Anda di halaman 1dari 16

Kepada Yth : Tugas Pendahuluan

Rencana Baca : Rabu, 17 Oktober 2017 Pukul 08.00 WITA


Tempat : Ruang Residen RSP Gedung A Lantai 4

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL


Putri Hidayasyah P.L, Herniaty Rampo, Liong Boy Kurniawan
Program Studi Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS/RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar

I. PENDAHULUAN
Laboratorium klinik merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit secara keseluruhan.
Pelayanan laboratorium klinik yang berfokus pelanggan, bermutu, efektif,
efisien dan profesional akan menentukan keunggulan kompetitif, kelangsungan
hidup dan pertumbuhan rumah sakit di era globalisasi sekarang ini. Menurut
Nurwita dan Mastiadji (2011), laboratorium klinik mirip dengan sebuah
industri. Sampel yang diterima merupakan bahan bakunya, sedangkan hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan merupakan produk yang dihasilkan. Hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan harus dapat dijamin kualitasnya. Kualitas
sebuah pelayanan laboratorium klinik didefinisikan sebagai sejauh mana
kemampuan memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan sebuah
laboratorium terdiri dari pasien dan klinisi. Semula laboratorium hanya
menekankan pada kualitas teknik atau analitik dan keakuratan hasil, tetapi saat
ini tuntutan pada laboratorium telah bergeser, yaitu kerapian administrasi, hasil
akurat, sesuai dengan etika profesi, keselamatan pasien dan petugas
laboratorium terstandarisasi dan bermutu. Kebutuhan pasien adalah hasil yang
akurat dan dilayani dengan baik, sedangkan pihak klinisi mengutamakan hasil
analitik yang akurat, harga yang murah, serta hasil laboratorium yang selesai
dengan cepat.1
Pelayanan patologi klinik dalam laboratorium di rumah sakit maupun
klinik mandiri berperan dalam primary, secondary, dan tertiary prevention.
Primary prevention antara lain meliputi kegiatan promosi kesehatan, medical

Tugas Pendahuluan 1
check up, pra/pasca vaksinasi, identifikasi faktor risiko, maupun penapisan
penyakit. Secondary prevention mencakup menegakkan diagnosis dan
pemantauan hasil terapi maupun menentukan prognosis, sedangkan upaya
pengendalian faktor risiko supaya tidak mendapatkan serangan penyakit yang
sama atau mencegah kekambuhan berikutnya merupakan upaya tertiary
prevention. Pelayanan Patologi Klinik tidak hanya berfungsi menunjang
diagnosis klinik dan pengobatan penderita, tetapi juga berfungsi sebagai sarana
untuk memastikan prognosis. Informasi yang dihasilkan laboratorium
memungkinkan dokter untuk membuat keputusan diagnostik atau terapi
berdasarkan bukti yang sesuai untuk pasien mereka. Layanan laboratorium
klinik adalah informasi yang objektif dengan biaya yang paling efektif dan
sumber daya paling invasif untuk pengambilan. Layanan laboratorium klinis
memiliki dampak langsung pada berbagai aspek perawatan pasien termasuk,
lama inap (length of stay), keselamatan pasien (patient safety), pemanfaatan
sumber daya (resource utilization) dan kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).1
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/400/2016 tentang pelayanan laboratorium kesehatan
mempunyai peran penting untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menjamin mutu pelayanan
laboratorium kesehatan sebagaimana dimaksud perlu dilakukan pemantapan
mutu laboratorium.2
Usaha untuk tercapainya pemeriksaan laboratorium yang bermutu,
diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Didasari Quality
Management Science (QMS) yang dikenal dengan Five-Q framework. Model
tersebut menerapkan beberapa komponen dalam mencapai tujuan kualitas yang
hendak dituju. Komponen tersebut meliputi quality planning, quality
laboratory practice, quality control, quality assurance, dan quality
improvement. Usaha untuk mencapai sasaran mutu sudah harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh sejak proses perencanaan (quality planning).

