Askep 3
Askep 3
ASKEP STROKE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi
masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak
10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan. (Batticaca, 2008)
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua kematian.
Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang dewasa yang lebih
tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di
seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini
akan terjadi pada orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan
sepertiga akan pada orang yang berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan
suplai darah ke otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan
darah. Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
(World Health Organization, 2015)
Stroke adalah penyebab kematian nomor satu di Indonesia, berdasar penelitian kami di
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Data kejadian stroke dilihat dari prevalensi
(angka kejadian) stroke bisa dilihat di Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang
diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (Depkes, 2015)
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita stroke
cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan secara nasional.
Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada di Kota
Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah
tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit selain di
Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah kekambuhan stroke juga
menunjukkan angka yang tinggi. (Robino, 2015)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini yaitu untuk dapat mengetahui serta
memahami Asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, setelah mempelajari makalah ini mahasiswa/i S1 Keperawatan Non Reguler
STIK Muhammadiyah Pontianak, diharapkan dapat :
a. Menjelaskan pengertian stroke.
b. Menyebutkan etiologi stroke.
c. Menjelaskan patofisiologi dari stroke.
d. Menyebutkan manifestasi klinis stroke.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik.
f. Mengetahui penatalaksanaan umum medikal.
g. Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi pada klien dengan
stroke.
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008)
Stroke atau penyakit serebrovaskular adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi
akibat penyumbatan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. (Sylvia A.
Price, 2005)
Stroke atau cerebral vaskuler accident (CVA) adalah gangguan dalam sirkulasi
intraserebral yang berkaitan vascular insuffisiency, trombosis, emboli, atau perdarahan. (Wahyu
Widagdo dkk, 2007)
B. Etiologi
Stroke dibagi 2 jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemorragik.
1. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% adalah stroke iskemik. Stroke iskemik ini
dibagi 3, yaitu :
a. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
b. Stroke Embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion Sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis,
yaitu:
a. Hemoragik intraserebral: perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
b. Hemoragik subarakoid: perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke:
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
1) Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
2) Umur : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
3) Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
b. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
1) Hipertensi,
2) Penyakit jantung,
3) Kolestrol tinggi,
4) Obesitas,
5) Diabetes Melitus.
6) Polisetemia,
7) Stress emosional.
c. Kebiasaan hidup.
1) Merokok,
2) Peminum alkohol,
3) Obat-obatan terlarang,
4) Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolestrol.
(Amin & Hardhi, 2013)
C. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang menyebabkan
keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik
yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena.
Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh
darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis
interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak
total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai
terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu menit dapat
menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area
yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke dalam
jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh
darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat
dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh
tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko
serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu, menimbulkan
gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan
menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau
hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan
intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia,
hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong
spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa
terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan
vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang mengakibatkan terjadinya
penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark. (Fransisca B. Batticaca, 2008)
Stroke hemoragik
Peningkatan tekanan sistemik
Stroke non hemoragik
Vasospasme arteri serebral/ saraf serebral
Deficit neurologi
Kurang pengetahuan
Kerusakan intregitas kulit
Gangguan mobilitas fisik
Hemiparase/ plegi kanan
Hemisfer kiri
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat
Trombus/ emboli diserebral
Resiko trauma
Resiko jatuh
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak,
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik),
c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e. Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i. Nyeri kepala hebat,
j. Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak. (Amin & Hardhi, 2013)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa
kasus trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau
timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial
dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula darah,
urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit.
(Batticaca, 2008)
F. Penatalaksanaan umum medikal
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayat
ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV
drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu menghancurkan trombotik
dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan bekuan diatas
anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi vasospasme pembuluh
darah.
2. Pembedahan
a. Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan melalui daerah yang tersumbat
dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi. (Wahyu Widagdo, dkk.
2007)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. (Nursalam, 2011)
Pengkajian pada pasien stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat
kesadaran.
3. Penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum terjadi.Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan
lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi
oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanay
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien.Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual
karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Perawat juga memasukkan pengkajian tehadap fungsi neurologis dengan dampak
gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri atas dua masalah : keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam
hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi
pada gangguan neurologis di dalam system dukungan individu.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan implementasi
keperawatan. Tahap evaluasi yang memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, perencanaan dan implementasi. (Nursalam, 2011)
Evaluasi :
1. Diagnosa Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak
adekuatnya sirkulasi darah serebral kembali normal.
2. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular teratasi.
3. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular
teratasi.
4. Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan keterbatasan
kognitif teratasi.
5. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan
neuromuskular berkurang.
6. Diagnosa Keperawatan : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis
teratasi.
7. Diagnosa Keperawatan : Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial
teratasi.
8. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap menelan behubungan dengan kerusakan
neuromuskular tidak terjadi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi
masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak
10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan. Pengkajian yang
sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf
kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalah
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah
serebral, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit
perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan
kerusakan neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi terhadap
menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kelompok dapat menyampaikan saran kepada semua
pihak baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa STIK Muhammadiyah di Pontianak
agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penanganan lebih lanjut apabila ditemukan gejala
dan tanda dari stroke serta dapat segera melakukan pencegahan dini dengan pola hidup yang baik
dan asupan kebutuhan nutrisi yang cukup bagi tubuh sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi
pihak institusi maupun mahasiswa/i STIK Muhammadiyah Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Depkes. 2015. Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia dalam
www.litbang.depkes.go.id/node/639 (diakses pada tanggal 02 Juli 2015, pukul 20.12 WIB)
Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Hutapea, Robino. 2015. Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 02 Juli 2015 Pukul
09.44 WIB)
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2012. Handbook Health Student. Yogyakarta. Media Action Publishing.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Widagdo, Wahyu dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organization. 2015. STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia dalam
www.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 02 Juli 2015, pukul 19.31 WIB)
Jumat, 29 April 2011
Asuhan keperawatan dengan klien STROKE
STROKE
1. Pengertian Stroke
Brunner dan Suddarth (2002:2131) menjelaskan bahwa stroke atau cidera
serebrovaskuler (CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak.
Menurut pendapat lain stroke merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat
timbul sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral (Sylvia A. Price,
1995:964).
Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukan oleh Depkes bahwa stroke merupakan salah
satu manifestasi neurologik yang umum secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai
darah ke otak (Depkes, 1995:49).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit stroke adalah suatu gangguan
neurologis yang bersifat fokal atau umum yang timbul secara mendadak atau sekunder dari suatu
proses patologis pada pembuluh darah serebral yang menyebabkan berhentinya suplai darah ke
jaringan otak sehingga fungsi otak menjadi rusak/hilang.
3. Etiologi
Stroke atau gangguan peredarah darah otak dapat disebabkan oleh penyempitan atau
tertutupnya maupun pecahnya pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena:
a. Trombosis
Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering dan umumnya menyerang orang
yang usia lanjut. Trombosis serebral biasanya ada kaitannya dengan kerusakan pembuluh darah
akibat arterosklerotik lemak. Trombosit melepaskan enzim adenosin dipospat yang mengawali
mekanisme emboli atau mungkin dapat tinggal ditempat dan akhirnya seluruh arteri itu akan
tersumbat dengan sempurna.
b. Emboli Serebral
Emboli serebral adalah adanya penyumbatan pembuluh darah serebral, misalnya oleh bekuan
darah, lemak ataupun darah. Pada umumnya emboli berasal dari trombus dijantung (dinding atau
katup) yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli serebral pada umumnya
berlangsung secara progresif cepat dan gejalanya dapat timbul dalam 10 sampai 30 detik.
c. Perdarahan serebral
Perdarahan ini dapat terjadi diluar durameter hemoragi ekstradural atau epidural, dibawah
durameter (hemoragi subdural), di ruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam
substansi otak (hemoragi intraserebral).
Perdarahan darah intraseberal terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak. Perdarahan
yang terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi pada umumnya terjadi pada usia 50 tahun
akibat pecahnya pembuluh arteri aorta, terjadi perembesan atau aliran ke dalam parenkim otak
darah mengakibatkan penekanan dan pergeseran serta pemisahan jaringan otak yang berdekatan.
Akibatnya otak akan membengkak, jaringan otak internal akan tertekan sehingga dapat
menyebabkan infark otak, edema dan kemungkinan herniasi otak.
6. Klasifikasi Stroke
a. Berdasarkan Etiologi
1) Infark Otak
Dimana suplai darah yang dialirkan ke otak hanya melalui arteri serebral yang sehat atau
berdilatasi sehingga hanya jaringan otak yang sehat saja yang mempunyai jauh darah dan daerah
edema tidak kebagian.
