Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan, berdasarkan data Pusat Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut
(Pushidrosal) telah mendata jumlah pulau yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Hasilnya,
berjumlah 17.500 pulau yang tersebar di seluruh Indonesia dengan kondisi 7.870 pulau yang bernama,
dan 9.634 pulau tak bernama.

Letak Indonesia secara geografis berada di garis ekuator, yang menyebabkan flora dan fauna Indonesia
unik dan beragam. Selain itu jalur cincin api yang melewati Indonesia membuat topografi hampir seluruh
pulau unik. Indonesia tentunya memiliki segudang potensi pariwisata bahari maupun budaya yang masih
belum terungkap di mata masyarakat dunia. Jumlah pulau yang banyak menyebabkan keragaman budaya
yang melimpah, hal ini tentu mendatangkan keuntungan bagi sektor pariwisata di Indonesia. Coral
Triangle, salah satu habitat laut yang paling beragam di bumi, juga berada di laut Indonesia. Dilansir dari
Badan Informasi Geospasial (BIG), total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer dengan
artian panjangnya garis pantai dapat dijadikan lokasi wisata yang menarik.

Jika potensi pariwisata Indonesia dikembangkan, maka kedatangan wisatawan ke objek pariwisata akan
menyumbang angka pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro. Bedasarkan data yang di peroleh dari
World Tourism Barometer 2015, pada tahun 1950 kedatangan wisatawan ke Indonesia berjumlah 25 juta,
pada tahun 1980 naik menjadi 278 juta wisatawan, terus naik dengan jumlah 528 juta wisatawan di tahun
1995 hingga mencapai 1,14 miliar wisatawan di tahun 2014. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, meski
terjadi krisis global beberapa kali namun jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan
trend positif.

Pengembangan potensi pariwisata, sudah dilakukan secara bertahap, saat ini presiden Joko Widodo
memerintahkan untuk membangun serta mempromosikan 10 daerah yang berpotensi menjadi destinasi
wisata ternama layaknya Bali dan yang sudah cukup siap menyambut datangnya wisatawan, diantaranya
adalah Danau Toba, Belitung, Tanjug Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Bromo-Tengger-
Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai.

Pariwisata bahari Indonesia seperti Raja Ampat di Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di
Maluku, juga memiliki keindahan pemandangan bawah laut yang sudah terdengar hingga mancanegara.
Lebih dulu terkenal, Bali adalah salah satu contoh pulau di Indonesia yang berhasil mendatangktan
ratusan ribu turis per bulannya. Bali sanggup menyumbang sebesar 40% bagi devisa negara pada sektor
pariwisata, hal ini disampaikan oleh Arief Yahya yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata di acara
peresmian Sanur Village Festival 2017, Rabu, 9 September 2017 lalu. Destinasi lain dengan penyumbang
devisa pariwisata terbanyak lainnya yaitu Manado. Tercatat oleh CNN Indonesia bahwa perkembangan
sektor pariwisata di Manado melaju pesat. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
(Wisman) yang meningkat drastis hingga 449% pada Mei 2017 dibandingkan dengan Mei 2016. Hal ini juga
telah diungkapkan oleh Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut
Marthedy Tenggehi.

Dibalik destinasi wisata tadi, sebetulnya ada sebuah kepulauan kecil yang berada di sebelah barat
Sumatera yaitu Nias. Nias memiiliki potensi pariwisata yang tidak kalah berkelas jika benar-benar
dikembangkan. Potensi pariwisata diantaranya adalah bahari, budaya, dan kuliner.

Potensi pariwisata juga terbukti dengan pernyataan oleh presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja ke
Kepulauan Nias Jumat 19 Agustus 2016. “Saya lihat dari atas pas turun, potensi terbesar ada dua menurut
saya. Pertama, pariwisata. Kedua, perikanan. Dua ini kita harus fokus,” tegas Presiden. Presiden Joko
Widodo meyakini, bila Kabupaten Nias ini fokus pada dua potensi tersebut, pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut akan meningkat dengan tajam.

Sayangnya. saat ini Nias masih dalam kondisi perekonomian yang tergolong lemah, terlebih jika harus
dibebani untuk memajukan tempat-tempat pariwisata agar dapat bersanding dengan tempat-tempat
yang lebih dahulu telah menjadi destinasi wisata favorit. Pembangunan infrastruktur juga belum merata
terbukti dengan masih banyaknya daerah di Nias yang mengalami kekurangan pasokan listrik,
ketersediaan air bersih, dan sarana transportasi yang masih sangat minim.

Disebutkan sendiri oleh Bupati Kabupaten Nias, Sokhiatulo Laoli dalam acara peluncuran tagline "Nias
Pesona Pulau Impian" yang diresmikan di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Kamis (2/6/2016). Bahwa
terdapat 7 masalahyang dirasakan para wisatawan terhadap pulau nias. Masalah tersebut yaitu ” Pertama
adalah aksesibilitas. Bandara Binaka di Nias hanya bisa didarati ATR, itu pun aksesnya hanya dari Bandara
Kualanamu ”, Masalah kedua adalah daya tarik wisata yang rendah. Ini karena mayoritas spot wisata
belum tertata dengan baik. Masalah ketiga, lanjut Bupati Sokhiatulo, adalah minimnya fasilitas
pendukung. "Air bersih dan listrik, masih sangat buruk. Jujur itu sangat menjadi kendala," tambah dia.
Keempat adalah sarana akomodasi dan rumah makan. Masalah kelima adalah prasarana dan sarana
transportasi menuju obyek wisata. "Berhubungan dengan masalah keenam, yaitu kurangnya promosi dan
belum ada jaringan terhadap pelaku dan pasar pariwisata," jelasnya. Terakhir adalah kesadaran dan
kesiapan masyarakat Nias. Bupati Sokhiatulo menjelaskan, keterbukaan masyarakat terhadap pariwisata
umumnya masih kurang.

Masalah pasokan listrik, pada awalnya dikeluhkan oleh Bupati Nias pada bulan April 2016 dengan
meminta kepada pemerintahan pusat, tambahan pasokan listrik sebesar 150 MW untuk kepulauan Nias
secara keseluruhan. Sedangkan permasalahan tersebut akhirnya sedikit terjawab oleh Presiden Jokowi
saat pertama kali beliau mendatangi Nias pada 19 Agustus 2016. Pada saat itu Presiden Jokowidodo
mengatakan “Saya jawab langsung tadi. Saya tambah 25 megawatt. Yang sekarang ada 27, saya tambah
25 megawatt. Selesai nanti bulan Oktober, Kalau pariwisata di sini berkembang, masih kurang 25
megawatt,”” ujar Presiden Jokowi. Presiden Jokowi juga mengatkan, pembangkit dengan kapasitas 27
megawatt ditargetkan beroperasi pada Oktober 2016. Sedangkan 25 megawatt yang dijanjikannya
ditargetkan beroperasi pada akhir 2017.

Anda mungkin juga menyukai