Anda di halaman 1dari 20

PERFORASI GASTER

A. Definisi

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari lambung,

usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut. Perforasi dari

usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteridalam rongga perut

berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang di sebabkan karna kebocoran asam lambung

ke dalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan

suatu kasus kegawatan bedah.Perforasi pada saluran cerna sering di sebabkan oleh penyakit-

penyakit seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, atau trauma.

B. Etiologi

1. Perforasi Non-Trauma, Misalnya :

a. Akibat volvulus gaster karna overdistensi dan iskemia

b. Adanya factor predisposisi : termasuk ulkus peptic.

c. Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma.

d. Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi esophagus,

gaster, atau usus, dengan infeksi antra abdomen, peritonitis, dan sepsis.

2. Perforasi Trauma (Tajam atau Tumpul), misalnya :

a. Trauma iatrogenik setelah pemasangan, pipa nasogastric saat endoskopi.

b. Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen (misalnya tusukan pisau)

c. Trauma tumpul pada gester : trauma sepeti ini lebih umum pada anak dari pada dewasa

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perforasi gaster adalah :
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium.
3. Hipertermi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Biasanya tampak letargik karna syok toksik.

D. Patofisologi

Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain karena

kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal

memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi

gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko terhadap

kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke rongga

peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel

makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial.

Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis

bacterial kemudian. Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.

Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk flegmon

(ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi

pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit,

yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan

membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih


E. Gambar

F. Penatalaksanaan

Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan umumnya

sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan

pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada,

kebijakan nonoperatif mungkin digunakan dengan terapiantibiotik langsung terhadap bakteri

gram-negatif dan anaerob.

G. Pemeriksaan diagnostic / Penunjang

Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat dilakukan adalah :

1. foto polos abdomen pada posisi berdiri.

2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut abdomen. Pemeriksaan ini

berguna untuk mendeteksi cairan bebas dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah

sangat tidak homogen karena terdapat kandungan lambung..

3. CT-scan

CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk mendeteksi udara setelah

perforasi, bahkan jika udara tampak seperti gelembung dan saat pada foto rontgen murni

dinyatakan negatif. Oleh karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster

G. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian Identitas

tidak ada batasan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Bisa tingkatan

segala usia. Tapi paling banyak di jumpai pada usia lansia.

b. Keluhan utama

keluhan utama yang di rasakan pada perfoasi gaster adalah nyeri pada ulu hati.

c. Riwayat Penyakit sekarang

1) Profoking incident : di sebabkan oleh non-trauma ; predisposisi atau

trauma ; benturan atau tertusuk menda tajam

2) Quality : pada penderita perforasi gaster nyeri pada perut terasa

seperti di tusuk-tusuk

3) Region : nyeri pada epigastrium

4) Severity : adanya keluhan tidak dapat beristirahat karna nyeri atau

regurgitasi makanan.

5) Time : nyeri biasanya timbul jika beraktifitas dan setelah


mengkonsumsi makanan yang merangsang asam lambung.

d. Riwayat penyakit keluarga

perforasi gaster bukan merupakan penyakit keturunan namun bisa di sebabkan

oleh pola hidup yang kurang baik dan bisa trauma atau faktor predisposisi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Pada pasien perforasi gaster biasanya kesadaran baik composmentis,

terjadi kelemahan dan terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri yang dirasakan

b. Sistem penglihatan

Biasanya pada pasien perforasi gaster konjungtiva pucat di curigai adanya tanda-tanda anemia

Pada palpasi tidak ditemukan kelainan pada penderita perforasi gaster.

c. Sistem pendengaran

Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami gangguan. Pada sistem

pendengaran secara umum penderita perforasi gaster tidak terdapat kelainan.

d. Sistem penciuman

Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami ganguan, fungsi

penciuman tidak mengalami gangguan.Pada palpasi hidung tidak terdapat kelainan

e. Sistem Pernafasan

Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalamiganguan, frekuensi

pernafasan normal Biasanya pada palpasi thorax tidak terdapat kelainan seperti nyeri

tekan.Biasanya perfusi area paru norma (sonor)Biasanya auskultasi paru tidak terdapat suara

tambahan

f. Sistem kardiovaskuler
Biasanya tudak terdapat kelainan, ictus kordis nampak pada ICS 4 – 5 mid klavikula sinistra ,

akan tetapi nampak tidaknya ictus kordis tergantung pada gemuk atau kurusnya penderita. Pada

palpasi teraaba icyus kordis di ICS 4 – 5 mid klafikula sinistra. Palpasi nadi biasnya melemah

dan takikardi. Pada perkusi jantung tidak terdapat kelainan, suara perkusi area jantung

redup. Biasanya pada aukultasi jantung pada penderita perforasi gaster tidak mengalami

kelainan.