Tugas Pendahuluan 2
Selanjutnya pada saat laboratorium telah beroperasi aktivitasnya juga
dikendalikan untuk menjamin bahwa laboratorium masih tetap mengarah ke
sasaran mutu (quality laboratory practices- quality assurance). Ketika sasaran
ini telah tercapai,bukan berarti laboratorium berhenti meningkatkan mutu.
Laboratorium perlu menetapkan sasaran mutu berikutnya dan merencanakan
seluruh program untuk mencapainya (quality improvement- quality planning).
Berkaitan dengan hal tersebut maka laboratorium diharapkan terus
berkembang dan mampu menjawab tuntutan zaman.3
Pemantapan mutu laboratorium adalah segala usaha yang dituangkan
dalam suatu prosedur yang dirancang untuk memantau penampilan suatu
laboratorium. Adanya banyak faktor yang perlu diamati atau diawasi karena
kemungkinan terjadi penyimpangan, menuntut digunakannya bermacam-
macam teknik pengontrolan supaya didapat suatu sistem yang efektif. Suatu
sistem pengontrolan tidak mungkin sepenuhnya sesuai untuk seluruh
laboratorium. Oleh karena itu masing-masing laboratorium harus memilih dan
menetapkan sistem pengontrolan yang sesuai untuk masing-masing
laboratorium. Secara umum pemantapan mutu terbagi atas pemantapan mutu
internal dan pemantapan mutu eksternal.4
Pemantapan mutu internal adalah suatu sistem pengontrolan yang
dilaksanakan oleh laboratorium sendiri untuk memantau dan mengendalikan
mutu hasil pemeriksaan setiap hari. Pemantapan mutu eksternal (PME) adalah
suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh pihak lain yang umumnya
adalah pihak pengawas pemerintah atau profesi.4
Pemantapan mutu eksternal merupakan suatu evaluasi obyektif oleh
panitia atau badan independen yang diorganisasi secara internasional, nasional
atau regional terhadap penampilan sejumlah besar laboratorium. PME
dilakukan dengan menyuplai khusus bahan kontrol secara periodik untuk
dianalisis oleh laboratorium-laboratorium peserta program, hasilnya dikirim
kembali pada panitia atau badan independen tersebut.4 Dasar tujuan PME
laboratorium adalah memantau presisi antar laboratorium dan akurasi kinerja

Tugas Pendahuluan 3
metode analitik serta meningkatkan kesesuaian hasil analisis antar
laboratorium.3
II. ALUR PELAKSANAAN PME
Penyelenggara mengirimkan bahan kontrol kepada laboratorium
peserta, kemudian setiap laboratorium peserta melakukan pemeriksaan
terhadap bahan kontrol tersebut secara serentak pada hari/ tanggal yang telah
ditetapkan dengan menggunakan metode dan reagen yang sama seperti yang
dilakukan sehari-hari untuk sampel pasien.5
Hasil pemeriksaan laboratorium peserta dicatat dalam formulir khusus
yang telah disediakan, kemudian dikirim ke penyelenggara dalam batas waktu
tertentu untuk dievaluasi. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan laboratorium peserta dengan hasil pemeriksaan laboratorium
rujukan. Hasil evaluasi peserta dikirimkan kembali ke masing-masing
laboratorium. Skema alur pelaksanaan PME dapat dilihat pada gambar 1.5

Gambar 1. Alur Pelaksanaan PME6

Tugas Pendahuluan 4
III. METODE PME
Secara umum dikenal dua metode dalam pemantapan mutu eksternal
laboratorium yaitu uji profisiensi dan pemeriksaan ulang.7
III.1 Uji Profisiensi
Uji profisiensi (uji banding antar laboratorium) adalah suatu
program evaluasi kinerja laboratorium. Uji profisiensi adalah sebuah
program pengiriman beberapa sampel secara berkala ke laboratorium
untuk analisis dan atau identifikasi, kemudian hasil masing-masing
laboratorium dibandingkan dengan laboratorium lain, dalam kelompok
dengan nilai yang ditetapkan, dan dilaporkan ke laboratorium yang
berpartisipasi.7,8
Belk dan Sunderman Pada tahun 1946 adalah yang pertama kali
menyerahkan sampel dari kumpulan serum sampel yang sama ke
sejumlah laboratorium untuk membandingkan akurasi analitik mereka
untuk berbagai analit kimia yang secara rutin diukur. Temuan mereka
mengindikasikan adanya perbedaan besar dalam hasil antar laboratorium
untuk analit yang sama. Mereka menyadari bahwa diperlukan upaya
untuk mengurangi perbedaan ini. Untuk mencapai tujuan ini, College of
American Pathologists (CAP) tahun 1947 menawarkan partisipasi dalam
sebuah survei kimia antar laboratorium “voluntary”. Dari tahun 1948
hingga 1954, CAP memperluas program uji profisiensi untuk
memasukkan analit lainnya.3
Uji banding antar laboratorium telah digunakan secara luas dan
merupakan metode PME yang paling umum digunakan, karena dapat
dilakukan di semua laboratorium. Uji profisiensi dapat dilakukan untuk
sebagian besar pemeriksaan di laboratorium yaitu pemeriksaan kimia,
hematologi, mikrobiologi, dan imunologi. Sebagian besar tenaga analis
laboratorium juga sudah terbiasa dengan proses uji profisiensi.7,8