2) Perdarahan Intraserebral
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak, perdarahan yang terjadi karena arterosklerosis
dan hipertensi yang pada umumnya terjadi diatas 30 tahun, akibat pecahnya pembuluh arteri otak
sehingga terjadi pembesaran atau terjadi aliran darah kedalam parenkim, pergeseran dan
memisahkan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
internal akan tertekan sehingga dapat menyebabkan edema dan kemungkinan herniasi otak.
3) Perdarahan subarachnoid
Merupakan gangguan alirah darah pada satu atau lebih pembuluh darah serebral karena oklusi
atau pecahnya pembuluh darah serebral secara spontan.
b. Berdasarkan Lokasi Lesi
1) Sistem Karotis
Kelainan terjadi pada arteri karotis baik kiri atau kanan dan percabanyannya.
2) Sistem Vertebrabasiler
Kelainan terjadi pada arteri vertebrabasailer dan percabangannya.
n tubuh
ena lesi
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis dan alamat.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien dengan stroke datang ke rumah sakit dengan alasan nyeri atau sakit kepala,
gangguan motoris, gangguan sensoris dan gangguan kesadaran.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST mulai dari adanya keluhan sampai datang
ke rumah sakit.
(2) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien saat pengkajian yang dikembangkan dengan teknik PQRST.
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan penurunan kesadaran dan kemungkinan terjadi
sampai koma sehingga klien tidak dapat ditanyakan apa yang dirasakan, sedangkan pada stroke
akibat infark biasanya terjadi kelumpuhan sebelah (hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara
tidak jelas dan klien mengeluh lemah tubuh.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien stroke akan mempunyai riwayat diabetes melitus, penyakit jantung atau
hipertensi dan adanya faktor-faktor resiko seperti: kadar kolesterol yang tinggi, keadaan
viskositas darah yang tinggi (menderita polisetemia), diabetes, kebiasaan minum-minuman
beralkohol, riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering stress dan kurang beraktivitas serta
kebiasaan merokok.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi, diabetes
militus atau riwayat penyakit yang sama dengan klien yaitu stroke.
d) Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan pola aktivitas klien selama di rumah,
terdiri dari:
1) Pola nutrisi (makan dan minum), terjadi perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan muntah.
2) Eliminasi (BAB dan BAK) terjadi perubahan dalam pola pemenuhan karena terjadi
incontinensia urine dan konstipasi.
3) Istirahat tidur, kesulitan tidur dan istirahat karena adanya nyeri dan kejang otot.
4) Personal hygiene, klien biasanya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya karena adanya kelemahan.
5) Aktivitas gerak, akan didapat kehilangan sensasi atau paralise (hemiplegi), dan kesukaran dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan didokumentasikan secara per system,
meliputi:
(1) Sistem Pernafasan
Biasanya didapatkan pernafasan tidak teratur, pernafasan sulit dan frekuensi nafas meningkat,
klien akan didapatkan penurunan/kesulitan dalam batuk, bunyi nafas ngorok akibat adanya sekret
yang menumpuk pada auskultasi akan terdengar adanya ronchi, mungkin terjadi
kelemahan/paralisi otot-otot pernafasan sehingga pengembangan dada kadang ditemukan tidak
simetris kiri kanan.
(2) Sistem Kardiosvaskuler
Pada stroke dengan faktor resiko penyakit jantung biasanya diperoleh adanya gejala payah
jantung seperti edema, dyspneu, terdapat bunyi jantung tambahan seperti murmur, gallop dan
bunyi jantung S III, hipertensi, denyut jantung mungkin irreguler dan nadi cepat.
(3) Sistem Pencernaan
Biasanya didapatkan data adanya mual, muntah, anoreksia, konstipasi, penurunan sensasi rasa,
kehilangan kemampuan menelan, ketidakmampuan mengunyah, kehilangan sensasi pada lidah,
wajah dan kerongkongan (disfagia), obesitas, adanya distensi abdomen. Bising usus melemah
dan menurun dan terjadi konstipasi.
(4) Sistem Persarafan
Gangguan pada sistem persarafan tergantung pada area otak yang terkena lesi (infark).
(a) Tes Fungsi Serebral
Status mental, kemungkinan adanya gangguan pada orientasi berupa dimensia, penurunan
daya ingat berupa amnesia, perhatian dan perhitungan dapat terganggu dengan adanya acalculia,
pada fungsi bahasa dapat ditemukan adanya afasia baik motorik maupun sensorik atau afasia
visual (buta kata) dan adanya distria.
Tingkat kesadaran menurun terutama pada stroke perdarahan bisa sampai terjadi koma. Nilai
GCS biasanya kurang dari 15.
