Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fadly Akbar

Npm : 1551010240
Semester/kelas : V / B

Kelebihan Melakukan Peminjaman di Perbankan Syariah dan Cara Bank Dalam


Mengatasi Kredit Bermasalah

Pola penyaluran kredit perbankan konvensional yang hanya sekedar menarik bunga
menjadi keluhan kalangan UKM mengingat mereka juga butuh pendampingan,pengarahan
bahkan sharing potensi ( untung atau rugi ). Hal yang berbeda di praktikan oleh kalangan
perbangkan syariah. Bank syariah tidak hanya sekeda menyalurkan kredit dengan tanpa
memungut biaya (interest), karena hal ini dilarang oleh syara’ (hukum islam), tetapi turut serta
mendampingi serta berbag resiko dengan ‘amil inilah yang menjadi keunggulan perbangkan
syariah

Non Performing Loan (NPL) masih menjadi salah satu topic menarik dalam isu perbangkan saat
ini, utamanya setelah krisis sering menerpa dan semakin remtammya posisi perbankan dalam
perekonomian konvensional yang mengelumbung seperti sekarang. Selain sebagai salah satu
indikator kesehatan perbankan, NPL juga memberikan beberapa kandungan informasi terkait
perbankan sector riil. Dari aspek peneglolaan prbangkan, NPL dapat memberikan gambaran
seberapa jauh menager menjalankan pola pengelolaan kredit yang prudent. Kredit macet juga
dapat menjadi indikator kelesuan sector riil sebagai respon kondisi perekonomian secara umum.
Bahkan dalam banyak penelitian mulai dari prediksi bank gagal sampai indikator krisis ekonomi.

NPL dapat mengakibatkan jatuhnya sistem perbankan, mengerutnya pasar saham dan bahkan
mengakibatkan kontraksi dalam perekonomian. Tragedi krisis perbankan yang cukup pahit
dalam sejarah dapat kita temui misalnya di Amerika Serikat tahun 1931, krisis perbankan di
Nigeria (1945-1955), krisis perbankan di Inggris (1973-1874), krisis di Asia (1997-1998), bank
run di Northern Rock (2007) dan runtuhnya Bear Stearns (2008). Bahkan krisis di Yunani yang
terjadi belum lama ini

Berikut ini adalah beberapa kelebhan mlakukan peminajam di perbankan syariah :


Pertama : Bank syariah sebagai salah satu harapan baru bentuk sistem perbankan yang
diklaim anti krisis menjadi fenomena menarik untuk diamati. Salah satu ciri khas system
perbankan syariah yang membedakannya dengan bank konvensional adalah system bagi hasil
atau profit and loss sharing (PLS) dan skema akad yang unik. Dengan mendasarkan pada skema
PLS dan tidak menggunakan instrumen bunga (interest), kinerja bank syariah akan sangat
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu bagaimana pengelolaan kredit yang diberikan serta pola
pendampingan kepada debitur. Perpaduan skim PLS dan akad dalam bank syariah akan
memberikan porsi yang adil bagi kedua belah pihak yaitu distribusi keuntungan yang fair dan
sharing resiko utamanya akad mudharabah. Pola semacam ini dinilai lebih berkeadilan dan
menghindarkan perbankan dari pukulan resiko sektor keuangan dan suku bunga.
Kedua : Bank syariah memiliki pembiayaan dengan akad yang berbeda-beda sehingga
memiliki aiternatif jenis pembiayaan yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk membuat
portofolio penbiayaan yang lebih baik. Adanya jenis pembiayaan yang lain yang berhubungan
dengan pembiyaan seperti pembiyaan untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun non UKM
dan pembiayaan untuk meodal kerja maupun untuk konsumsi, memiliki potensi pula untuk dapat
digunakan dalam difersivikasi komposisi pembiayaan
Jurnal Ketiga : Cara Mengatasi Kredit Bermasalah, Upaya bank untuk menyelamatkan
kredit agar kredit yang diberikan lancar kembali tergolong dalam kredit tidak lancar, diragukan,
kredit macet untuk kembali menjadi kredit lancar sehingga debitur mempunyai kemampuan
kembali membayar pada bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/12/BPPP
tanggal 28 Februari 1991, upaya-upaya penyelamatan kredit yang dapat dilakukan oleh bank
selama kredit berjalan adalah sebagai berikut:
1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling), yaitu dengan melakukan perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit yang berhubungan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka
waktu kredit, termasuk grade period atau masa tenggang, baik termasuk perubahan besarnya
jumlah angsuran atau tidak.
2. Persyaratan kembali (Reconditionong), dengan melakukan perubahan atas sebagian atau
seluruh syarat-syarat perjanian kredit, yang tidak hanya terbatas pada perubahan jadwal angsuran
dan atau janka waktu kredit saja. Namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit
atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi perusahaan.
3. Penataan Kembali (Restructuring) yaitu suatu upaya dari bank yang berupa melakukan
perubahan-perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang berupa pemberian tambahan kredit,
atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan, yang
dilakukan dengan atau tanpa Rescheduling dan atas Reconditioning

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini semakin memperkuat
hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang menggambarkan stabilitas perbankan syariah
serta keunggulan sistem kerja dan produk yang ditawarkan dibanding perbankan konvensional.
Faktor yang berpengaruh negative dan signifikan terhadap NPF bank syariah adalah besarnya
jumlah pembiayaan dan tingkat PDB. Sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif namun tidak
cukup signifikan. Sedangkan indikator makroekonomi lainnya (inflasi, SBI, SWBI) tidak
berpengaruh terhadap NPF bank syariah. Di sisi lain tingkat NPL bank konvensional sangat
tergantung pada tingkat inflasi yang terjadi (positif) dan besarnya LDR (negatif). Hal ini juga
menunjukkan
ketergantungan bank konvensional pada bunga dan sektor keuangan. Hubungan NPL dan LDR
yang negatif menunjukkan tidak berfungsinya aspek intermediary bank konvensional terhadap
dunia usaha sehingga memperparah decoupling sektor riil dan moneter. Temuan lain
menunjukkan bahwa besarnya NPL bank konvensional terpengaruh krisis keuangan global yang
terjadi tahun lalu sedangkan di bank syariah cenderung resisten

Anda mungkin juga menyukai