Tugas Pendahuluan 5
III.2 Pemeriksaan Ulang
Slide yang telah dibaca diperiksa ulang oleh laboratorium penilai.
Sampel yang telah dianalisis diuji ulang yang memungkinkan
perbandingan antar laboratorium.8
Metode ini paling sering dilakukan pada pemeriksaan rapid tes
Human Immunodefficiency Virus (HIV) dan pemeriksaan sputum Basil
Tahan Asam (BTA). Sampel yang telah dianalisis diuji ulang dengan
metode yang berbeda. Sebagai contoh sampel yang telah diperiksa
dengan rapid tes diuji ulang dengan metode Enzyme Linked
Immunoassorband Assay (ELISA). Sedangkan slide pemeriksaan sputum
BTA diperiksa ulang untuk menilai kualitas pembuatan slide dan
pewarnaan.8
IV. PENYELENGGARA PME
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/400/2016 Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
ditetapkan sebagai penyelenggara Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat
Nasional. BBLK Penyelenggara PME tingkat nasional yaitu :9
1. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta
2. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya
3. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar
4. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang
BBLK bertugas merencanakan, melaksanakan, dan memantau dalam
penyelenggaraan PME laboratorium kesehatan. BBLK dapat saling
bekerjasama dengan institusi lain. BBLK wajib menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal laboratorium kesehatan kepada
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Biaya penyelenggaraan PME
laboratorium kesehatan dibebankan pada masing-masing laboratorium
kesehatan yang mengikuti PME laboratorium kesehatan berdasarkan besaran
tarif yang berlaku di BBLK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.9

Tugas Pendahuluan 6
Selain BBLK pelaksanaan pemantapan mutu eksternal juga dilakukan
oleh PDS Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia dan
pendaftaran keikutsertaan PME bisa dilakukan di website http://pkel.org dan
oleh Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia di website ilki-online.org10
Pemantapan mutu eksternal dilaksanakan 2 siklus dalam satu tahun
yaitu bulan Januari-Februari dan bulan Agustus-September. Waktu tersebut
mugkin bergeser tergantung kalender kegiatan dan atau hari-hari raya utama.10
V. JENIS JENIS PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
VI.1 Bidang Hematologi
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 1 botol
bahan kontrol dalam bentuk darah beserta surat pengantar. Peserta harus
menyimpan bahan kontrol dalam lemari es (2º-8ºC). Pemeriksaan
dilakukan pada hari yang telah ditetapkan penyelenggara. Parameter
yang dinilai yaitu hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitung
eritrosit, hitung trombosit serta 1 gambar foto sel darah tepi (terdiri dari
10 gambar) dengan pulasan Wright untuk laporan sel darah tepi.6,11
Penilaian peserta dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan peserta terhadap nilai target berupa nilai rata-rata peserta.
Penilaian diberikan dalam bentuk Indeks Deviasi (ID). ID diperoleh dari
selisih hasil pemeriksaan peserta terhadap nilai target dalam satuan
Standar Deviasi (SD). ID terhadap nilai target peserta (IDp), yaitu ID
yang dalam perhitungannya menggunakan nilai target peserta dan SD
peserta. SD peserta (SDp) adalah perkalian nilai target peserta dengan
Coefficient of Variation (CV).6
CV untuk kadar Hb = 3%, hitung lekosit = 10%, hitung eritrosit
= 4 %, nilai hematokrit = 4 %, dan hitung trombosit = 20%.
Xp – Tp
IDp = _________

SD p
Keterangan :
IDp = Indeks Deviasi terhadap nilai target peserta

Tugas Pendahuluan 7
Xp = Hasil pemeriksaan peserta
Tp = Nilai rata-rata peserta
SDp = Standar Deviasi peserta
Contoh hasil perhitungan :
Hasil pemeriksaan peserta (Xp) = 14 gr/dl
Nilai rata-rata peserta (Tp) = 13,5
SDp = Tp x CV = 13,5 x 3 % = 40.5 %
Xp – Tp 14 – 13,5
IDp = _________ = ___________ = 0.01 ( Baik Sekali)
SD p 40,5 %
Hasil penilaian indeks deviasi parameter di bidang hematologi
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Indeks Deviasi Bidang Hematologi11
Indeks Deviasi (ID) Kriteria
0,00-0,50 Baik Sekali
0,51-1,00 Baik
1,01-2,00 Cukup
2,01-3,00 Perlu perhatian
>3,00 Sangat perlu perhatian
- Tidak dapat terukur

PME analisa darah tepi dilakukan oleh penyelenggara dengan


mengirimkan 10 gambar analisa darah tepi beserta 1 slide ke
masing-masing peserta, untuk setiap jawaban benar diberikan nilai 10
dan setiap jawaban salah diberikan nilai 0. Hasil penilaian analisa darah
tepi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Penilaian Hasil Analisa Darah Tepi11


Nilai Kriteria
100 Baik Sekali
80-90 Baik
70 Cukup
60 Perlu perhatian
0-50 Perlu perbaikan segera

VI.2 Bidang Kimia Klinik

Bahan Pemeriksaan terdiri dari 2 botol bahan kontrol kimia.


Peserta menyimpan serum kontrol dalam lemari es (2–8℃).

Tugas Pendahuluan 8
Pemeriksaan dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan
penyelenggara. Parameter yang dinilai yaitu: bilirubin, GGT, GOT,
GPT, kolesterol, trigliserida, glukosa, natrium, kreatinin, kalsium,
kalium, protein total, albumin, klorida, albumin, alkali fosfatase,
ureum, CK, CKMB, asam urat.12
Penilaian peserta dilakukan menggunakan sistem Indeks
Varians (Variance Index, VI). Pada sistem penilaian VI digunakan
Chosen Coefficient of Variation (CCV) sebagai pengganti Standard
Deviation (SD). Dengan penilaian VI dapat diketahui penyimpangan
hasil pemeriksaan terhadap nilai target. Selain itu dengan digunakannya
CCV maka dapat dibandingkan hasil antar negara yang menggunakan
sistem yang sama.CCV menurut WHO dapat dilihat pada tabel 3.12

Tabel 3. CCV Kimia Klinik menurut WHO12


PARAMETER CCV (%)
Bilirubin 19,2
Kolesterol 7,6
Kreatinin 8,9
Glukosa 7,7
Protein Total 3,9
Ureum 5,7
Asam Urat 7,7
Trigliserida 7,6
SGOT 12,5
SGPT 17,3
Kalsium 4,0
Albumin 7,5
Fosfatase Alkali 12,4
Gama Glutamil Transferase 7,8
Natrium 1,6
Kalium 2,9
Klorida 2,2
CK 11,4
CKMB 9,9

CCV merupakan skala atau satuan yang menjadi patokan untuk


menentukan sejauh mana hasil pemeriksaan menyimpang dari hasil
yang diharapkan. Pada saat ini Program Pemantapan Mutu WHO

Tugas Pendahuluan 9
(International External Quality Assessment Scheme, IEQAS)
menggunakan sistem yang sama dan telah menetapkan CCV masing-
masing parameter seperti dapat dilihat pada tabel 3.12
Tolak ukur yang digunakan adalah : % Variasi (V), yaitu selisih
hasil pemeriksaan peserta terhadap nilai target yang dinyatakan dalam
persen nilai target.12
X - Nilai Target
V = ------------------------ x 100 %
Nilai Target
Variance Index (VI), yaitu % Variasi yang dibagi dengan CCV
untuk masing-masing parameter dan dikalikan faktor 100. Nilai target
adalah nilai rujukan hasil pemeriksaan.12
V
VI = ----------- x 100
CCV
Contoh :
Hasil Pemeriksaan Kolesterol (X) = 190 mg/dl
Nilai Target = 180 mg/dl
Maka % variasi
X - Nilai Target 190 - 180
V = ----------------------- x 100 % = -------------- x 100 % = 5,55
Nilai Target 180