g. Sistem persyarafan

Kesadaran yang diamati berupa komposmentis, apatis, samnolen, bahkanhingga coma pada

perforasi gaster

h. Sistem pencernaan

Biasanya pada penderita perforasi gaster nampak menyeringai kesakitan

dan memegangi perut daerah ulu hati.: Bising usus menurun Biasanya terdapat nyeri tekan

daerah ulu hati ( epigastrium ). Pada pemeriksaan perkusi untuk penderita perforasi gaster

ditemukansuara hipertimpani.

i. Sistem eliminasi

Pada eliminasi alvi terjadi gangguan defekasi akibat dari input yang tidakadekuat.

j. Sistem muskuluskeletal

Biasanya pada perforasi gaster akut pasien masih mampu untuk melakukan aktivitas dan tidak

terlihat kekuatan otot menurun namun padaperforasi gaster kronis hal itu dapat terjadi

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada lambung.

b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi tidak adekut.


c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan adanya perlukaan di lambung.

Tujuan :Setelah dilakukkan tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan terdapat penurunan respon

nyeri / nyeri hilang. Kriteria hasil :Tingkat kenyamanan, (perasaan senang) tingkat persepsi positif

terhadap kemudahan fisik dan psikologis, tindakan individu untuk mengendalikan nyeri,

keparahan nyeri dapat diamati / dilaporkan, jumlah nyeri yang dilaporkan.

Intervensi Keperawatan:

1) Gunakan laporan dari pasien sendiri pilihan pertama.

Rasional: Guna mengumpulkan informasi pengkajian.

2) Minta pasien untuk menilai nyer

Rasional: Membantu menilai nyeri atau ketidaknyamanan.

3) Gunakan lembar alur nyeri.

Rasional: Memantau pengurangan nyeri dari analgetik dan efek

sampingnya.

4) Lakukan pengkjian nyeri (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

keparahan nyeri, faktor presipitasi).

Rasional: Membantu membedakan nyeri.

5) Dalam mengkaji pasien gunakan kata – kata yang konsisten dengan usia

dan tingkat perkembangan pasien.

Rasional: Membantu membangun suasana terapiutik.

6) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika


peredaran nyeri tidak dapat dicapai.

Rasional: Nyeri yang berkelanjutan dicurigai adanya komplikasi.

7) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi.

Rasional: Teknik distraksi relaksasi meminimalkan tingkatan rasa nyeri.

8) Observasi vital sign.

B. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekut,

anaroxia.

Tujuan :Setelah dilakukkan tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan terjadi peningkatan asupan

dalam pemenuhan nutrisi.Kriteria hasil :Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan

pemenuhan ntrisi sesuai anjuran, asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan,

mempertahankan berat badan, menoleransi diet yang dianjurkan, mengungkapkan tekat untuk

mematuhi diet.

Intervensi keperawatan:

1. Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di rumah sakit


Rasional: Membantu mengetahui adanya peningkatan atau penurunan berat badan klien.

2. Anjurkan untuk makan porsi sedikit dengan interval sering.

Rasional: Mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan tidak terjadi

kekurangan cairan tubuh .

Kriteria hasil :Tidak memiliki konsentrasi urin yang berlebih, tidak mengalami haus yang tidak

normal, memiliki keseimbangan asupan yang seimbang, menampilkan hidrasi yang baik,

memiliki asupan cairan oral yang adekuat.


Intervensi keperawatan:

1) Observasi output dan input cairan setiap hari terhadap dehidrasi.

Rasional: Out put yang berlebih dapat terjadinya dehidrasi.

2) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan

turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi.

3) Kaji tanda tanda vital.

Rasional: Hipotensi, demam, dapat menunjukkan terjadinya

kehilangan cairan.

4) Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (diare).

Rasional: Untuk mengevalasi kehilangan cairan.

5) Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk ketidaksinambungan cairan.

Rasional: Mengetahui jumlah cairan yang dibutuhkan.

6) Anjurkan keluarga untuk memberi minum klien 6 – 8 gelas air putih setiap hari.

Rasional: Mengganti cairan elektrolit yang hilang melalui oral


DAFTAR PUSTAKA

Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan

Duodenum,

Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.

Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, editor : Mansjoer, Arif., Suprohalta., Wardhani,

Wahyu Ika., Setiowulan, Wiwiek., Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2000

Azer, Samy A., Intestinal Perforation – emedicine available from,

http://www.emedicine.com/med/topic2822.htm

Medcyclopaedia – Gastric rupture, available from

http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/g/gastric_rupture

Gharehbaghy, Manizheh M., Rafeey, Mandana., Acute Gastric Perforation in Neonatal

Period, available from http://www.medicaljournal-ias.org/14_2/Gharehbaghy.pdf

Sofić, Amela., Bešlić, Šerif., Linceder, Lidija., Vrcić, Dunja., Early radiological

diagnostics of gastrointestinal perforation, available from http://www.onko-

i.si/uploads/articles/Radiology_40_2_2.pdf

Hermana, Asep., Awas, Bahaya Jamu Oplosan! Available from http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/2007/072007/05/cakrawala/lainnya
RESPIRATORY FAILURE

A. Definisi

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untukmempertahankan oksigenasi

darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh

masalah ventilasi difusi atauperfusi (Susan Martin T, 1997).Gagal nafas adalah kegagalan

system pernafasan untukmempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001)Gagal nafas terjadi

bilamana pertukaran oksigen terhadapkarbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara

laju konsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.

Sehinggamenyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) danpeningkatan

tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).(Brunner & Sudarth, 2001)

B. Etiologi

1. Depresi sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusatpernafasan yang

mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak(pons dan medulla) sehingga

pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusatpernafasan

menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otakterus ke saraf spinal ke reseptor

pada otot-otot pernafasan. Penyakit padasaraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot

pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhi ventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatanekspansi paru.

Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yangmendasari, penyakit pleura atau trauma

dan cedera dan dapatmenyebabkan gagal nafas.

4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.Kecelakaan yang

mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran danperdarahan dari hidung dan mulut dapat

mengarah pada obstruksi jalannafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks,

pnemothoraks danfraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal

nafas.Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.Pengobatannya adalah

untuk memperbaiki patologi yang mendasar.

5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi ataupnemonia diakibatkan

oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materilambung yang bersifat asam. Asma

bronkial, atelektasis, embolisme parudan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang

menyababkan gagal nafas.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda

Gagal nafas total

 Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.

 Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan

sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi


 Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasibuatanGagal nafas parsial

 Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing danwhizing.

 Ada retraksi dada

2. Gejala

 Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)

 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis

(PO2 menurun)

D. PATOFISIOLOGI

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing

masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul

pada pasien yang paruny anormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit

timbul.Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik

seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang

batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadaphipoksia dan hiperkapnia yang memburuk

secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada

gagal nafaskronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah

frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila

lebih dari20x/mnttindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja

pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalahukuran ventilasi

(normal 10-20 ml/kg).Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak Adekuat

dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan

terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera

kepala, stroke, tumor otak,ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai


kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.Pada

periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidakadekuat karena terdapat agen

menekan pernafasan dnganefek yangdikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik

opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikasan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Ringan : PaO2 < 80 mmHg

Sedang : PaO2 < 60 mmHg

Berat : PaO2 < 40 mmHg

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidakdiketahui

• Hemodinamik

Tipe I : peningkatan PCWP

• EKG

Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia

F. PENANGANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong

2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP

3. Inhalasi nebuliser

4. Fisioterapi dada

5. Pemantauan hemodinamik/jantung

6. Pengobatan Brokodilator Steroid

7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan


Asuhan Keperawatan

1. Airway

a. Peningkatan sekresi pernapasan

b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi

2. Breathing

a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,

retraksi.

b. Menggunakan otot aksesori pernapasan

c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis

3. Circulation

a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

b. Sakit kepala

c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,mengantuk

d. Papiledema

e. Penurunan haluaran urine

Pemeriksaan fisik :

b. Secondary survey

( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes, 2000)

1. Sistem kardiovaskuler

Tanda : Takikardia, irama ireguler S3S4/Irama gallop Daerah PMI bergeser ke daerah

mediastinal Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung

menandakan udara di mediastinum) TD : hipertensi/hipotensi


2. Sistem pernafasan

Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,keganasan, “lapar udara”,

batuk Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan

bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :hiperesonan di atas area berisi udara

(pneumotorak), dullnes di areaberisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak

seimbang,reduksi ekskursi thorak.

3. Sistem integumen

cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,stupor

4. Sistem musculoskeletal

Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.

5. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

6. Sistem gastrointestinal

Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.

7. Sistem neurologi

Sakit kepala

8. Sistem urologi

Penurunan haluaran urine

9. Sistem reproduksi

Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada rahim/serviks.

10. Sistem indera

 Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa

kebutaan tiba-tiba.
 Pendengaran : telinga berdengung

 Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman

 Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunde terhadap

hipoventilasi

3. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret

4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

5. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan

yang efektif Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan

• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal

• Adanya penurunan dispneu

• Gas-gas darah dalam batas normal

Intervensi :

• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.

• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn

• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg

• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau

kecendurungan penurunan PaO2

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam

• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk

mengoptimalkan pernapasan

• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk

• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir

• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan

frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien

memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap

hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan

pertukaran gas yang adekuat Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan :

• Bunyi paru bersih

• Warna kulit normal

• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat

kesadaran pada dokter.

• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau

penurunan dalam PaO2


• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan

• Pantau irama jantung

• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan Kriteria

Hasil : Pasien mampu menunjukkan:

• TTV normal

• Balance cairan dalam batas normal

• Tidak terjadi edema

Intervensi :

• Timbang BB tiap hari

• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam

• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung

• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP

• Monitor parameter hemodinamik

• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning

and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M, Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli

diterbitkan tahun 1993.

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan

I, Universitas Airlangga, Surabaya.

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai