Anda di halaman 1dari 100

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

CHIKUNGUNYA DI DESA SUKARAJA TUHA WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUKARAJA KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2010

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

HJ. RUSNI
NIM. K. 08. 248

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-MA’ARIF BATURAJA
TAHUN 2010
YAYASAN AL-MA’ARIF BATURAJA
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Mei 2010

Hj. Rusni

ABSTRAK

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja


Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

Chikungunya merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian


Luar Biasa). Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu penyakit yang
keberada-annya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Penyakit ini
pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun
1963. Di Indonesia sendiri KLB Chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1973
di Samarinda dan Jakarta. Peningkatan kasus chikungunya terutama pada saat pergantian
musim. Desa Sukaraja Tuha merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur penyakit chikungunya merupakan masalah
kesehatan karena terus meningkat sejak tiga tahun terakhir. Tahun 2009 terjadi
peningkatan menjadi 184 kasus (15,69 %).
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja
Kabupaten OKU Timur Tahun 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional, pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi dengan menggunakan kuesioner dan chek list. Pengolahan data menggunakan
analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Populasi sampling
adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten
OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang
anggota keluarganya pernah menderita chikungunya 3 bulan lalu dan tidak pernah
menderita chikungunya. Besar sampel yaitu 174 sampel.
Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang menderita chikungunya
sebanyak 35 (20,1%) sedangkan yang bukan penderita chikungunya sebanyak 139
(79,9%), responden dengan pekerjaan yang beresiko sebanyak 80 (46%) sedangkan
responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko sebanyak 94 (54%), responden dengan
pengetahuan tidak baik sebanyak 76 (43,7%) sedangkan responden dengan pengetahuan
baik sebanyak 98 (56,3%).
responden dengan sikap negatif sebanyak 85 (48,9%) sedangkan responden dengan
sikap positif sebanyak 89 (51,1%), responden dengan ada tempat perindukan nyamuk
sebanyak 78 (44,8%) sedangkan responden tidak ada tempat perindukan nyamuk
sebanyak 96 (55,2%), ditemukan sebanyak 75 (43,1%) responden dengan peran petugas
kesehatan tidak aktif, dan 99 (56,9%) responden dengan peran petugas kesehatan aktif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa semua


variabel dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadia
chikungunya. Variabel tersebut adalah pekerjaan dengan p value = 0,005, variabel
pengetahuan dengan p value = 0,047, variabel sikap dengan p value = 0,001, variabel
tempat perindukan nyamuk dengan p value = 0,010, variabel peran petugas kesehatan
dengan p value = 0,000.

Perlunya Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur menetapkan suatu strategi


dalam upaya pencegahan dan pemberantasan chikungunya dengan cara meningkatkan
kegiatan PSN, melakukan pengamatan penyakit serta melakukan penyemprotan minimal
2x dalam setahun terhadap nyamuk dewasa di daerah endemis. Disamping itu perlu
kesiapan dan antisipasi apabila terjadi KLB. Untuk menghindari atau mencegah penyakit
chikungunya hendaknya masyarakat membiasakan tidur memakai kelambu, memasang
kawat kassa, mengeringkan genangan air, menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1x
seminggu, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan mengubur barang-barang
bekas seperti kaleng, dan pecahan botol.

Daftar Pustaka : 31 (2000 – 2008)


POST DEGREE PROGRAM
PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM
OF BATURAJA AL – MAARIF FOUNDATION
EPIDEMIOLOGI

A thesis, May 2010

Hj. Rusni

ABSTRACT

The Factors Whhich Related to Chikungunya Case in Sukaraja Tuha Village Work
Area Of Sukaraja Public Health Centre In East Oku In 2010

Chikungunya is the deseases wich always appeared KILB (the Extra Ordinary
Case). Chikungunya is reemerging deases which was used to be so long time but now it
appeared any more. First time the deases is recorded in Tanzania, Africa in 1952, then in
Uganda in 1963. In Indonesia 1973 Chikungunya is reported in Samarinda and Jakarta.
In season regulation Chikungunya cases increasing. In 2009 Chikungunya cases were
also increasing to be 184 cases (15,69%).
This research is purposed to know the factors which related to Chikungunya
cases in Sukaraja Tuha village work area’s Sukaraja goverment clinic in East OKU in
2010.
This research is analystic research. The data were analyzed by cross sectional
approach. To collect the data the writer used interviewing and observation by giving
quesioner and check list. Then the data were analyzed by using univariat analysis and
bivariat analysis with statistic Chi – Square. The test taker of this study is the societis of
Sukaraja village East OKU for about 1.172 people. The focus sampling of this study is
principal family who are ever suffering Chikungunya in three mounth ago and are never
doing it. The sampling is 174.
Based on the identification of the data, it was found that the respondent who
suffered Chikungunya is about 139 (79,9%), the respondent who having hard risk job for
about 80 (46%), and respondent who having hard risk job about 94 (54%), the
respondent who having bad knowledge is about 76 (43,7%) and the respondent who
having a good knowledge is about 98 (56,3%). The respondent who having negative
attitude is about 85 (48,9%) and the respondent who having positive attitude is about 89
(51,1%), the respondent who having dirty environment is about 78 (44,8%) and the
respondent who having clean environment is about 96 (55,2%), the respondent who
having bad role’s employee is 75 (43,1%), and the respondent who having good role’s
employee is 99 (56,9%).
Based on the result of the research, it was got that all variables have meaning
relations with Chikungunya cases. The occupation variable is p value = 0,005,
knowledge variable p value = 0,047, attitude variable with p value = 0,001, place
variable of masquito with p value = 0,010 and the role’s healthy employee with p value
= 0,000.
Healthy department of East OKU district has to make a strategy in by increasing
PSN, to avoid Chikungunya, doing observation, scolding twice a year in endemis area.
The society have also to be ready in facing KLB. To avoid Chikungunya, the societies
are used to sleep by using mosquito net, drain flooded area, clean the bath room one a
week, close the places where are flooded area and bury the former things like cans and
splinter of botols.

References : 31 (2000-2008)
RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Hj. Rusni


Tempat/ Tanggal Lahir: Muaradua, 05 April 1964
Agama : Islam
Alamat : Desa pemetung Basuki No. 193 RT. 11/ RW. 02
Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri I Muaradua, lulus tahun 1976


2. SLTP Negeri Muaradua, lulus tahun 1980
3. Sekolah Perawat Kesehatan DepKes Palembang, lulus
tahun 1983
4. Program Pendidikan Bidan DepKes Cirebon-Jawa Barat,
lulus tahun 1988
5. Program Khusus Diploma III Kebidanan Al-Ma’arif
Baturaja, lulus tahun 2007
6. Program Studi Kesehatan Masyarakat Al-Ma’arif Baturaja,
sedang mengikuti ujian akhir pendidikan

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 1983 – 1985 : Staf Puskesmas Muaradua


Tahun 1985 – 1989 : Staf Puskesmas Cempaka
Tahun 1989 – sekarang : Staf Puskesmas Pemetung Basuki
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya


di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur
Tahun 2010” ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji
skripsi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Al-Ma’arif Baturaja.

Baturaja, Mei 2010

PEMBIMBING I,

(Marwan Baits, SKM, MKM)

PEMBIMBING II,

(Suharmasto, SKM, M.Epid)


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Al-MA’ARIF BATURAJA

Baturaja, Mei 2010

PEMBIMBING I,

(Marwan Baits, SKM, MKM)

PEMBIMBING II,

(Suharmasto, SKM, M.Epid)

PEMBIMBING SKRIPSI,

(Dedy Wijaya, SKM)

PEMBIMBING LAPANGAN,
(Faisal, SKM, MM)

Kupersembahkan Kepada . . .

Kedua orang tuaku Tercinta yang telah dengan ikhlas


membesarkanku, Suamiku Tersayang & Buah Hatiku yang selalu
mendoakanku,
Keluarga besarku yang senantiasa menanti kesuksesanku,
Sahabat-sahabatku yang dalam suka dan duka tetap bersamaku.

“Dengan Ilmu Kehidupan Menjadi Mudah, Dengan Seni


Kehidupan Menjadi Indah, Dan Dengan Agama Kehidupan
Menjadi Terarah Dan Bermakna . . .”

Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti


Apa yang paling baik diantaranya (Al – Qur’an).
Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.
(Q.S. Az – Zumar 39: 18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas hidayah
dan ridha Allah sehingga skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010” ini dapat kami selesaikan.
Kami sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud sesuai harapan tanpa
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Perkenankanlah kami menyampaikan
penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada: Bapak Drs. H. Rachman Djalili,
M.Kes sebagai Ketua Yayasan Al-Ma’arif Baturaja; Ibu Dra. Hj. Herawaty, Mkes
sebagai Ketua STIKES Al-Ma’arif Baturaja; Bapak Marwan Baits, SKM, MKM sebagai
Ketua Program Studi SKM STIKES Al-Ma’arif Baturaja yang sekaligus sebagai
Pembimbing I; Bapak Suharmasto, SKM, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu yang sekaligus sebagai Pembimbing II; Bapak Deddy
Wijaya, SKM sebagai penguji hasil penelitian; Seluruh dosen dan staf Program Studi
Kesehatan Masyarakat Al-Ma’arif Baturaja; Bapak dr. H. M. Farid Fairuzi, Mkes
selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur; Bapak Faisal, SKM. MM
selaku penguji lapangan; Ibu dr. Heliyanti selaku Kepala Puskesmas Sukaraja atas izin
dan perkenannya dalam pengambilan data di desa Sukaraja Tuha; terkhusus saudari
Neneng Fauziah yang telah secara sukarela membantu dalam pengumpulan data
penelitian ini.
Sesungguhnya masih banyak lagi pihak yang membantu, namun tidak sempat
kami sebutkan satu persatu disini. Untuk itu kami mohon maaf dan menyampaikan
terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya.
Akhirnya, Allah Azza Wajaalla jualah Yang Maha Sempurna untuk membalas
segala kebaikan dan bantuan, semoga limpahan rahman dan rahim Allah tercurah kepada
kita semua. Mudah-mudahan Allah ridha sehingga skripsi ini dapat bermanfaat adanya.
Wallahu’alam Bissawaf.
Baturaja, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN .................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C.Pertanyaan Penelitian ................................................................. 4
D.Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Chikungunya
1. Pengertian Chikungunya ........................................................ 7
2. Agent penyebab Chikungunya ............................................... 7
3. Gejala Chikungunya ............................................................... 8
4. Morfologi Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti ..... 10
5. Vektor Penular ....................................................................... 11
6. Cara Penularan ....................................................................... 16
7. Cara Memutuskan Rantai Penularan ...................................... 18
8. Pemberantasan Vektor Chikungunya ..................................... 19
9. Pencegahan Chikungunya ...................................................... 22
B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya
1. Pekerjaan .................................................................................. 24
2. Pengetahuan ............................................................................. 26
3. Sikap ......................................................................................... 29
4. Tempat perindukan nyamuk .................................................... 30
5. Peran Petugas Kesehatan ......................................................... 31
C. Kerangka Teori ............................................................................. 32
BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A.Kerangka Konsep ......................................................................... 34
B.Definisi Operasional ..................................................................... 35
C.Hipotesis ....................................................................................... 38

BAB IV. METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................... 39
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 39
C. Tempat Penelitian ........................................................................ 40
D. Waktu Penelitian .......................................................................... 41
E. Cara Pengumpulan Data .............................................................. 41
F. Pengolahan Data ........................................................................... 41
G. Analisa Data .................................................................................. 42

BAB V. HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Puskesmas Sukaraja dan Desa Sukaraja Tuha . 43
B. Analisis Univariat ......................................................................... 45
C. Analisis Bivariat ........................................................................... 48

BAB VI. PEMBAHASAN


A. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 53

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RALAT
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan

Tabel 5.7. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya

Tabel 5.8. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Chikungunya

Tabel 5.9. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Chikungunya

Tabel 5.10. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Chikungunya

Tabel 5.11. Hubungan Peran petugas Kesehatan dengan Kejadian Chikungunya


DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR 2.1 Kerangka Teori Penelitian .......................................................... 31

GAMBAR 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 32


DAFTAR SINGKATAN

Bti : Bacillus thuringiensisvar israeliensis

DBD : Demam Berdarah Dengue

DepKes : Departemen Kesehatan

KLB : Kejadian Luar Biasa

OKU : Ogan Komering Ulu

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

RI : Republik Indonesia

SPSS : Statistical Package for the Social Science

TPA : Tempat Penampungan Air

ULV : Ultra Low Volume

WHO : World Health Organization


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1 Surat Permohonan Pengambilan Data

Lampiran-2 Surat Izin Penelitian

Lampiran-3 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran-4 Printout Hasil Analisis Data dengan SPSS

Lampiran-5 Lembar Konsultasi Skripsi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chikungunya merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian

Luar Biasa), terutama pada saat pergantian musim, Chikungunya merupakan

penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberada-annya sudah ada sejak lama tetapi

sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan

penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya yang dikenal dengan nama

penyakit knuckle fever, knee trouble di Kairo (1779), scarletina rhematica di

Calcuta, Madras, dan Gujarat (1824). Penyakit chikungunya dilaporkan telah

berjangkit di beberapa negara Afrika misalnya Angola, Botswana, Nigeria,

Zimbabwe, dan negara lainnya, dan virusnya diisolasi pertama kali pada tahun 1952

di Tanganyika (Nasronudin, 2007).


Penyakit pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian

di Uganda tahun 1963. Di Indonesia sendiri KLB (Kejadian Luar Biasa)

chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi

Kalimantan Timur dan di Jakarta, tahun 1979 di Bengkulu. dan sejak itu menyebar

ke seluruh daerah baik di Sumatera (Kuala Tungkal dan Jambi, 1982) maupun di luar

Sumatera yaitu pada tahun 1983 di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan

Sulawesi Selatan. Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur dan Timor

Timur, sedangkan pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.

Setelah hampir 20 tahun tidak ada kejadian maka mulai tahun 2001 mulai dilaporkan

adanya KLB chikungunya lagi di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan, dan

Jawa Barat, sedangkan pada tahun 2002 terjadi KLB di Jawa Tengah, Sulawesi

Selatan, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. Secara epidemiologis, saat ini hampir

seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk timbulnya KLB chikungunya

(Depkes RI, 2007).

Diperkirakan sepanjang tahun 2000-2003 jumlah kasus chikungunya mencapai

3.918 dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini. Penyebaran penyakit

chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue.

Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan

kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia

potensial terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir

musim hujan (Depkes RI, 2007).


Untuk provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 penemuan kasus chikungunya

tercatat 9.864 kasus, pada tahun 2008 tercatat 10.975 kasus dan pada tahun 2009

tercatat 11.028 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2009)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU Timur pada tahun 2007 penemuan

penderita chikungunya berjumlah 5.651 kasus (0,85 %), pada tahun 2008 berjumlah

5.830 kasus (0,88 %), dan pada tahun 2009 berjumlah 6.219 kasus (0,94 %) dari

jumlah penduduk 661.274 Orang. (Dinas Kesehatan OKU Timur, 2009).

Berdasarkan data dari Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur jumlah

proporsi penderita chikungunya diwilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun

2007 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 406 kasus (1,16 %), pada tahun

2008 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 453 kasus (1,29 %) dan pada

tahun 2009 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 497 kasus (1,42 %) dari

jumlah penduduk 34.851 Orang.

Sedangkan di desa Sukaraja Tuha yang merupakan salah satu desa yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun 2007 ditemukan penderita

chikungunya sebanyak 93 kasus (7,93 %), pada tahun 2008 ditemukan penderita

chikungunya sebanyak 124 kasus (10,58 %), dan pada tahun 2009 terjadi

peningkatan menjadi 184 kasus (15,69 %) dari j umlah penduduk 1.172 Orang.

(Rekapitulasi Laporan Penyakit Puskesmas Sukaraja, 2009)

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa


Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun

2010”. Variabel yang diteliti adalah pekerjaan responden, pengetahuan responden,

sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten

OKU Timur Tahun 2010.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya di

desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ?

2. Apakah ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya di

desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ?

3. Apakah ada hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di desa

Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur?

4. Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya

di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU

Timur?

5. Apakah ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya di

desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden, pengetahuan

responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, serta peran petugas

kesehatan pada kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja

Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010.

b. Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

c. Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

d. Diketahuinya hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di

desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU

Timur Tahun 2010

e. Diketahuinya hubungan hubungan tempat perindukan nyamuk dengan

kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas

Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010


f. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Kesehatan / Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program

penanggulangan penyakit chikungunya.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program

penanggulangan penyakit chikungunya.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kesehatan kepada

masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

chikungunya, sehingga dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus

chikungunya.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian ilmiah terutama

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya, dan


pengalaman yang sangat berguna serta menunjang dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan dana dan waktu untuk menyusun skripsi, maka ruang

lingkup dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan responden, pengetahuan

responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas

kesehatan yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha

wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Chikungunya

1. Pengertian Chikungunya

Chikungunya adalah demam mendadak yang diikuti oleh beberapa gejala

berikut : nyeri sendi (artralgia), nyeri otot, nyeri kepala, ruam (rash), nyeri

menelan, mual, muntah (Depkes RI, 2007).

Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes

Aegypti, dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri


sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak

dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang

dalam suatu wilayah tertentu (Sudarmo, 2005).

2. Agent Penyebab Chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya kelompok Alphavirus

atau group A (Antropho borne viruses). Sedangkan demam berdarah dengue

(DBD) disebabkan oleh group B (Antropho borne viruses). Chikungunya

ditularkan lewat nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes Aegypti

(Judarwanto, 2007)

3. Gejala Chikungunya

Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue (DBD),

pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (schok) maupun

kematian. Gejala Chikungunya, yaitu (Depkes RI, 2007) :

a. Demam

Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka

kemerahan. Panas tinggi selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan

penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva

“Sadle back fever” (Bifasik).


Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa

penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata

kemerahan (Conjunctival injection).

b. Sakit Persendian

Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul

demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai

artritis rheumathoid, terutama disendi-sendi pergelangan kaki (dapat juga

nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini

merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda

radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering

dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan

pinggul.

Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan

berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Artritis ini dapat bertahan

selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa

tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis. sehingga kadang

penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat.

c. Nyeri Otot

Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot

penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan

anggota gerak. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi

pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki.


d. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit

Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih

sering pada hari ke 4-5 demam. Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh

tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke

bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Lokasi kemerahan

di daerah muka, badan, tangan, dan kaki.

e. Kejang dan Penurunan Kesadaran

Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan

secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan

kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan

kelainan biokimia atau jumlah sel.

f. Sakit Kepala

Sakit kepala merupakan keluhan sering ditemui

g. Gejala lain :

Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah

bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah

4. Morfologi Nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes aegypti

Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family

Togaviridae. Strain Asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di


Afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type

CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus.

Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk

lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih

dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup

berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya

nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur

nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti diletakkan induknya menyebar;

berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk

bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila

terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak

mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang

sangat cepat.

Telur nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti dapat bertahan lama dalam

kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur.

Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya

(CHIK) virus (alpha virus). Vektor Chikungunya di Asia adalah Aedes

albopictus dan Aedes aegypti. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes

africanus (Judarwanto,2007)

5. Vektor Penular
Di Indonesia vektor penular chikungunya ini adalah nyamuk Aedes

albopictus dan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini saat hinggap posisinya

sejajar. Nyamuk Aedes albopictus hidupnya dikebun-kebun, sedangkan nyamuk

Aedes aegypti hidupnya bisa didalam rumah maupun dilingkungan sekitar

rumah. Nyamuk ini menggigit pada pagi dan sore hari (Depkes RI, 2001)

a. Tempat Perindukan vektor

Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti yaitu

berupa genangan air yang tertampung disuatu wadah yang disebut container

yang dapat menampung air terutama air hujan, bukan pada genangan air yang

berhubungan langsung dengan tanah.

Kontainer ini dapat di bedakan menjadi 3 macam yaitu Depkes RI, 2001) :

1). Tempat Penampungan Air yang bersifat tetap (TPA)

Penampungan air biasanya dipakai untuk keperluan sehari-hari pada

rumah tangga seperti untuk mencuci, memasak, mandi dan keperluan

lainnya, yang pada umumnya airnya jernih, tenang dan tidak mengalir

seperti bak mandi, bak WC, drum penyimpanan air, tempayan dan lain-

lain

2). Bukan Tempat Penampungan Air (Non TPA)


Adalah wadah yang dapat menampung air terutama air hujan, tetapi

bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum hewan

peliharaan, plastik, bekas, pot tanaman, barang-barang bekas (ban, botol)

3). Tempat Perindukan Alami

Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami tempat tersebut dapat

menjadi penampungan air, misalnya daun-daun yang berserakan di tanah

terutama di kebun-kebun, potongan bambu, pelepah daun yang berisi air

dan bekas tempurung kelapa yang berisi air.

b. Ekologi vektor

Ekologi vektor yaitu mempelajari hubungan antara vektor dengan

lingkungannya/mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap

vektor.

Lingkungan ada 2 macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologis

(Depkes RI. 2001) :

1). Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya jarak antara rumah,

jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim :

a). Jarak antara rumah


Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah

kerumah lainnya, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah

pula untuk nyamuk menyebar kerumah sebelah.

b). Jenis kontainer

Macam-macam kontainer yang termasuk disini adalah jenis atau

bahan dari kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, kedalaman air

dan tutup yang juga mempengaruhi dalam pemilihan tempat bertelur.

c). Ketinggian tempat

Pengaruh variasi ketinggian terdapat syarat-syarat ekologis yang

diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk Aedes

albopictus dan Aedes aegypti dapat hidup pada daerah ketinggian

1000 meter diatas permukaan laut.

d). Iklim

Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang

terdiri dari : suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin.