V
VI = ----------- x 100
CCV
5,55
= --------------- x 100
7,6
= 73,02 (Baik)

Tugas Pendahuluan 10
Variance Index Score (VIS), yaitu nilai VI yang nilai
maksimumnya dibatasi sampai 400 (berarti untuk nilai VI < 400, VIS =
VI dan untuk nilai VI > 400, VIS = 400). Kriteria penilaian VIS dapat
dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4. Penilaian Hasil PME Kmia Klinik11
VIS Kriteria
0-50 Sangat Baik
51-100 Baik
101-200 Cukup
201-300 Kurang
301-400 Kurang Sekali
- Tidak Dapat Diukur

VI.3 Program Nasional PME Imunologi


Bahan kontrol untuk pemeriksaan Treponema Pallidum
Hemaglutination (TPHA) dan Venereal Desease Research Laboratory
(VDRL) terdapat didalam 1 (satu) tabung cryotube dan pemeriksaan
menggunakan metode semikuantitatif. Parameter yang diperiksa yaitu :
VDRL,TPHA, HBsAg, Anti HCV.Interpretasi hasil PME HbSAg, anti
HCV, TPHA dan VDRL dapat dilihat pada tabel 5.13
Tabel 5. Interpretasi hasil PME HbSAg, anti HCV, TPHA dan
VDRL14
Kategori Nilai Keterangan
Baik Hail pemeriksaan sesuai dengan nilai rujukan
Tidak baik Hasil pemeriksaan tidak sesuai nilai rujukan
Tidak dapat dinilai Hasil laporan pemeriksaan menyimpang dari
ketentuan atau tidak melakukan pemeriksaan

VI.4 Program Nasional PME Hemostasis


Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 2 botol
bahan kontrol dalam bentuk kering (lyophilized) beserta surat
pengantar. Peserta harus menyimpan bahan kontrol dalam lemari es (2-
8℃). Pemeriksaan dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan
penyelenggara. Peserta dapat mengunduh buku panduan penggunaan

Tugas Pendahuluan 11
aplikasi on line PME untuk melakukan pengisian hasil pemeriksaan dan
cetak hasil evaluasi. putih). Adapun parameter yang dinilai yaitu :
a. PT (Protrombin Time)
b. APTT (Activated Partial Trombin Time )\
c. Hitung Fibrinogen15

Penilaian peserta dilakukan dengan membandingkan hasil


pemeriksaan peserta terhadap nilai target berupa nilai rata-rata peserta.
Penilaian diberikan dalam bentuk Indeks Deviasi (ID).15
ID diperoleh dari selisih hasil pemeriksaan peserta terhadap
nilai target dalam satuan Standar Deviasi (SD). ID terhadap nilai target
peserta (IDp) yaitu ID yang dalam perhitungannya menggunakan nilai
target peserta dari SD peserta. SD peserta (SDp) adalah perkalian nilai
target peserta dengan Koefisien Variasi (CV). CV untuk Protrombin
Time (PT), Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) dan
Fibrinogen mengikuti standar WHO.15
Xp - Tp
IDp = _________
SD p
Keterangan :
ID p = Indeks Deviasi terhadap nilai target peserta
X p = Hasil pemeriksaan peserta
T p = Nilai rata-rata peserta
SDp = Standard Deviasi peserta
Tabel 6. Interpretasi Hasil PME PT APTT11

Penyimpangan Kriteria
0,00-5,00 Sangat Baik
5,01-10,00 Baik
10,01-15,00 Cukup
>15,00 Perlu perhatian

