BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status
gizi buruk atau yang mengalami kurang energi kronis (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR
dan dihadapkan pada resiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan berat lahir yang normal.
Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa itu ibu harus
mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya. Ibu sehat akan
melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah
gizi ibu (Depkes RI, 2000). Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu KEK dan anemia
gizi. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK,
masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga
menimbulkan resiko pada bayi berupa BBLR (Depkes RI, 2002).
Gizi yang baik mempunyai peranan yang cukup besar pada pembentukan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat
menghambat kualitas SDM. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat
buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya. Tingginya angka kematian ibu
akan menjadi suatu rintangan dalam pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang meninggal saat melahirkan kemungkinan 3 sampai 10 kali. Sekitar
99% kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang (Hartiningsih 2005). Angka kematian ibu di
Indonesia telah mengalami penurunan dari 390 per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 1994
menjadi 307 per seratus ribu per kelahiran hidup pada tahun 2003, namun angka tersebut masih
tinggi dibanding negara-negara di Asia Tenggara (Azwar 2004).
Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia, kurang energi kronis, usia
terlalu muda, usia terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan (Saifudin 2002).
Kondisi kesehatan ibu hamil dipengaruhi oleh umur, paritas, penyakit/infeksi dan riwayat
kesehatan kehamilan seperti pernah keguguran dan pendarahan (Depkes 2001b). Lebih lanjut
Samsudin (1998), menyatakan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, paritas, jarak
kelahiran, umur ibu dan riwayat kehamilan mempunyai kaitan erat dengan kejadian KEK.
Status gizi ibu hamil sendiri bisa diketahui dengan mengukur ukuran lingkar lengan atas, bila
kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk Kurang Energi Kronis (KEK), ini berarti
ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila ini terjadi
maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin menjadi terhambat, akibatnya
melahirkan bayi BBLR (Depkes RI 2008). Parameter ini sudah digunakan secara umum di
Indonesia untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR). Dibandingkan dengan indikator antropometri lainnya, LILA paling praktis
penggunaanya di lapangan, dan oleh sebab itu beberapa penelitian merekomendasikan LILA
sebagai salah satu metode untuk dapat memprediksikan hasil kehamilan.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi risiko KEK secara nasional mencapai 13,6
%. Tiga provinsi dengan resiko KEK yang tertinggi adalah NTT sebesar 24,6: Papua 21,3 dan
DIY 20,2 %. Sedangkan tiga provinsi dengan prevalensi resiko KEK terendah adalah Sulawesi
Utara 5,8 %, Sumatera Utara 7,9% dan Bengkulu 8,2 % (Riskesdas 2007).
Berdasarkan berbagai masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui factor-faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.
• Rumusan Masalah
Metode penilaian apa yang digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil di Kota
Kendari tahun 2012?
• Tujuan Penelitian
Untuk mengetahiu metode yang digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil di Kota
Kendari tahun 2012?
• Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh :
• Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
KEK pada ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perencanaan
pengobatan & pencegahan.
2. Masyarakat
Sebagai tambahan informasi berbagai faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK
pada ibu hamil , sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya KEK pada kelompok
risiko.
• Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya
(Kristiyanasari, 2010, p.43).
Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan7 hari, atau 40 minggu) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu
1) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (pertambahan berat badan sangat
lambat yakni sekitar 1,5 kg).
2) Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (penambahan berat badan 4 ons per
minggu).
3) Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (penambahan berat badan keseluruhan 12
kg) (Waryono, 2010, p.44).
Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan perubahan yang
tidak dapat dilihat. Perubahan yang dapat dilihat meliputi:
Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah,pipi dan
hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (Kloasma gravidarum). Pada
daerah areola mamae da puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar putting susu akan
menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut
areola mamae sekunder. Putting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada
area suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas sympisis sampai pusat.
Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memenjang di tengah
atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi, terjadi strie gravidarum yang
merupakan garis pada kulit. Terdapat dua jenis strie gravidarum, yaitu strie livide (garis yang
berwarna biru) dan strie albikan (garis yang berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2.Perubahan kelenjar.
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini
tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
3. Perubahan payudara,
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalianan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah
lahir.
• Hiperpigmentasi pada areola mamae dan putung susu serta muncul areola mamae
sekunder.
• Kelenjar motgomery yang terletak di bawah areola mamae membesar dan kelihatan dari
luar. Kelenjar motgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar putung susu selalu
lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
• Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat mulai kehamilan 16 minggu, cairan
yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan
agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak
lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut kolostrum.
4.Perubahan perut.
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya, hingga kehamilan
empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai
kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar timbul
strie gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran
darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat
banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus membesarkan dan memberi makanan janin. Gambaran
mukosa vagina mengalami kongesti berwarna hitan kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi
endema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena
femoralis sebelah kanan atau kiri.