Rata-rata optimum suhu udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah

25ºC sampai 27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali

apabila suhu kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC. Curah hujan

menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah

tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung

didalam tempat perindukan alami seperti potongan bambu, lobang


pagar dan daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-

kebun . Angin dapat berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran

nyamuk, bila kecepatan angin kencang akan dapat menghambat

penerbangan nyamuk.

2). Lingkungan Biologik

Lingkungan biologik juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan nyamuk

yaitu dengan banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang

dapat mempengaruhi kelembaban udara dan pencahayaan didalam rumah

yang merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap

beristirahat seperti pada baju yang bergantungan, kopiah dan tas, serta

banyaknya kebun-kebun di sekitar rumah (Depkes RI, 2001)

c. Bionomik vektor

Bionomik vektor adalah kebiasaan tempat perindukan (Breeding habit),

kebiasaan menggigit (Feeding habit), kebiasaan istirahat (Resting habit) dan

jarak terbang

Bionomik vektor (Depkes RI, 2001) :

1). Tempat perindukan Nyamuk (Breeding habit)

Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus yaitu genangan air yang

tertampung pada daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-

kebun, sedangkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu berupa

genangan-genangan air yang tertampung didalam suatu wadah yang


disebut container baik didalam rumah maupun diluar rumah. Tempat

bertelur yang disukai oleh nyamuk betina adalah dinding vertikal bagian

dalam dari suatu tempat atau kontainer yang berisi air sedikit diatas

permukaan air dan terlindung terhadap cahaya matahari langsung. Tempat

penampungan air yang ada di masyarakat biasanya berupa bak mandi

dengan bahan yang terbuat dari perselein ataupun plesteran biasa,

gentong dari tanah, drum dan lain-lain.

2). Kebiasaan menggigit (Feeding habit)

Kebiasaan menggigit nyamuk betina Aedes albopictus dan Aedes Aegypti

terutama antara pukul 08.00-13.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa nyamuk betina menggigit pada

pagi hari dan sore hari. Aedes albopictus lebih banyak menggigit di luar

rumah sedangkan Aedes aegypti tempat menggigit lebih banyak didalam

rumah dari pada diluar rumah. Nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk

Aedes aegypti bersifat antropofilik (sangat menyenangi darah manusia)

dan dapat menggigit beberapa kali.

Orang yang sudah digigit sudah aktif bergerak, kemudian nyamuk

terbang dan menggigit orang lain sampai cukup darah untuk pertumbuhan

dan perkembangan telurnya.

3). Kebiasaan Istirahat (Resting habit)

Setelah menggigit, selama menunggu pematangan telur nyamuk akan

terkumpul ditempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum untuk

beristirahat, setelah itu nyamuk akan bertelur dan menggigit lagi. Tempat-
tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap atau istirahat adalah

tempat-tempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju

yang bergantungan, kopiah dan tas.

4). Jarak Terbang

Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti sehari-hari mempunyai

kebiasaan terbang dekat permukaan tanah dan bergerak kesemua arah

untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur,beristirahat dan

melakukan perkawinan. Nyamuk betina dapat terbang rata-rata 50 m, dan

ada kalanya sampai 100 m.

6. Cara Penularan

Penularan demam chikungunya umumnya ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes albopictus dan Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan

oleh Aedes Albopictus yang hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat

hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian

1000 meter diatas permukaan laut (Depkes RI, 2005).

Penularan juga bisa bila penderita yang mengandung virus chikungunya

digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk dalam

lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar

diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira

1 minggu setelah menghisap darah penderita (extrinsic incubation period),

nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain, virus ini akan tetap
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sehingga selain menjadi

vektor juga menjadi reservoir dari virus chikungunya (Depkes RI, 2001).

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum

nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur

inilah virus chikungunya dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Seseorang

yang telah terinfeksi oleh virus chikungunya melalui gigitan nyamuk, akan

mengalami masa inkubasi selama 2-12 hari tetapi umumnya 3-7 hari, selama

masa inkubasi ini virus berada didalam darah yang disebut dengan fase akut/

viremia (5-7 hari). Penderita yang dalam masa viremia inilah yang dapat

menularkan penyakit chikungunya ke orang lain selama terdapat vector penular

penyakit (Depkes RI, 2001).

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit

chikungunya, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus chikungunya

ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes

aegypti, nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu

penelitian lebih lanjut.

Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus

chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian

virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari

(extrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).


7. Cara Memutuskan Rantai Penularan

Sebagaimana pemberantasan penyakit menular lainnya untuk pemberantasan

chikungunya adalah dengan memutuskan mata rantai penularan dengan cara

sebagai berikut (Lawuyan, 2004) :

a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati

penderita dengan obat anti virus tersebut (belum banyak di lakukan)

b. Isolasi penderita agar tidak digigit oleh nyamuk

penular sehingga tidak terjadi penularan kepada orang lain. Hambatannya

adalah karena virus telah berada dalam darah 1-2 hari sebelum penderita

mengalami demam sehingga dirasa sulit untuk dilakukannya isolasi

penderita secara dini. Selain itu tidak mudah menganjurkan pada penderita

infeksi chikungunya ini untuk diisolasi.

c. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain meskipun

sebenarnya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti cukup mudah, namun

penyakit ini tersebar luas sehingga mengalami kesulitan untuk

memberantasnya.

d. Menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti sehingga orang yang sehat tidak

ketularan penyakit chikungunya. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kelambu diwaktu tidur, memasang kawat kassa dikamar agar

nyamuk tidak bisa masuk kedalam kamar. Dari keempat cara diatas, cara

pemberantasan yang paling afektif dan dapat dilakukan saat ini adalah

memberantas vektor Aedes aegypti.


8. Pemberantasan Vektor Chikungunya

Pemberantasan vector adalah upaya mengendalikan vector dengan cara

menurunkan populasi, mencegah gigitan nyamuk atau mengubah lingkungan

sehingga tidak cocok untuk berkembang biak atau tempat istirahat vector.

Tujuannya untuk mencegah atau menurunkan tingkat penularan chikungunya.

Kegiatan pemberantasan vektor chikungunya yang dapat dilaksanakan yaitu

dengan cara pemberantasan jentik dan pemberantasan nyamuk dewasa.

Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

(Depkes RI, 2005) :

a. Pemberantasan jentik

1). Cara Fisik

Cara ini lebih dikenal dengan istilah 3M (Menguras, Menutup, dan

Mengubur) yaitu dengan cara menguras bak mandi, menutup tempat-

tempat penampungan air seperti tempayan, dan lain-lain, serta mengubur

atau menyingkirkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban bekas, botol,

pecahan piring atau gelas, tempat minum hewan peliharaan, vas atau pot

bunga. Pengurasan tempat penampungan air perlu dilakukan secara

teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali sebab daur hidup nyamuk

7-10 hari, serta membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun

setiap 7-10 hari.

2). Cara Biologi

Cara biologi ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik

seperti ikan kepala timah, ikan gupi dan lain-lain.


3). Cara Kimia

Cara pemberantasan jentik Aedes Aegypti adalah dengan menggunakan

racun pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatesasi.

Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi temephos

yang digunakan adalah berbentuk butiran pasir (sand granules). Dosis

yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata)

untuk tiap 100 liter air. Abatesasi dengan temephos ini mempunyai efek

residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik ini aman meskipun digunakan

ditempat penampungan air (TPA) yang airnya jernih untuk mencuci atau

air minum sehari-hari. Selain itu dapat digunakan pula racun pembasmi

jentik yang lain seperti : bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) atau

Altosit golongan insect growth regulator.

b. Pemberantasan Vektor

Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu :

1). Dengan menggunakan Insektisida

Penggunaan insektisida yang biasa dipakai dalam pemberantasan vektor

Chikungunya adalah jenis insektisida Malathion 96 EC, yang dilakukan

dengan metode pengasapan thermal fogging dan pengasapan cold

fogging atau ULV (Ultra Low Volume). Pengasapan thermal fogging


sangat efektif dalam memutuskan mata rantai penularan, karena dapat

mematikan semua jenis nyamuk dalam waktu singkat, dengan demikian

penularan dapat diputuskan.

2). Tanpa menggunakan insektisida

Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya untuk jangka panjang

adalah cara yang paling mudah dilakukan serta murah dan aman.

Cara ini lebih dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu

dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Depkes RI, 2005) :

a). Menutup rapat-rapat tempat penampungan air bersih, misalnya

tempayan, drum dan lain-lain

b). Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih sekurang-

kurangnya seminggu sekali, mengingat perkembangan telur menjadi

nyamuk dewasa dalam waktu 7-10 hari

c). Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, ban bekas,

botol bekas dan pecahan piring atau gelas serta lainnya yang dapat

digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

d). Memelihara ikan pemakan jentik dalam kolam-kolam ikan yang ada

didalam maupun diluar rumah.

e). Membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun setiap 7-10

hari.

9. Pencegahan Chikungunya

a. Penyuluhan Kesehatan pada Masyarakat


Tujuan penyuluhan kesehatan adalah agar keluarga dan masyarakat tahu,

mau, mampu mencegah penyakit chikungunya dirumah dan di lingkungannya

dengan melaksanakan PSN chikungunya secara terus menerus, sehinggga

rumah dan lingkungannya bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan

demikian wilayahnya terbebas dari penularan penyakit chikungunya

(DepKes RI, 2004).

b. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Chikungunya

Gerakan PSN chikungunya adalah keseluruhan kegiatan masyarakat

dan pemerintah untuk mencegah penyakit chikungunya, yang disertai

pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus.

Tujuan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk adalah untuk membina

peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit chikungunya,

terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penularnya, sehingga

penularan penyakit chikungunya dapat dicegah.

Sasaran utama dari gerakan ini adalah agar semua keluarga dan pengelola

tempat umum melakukan PSN chikungunya serta menjaga kebersihan

lingkungannya masing-masing, secara terus menerus. Gerakan PSN

diprioritaskan pada wilayah kecamatan endemis dan sporadis chikungunya

(Yahya H, 2006).

c. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah kegiatan pemeriksaan terhadap

tempat-tempat penampungan air, dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil


penggerakan PSN chikungunya oleh masyarakat. PJB dilaksanakan disemua

daerah setiap 3 bulan oleh petugas Puskesmas (DepKes RI, 2005).

d. Fogging (Pengasapan/ Penyemprotan)

Kegiatan fogging dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa.

kegiatan fogging ini terdiri dari dua macam, yaitu (Yahya, H., 2006) :

1). Fogging Massal

Kegiatan penyemprotan insektisida yang dilakukan diseluruh rumah

didaerah endemis, 2 siklus dengan interval 27 hari, pada saat sebelum

musim penularan. Kegiatan yang dilakukan selain penyemprotan dengan

insektisida, lebih dulu diawali dengan penyuluhan dan penggerakan PSN

oleh masyarakat secara massal.