Tugas Pendahuluan 12
VI.5 Program Nasional PME Urinalisis
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 2 botol
urin kontrol berupa urin kontrol botol I dan botol II beserta surat
pengantar. Sedangkan dapat diunduh pada aplikasi on line PME.
Peserta dapat mengunduh buku panduan penggunaan aplikasi PME
dan pelaksanaan PME untuk dapat melakukan proses pendaftaran.
Pengisian hasil dan cetak hasil evaluasi. Peserta menyimpan urin
kontrol dalam lemari es (2–8℃). Pemeriksaan dilakukan pada hari
yang telah ditetapkan penyelenggara. Pengisian hasil pemeriksaan
dilakukan secara on line pada aplikasi on line PME dalam rentang
waktu yang ditentukan. Adapun parameter yang dinilai yaitu berat
jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit,
leukosit, tes kehamilan.13
Hasil pemeriksaan dapat langsung diisi secara online pada
aplikasi on line PME. Hasil pemeriksaan laboratorium diisi pada
formulir hasil yang tersedia dalam satuan (unit) yang diminta untuk
masing-masing urin kontrol. Dalam formulir hasil disebutkan pula
metode pemeriksaan untuk tiap parameter, alat dan nama strip yang
digunakan, kode pemeriksa. Perhatikan masa pengisian hasil karena
pengisian hasil hanya dapat dilakukan dalam rentang waktu yang telah
ditentukan penyelenggara.14
Evaluasi hasil dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan masing-masing peserta terhadap nilai target. Cara
penilaian dengan memberikan skor. Kategori hasil penilaian urinalisis
dapat dilihat pada tabel 7.14
Tabel 7. Kategori Penilaian Urinalisis16
Parameter Skor ( dibandingkan dengan nilai
target)
Berat Jenis 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat

Tugas Pendahuluan 13
pH 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Protein 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Glukosa 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Bilirubin 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Urobilinogen 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
1 : Hasil selisih 3 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Darah 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
0 : Hasil Salah
Keton 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
0 : Hasil Salah
Parameter Skor ( dibandingkan dengan nilai
target)
Nitrit 4 : Hasil benar
0 : Hasil salah
Leukosit 4 : Hasil benar
3 : Hasil selisih 1 tingkat
2 : Hasil selisih 2 tingkat
0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Tes kehamilan 4 : Hasil benar
0 : Hasil salah

Tabel 8. Interpretasi Hasil PME Urinalisis16


Nilai Rata-rata Kriteria

Tugas Pendahuluan 14
0-1,00 Buruk
1,01-2,00 Kurang
2,01-3,00 Cukup
>3,00 Baik

DAFTAR PUSTAKA

1. Penerapan Manajemen Mutu Laboratorium RSUD Banyumas. [Online].


Available at www.repository.ugm.ac.id
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2013. 2013. Tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Yang Baik.
3. Budi Mulyono. 2010. Quality Assurance di Laboratorium Klinik. Pemantapan
Mutu Internal Laboratorium.
4. Pemantapan Mutu.[Online].Available at www.bblksurabaya.com
5. Edi Yusuf. 2016. Alur Pemantapan Mutu Eksternal dalam Post Congress
Symposium Konas XIV HLKI.

Tugas Pendahuluan 15
6. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional PME
Hematologi
7. Uji Profisiensi. [Online]. Available at www.metrologi.lipi.go.id
8. External Quality Assesment. [Online]. Available at
http://www.who.int/ihr/training/laboratory_quality/10_b_eqa_contents.pdf.
(viewed 20-7-2017)
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/400/2016. 2016. Tentang Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Sebagai Penyelenggara Mutu Eksternal Tingkat Nasional.
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium
Indonesia. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Ekstra Laboratorium Siklus
1 Tahun 2017. Available at http://pkel.org.
11. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium
Indonesia. 2017. Hasil Pelaksanaan Pemantapan Mutu Ekstra Laboratorium
Siklus 1 Tahun 2017.
12. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional PME
Kimia Klinik.
13. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Program Nasional PME
Imunologi.
14. Hartono Kahar. 2016. Interpretasi Hasil Pemantapan Mutu Eksternal Dalam
Kongres Nasional HKKI XIV Himpunan Kimia Klinik Indonesia.
15. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional PME
Hemostasis.
16. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional PME
Urinalisa.

Tugas Pendahuluan 16

Anda mungkin juga menyukai