Pengkajian Bicara, kadang terjadi kebingungan dalam pembicaraan. Obrolan/pembicaraan
klien datang tidak nyambung dan sulit dimengerti atau terdapat kesulitan dalam berbicara.
Tes Fungsi Kranial, pada stroke infark nervus kranial yang sering terkena biasanya yaitu:
Nervus III, IV dan VI terjadi penurunan lapang pandang, perubahan ukuran pupil, pupil tidak
sama, pupil berdilatasi, diplopia dan kabur, nervus V ditemukan gangguan dalam mengunyah,
terjadi paralise otot-otot wajah, anastesia daerah dahi, Nervus VII biasanya tidak adanya lipatan
nasalobial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa 2/3 bagian anterior lidah,
Nervus IX kemungkinan ditemukan adanya pola bicara yang sangat (pelo) susah menelan dan
tidak dapat bicara, Nervus X sering ditemukan adanya data kehilangan komunikasi bunyi suara
parau (tidak jelas) dan sulit untuk diajak bicara, Nervus XII biasanya terdapat kelumpuhan lidah
dan jatuhnya lidah ke satu sisi.
(b) Pemeriksaan Motorik
Gangguan fungsi motorik biasanya kontralateral sehingga menimbulkan fungsi koordinasi dan
pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot, kelemahan tubuh secara umum menyebabkan
koordinasi terganggu terutama berdiri dan berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas Range Of
Motion (ROM).
(c) Uji Refleks
Terdapat refleks patologis berupa refleks babinksi positif sedangkan pada pemeriksaan refleks
biasanya normal atau mengalami penurunan.
(d) Fungsi Sensorik
Kemungkinan adanya defisit sensori pada ektrimitas yang paralise.
(e) Fungsi Serebrum
Kemungkinan adanya gerakan yang tidak bermakna seperti ataksia.
(f) Iritasi meningen
Biasanya tidak terdapat kelainan kecuali pemeriksaan babinksi terkadang ditemukan positif
(untuk stroke infark).
(5) Sistem Endokrin
Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon tiroid,
atau terjadi penurunan beberapa kadar hormon yang berkaitan dengan produksi hipotalamus dan
hipofise.
(6) Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola kemih yaitu incontinensia urine.
(7) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan kelemahan kontralateral lesi otak pada ekstremitas baik atas maupun bawah,
hipertropi otot, kehilangan tonus atau adanya penurunan tonus otot. Terjadi kesulitan dalam
aktivitas karena lemah kehilangan sensasi, ROM terbatas.
(8) Sistem Integumen
Tanda-tanda kemerahan pada area yang tertekan, dekubitus, kulit kotor dan lengket.
(9) Sistem Penglihatan, Pendengaran dan Wicara
Ketajaman penglihatan berkurang pergerakan mata terganggu, penurunan lapang pandang, pupil
dilatasi, kehilangan setengah lapang pandang.
Pada pendengaran biasanya disertai tinitus, dan pada fungsi wicara sering ditemui kelumpuhan
pada lidah sehingga sulit berbicara dan kehilangan kemampuan berkomunikasi verbal.
f) Data Psikologis
1) Status Emosi
Klien menjadi irritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba, klien menjadi mudah
tersinggung, mengingkari dan sukar untuk didekati.
2) Kecemasan
Klien biasanya merasa cemas dengan adanya perubahan (kelumpuhan) yang terjadi pada dirinya.
3) Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi tertutup (supresi).
4) Gaya Komunkasi
Klien mengalami gangguan komunikasi verbal seperti berbicara rero atau sulit dimengerti.
5) Konsep Diri
(a) Body Image: klien memiliki persepsi dan merasa bahwa bentuk, fungsi tubuh dan
penampilannya yang sekarang mengalami penurunan, berbeda dengan keadaan sebelumnya.
(b) Ideal Diri: klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkannya. Klien merasa
tidak mampu lagi untuk berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan dimana ia berada.
(c) Harga Diri: klien merasa tidak berharga lagi dengan kondisinya yang sekarang, klien merasa
tidak mampu dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu memerlukan bantuan dari orang
lain.
(d) Peran: klien merasa dengan kondisinya yang sekarang ia tidak dapat melakukan peran yang
dimilikinya baik sebagai orang tua, suami/istri ataupun seorang pekerja.