Tujuan kegiatan penyemprotan massal ini adalah untuk membatasi

penularan dan pencegahan KLB.

2). Fogging Fokus

Fogging fokus adalah kegiatan penyemprotan dengan insektisida dan

PSN chikungunya dilokasi kasus chikungunya dalam radius 200 m,

dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari, oleh petugas puskesmas.

Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memutuskan rantai

penularan, sehingga penularan dapat dibatasi, agar tidak berkembang

menjadi KLB/ wabah.

e. Abatesasi

Abatesasi adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air baik

didalam rumah maupun diluar rumah, pada seluruh rumah dan bangunan
didaerah endemis juga dengan penaburan bubuk abate pada tempat

penampungan air yang didapati jentik, dilaksanakan 4 kali dalam setahun

Tujuan pelaksanaan abate ini adalah sebagai tindakan Sweeping (Penyapuan)

dalam pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti untuk mengurangi

populasi nyamuk tersebut agar tidak terjadi KLB (Selamihardja, N, 2006).

B. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Chikungunya

1. Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh

manusia, sedangkan pekerjaan dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan

untuk suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang dalam

pembicaraan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003)

Untuk memperoleh kesuksesan dalam pekerjaan diperlukan 10

persyaratan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

a. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat

b. Keahlian berkomunikasi atau komunikasi dengan baik

c. Hubungan antar manusia dengan baik

d. Mampu memimpin diri sendiri dan orang lain

e. Sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri

f. Memiliki keahlian dan keterampilan menjual ide/ gagasan

g. Mampu mengingat dengan baik

h. Mampu mengatasi masalah, stres, dan kekuatiran

i. Memiliki antusiasme yang menyala-nyala


j. Memiliki wawasan hidup yang luas

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang

melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang

mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere,

Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa

sebanyak 143 responden (60,6%) tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Pelajar,

Pengangguran) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan

Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/

chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010).

2. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.


Menurut dr. Indan Entjang (2006) dalam bukunya yang berjudul Ilmu

kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa salah satu usaha untuk memelihara

dan mempertinggi derajat kesehatan adalah dengan cara meningkatkan taraf

kecerdasan dan rohaniah yaitu patuh pada ajaran agama, cukup santapan rohani,

meningkatkan pengetahuan baik dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan,

menuntut ilmu dibangku sekolah ataupun dengan belajar dari pengalaman hidup.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam

sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Semakin banyaknya berbagai

media yang mengupas informasi pencegahan chikungunya sehingga

memudahkan masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

chikungunya.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana objek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus


e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi

(Notoatmodjo, 2003) :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

1). Penyebab penyakit

2). Gejala atau tanda-tanda penyakit

3). Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

4). Bagaimana cara penularannya

5). Bagaimana cara pencegahannya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi :

1). Jenis-jenis makanan bergizi

2). Manfaat makanan yang bergizi

3). Pentingnya olah raga bagi kesehatan

4). Pentingnya istirahat cukup

5). Tahu bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dsb

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan :

1). Manfaat air bersih

2). Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk cara pembuangan

kotoran yang sehat, dan sampah


3). Manfaat penerangan dan pencahayaan rumah yang sehat

4). Akibat polusi (air, udara, dan tanah) bagi kesehatan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang

melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang

mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere,

Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa

sebanyak 125 responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

tentang penyakit chikungunya (dibawah atau sama dengan median hasil) dan

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden

dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo,

Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada

tanggal 15 Februari 2010).

3. Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang

selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek-objek, dan

keadaan (Notoatmodjo, 2003).

Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk

bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respons evaluatif yaitu

suatu respons yang sudah dalam pertimbangan oleh individu bersangkutan

(Notoatmodjo, 2007).

Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang


bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga

komponen pokok, yakni :

1). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3). Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam

penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang

peranan penting.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB)

chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya

(www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

4. Tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan nyamuk yang terdapat di lingkungan sekitar rumah

tempat tinggal adalah genangan air yang potensial sebagai tempat

perkembangbiakan stadium pra dewasa nyamuk. Masalah lingkungan pada teori

Blum dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan alamiah dan lingkungan buatan
manusia. Paradigma sehat berperan untuk menciptakan lingkungan buatan yang

lebih baik, yang merupakan faktor yang berperan besar dalam menentukan

derajat kesehatan (Depkes RI, 2003).

Lingkungan fisik tempat perindukan nyamuk sebagian besar berkaitan

dengan klimatologi, karena Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan

fisik, yang terdiri dari; suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin

(Depkes RI. 2001).

Rata-rata optimum suhu udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC

sampai 27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabila suhu

kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC.

Curah hujan menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah

tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung didalam tempat

perindukan alami seperti potongan bambu, lobang pagar. Angin dapat

berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran nyamuk, bila kecepatan angin

kencang akan dapat menghambat penerbangan nyamuk (Depkes RI, 2001).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dkk (2003) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB)

chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya

(www.wartamedika. com, diakses 15 februari 2010).


5. Peran Petugas Kesehatan

Merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk

melakukan hal-hal yang diinginkan dalam bentuk sikap dan perilaku kesehatan

(Depkes RI, 2005)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB)

chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian luar biasa

chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

Peran petugas kesehatan yang berupa memberikan penyuluhan kesehatan

kepada masyarakat merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada

masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam perilaku kesehatan.

Teori lain mengatakan untuk meningkatkan Predisposing Factor (faktor

penentu) diperlukan upaya penyuluhan, komunikasi dan informasi, sedangkan

untuk meningkatkan Enabling Factor (faktor pemungkin) diperlukan community

organization, serta untuk meningkatkan Reinforcing Factor (faktor Pendorong)

diperlukan training dan retraining (Notoatmodjo, 2003).

C. Kerangka Teori

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi oleh tiga faktor

pokok yakni: faktor-faktor presdiposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, keyakinan, dan unsur lain yang terkait dalam faktor-faktor yang

mendukung (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua

sumber daya atau fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. dan faktor-faktor

yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor) yaitu sikap dan perilaku

diluar individu yang menguatkan perilaku seseorang, misalnya pengaruh dari teman

atau kelompok dan sebagainya.

Gambar kerangka teori menurut L. Green (Notoatmodjo, 2003) :

Faktor predsiposisi (Predisposing factor)

- Umur
- Sex
- Pendidikan
- Sikap
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Penghasilan
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai dan Kebiasaan

Faktor Pendukung (Enabling factor)

Perilaku
Kesehatan
- Lingkungan fisik
- Fasilitas pelayanan kesehatan
- Sumber Daya
- Sarana Penunjang Kesehatan

Faktor pendorong (Reinforcing factor)

- Sikap dan perilaku petugas kesehatan


dan petugas lain
- Sikap dan Perilaku Masyarakat

BAB III

KERANGKA KONSEP,

DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya secara skematis

kerangka konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pekerjaan Responden

Pengetahuan Responden

KEJADIAN
CHIKUNGUNYA
Sikap Responden

Tempat Perindukan
Nyamuk

Peran Petugas
Kesehatan

B. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

Nama Variabel: Kejadian Chikungunya

Definisi Operasional : Responden dewasa maupun anak-anak yang menderita

chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri

sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam ( rash), nyeri

menelan, mual, muntah dan sudah mendapat diagnosis

dari petugas kesehatan profesional.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : 1. Penderita chikungunya (jika pernah menderita

chikungunya dalam 3 bulan terakhir)

2. Bukan penderita (jika tidak pernah menderita

chikungunya dalam 3 bulan terakhir)

Skala Ukur : Ordinal


2. Variabel Independen

a. Nama Variabel : Pekerjaan responden

Definisi Operasional : Kegiatan rutin yang dilakukan responden dalam

upaya memperoleh penghasilan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : 1. Beresiko (bila bekerja di kebun/ hutan)

2. Tidak beresiko (bila tidak bekerja di kebun/

hutan/ tidak bekerja)

Skala Ukur : Nominal

b. Nama Variabel : Pengetahuan responden tentang Chikungunya

Definisi Operasional : Segala sesuatu yang diketahui oleh responden

mengenai Chikungunya

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : 1. Tidak Baik (bila responden menjawab dengan

benar < 5)

2. Baik (bila responden menjawab dengan benar

≥ 5)

Skala Ukur : Ordinal


c. Nama Variabel : Sikap responden

Definisi Operasional : Tanggapan/ respon/ reaksi responden terhadap

pencegahan penyakit Chikungunya

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : 1. Negatif (bila responden menjawab dengan

benar < 5)

2. Positif (bila responden menjawab dengan

benar ≥ 5)

Skala Ukur : Nominal

d. Nama Variabel : Tempat perindukan nyamuk

Definisi Operasional : Tempat perindukan nyamuk berupa genangan air

di sekitar tempat tinggal responden.

Cara Ukur : Observasi

Alat Ukur : Chek List

Hasil Ukur : 1. Ada (bila terdapat genangan air disekitar

tempat tinggal responden)

2. Tidak ada (bila tidak terdapat genangan air

disekitar tempat tinggal responden)


Skala Ukur : Nominal

e. Nama Variabel : Peran Petugas Kesehatan

Definisi Operasional : Keaktifan petugas kesehatan dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan chikungunya di

masyarakat

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : 1. Tidak Aktif (bila petugas kesehatan

memberikan penyuluhan kesehatan dengan

jadwal tidak menentu atau satu tahun sekali.

2. Aktif (bila petugas kesehatan memberikan

penyuluhan kesehatan setiap satu bulan sekali

Skala Ukur : Nominal

C. Hipotesis

1. Ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya

2. Ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya

3. Ada hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya

4. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya

5. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan

cross sectional dimana data yang dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung dan

dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja

Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang.

Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota keluarganya pernah

menderita chikungunya 3 bulan lalu dan tidak pernah menderita chikungunya.


2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi masyarakat

di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja kabupaten OKU Timur,

dan besar sampel dalam penelitian diambil secara acak sederhana

berjumlah 174 Orang dihitung dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi

(Ariawan, 2002) sebagai berikut :

n= Z²1-ά/2. p(1-p) N .
d²(N-1)+ Z²1-ά/2. p(1-p)

Keterangan :

N = Jumlah sampel yang diharapkan

Z = Derajat kepercayaan 95% = 1,96

p = Perkiraan proporsi Chikungunya di desa Sukaraja Tuha tahun 2009 sebesar

15,69% = 0,1569

N = Jumlah populasi = 1172 Orang

d = Presisi mutlak yang diinginkan 5% = 0,05

Jadi perhitungan besar sampel dengan derajat kepercayaan 95%, presisi 5% pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

n= (1,96)² . 0,1569 (1 – 0,1569) 1172 .


0,05² (1172 – 1) + (1,96)² . 0,1569 (1 – 0,1569)

= 3,8416 . 0,1569 (0,8431) 1172 .


