia menaruh Rekam Medis secara sembarangan sehingga orang
yang tidak berkepentingan dapat melihatnya. Untuk tindakan membuka rahasia ini petugas
kesehatan dapat dikenakan sanksi pidana, perdata maupun administrative. Secara pidana
membuka rahasia kedokteran diancam pidana melanggar pasal 322 KUHP dengan ancaman
hukuman selama-lamanya 9 bulan penjara. Secara perdata, pasien yang merasa dirugikan
dapat meminta ganti rugi berdasarkan pasal 1365 jo 1367 KUH Perdata. Secara administratif,
PP No.10 tahun 1966 menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang membuka rahasia
kedokteran dapat dikenakan sanksi admninistratif, meskipun pasien tidak menuntut dan telah
memaafkannya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rekam medis mempunyai arti administrasi karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan
2. Rekam medis mempunyai nilai medis karena catatan tersebut dipakai sebagai dasar
3. Rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakan hukum serta bukti untuk
menegakan keadilan.
4. Rekam medis dapat menjadi bahan untuk menetapkan pembayaran biaya pelayanan
kesehatan.
5. Rekam medis mempunyai nilai penelitian karena mengandung data sebagai aspek penelitian
6. Rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena meyangkut data informasi tentang
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan : Buat rekam medis yang tepat, akurat, lengkap dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
http://oencom.blogspot.com/2008/07/aspek-hukum-rekam-medis.html
J. Guwandi. 2007.Dokter, Pasien dan Hukum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
4. Permenkes No. 749. a / Menkes/ Per/ XII/ 1989 Pasal1 (a) dinyatakan bahwa
rekam medik adalah berkas yangberisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien,pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan Penjelasan Pasal
46lainkepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. ayat (1) UUPK, yang
dimaksudrekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dandokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan,pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telahdiberikan kepada pasien.PENGERTIAN
Jika dilihat bahwa rekam medik dibuat oleh danutamanya5. untuk menunjang
kepentingan health careprovider maka tentunya berkas tersebut milik health
careprovider. Tetapi isinya milik pasien ,Kepemilikan tersebutsebetulnya tidak
terbatas pada berkasnya saja, tetapi jugaisinya, sebab rekam medik tanpa isi sama saja
dengankertas Pemikiran tersebut sesuai dengan Pasal 10kosong yang tidak berarti.
ayat ( 1 )Permenkes No. 749.a tahun 1989 yang menyatakan bahwaberkas rekam
medik milik sarana pelayanan kesehatan,dan dikuatkan dalam UU No. 29/2004 Pasal
47 ayat ( 1 )yang menyatakan bahwa dokumen rekam medikmerupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanankesehatan, sedangkan isi rekam medik merupakan
milikpasien.KEPEMILIKAN
6. Health care provider berhak untuk :a.Menyusun desain (naskah tektular ) rekam
medikb.Membuat aturan ( hospital by law ) tentang rekam medikc.Memiliki rekam
medik / Permenkes No.749.a. Pasal 10 ayat(1)d.Memaparkan isi rekam medik dengan
ijin tertulis daripasien/Permenkes No.749.a. Pasal 12 ayat(1) atau tanpa ijinpasien
berdasar peraturan perundang-undangan / Pasal 12 ayat (2).e.Memusnahkan rekam
medik yang sudah kedaluwarsa yaitu 5 (lima )tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat, sesuai ketentuanPermenkes No.749.a/1989 Pasal 7 ayat (1)f. Akan
tetapi lama penyimpanan rekam medik berkaitan dengan hal-halyang bersifat khusus
dapat ditempatkan tersendiri ( PermenkesNo.749.a/1989/ Pasal 7 ayat(2)
7. Penyimpanan, retensi danpemusnahan rekam medisPermenkes 749a/1998Pasal 7
Lama penyimpanan rekam medis sekurang-kurangnyauntuk jangka waktu 5:
Lama(lima)Tahun terhitung daritanggal terakhir pasien berobat. penyimpanan rekam
medis yang berkaitandengan hal-hal yang bersifat Setelah batas waktukhusus dapat
ditetapkantersendiri.Pasal 8 : sebagaimana dimaksud pasal 7dilampaui, rekam medis
dapat dimusnahkan.7
14. Siapa yang meminta data, yaitu PihakPenegak Hukum ( polisi, jaksa,
hakim)Pasien/ yang bersangkutan: atau hubungan yang lainLain (hubungan
perkawinan, hubungan darah Kepentingan pasien itu)Untuk kepentingan apa, yaitu :
KepentinganKepentingan aparat penegak hukum ( law enforcement )sendiri pihak
lainPEMANFAATAN REKAM MEDIK
15. Lebih rinci dalam Permenkes No.749.a./1989 Pasal 14, rekammedik dapat dipakai
sebagai BahanDasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasienberikut :
Bahan untuk keperluan penelitian danpembuktian dalam perkara hukum Bahan
untukDasar pembayaran biaya pelayanan kesehatanpendidikan menyiapkan
statistik kesehatan
Komponen Finansial. Komponen Medikal. Komponen Sosial. Komponen
Identifikasi.16. KOMPONEN REKAM MEDISTerdiri atas :
17. PENGGUNA REKAM MEDIS1. Health Care Provider (Primary user).2. Payers
for Services (Secondary users).3. Social Users.