(e) Identitas Diri: klien memandang dirinya berbeda dengan orang lain karena kondisi badannya
yang disebabkan oleh penyakitnya.
g) Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan berbicara, kehilangan kemampuan
berkomunikasi secara verbal, ketergantungan kepada orang lain dan sosialisasi dengan
lingkungan, pembicaraan tidak dapat dimengerti, sedangkan pada data subjektif ditemukan klien
berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Selain itu bisa ditemukan sikap klien yang sering
menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena merasa hanya akan membebani orang lain.
h) Data Spiritual
Terkadang klien merasa tidak yakin dengan kesembuhannya. Klien merasa hidupnya lebih
buruk daripada sebelumnya. Klien tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupannya di
kemudian hari atau klien cenderung mempunyai pandangan negatif terhadap kehidupannya
dikemudian hari.
i) Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik khusus untuk pasien stroke.
Kemungkinan ditemukannya peningkatan hematokrit dan penurunan hemoglobin serta
adanya peningkatan dari leukosit. Biasanya dilakukan pemeriksaan protombin time (PT) dan
partial tromboplastin (PTT) sebagai informasi untuk pemberian obat antikoagulan.
Pemeriksaan CSF juga dapat dilakukan untuk melihat apakah ada sel darah merah dalam
CSF yang mungkin mengindikasikan adanya perdarahan subaracnoid.
2) Pemeriksaan diagnostik
(a) CT-Scan, akan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
(b) Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau ostruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
(c) EEG, mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak yang mungkin
memperlihatkan adanya lesi yang spesifik.
(d) MRI, menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragi atau malformasi arteriovena
(MAV).
(e) Ultrasonografi Doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis,
aliran darah atau muncul plak, arteriosklerotik).
(f) Sinar X tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaracnoid.
(g) Pungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya pada trombosis, emboli
serebral dan TIA.
b. Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan masalahnya kemudian
dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan yang nantinya
akan menjadi diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
1) Perfusi jaringan, perubahan, serebral berhubungan dengan Interupsi aliran darah : gangguan
oklusi, hemoragi ; vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan:
Perfusi jaringan serebral kembali baik.
Kriteria Evaluasi:
- Tingkat kesadaran komposmentis.
- Tidak terdapat tanda peningkatan TIK seperti dilatasi pupil, cegukan, penglihatan ganda,
muntah yang proyektif.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tekanan darah < 160/95 mmHg
Nadi 70-80x /menit
Respirasi 16-29 x/menit
Suhu 360C-37,50 C
Intervensi Rasional
1. Pantau/catat keadaan status 1. Mengetahui kecenderungan tingkat
neurologis sesering mungkin dan kesadaran dan potensial peningkatan
bandingkan dengan keadaan TIK, mengetahui lokasi, luas dan
normal. kemajuan/resolusi kerusakan SSP.
2. Hipertensi atau hipotensi postural
dapat menjadi faktor pencetus.
2. Pantau tanda-tanda vital. Hipertensi dapat terjadi karena syok.
Disritmia atau murmur
mencerminkan adanya gangguan
jantung yang menjadi pencetus CVA.
Ketidakteraturan pernafasan dapat
memberikan gambaran lokasi
kerusakan serebral/peningkatan TIK.
3. Menurunkan tekanan arteri dengan
meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi/perfusi
3. Letakkan kepala dalam posisi agak serebral.
ditinggikan dan dalam keadaan 4. Manuver valsava dan batuk dapat
anatomis (netral) 15-30 derajat. meningkatkan TIK dan memperbesar
4. Cegah terjadinya mengedan dan resiko terjadi perdarahan.
batuk.
- Dapat digunakan untuk
5. Berikan obat sesuai indikasi, memperbaiki/meningkatkan aliran
berupa: darah serebral dan selanjutnya dapat
- Anti koagulasi mencegah pembekuan saat
embolus/trombus merupakan faktor
masalahnya.
- Untuk mencegah lisis atau
pembekuan yang terbentuk dan
perdarahan yang berulang yang
- Antifibrotik serupa.
-
- Hipertensi lama / kronik,
memerlukan penanganan yang
berlebihan dapat memperluas
- Anthipertensi kerusakan jaringan.
- Digunakan untuk memperbaiki
sirkulasi kolateral atau menurunkan
vasospasme.
- Vasodilator perifer - Penggunaan kontroversial dalam
mengendalikan edema serebral.
- Steroid
6) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan harga diri.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah
terjadi.
Klien dapat menerima keadaannya sekarang.
Klien dapat mengenali perubahan dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa
menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi Rasional
1. Jalin rasa saling percaya antara 1. Meningkatkan kepercayaan klien
perawat pasien. untuk keberhasilan tindakan
selanjutnya
2. Bantu klien untuk 2. Membantu pasien untuk
mengekspresikan perasaannya menganal dan mulai memahami
pada orang yang klien percaya. perasaannya.