0,0025 (1171) + (3,8416) . 0,1569 (0,8431)

= 595,5822 .
2,9275 + 0,5081
= 595,5822
3,4356

n = 173,3561  dibulatkan menjadi 174

Jadi besar sampel penelitian 174 sampel

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

Kabupaten OKU Timur.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2010

E. Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner di rumah responden

b. Data sekunder

1). Dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur

2). Dari Puskesmas Sukaraja

3). Kantor Kepala Desa Sukaraja Tuha yang meliputi data demografi dan data

geografis desa Sukaraja

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

3. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang diperlukan untuk pengumpulan data dalam penelitian

diantaranya yaitu lembar isian (kuisioner dan chek list).

F. Pengolahan Data

Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan diolah dengan melakukan

pengelompokan jawaban, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

Adapun proses pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Editing

Tahap dilakukan pemeriksaan kelengkapan data lapangan yang telah

dikumpulkan oleh peneliti.

2. Coding

Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan dan pemberian kode dalam

bentuk angka pada masing-masing pertanyaan sesuai dengan keperluan dalam

menganalisis data.

3. Entry

Merupakan proses memasukkan data-data penelitian kedalam computer.

4. Cleaning

Untuk melihat apakah data sudah benar-benar bebas dari kekeliruan.


G. Analisa Data

1. Analisis univariat (deskriptif)

Analisis dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang

diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam ukuran persentase.

2. Analisis bivariat (tabulasi silang)

Menilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

menggunakan Uji Statistik Chi-square menggunakan derajat kepercayaan

95% dengan kriteria ά = 0,05. Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai

p value ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang bermakna apabila p value > 0,05

(Hastono, 2001).

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Sukaraja Tuha

1. Keadaan Geografi

Puskesmas Sukaraja dibangun pada tahun 1980 yang merupakan

Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas Sukaraja terletak pada ketinggian lebih

kurang 550 meter diatas permukaan laut. Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

menaungi 15 desa antara lain: Desa Sukaraja, Desa Kurungan Nyawa I, Desa

Kurungan Nyawa II, Desa Kurungan Nyawa III, Desa Way Halom, Desa Sumber

Agung, Desa Tebat Jaya, Desa Pisang Jaya, Desa Sridadi, Desa Tanjung Bulan,

Desa Cipta Muda, Desa Aman Jaya, Desa Ganjar Agung Desa Sukaraja Tuha.
Desa Sukaraja Tuha merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah

kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Propinsi Sumatera Selatan.

Desa Sukaraja Tuha terdiri dari 2 dusun yaitu dusun I dan dusun II.

2. Keadaan Demografi

Keadaan penduduk desa Sukaraja Tuha pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Penduduk : 1.172 orang


Laki-laki : 624
Perempuan : 548
b. Jumlah KK : 245
Dusun I : 130
Dusun II : 115
3. Batas Wilayah Desa Sukaraja Tuha

Desa Sukaraja Tuha mempunyai batas desa sebagai berikut :


1. Sebelah Utara berbatasan dengan dusun Jaya Makmur
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sukaraja
3. Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Pakuan Jaya
4. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kurungan Nyawa

4. Sarana Kesehatan Puskesmas Sukaraja

- Puskesmas : 1 unit

- Tenaga kesehatan : Dokter Umum : 1 orang

SKM : 2 orang

Perawat : 12 orang

Bidan : 5 orang
5. Sarana Kesehatan Desa Sukaraja Tuha

- Poskesdes : 1 unit

- Tenaga kesehatan : Bidan : 1 orang

Kader Posyandu : 2 orang

- Posyandu : 1 buah

B. Analisa Univariat

1. Kejadian Chikungunya

Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja
Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

No Kejadian Chikungunya Jumlah Persentase


1. Penderita Chikungunya 35 20,1
2. Bukan Penderita Chikungunya 139 79,9
Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 5.1, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang menderita chikungunya ada sebanyak 35 (20,1%), sedangkan responden yang

bukan penderita chikungunya ada sebanyak 139 (79,9%)

2. Pekerjaan Responden

Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja
Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1. Beresiko 80 46
2. Tidak beresiko 94 54
Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 5.2, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang dengan pekerjaan beresiko ada sebanyak 80 (46%), dan responden dengan

pekerjaan yang tidak beresiko ada sebanyak 94 (54%).

3. Pengetahuan Responden

Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah
kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

No Pengetahuan Jumlah Persentase


1. Tidak Baik 76 43,7
2. Baik 98 56,3
Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 5.3, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang dengan pengetahuan tidak baik ada sebanyak 76 (43,7%), dan responden

dengan pengetahuan baik ada sebanyak 98 (56,3%)

4. Sikap Responden

Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja
Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

No Sikap Jumlah Persentase


1. Negatif 85 48,9
2. Positif 89 51,1
Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 5.4, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang dengan sikap negatif ada sebanyak 85 (48,9%) dan responden dengan sikap

positif ada sebanyak 89 (51,1%).

5. Tempat Perindukan Nyamuk

Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk di Desa Sukaraja Tuha
Wilayah kerja Puskesmas sukaraja Kabupaten OKU timur Tahun 2010

No Lingkungan Fisik Jumlah Persentase


1. Ada 78 44,8
2. Tidak ada 96 55,2
Jumlah 174 100

Berdasarkan tabel 5.5, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang dengan ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 78 (44,8%), dan

responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 96 (55,2%).

6. Peran Petugas Kesehatan

Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Sukaraja Tuha
Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur
Tahun 2010

No Peran Petugas Kesehatan Jumlah Persentase


1. Tidak Aktif 75 43,1
2. Aktif 99 56,9
Jumlah 174 100
Berdasarkan tabel 5.6, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden

yang dengan peran petugas kesehatan tidak aktif ada sebanyak 75 (43,1%), dan

responden dengan peran petugas kesehatan aktif ada sebanyak 99 (56,9%).

C. Analisa Bivariat

Tabel 5.7.
Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja
Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

Kejadian Chikungunya
Penderita Bukan
No Pekerjaan Chikungunya Penderita Jumlah P
Chikungunya Value
1. Beresiko 24 56 80 0,005
(30%) (70%) (100%)
2. Tidak Beresiko 11 83 94
(11,7%) (88,3%) (100%)
Jumlah 35 139 174
(20,1%) (79,9%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.7, dari hasil analisa bivariat antara pekerjaan dengan

kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pekerjaan

beresiko dan menderita chikungunya ada sebanyak 24 (30%), lebih besar bila

dibandingkan dengan responden yang dengan pekerjaan tidak beresiko dan

menderita chikungunya yaitu sebanyak 11 (11,7%).

Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value = 0,005 (p value

< 0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden

dengan kejadian chikungunya.


Tabel 5.8.
Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa
Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur
Tahun 2010

Kejadian Chikungunya
Penderita Bukan
No Pengetahuan Chikungunya Penderita Jumlah P
Chikungunya Value
1. Tidak Baik 21 55 76 0,047
(27,6%) (72,4%) (100%)
2. Baik 14 84 98
(14,3%) (85,7%) (100%)
Jumlah 35 139 174
(20,1%) (79,9%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.8, dari hasil analisa bivariat antara pengetahuan dengan

kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pengetahuan

tidak baik dan menderita chikungunya ada sebanyak 21 (27,6%), lebih besar bila

dibandingkan dengan responden yang dengan pengetahuan baik dan menderita

chikungunya yaitu sebanyak 14 (14,3%)

Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,047 (p value <

0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden

dengan kejadian chikungunya.

.
Tabel 5.9.
Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja
Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

Kejadian Chikungunya
Penderita Bukan
No Sikap Chikungunya Penderita Jumlah P
Chikungunya Value
1. Negatif 26 59 85 0,001
(30,6%) (69,4%) (100%)
2. Positif 9 80 89
(10,1%) (89,9%) (100%)
Jumlah 35 139 174
(20,1%) (79,9%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.9, dari hasil analisa bivariat antara sikap dengan kejadian

chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan sikap negatif dan

menderita chikungunya ada sebanyak 26 (30,6%), lebih besar bila dibandingkan

dengan responden yang dengan sikap positif dan menderita chikungunya yaitu

sebanyak 9 (10,1%).

Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,001 (p value <

0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

kejadian chikungunya.
Tabel 5.10.
Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Chikungunya di Desa
Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun
2010

Kejadian Chikungunya
Penderita Bukan
No Tempat Perindukan Chikungunya Penderita Jumlah P
Nyamuk Chikungunya Value
1. Ada 23 55 78 0,010
(29,5%) (70,5%) (100%)
2. Tidak Ada 12 84 96
(12,5%) (87,5%) (100%)
Jumlah 35 139 174
(20,1%) (79,9%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.10, dari hasil analisa bivariat antara tempat perindukan

nyamuk dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang

dengan ada tempat perindukan nyamuk dan menderita chikungunya ada sebanyak 23

(29,5%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan tidak ada

tempat perindukan nyamuk dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 12 (12,5%).

Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,010 (p value <

0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk

dengan kejadian chikungunya.


Tabel 5.11.
Hubungan Peran petugas Kesehatan dengan Kejadian Chikungunya di Desa
Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur
Tahun 2010

Kejadian Chikungunya
Penderita Bukan
No Peran Petugas Chikungunya Penderita Jumlah P
Kesehatan Chikungunya Value
1. Tidak aktif 25 50 75 0,000
(33,3%) (66,7%) (100%)
2. Aktif 10 89 99
(10,1%) (89,9%) (100%)
Jumlah 35 139 174
(20,1%) (79,9%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.11, dari hasil analisa bivariat antara peran petugas kesehatan

dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan peran

petugas kesehatan tidak aktif dan menderita chikungunya ada sebanyak 25 (33,3%),

lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan peran petugas

kesehatan aktif dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 10 (10,1%).

Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,000 (p value <

0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan

dengan kejadian chikungunya.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan kemampuan, waktu, tempat, dan dana serta data yang diperoleh

dari kantor kepala desa dan puskesmas serta masyarakat mengakibatkan pengolahan

kurang maksimal.

Dalam melakukan penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa chek list

dan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden, sehingga kualitas data tergantung

pada motivasi responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner

tersebut secara jujur karena dipengaruhi rasa takut atau segan saat mengemukakan

pendapat dan pengalamannya dan kemungkinan juga responden kurang begitu

mengerti pada pertanyaan yang diajukan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya di desa

Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur

tahun 2010.

Analisa univariat didapat responden dengan pekerjaan yang beresiko

sebanyak 80 (46%), sedangkan responden pekerjaan yang tidak beresiko

sebanyak 94 (54%). Hasil analisis bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square


diperoleh nilai p value 0,005. Jadi ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor

sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB)

chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil

penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (60,6%)

tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Pengangguran) dan menunjukkan

tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian

luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok

(www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15

Februari 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan

pekerjaan beresiko yang menderita chikungunya lebih besar dibanding proporsi

responden dengan pekerjaan tidak beresiko yang menderita chikungunya, hal ini

disebabkan karena responden dengan pekerjaan beresiko lebih banyak kontak

dengan vektor penular chikungunya, karena vektor penular chikungunya

terutama nyamuk Aedes albopictus biasa hidup di kebun-kebun terutama kebun

karet. Sehingga responden dengan pekerjaan beresiko lebih besar kemungkinan

untuk terserang chikungunya.


2. Hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya di desa

Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur

tahun 2010.

Analisa univariat didapat responden yang berpengetahuan tidak baik

sebanyak 76 (43,7%), sedangkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak

98 (56,3%). Hasil analisis bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh

nilai p value 0,047. Jadi ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

responden dengan kejadian chikungunya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor

sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB)

chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil

penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 125 responden (53%)

memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang penyakit chikungunya

(dibawah atau sama dengan median hasil) dan menunjukkan tidak ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian luar biasa

chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok

(www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15

Februari 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan

pengetahuan tidak baik yang menderita chikungunya lebih besar dibanding

proporsi responden dengan pengetahuan baik yang menderita chikungunya.


Hal ini disebabkan karena responden dengan pengetahuan tidak baik kurang tahu

cara-cara untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan chikungunya.

Sehingga responden dengan pengetahuan tidak baik lebih besar kemungkinan

untuk terserang chikungunya.

Menurut dr. Indan Entjang (2006) dalam bukunya yang berjudul Ilmu

kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa salah satu usaha untuk memelihara

dan mempertinggi derajat kesehatan adalah dengan cara meningkatkan taraf

kecerdasan dan rohaniah yaitu patuh pada ajaran agama, cukup santapan rohani,

meningkatkan pengetahuan baik dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan,

menuntut ilmu dibangku sekolah ataupun dengan belajar dari pengalaman hidup.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam

sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Semakin banyaknya berbagai

media yang mengupas informasi pencegahan chikungunya sehingga

memudahkan masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

chikungunya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan

bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang.


3. Hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja

Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun

2010.

Analisa univariat didapat responden yang bersikap negatif sebanyak 85

(48,9%), sedangkan responden yang bersikap positif sebanyak 89 (51,1%).

Hasil analisa bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh nilai p value

0,001. Jadi ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan

kejadian chikungunya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin. dkk (2003) yang

melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar

biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas

Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya

(www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan sikap

negatif yang menderita chikungunya lebih besar bila dibanding proporsi

responden dengan sikap positif yang menderita chikungunya, hal ini disebabkan

karena responden dengan sikap negatif dapat membuat hal-hal yang kurang

menguntungkan kesehatan, misal responden beranggapan tidak ada pengaruh

antara baju-baju yang bergantungan di dinding dengan vektor penular

chikungunya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan

bahwa sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk

bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respons evaluatif

yaitu suatu respons yang sudah dalam pertimbangan oleh individu bersangkutan.

Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan/ kesediaan untuk

bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu (Noto atmodjo, 2003).

4. Hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya di

desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU

Timur tahun 2010.

Analisa univariat didapat responden dengan ada tempat perindukan

nyamuk sebanyak 78 (44,8%), sedangkan responden dengan tidak ada tempat

perindukan nyamuk sebanyak 96 (55,2%). Hasil analisa bivariat (uji statistik)

dengan Chi-Square diperoleh nilai p value 0,010. Jadi ada hubungan yang

bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin dkk (2003) yang

melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar

biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas

Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara tempat peindukan nyamuk dengan kejadian

chikungunya (www.wartamedika. com, diakses 15 februari 2010).


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan ada

tempat perindukan nyamuk yang menderita chikungunya lebih besar dibanding

proporsi responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk yang menderita

chikungunya, hal ini disebabkan karena bila di sekitar rumah tempat tinggal

responden ada tempat perindukan nyamuk akan menyebabkan responden

semakin sering kontak dengan nyamuk penular chikungunya sehingga responden

tersebut akan lebih besar kemungkinan untuk terserang chikungunya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang ada di dalam buku kesehatan

terbitan Depkes RI tahun 2001 yang menyatakan bahwa lingkungan fisik tempat

perindukan nyamuk sebagian besar berkaitan dengan klimatologi, karena Iklim

adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari; suhu

udara, curah hujan, dan kecepatan angin.

5. Hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya di desa

Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur

tahun 2010.

Analisa univariat didapat peran petugas kesehatan yang tidak aktif

sebanyak 75 (43,1%), sedangkan peran petugas kesehatan yang aktif sebanyak

99 (56,9%). Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square diperoleh nilai

p value 0,000. Jadi ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan

dengan kejadian chikungunya.


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin. dkk (2003) yang

melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar

biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas

Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian luar

biasa chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan

peran petugas kesehatan tidak aktif yang menderita chikungunya lebih besar

dibanding proporsi responden dengan peran petugas kesehatan aktif yang

menderita chikungunya, hal ini disebabkan karena responden yang tidak rutin

atau bahkan tidak pernah sama sekali mendapatkan penyuluhan kesehatan sama

sekali tidak dapat secara maksimal untuk melakukan pencegahan terhadap

kejadian chikungunya. Sehingga responden yang tidak rutin mendapat

penyuluhan kesehatan lebih besar kemungkinannya untuk terserang chikungunya

Peran petugas kesehatan yang berupa memberikan penyuluhan kepada

masyarakat merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat

untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam perilaku kesehatan. Teori lain

mengatakan untuk meningkatkan Predisposing Factor (faktor penentu)

diperlukan upaya penyuluhan, komunikasi dan informasi, sedangkan untuk

meningkatkan Enabling Factor (faktor pemungkin) diperlukan community

organization, serta untuk meningkatkan Reinforcing Factor (faktor Pendorong)

diperlukan training dan retraining (Notoatmodjo, 2003).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang faktor-faktor

berhubungan dengan kejadian chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010 disimpulkan sebagai berikut

1. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian

chikungunya, dengan p value 0,005

2. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian

chikungunya, dengan p value 0,047

3. Ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian

chikungunya, dengan p value 0,001

4. Ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan

kejadian chikungunya, dengan p value 0,010

5. Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian

chikungunya, dengan p value 0,000


B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur agar

menetapkan suatu strategi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan

chikungunya yaitu dengan cara meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN), melakukan pengamatan (surveilans) penyakit serta melakukan

penyemprotan minimal 2x dalam setahun terhadap nyamuk dewasa di daerah

endemis. Disamping itu perlu kesiapan dan antisipasi apabila terjadi kejadian

luar biasa (KLB).

2. Diharapkan kepada petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat secara rutin terutama tentang penyakit

chikungunya, sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang

penyakit chikungunya.

3. Diharapkan kepada tokoh masyarakat dan masyarakat agar mau meningkatkan

kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal masing-

masing, dengan melaksanakan program jum’at bersih minimal 1 kali per minggu

4. Diharapkan kepada masyarakat Untuk dapat menghindari atau mencegah

penyakit chikungunya dengan membiasakan tidur memakai kelambu, memasang

kawat kassa, mengeringkan tempat air tergenang, menguras bak mandi sekurang-

kurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan

mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, ban bekas, botol, pecahan piring

atau gelas, tempat minum hewan peliharaan, vas atau pot bunga.

5. Diharapkan kepada kader kesehatan untuk mau berperan aktif dalam melakukan

pencegahan dan pemberantasan chikungunya di wilayahnya.


6. Diharapkan kepada para peneliti yang akan datang apabila ingin melakukan

penelitian tentang kejadian chikungunya agar kiranya mau mengambil variabel

yang lain sehingga penelitian tentang kejadian chikungunya lebih bervariasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ariawan, Iwan. 2002; Dasar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jadwal :
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta.

Arikunto Suharsimi, 2002; prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT


Asdimahasatya, Jakarta

Achmadi. U. F. 2003; Modul Pemberantasan Vektor. Bakti Husada. Jakarta.

Anonim. 2007; Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, diakses pada


tanggal 15 Februari 2010. Baturaja.

Budiarto, Eko, 2003; Metode Penelitian Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Departemen kesehatan RI. 2001; Tata Laksana Chikungunya di Indonesia. Ditjen PPM-
PLP. Jakarta.
-------------------------------- 2001; Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen
PPM-PLP. Jakarta.
-------------------------------- 2003; Survei Cepat. Pusat Data dan Informasi. Jakarta.
------------------------------- 2004; Pennyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Ditjen PPM-PLP. Jakarta.
------------------------------ 2005; Pencegahan dan Pemberantasan Chikungunya di
Indonesia. Bakti Husada. Jakarta.
------------------------------- 2007; Pedoman Pengendalian Penyakit Chikungunya, Ditjen
PPM-PLP. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur. 2009; Profil Kesehatan Kabupaten OKU
Timur. Martapura

Entjang Indan, 2006; Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni Bandung

Hastono Sutanto Priyo. 2001; Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jakarta

Indra C. 2003; Pemberantasan Chikungunya di Indonesia. Jurnal USU Digital Library.


Medan.

Judarwanto. W. 2007; Profil Nyamuk Aedes aegypti dan Pemberantasannya.


htpp://www.childrenfamily.com., diakses pada tanggal 15 Februari
2010. Baturaja.
Kandun I.N. 2000; Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17. Bakti Husada,
Jakarta.

Kandun I.N. 2006; Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya (PSN Chikungunya)


Oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Bakti Husada. Depkes. RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta.

Lawuyan, S. 2004; Pembasmian Penyakit Chikungunya Kontroversi Program


Pengasapan dengan Insektisida. Sekretaris Badan Perencanaan
Pembangunan Kota Surabaya.

Notoatmodjo, S. 2003; Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta.
Jakarta.
------------------- 2005; Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta
------------------- 2007; Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi Revisi. Rineka Cipta
Jakarta

Nasronudin. 2007; Penyakit Infeksi di Indonesia. htpp://www.childrenfamily.com,


diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja.

Oktikasari, Susanna, Djaya. 2006; Faktor Sosio Demografi dan Lingkungan yang
mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di
Kelurahan Cinere Kecamatan Limo kota Depok. Skripsi Sarjana,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal
15 Februari 2010. Baturaja.

Riduwan. 2002; Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta.


Bandung

Soedarmo. 2005; Chikungunya Pada Anak. UI-Press. Jakarta.

Selamihardja, N. 2006; Lagi-Lagi Ulah Aedes aegypti. http://www.depkes.go.id, diakses


pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja.

Suroso, T. 2006; Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya Oleh Jumantik. Edisi


ke-2. Bakti Husada. Jakarta.

Widodo, Djoko. 2007; Diagnosis dan Penatalaksanaan Chikungunya. FKUI-RSCM.


Jakarta.
Wayudin, Sustiwa. 2003; Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar
biasa di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan
Kabupaten Cirebon. Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok. www.wartamedika.com, diakses 15
februari 2010. Baturaja.