Alat pencernaan lebih kendur, peristaltik kurang baik, terjadi hipesekresi kelenjar dalam
alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Pristaltik
yang kurang baik dapat emnimbulkan konstipasi atau obstipasi.
Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar daripada
pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Masa puncak terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan
sel darah bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu, Ibu hamil yang mengidap
penyakit jantung harus berhati-hati. Jumlah sel darah merah semakin meningkat, hal ini untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Namun, pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai dengan anemia
fisiologis.
Selama hamil, jantung memompa untuk dua orang, yaitu ibu dan janin. Bertambahnya
cairan darah menambah volume darah, tetapi kepekatan darah berkurang dam pembuluh darah
membesar. Oleh karena itu, kerja jantung bertambah berat.
Biasanya, tekanan darah tidak tinggi meskipun volume darah bertambah, bahkan sedikit
turun. Turunya tekanan darah ini disebabkan oleh kepekatan darah berkurang.
Paru juga bekerja lebih berat karena menghisap zat asam untuk kebutuhan ibu dan janin.
Pada kehamilan tua posisi paru terdesak ke atas akibat uterus membesar.
• Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga panggul. Ureter juga
semakin berkelak-kelok dan kendur sehingga menyebabkan perjalanan urine ke kandung
kemih melambat. Kuman dapat berkembang di kelokan dan menimbulkan penyakit.
• Pada bulan kedua kehamilan, ibu lebih sering berkemih kerena ureter lebih antefleksi dan
membesar.
Keadaan tulang pada kehamilan juga mengalami perubahan, bentuk tulang belakan
menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan karena uterus membesar. Oleh karena itu, pada
kehamilan lebih dari enam bulan, sikap tubuh ibu tamapak menjadi lordosis.
• Trimester III :Perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.(Saminem,2009:5)
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat pemasukan
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan
hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh (Supariasa I, 2001 : 18).
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan
III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II
dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ditentukan
angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan
akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi
mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin yang dikandungnya
memperoleh makanan bergizi cukup, untuk alur terhambatnya pertumbuhan dari aspek gizi ibu.
Perlu diperhatikan secara khusus adalah pertumbuhan janin dalam daerah pertumbuhan lambat
dan daerah pertumbuhan cepat. Daerah pertumbuhan lambat terjadi sebelum umur kehamilan 14
minggu. Setelah itu pertumbuhan agak cepat, dan bertambah cepat sampai umur kehamilan 34
minggu. Kebutuhan zat gizi ini diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolik, dan dari
makanan ibu setiap hari selama hamil. Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada
waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila makanan yang
dikonsumsi ibu kurang dan keadaan gizi ibu jelek maka besar kemungkinan bayi lahir dengan
BBLR. Konsekuensinya adalah bahwa bayi yang lahir kemungkinan meninggal 17 kali lebih
tinggi dibanding bayi lahir normal.
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis.
Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan
Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
Sehingga perlu dipertahankan status gizi yang baik dan seimbang selama hamil, untuk
menjaga kesehatan maka ibu harus menciptakan pola makan sehat dimana makanan yang
dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan (Krisnatuti Diah,
2000 : 30).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di
bawah kulit.
Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil adalah dengan
cara metode pengukuran langsung (antropometri) yaitu pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA), metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
Wanita Usia Subur (WUS) (Supariasa I, 2001 : 48).
Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK apabila LILA kurang dari 23,5 cm, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa I,
2001 : 82).
Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining
malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan
resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007 : 4).
Ambang batas LILA WUS adalah 23,5 cm. Bila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm
berarti risiko KEK. Bila lebih dari sama dengan 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Dapat dilihat dari jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut, mukosa oral.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang uji secara
laboratorium dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
4) Biofisik
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. (Supariasa I, 2001 : 19-20).
2) Statistik vital
Pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu yang
berhubungan dengan gizi.
3) Faktor ekologik
Mengatakan bahwa jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim dan lain-lain (Supariasa I, 2001 : 20-21).
• Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
• Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
• Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada
ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih
dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih
baik.
• Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat
dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu
dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
• Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang
telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan
yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan
zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
Survay adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Tujuan Survey adalah Untuk
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang dan hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Pengumpulan data dalam survey deskriptif ini dilakukan melalui yaitu, wawancara
langsung. Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan diperoleh
secara lengkap, pertanyaan, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan
hasilnya dapat diperoleh saat itu juga.
b.Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini yang ditentukan, yaitu :
1.Ibu Hamil di Kota Kendari, yang melakukan pemeriksaan kehamilan, berdomisili diwilayah
penelitian, memiliki buku pemeriksaan ibu hamil.