3. Berikan penghargaan atas
keberhasilan sekecil apapun baik3. Membantu menurunkan perasaan
mengenai penyembuhan fungsi marah dan ketidakberdayaan dan
tubuh maupun kemandirian menimbulkan perasaan adanya
pasien. perkembangan.
4. Berikan dukungan terhadap 4. Mengisyaratkan kemungkianan
perilaku/usaha seperti adaptasi untuk mengubah dan
peningkatan minat/partisipasi memahami peran diri sendiri
pasien dalam kegiatan dalam kahidupan selanjutnya.
rehabilitasi.
7) Gangguan asupan nutrisi berhubungan dengan kesulitan mengunyah, kesulitan menelan, mual
dan muntah, penurunan kesadaran.
Tujuan :
Asupan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat makan dengan cara yang tepat
Aspirasi tidak terjadi
Kenaikan berat badan
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan menelan 1. Mengetahui seberapa besar
pasien. ketidakmampuan pasien dalam
menelan.
2. Letakan pasien pada posisi 2. Menggunakan gravitasi untuk
duduk/tegak selama dan setelah memudahkan dalam proses
makan. menelan dan menurunkan risiko
terjadinya aspirasi.
3. Berikan makan dengan perlahan3. Pasien dapat berkonsentrasi pada
pada situasi yang tenang. mekanisme makan tanpa adanya
4. Berikan makanan per oral secara gangguan dari luar.
bertahap mulai dari makanan 4. Makanan lunak lebih mudah
setengah cair, makanan lunak untuk mengendalikannya didalam
ketika pasien menelan air. mulut, menurunkan risiko
5. Anjurkan pasien untuk minum terjadinya aspirasi.
air dengan menggunakan sedotan.
5. Menguatkan otot fasial dan otot
6. Anjurkan untuk berpartisipasi menelan dan menurunkan
dalam program latihan/kegiatan. terjadinya tersedak.
6. Dapat meningkatkan pelepasan
endorfin dalam otak dan
meningkatkan perasaan senang
dan meningkatkan nafsu makan.
8) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan :
Klien mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria Evaluasi :
Klien berpartisipasi dalam proses perawatan
Klien memahami tentang penyakitnya
Klienmulai merubah gaya hidup yang dapat memperberat keadaannya.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan keadaan patologis 1. Membantu membangun harapan
yang khusus yang berhubungan yang realistis dan meningkatkan
dengan keadaan pasien. pemahaman terhadap keadaan dan
kebutuhan saat ini.
2. Inform Consent pada setiap 2. membantu pasien untuk
tindakan yang akan dilakukan. memahami pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
3. Sarankan pasien untuk 3. Stimulasi yang beragam dapat
mengurangi stimulus dari memperbesar gangguan proses
lingkungan terutama saat berfikir.
kegiatan berfikir.
4. Identifikasi faktor – faktor risiko4. Meningkatkan kesehatan secara
yang dapat memperberat keadaan umum dan mungkin menurunkan
pasien, seperti merokok, risiko kambuh ulang.
perubahan gaya hidup.
5. Identifikasi tanda dan gejala 5. Evaluasi dan intervensi yang
yang memerlukan kontrol secara cepat menurunkan risiko
medis, seperti perubahan fungsi terjadinya komplikasi/kehilangan
penglihatan, sensorik, motorik, fungsi yang berlanjut.
dan sakit kepala yang hebat.
4. Pelaksanaan
Berisikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Setiap
perencanaan yang telah dibuat secara idealnya dapat dilaksanakan seluruhnya, tetapi hal tersebut
juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan diri perawat serta klien dan keluarga.
5. Evaluasi
Berisikan tentang evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan secara keseluruhan dan dapat
bersifat feedback terhadap seluruh proses keperawatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
arbara C.Long. (1996). Perawatan Medical Bedah, Jilid 2. Ikatan Alumni Pajajaran. Bandung
runner and Suddarth. (1988). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3. EGC Kedokteran.
Jakarta
arpenito.Lynda Jual. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. EGC Kedokteran.
Jakarta
ongoes.E Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC Kedokteran. Jakarta
lvia, Price A. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Konsep-Konsep Penyakit. Buku 2. EGC Kedokteran. Jakarta
tp : //www.infokes.com//,2000
tp : //www.kompas.com//,2004