Yahya, H. 2006; Ayo Lakukan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya.


http://www.promosikesehatan.com/tips.php?
mn=6&yr=2006&nid=192, diakses pada tanggal 15 Februari 2010.
Baturaja.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA
DI DESA SUKARAJA TUHA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA
KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2010

DAFTAR PERTANYAAN
(KUESIONER)

No. Responden :
Tanggal di isi :

A. Biodata Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Alamat :
6. Status dalam keluarga :

B. Kejadian Chikungunya
Apakah saudara/ anggota saudara pernah menderita sakit chikungunya dengan gejala

demam mendadak, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam (rash), nyeri menelan,

mual, muntah dalam 3 bulan terakhir dan sudah mendapat diagnosis dari petugas

kesehatan profesional?

a. Pernah
b. Tidak pernah
C. Pekerjaan

Apakah jenis pekerjaan saudara?

1. PNS

2. Pedagang

3. Petani (bekerja di kebun dan hutan)

4. Lain-lain

5. Tidak bekerja

D. Pengetahuan Responden tentang Penyakit Chikungunya

1. Apa yang dimaksud dengan chikungunya?


a. Demam mendadak disertai nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam, nyeri
menelan, mual, dan muntah
b. Demam mendadak disertai lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, perdarahan di
kulit berupa bintik perdarahan dan mimisan

2. Apakah chikungunya adalah penyakit yang menular?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah penyebab chikungunya?


a. Kuman Alphavirus
b. Kuman Arbovirus

4. Apa gejala dan tanda chikungunya?


a. Demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, sakit
kepala, kadang timbul kejang
b. Demam tinggi mendadak, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, perdarahan di
kulit berupa bintik perdarahan, mimisan

5. Bagaimana cara penularan chikungunya?


a. Melalui gigitan nyamuk
b. Melalui gigitan serangga

6. Apa vektor penular chikungunya?


a. Nyamuk Anopheles
b. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti

7. Dimana tempat perindukan nyamuk?


a. Ditempat-tempat air yang tergenang
b. Ditempat air yang mengalir

8. Dimana tempat beristirahatnya nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti?


a. Di tempat yang terang dan hangat
b. Di tempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju yang
bergantungan, kopiah dan tas.

9. Kapan kebiasaan nyamuk betina Aedes albopictus dan Aedes aegypti menggigit?
b. Pada pagi dan sore hari
c. Pada malam hari

10. Bagaimana usaha saudara untuk menghindari gigitan nyamuk?


a. Menggunakan obat anti nyamuk saat mau tidur, atau tidur pakai kelambu
b. Dengan cara membuat saluran air limbah secara permanen

E. Sikap Responden Terhadap Penyakit Chikungunya

Petunjuk : Anda diminta menilai pernyataan – pernyataan yang ada, yang menurut
anda paling sesuai dengan kenyataan dan hati nurani anda dengan
memberi tanda (v) pada kolom yang telah disediakan.
No Pernyataan Tidak Setuju Setuju
1. Saya merasa Chikungunya merupakan
penyakit yang menular

2. Saya yakin Chikungunya disebabkan


oleh kuman Alphavirus

3. Saya yakin cara penularan penyakit


Chikungunya melalui gigitan nyamuk
Anopheles

4. Saya yakin dapat menghindari gigitan


nyamuk dengan cara tidur memakai
kelambu

5. Saya yakin nyamuk betina Aedes


albopictus dan Aedes aegypti senang
menggigit pada pagi dan sore hari
No Pernyataan Tidak Setuju Setuju
6. Saya selalu mengupayakan pencahayaan
dan ventilasi ruang yang memadai,
karena saya yakin dapat mencegah agar
tidak terkena penyakit Chikungunya

Saya beranggapan Pemberantasan


7. Sarang Nyamuk (PSN) sangat perlu
dilakukan karena dapat mencegah
penularan penyakit Chikungunya
.
Saya yakin air yang tergenang adalah
8. tempat perindukan nyamuk Aedes
albopictus dan Aedes aegypti

Saya beranggapan perlu menguras


9. tempat-tempat penampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali
karena saya merasa dapat memberantas
jentik Aedes albopictus & Aedes
aegypti

10. Saya selalu membersihkan halaman


rumah dari kaleng-kaleng bekas,
pecahan botol, dan ban bekas karena
saya yakin dapat memberantas sarang
nyamuk.

F. Peran Petugas Kesehatan

1. Apakah saudara pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit chikungunya dari


petugas kesehatan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah saudara pernah membaca selebaran/ Pamplet/ Spanduk tentang penyakit
chikungunya di jalan desa atau tempat lain
a. Ya b. Tidak

3. Seberapa seringkah petugas kesehatan ke desa saudara untuk memberikan


penyuluhan kesehatan tentang penyakit chikungunya?
a. Setiap 1 tahun sekali b. Setiap 3 bulan sekali
G. Tempat Perindukan Nyamuk

No Tempat Perindukan Nyamuk Ada Tidak ada


1. Genangan air

MASTER TABEL
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja
Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

No Nama Insiden Pekerjaan Pengetahuan Sikap Lingkungan Peran


Fisik Petugas Kes
1. Sumaji 1 2 2 1 1 1
2. Ida 2 2 2 2 2 2
3. Rani 2 1 1 1 2 1
4. Fina 2 1 2 1 1 1
5. Abu Hamid 2 2 2 2 1 2
6. Siti Aminah 2 2 2 2 2 2
7. M. Dimyati 2 2 2 1 2 1
8. Sugiarti 2 2 2 2 2 2
9. Destriana 2 1 1 1 2 1
10. Komarudin 1 2 2 1 2 1
11. Suprihatin 2 2 2 2 1 2
12. Onki 2 2 2 2 1 2
13. Aujik 2 1 1 1 2 1
14. Ali Murtado 1 2 2 1 1 1
15. Fitri Riowati 2 2 2 2 2 2
16. A. Prasetio 2 1 1 1 1 1
17. Ruspandi 2 1 2 2 2 2
18. Poniyem 2 1 2 2 2 2
19. Sunardi 1 1 1 1 1 1
20. Kapiyati 2 1 2 2 2 2
21. Taufik 2 2 2 1 1 1
22. Nurfadail 2 1 1 1 2 1
23. Tukimo 1 1 1 1 2 1
24. Ponisih 2 1 2 2 2 2
25. Murodi 2 2 2 2 2 2
26. Asih 2 2 2 2 2 2
27. Suripno 2 2 2 1 1 2
28. Pawit 2 1 1 2 1 2
29. M. Rosyadi 2 2 2 1 1 1
30. A. Hidayat 2 1 1 1 1 1
31. Suprapto 2 2 2 2 2 2
32. Umi Soleha 1 1 2 2 2 2
33. Ma’ruf 2 2 2 1 1 2
34. Winarti 2 2 2 2 2 2
35. Sidqi 2 1 1 1 1 1
36. Safiq 2 1 1 1 2 1

37. Ainayya 2 1 1 1 1 1
38. Musri 1 1 2 2 2 2
39. Marhamah 2 1 2 2 1 2
40. Imron 2 2 2 2 2 2
41. Istiqomah 2 2 1 1 1 2
42. Supangat 1 1 2 2 2 2
43. Sya’diah 2 2 2 2 2 2
44. Hafiz 2 2 2 1 1 1
45. Rambat 2 1 1 2 1 2
46. Arini 2 2 2 2 2 2
47. Sudiono 1 1 1 1 1 1
48. Wulandari 2 2 2 2 2 2
49. Robiatul 2 2 2 1 1 2
50. Satibi 2 2 2 2 2 2
51. Munasikah 2 2 2 2 2 2
52. Septiana 2 2 2 2 2 2
53. Livia 2 1 1 1 1 1
54. A. Rahman 1 1 1 1 1 1
55. Khoirunisa 2 1 2 2 2 2
56. Adi Putra 2 2 1 1 1 1
57. Ahmad 2 2 1 1 1 1
58. Sumardi 2 2 2 2 2 2
59. Qodariah 2 1 1 2 1 2
60 M. Anwar 2 1 1 1 2 1
61. Muhtarom 2 2 2 1 1 1
62. Waryanti 2 2 2 2 2 2
63. Alif Ulfa 2 1 1 1 1 1
64. Dika Aulia 2 1 1 1 1 1
65. Kusnan 2 2 2 2 2 2
66. Wiwin 2 2 2 2 2 2
67. Susi 2 2 2 2 2 2
68. Musiyah 2 2 2 2 2 2
69. Hasyim 1 1 2 1 1 1
70 Markhama 1 1 1 2 2 2
h
71. Asroni 2 2 2 2 2 2
72. Suparti 2 2 2 2 2 2
73. Ali Imron 2 1 1 1 1 1
74. Masngud 2 2 2 2 2 2
75. Suparlan 1 1 1 1 1 1
76. Marsini 1 1 1 2 2 2
77. Sulistiowati 2 1 1 2 1 2
78. M. Chairul 2 2 2 2 2 2
79. Suliyati 2 2 2 2 2 2
80. Dzimas 2 1 1 1 1 1
81. Salman 1 1 2 2 2 1
82. Khoiriyah 2 2 2 2 2 2
83. Uliya 2 1 1 1 1 1
84. Fitria 2 1 1 1 1 1
85. Subagio 2 2 2 2 2 2
86. Zaitin 2 2 2 2 2 2
87. Doni 2 1 1 1 2 1
88. Ardi 2 1 1 1 2 1
89. Ifan 2 2 2 1 1 1
90. Katiran 1 1 1 2 2 2
91. Sukinah 2 1 1 2 2 2
92. Danang 2 2 2 1 1 1
93. Wahyu 2 1 1 1 1 1
94. Rosid 1 1 1 1 1 1
95. Tugini 2 2 1 1 1 2
96. Azhari 2 2 2 2 2 2
97. Tinik 2 2 2 2 2 2
98. Khanif 2 2 2 2 2 2
99. Itok 2 1 1 1 1 1
100. Gufron 2 2 2 2 2 2
101. Musringah 2 2 2 2 2 2
102. Tarni 2 2 2 1 1 2
103. Supinah 2 1 1 2 2 2
104. Suhadi 2 2 2 1 2 2
105. Suharto 1 1 2 1 1 1
106. Isnaini 2 2 2 2 2 2
107. Didik 2 1 1 1 1 1
108. Melly 2 1 1 1 1 1
109. Mujilah 2 1 2 2 2 2
110. Imam Khoiri 2 2 2 2 2 2
111. Siti Kholifah 2 2 2 2 2 2
112. Agung 2 1 1 1 2 1
113. Suratman 1 1 1 1 1 1
114. Niswatun 2 1 2 2 2 2
115. Romadhon 2 2 1 1 1 1
116. Ahmad 2 2 1 1 1 1
117. Agus 1 2 2 1 2 1
118. Mar’atus 1 2 2 2 2 2
119. Revandra 2 1 1 1 1 1
120 A. Supono 2 2 2 2 1 2
121. Marinah 2 1 1 2 2 2
122. Edi 2 2 2 2 2 2
123. Effendi 2 1 1 1 1 1
124. Hendri 1 2 1 1 1 1
125. Prayitno 2 2 2 2 1 2
126. Iis Lestari 2 2 2 2 2 2
127. Brian 2 1 1 1 1 1
128. Sariadi 2 2 2 2 2 2
129. Mariani 2 2 2 2 2 2
130 Wawan 2 2 2 1 1 1
131. Andri 2 1 1 2 2 1
132. Maftuh 1 1 1 1 1 1
133. Gunarti 1 1 1 1 2 2
134. Nanang 2 1 2 2 1 1
135. Neneng 2 1 1 1 1 1
136. Nunung 2 2 2 2 2 2
137. Khusnul 2 2 2 2 2 2
138. Supardi 1 2 2 1 1 1
139. Ameliya 2 1 1 1 2 1
140. Abd. Wahid 1 1 1 1 1 1
141. Rumini 2 1 1 2 2 2
142. Sukadi 2 2 2 2 2 2
143 Anis 2 2 2 2 2 2
144 Munir 2 1 1 2 1 2
145 M. Subri 2 2 2 2 2 2
146 Lia Adistya 1 2 1 1 1 1
147 Heri 1 2 1 1 1 1
148 Yulika 2 1 1 1 1 1
149 Kandias 2 2 2 2 2 2
150 Asni 2 2 1 2 2 2
151 Jeni 2 2 1 1 1 1
152 Mustangin 1 1 1 1 1 1
153 Umi Rosidah 2 2 2 2 2 2
154 Febrian 2 2 1 1 1 1
155 Adb. Kadir 2 2 2 1 2 2
156 Nafsiah 2 1 2 1 1 2
157 Istiana 2 2 2 2 2 2
158 Sukarlan 1 1 1 2 1 2
159 Romlah 2 1 1 2 2 2
160 Alimun 1 2 2 1 1 1
161 Zulaikah 2 2 2 2 2 2
162 Dasril 2 1 1 1 2 1
163 Roekan 1 2 2 1 1 1
164 Dwi Hartati 2 2 2 2 2 2
165 Veronika 2 1 1 1 2 1
166 Habib 1 1 1 1 1 1
167 Karnatak 1 1 1 1 1 2
168 Suhartatik 2 1 1 1 2 1
169 Sunaryono 2 2 2 2 2 2
170 Eka Susiani 2 2 2 2 2 2
171 Safe’i 1 1 1 1 1 1
172 Paijem 2 1 1 1 1 2
173 Nursanti 2 2 2 2 2 2
174 Winda 2 2 1 1 1 2
DAFTAR PENDERITA CHIKUNGUNYA

No Nama Umur Status Dalam Keterangan


(Tahun) Keluarga
1 Sumaji 25 KK
2 Komarudin 40 KK
3 Ali Murtado 25 KK
4 Sunardi 35 KK
5 Tukimo 50 KK
6 Umi Sholekah 25 Istri
7 Musri 50 KK
8 Supangat 30 KK
9 Sudiono 50 KK
10 A. Rakhman 40 KK
11 Hasyim 50 KK
12 Markamah 50 Istri
13 Suparlan 50 KK
14 Marsini 40 Istri
15 Salman 35 KK
16 Katiran 50 KK
17 Rosid 50 KK
18 Suharto 35 KK
19 Suratman 50 KK
20 Agus 27 KK
21 Mar’atus 27 Istri
22 Hendri 25 KK
23 Maftuh 50 KK
24 Gunarti 40 Istri
25 Supardi 40 KK
26 Abdul Wahib 50 KK
27 Lia Adistya 27 Istri
28 Heri 30 KK
29 Mustangin 28 KK
30 Sukarlan 50 KK
31 Alimun 30 KK
32 Roekan 30 KK
33 Habib 7 Anak
34 Karnatak 28 KK
35 Syafe’i 40 KK
Frequencies

Statistics
CHIKUNGUNYA PEKER PENGETA SIKAP TEMPAT PERAN
JAAN HUAN PERINDUKAN PETGS
NYAMUK KESH
N Valid 174 174 174 174 174 174
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1,80 1,54 1,56 1,51 1,55 1,57
Median 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Mode 2 2 2 2 2 2
Std. ,40 ,50 ,50 ,50 ,50 ,50
Deviation
Variance ,16 ,25 ,25 ,25 ,25 ,25
Minimum 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 2 2
Percentiles 25 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
75 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

Frequency Table

ANGKA KEJADIAN CHIKUNGUNYA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid Penderita 35 20,1 20,1 20,1
Bukan penderita 139 79,9 79,9 100,0
Total 174 100,0 100,0

PEKERJAAN RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid Beresiko 80 46,0 46,0 46,0
Tidak beresiko 94 54,0 54,0 100,0
Total 174 100,0 100,0

PENGETAHUAN RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid Tidak baik 76 43,7 43,7 43,7
Baik 98 56,3 56,3 100,0
Total 174 100,0 100,0
SIKAP RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid Negatif 85 48,9 48,9 48,9
Positif 89 51,1 51,1 100,0
Total 174 100,0 100,0

TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid ada 78 44,8 44,8 44,8
tdk ada 96 55,2 55,2 100,0
Total 174 100,0 100,0

PERAN PETUGAS KESEHATAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid Tidak Aktif 75 43,1 43,1 43,1
Aktif 99 56,9 56,9 100,0
Total 174 100,0 100,0
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan * Kejadian 174 100,0% 0 ,0% 174 100,0%
Chikungunya
Pengetahuan * Kejadian 174 100,0% 0 ,0% 174 100,0%
Chikungunya
Sikap * Kejadian Chikungunya 174 100,0% 0 ,0% 174 100,0%
Tempat Perindukan Nyamuk * 174 100,0% 0 ,0% 174 100,0%
Kejadian Chikungunya
Peran Petugas Kesehatan * 174 100,0% 0 ,0% 174 100,0%
Kejadian Chikungunya

Pekerjaan Responden * Kejadian Chikungunya

Crosstab
Angka Kejadian Chikungunya Total

penderita bukan
chikungunya chikungunya
Pekerjaan beresiko Count 24 56 80
% within Pekerjaan 30,0% 70,0% 100,0%
tidak beresiko Count 11 83 94
% within Pekerjaan 11,7% 88,3% 100,0%
Total Count 35 139 174
% within Pekerjaan 20,1% 79,9% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,005 1 ,003
Continuity Correction 7,902 1 ,005
Likelihood Ratio 9,097 1 ,003
Fisher's Exact Test ,004 ,002
Linear-by-Linear Association 8,953 1 ,003
N of Valid Cases 174

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,09.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pekerjaan Responden 3,234 1,468 7,126
(beresiko / tdk beresiko)
For cohort Angka Kejadian Chikungunya 2,564 1,341 4,903
= penderita chikungunya
For cohort Angka Kejadian Chikungunya ,793 ,675 ,931
= bukan chikungunya
N of Valid Cases 174

Pengetahuan Responden * Kejadian Chikungunya

Crosstab
Angka Kejadian Chikungunya Total

Penderita Bukan
chikungunya chikungunya
Pengetahuan tidak Count 21 55 76
Responden baik % Within Pengetahuan 27,6% 72,4% 100,0%
baik Count 14 84 98
% Within Pengetahuan 14,3% 85,7% 100,0%
Total Count 35 139 174
% Within Pengetahuan 20,1% 79,9% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,745 1 ,029
Continuity Correction 3,950 1 ,047
Likelihood Ratio 4,715 1 ,030
Fisher's Exact Test ,036 ,024
Linear-by-Linear Association 4,717 1 ,030
N of Valid Cases 174
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,29.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan Responden 2,291 1,075 4,883
(tidak baik / baik)
For cohort Angka Kejadian Chikungunya 1,934 1,055 3,547
= penderita chikungunya
For cohort Angka Kejadian Chikungunya ,844 ,719 ,992
= bukan chikungunya
N of Valid Cases 174
Sikap Responden * Kejadian Chikungunya
Crosstab
Angka Kejadian Chikungunya Total
Penderita Bukan
chikungunya chikungunya
SIKAP negatif Count 26 59 85
% Within Sikap 30,6% 69,4% 100,0%
positif Count 9 80 89
% Within Sikap 10,1% 89,9% 100,0%
Total Count 35 139 174
% Within Sikap 20,1% 79,9% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 11,344 1 ,001
Continuity Correction 10,105 1 ,001
Likelihood Ratio 11,710 1 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear Association 11,279 1 ,001
N of Valid Cases 174

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,10.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sikap Responden 3,917 1,709 8,977
(negatif / positif)
For cohort Angka Kejadian Chikungunya 3,025 1,506 6,075
= penderita chikungunya
For cohort Angka Kejadian Chikungunya ,772 ,660 ,904
= bukan chikungunya
N of Valid Cases 174

Tempat Perindukan Nyamuk * Kejadian Chikungunya

Crosstab
Angka Kejadian Chikungunya Total
Penderita Bukan
chikungunya chikungunya
Tempat ada Count 23 55 78
Perindukan % Within Tempat 29,5% 70,5% 100,0%
Nyamuk Perindukan Nyamuk
tidak ada Count 12 84 96
% Within Tempat 12,5% 87,5% 100,0%
Perindukan Nyamuk
Total Count 35 139 174
% Within Tempat 20,1% 79,9% 100,0%
Perindukan Nyamuk

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,728 1 ,005
Continuity Correction 6,707 1 ,010
Likelihood Ratio 7,746 1 ,005
Fisher's Exact Test ,007 ,005
Linear-by-Linear Association 7,684 1 ,006
N of Valid Cases 174

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,69.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Tempat Perindukan Nyamuk 2,927 1,347 6,362
(ada / tdk ada)
For cohort Angka Kejadian Chikungunya = 2,359 1,255 4,433
penderita chikungunya
For cohort Angka Kejadian Chikungunya = ,806 ,685 ,948
bukan chikungunya
N of Valid Cases 174

Peran Petugas Kesehatan * Kejadian Chikungunya

Crosstab
Angka Kejadian Chikungunya Total

Penderita Bukan
chikungunya chikungunya
Peran tdk aktif Count 25 50 75
Petugas % Within Peran Petugas 33,3% 66,7% 100,0%
Kesehatan Kesehatan
aktif Count 10 89 99
% Within Peran Petugas 10,1% 89,9% 100,0%
Kesehatan
Total Count 35 139 174
% Within Peran Petugas 20,1% 79,9% 100,0%
Kesehatan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14,333 1 ,000
Continuity Correction 12,924 1 ,000
Likelihood Ratio 14,411 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 14,251 1 ,000
Association
N of Valid Cases 174

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,09.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Peran Petugas Kesehatan 4,450 1,978 10,014
(tdk aktif / aktif)
For cohort Angka Kejadian Chikungunya 3,300 1,690 6,444
= penderita
For cohort Angka Kejadian Chikungunya ,742 ,624 ,882
= bukan chikungunya
N of Valid Cases 174

Anda mungkin juga menyukai