2. Bersedia untuk menjadi responden penelitian.
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi identitas responden, data
pemeriksaan LILA sebagai indicator KEK, data pola konsumsi ibu hamil yang didapatkan
melalui wawancara pada saat Posyandu.
1. Untuk identitas responden caranya dari hasil wawancara dengan pedoman kuesioner yang
sudah ada.
2. Untuk status gizi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas dengan menggunakan pita LILA.
3.5 Instrumentasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kuisioner pengumpulan data identitas responden
b. Pita LILA
c. Alat Tulis yang mendukung penelitian
1. Pengolahan Data
5.Tabulasi (Tabulation)
Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel yang tersedia, kemudian
melakukan pengukuran masing-masing variabel.
2.Analisis Data
Penelitian ini telah penulis laksanakan pada Bulan Desember 2012 terhadap 30 ibu hamil
pada saat Posyandu di wilayah Kota Kendari. Selama proses penelitian, penulis tidak menemui
hambatan berarti sebaliknya banyak faktor pendukung yang penulis dapatkan selama penelitian,
antara lain : proses perijinan yang relatif cepat dan bantuan dari kader dan bidan selama
pengumpulan data.
Setelah data terkumpul, maka penulis melakukan pengolahan data dan hasil analisa data
tersebut akan disajikan sebagai hasil penelitian yang disesuaikan dengan tujuan khusus dan
tujuan umum penelitian.
A. Karakteristik Responden
Dalam penelitian karakteritik responden yang kami data adalah berupa identitas pribadi
seperti nama responden, umur responden, agama responden, suku responden, pendidikan
reponden, pekerjaan keluarga reponden, pendapatan keluraga responden, dan usia kehamilan
responden.
Table 4.1
Distribusi Responden Menurut Umur Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2012
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut umur dengan persentase
tertinggi adalah responden dengan umur 20 34 tahun yaitu 19 responden atau sebesar 63,3 % dan jumlah
responden dengan persentase terendah adalah responden dengan umur <20 tahun dengan jumlah 11
responden atau sebesar 36,7 %.
Table 4.2
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun
2012
Table 4.3
Distribusi Responden Menurut Pendidikan pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun
2012
Table 4.4
Distribusi Responden Menurut Pendapatan perbulan Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2012
Table 4.5
Distribusi Responden Menurut Paritas Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2012
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut paritas dengan persentase
tertinggi adalah responden yang melahirkan 1x yaitu 18 responden atau sebesar 60% ,responden yang
melahirkan 2x yaitu 10 responden atau sebesar 33,3% dan jumlah responden dengan persentase terendah
adalah responden yang melahirkan 3x yaitu ada 2 responden atau sebesar 6,7%.
Table 4.6
Distribusi Responden Menurut Kejadian KEK Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari
Tahun 2012
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut ada tidaknya kejadian KEK
dengan persentase tertinggi adalah responden yang memiliki LILA >23,5 cm yaitu ada 24 responden
atau sebesar 80 % , , dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden yang memiliki
LILA <23,5 cm yaitu ada 6 responden atau sebesar 20%
Table 4.7
Distribusi Karakteritik Responden dengan Kejadian KEK Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2012
• Saran
Perlu dilakukan penyuluhan kepada wanita hamil maupun wanita subur agar terhindar
dari KEK dan dapat menjaga asupan makanan, untuk nmencegah terjadinya buruknya
status gizi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
________,2010. Asupan Gizi Ibu Hamil dan Menyusui.
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content HYPERLINK
"http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vi"&
HYPERLINK
"http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vi"task=view&id
=37089&Itemid=32. Last update 21 Februari 2010.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.
As’ad, S. 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi
Depkes RI, 2001. Catatan tentang Perkembangan dalam Praktek Kebidanan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.10.
Depkes RI.2003.Kebijakan Gizi makro.Disediakan di
alamathttp://www.gizi.net.depkes.kebijakan-gizi-makro. diakses tanggal 26
Desember 2012
Krisnatuti, D. 2003. Menu sehat Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta : Puspa
Swara, Anggota IKAPI
Khaidar.2005. Hubungan kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil DenganBerat Badan
Lahir Bayi Di Wilayah Puskesmas Seyegan KecamatanSeyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta : FK UGM
Pramitha. 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui. Disediakan di amalat
http://www.pramitha.co.id.htm
Sarisilawan. 2009. Analisis Determinan Perilaku Terhadap Status Gizi Ibu Hamil
di Indonesia. http://www.jkpkbppk-gdl-res-2009-sarisilawan-3148.Diakses pada tanggal
24 desember 2012
Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. BukuPanduan
Ketrampilan Pemantauan Status Gizi Balita Dan Ibu Hamil. TimField Lab FK UNS
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisiketiga.
Jakarta: Balai Pustaka. 854-5.