Oleh:
Debora Florencia Kambey
17014101220
Masa KKM 14 Agustus 2017 – Oktober 2017
Supervisor Pembimbing
Dr. Rudy Lengkong, SpOG(K)
Oleh :
Debora Florencia Kambey
17014101220
Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal September 2017 untuk
memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Obstetri dan
Ginekologi FK UNSRAT Manado
Koordinator Pendidikan
Bagian Obstetri dan Ginekologi Supervisor Pembimbing
FK UNSRAT Manado
PENDAHULUAN
Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas4.Tidak ada bukti
bahwa hormon strogen berperan sebagai penyebab mioma,namun diketahui
estrogen berpengaruh dalampertumbuhan mioma.Mioma terdiri darireseptor
estrogen dengan konsentrasi yang lebihtinggi dibanding dari miometrium
sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium5.
Berikut ini akan dilaporkan kasus mioma uteri pada seorang wanita usia
45 tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N.E
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Pendidikan : S-1
Alamat : Melonguane
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Talaud/ Indonesia
MRS : 23 Agustus 2017
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Perut membesar 3 bulan SMRS serta perdarahan dari jalan lahir
Riwayat KB : (-)
Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 1 kali.Sudah menikah dengan suami selama 20 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,4ᵒc
Berat badan : 54 kg
Tinggi Badan : 143 cm
IMT : 25,4kg/m2
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, Teraba massa 3 jari dibawah processus xyphoid,
immobile, nyeri tekan (-)
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : BU (+) N
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi :fluksus (+), fluor (-), vulva tak
Inspekulo : fluksus (+), vagina tak ,
portio teraba massa, erosi (–), livide (-), OUE terbuka
PD : flukus (+), vulva/vagina tak,
Portio teraba licin, OUE tertutup, nyeri goyang portio (-)
CUT : ukuran 18-20 minggu.
Adneksa/parametrium bilateral : lemas, massa (-), nyeri (-)
CD : tak menonjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : 20 Juli2017
Dalam Batas Normal
DIAGNOSIS
P0A0 40 tahun dengan Mioma Uteri
RENCANA TERAPI
R/ Histerektomi Totalis MRS
RESUME MASUK
P0A0 40 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 22 Juli2017, jam 12.00 dengan
keluhan perut terasa membesar sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Mual (-
), muntah (-),buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) normal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva
anemis (+/+), pembesaran kelenjar getah bening (-), c/p dalam batas normal,
abdomen cembung dan teraba massa 3 jari dibawah processus xyphoid, immobile,
nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukosit meningkat dan
hemoglobin menurun. Pada pemeriksaan USG ditemukan massa dengan batas
irreguler di cavum uteri ukuran +/- 28 x 15 cm, kesan mioma uteri. Pemeriksaan
EKG dalam batas normal dan foto Thoraks dalam batas normal
Follow Up
22 Juli 2017 di Irina D Atas
S: Perut membesar
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 110/80 mmHg
N: 75 x/m
R: 21 x/m
S: 36,8ᵒc
Abdomen : Teraba massa 3 jari dibawah processus xyphoid
A: P0A040 tahun dengan Mioma Uteri susp. Malignancy
P : R/ HTSO tanggal 25 Juli 2017
Konseling informed consent
Crossmatch
Konfirmasi pendampingan bedah digestif
LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 25 Juli 2017
Jam Operasi dimulai : 09.10WITA
Jam Operasi selesai : 13.10 WITA
Lama Operasi : 4 jam
Operator : dr. Bismarck J. Laihad, SpOG(K)
Asisten : dr. Dislih
Diagnosa pre op : P0A040 tahun dengan mioma uteri
Diagnosa post op : P0A040 tahun dengan Mioma Uteri intramural telah
dilakukan Histerektomi Totalis
Tindakan Pembedahan : Histerektomi Totalis
Uraian Pembedahan :
Pasien dibaringkan terlentang diatas meja operasi. Dilakukan tindakan desinfeksi
dengan povidone iodine pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian ditutup
dengan doek steril kecuali lapang pandang operasi. Dalam general anestesi di
lakukan insisi pfannenstiel. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia,fascia
di insisi lalu dijepit dengan 2 kocher, diperlebar kekiri dan kekanan. Otot
disisihkan secara tumpul kelateral, tampak peritoneum. Peritoneum dijepit
dengan 2 pinset, diangkat, setelah yakin tidak ada jaringan usus yang terjepit
dibawahnya, digunting kecil dan diperlebar kekiri dan kekanan. Setelah
peritoneum dibuka tampak uterus ukuran ± 28 x 27 cm. Eksplorasi tampak mioma
uteri pada corpus anterior sebesar 16 x 14 cm, kedua tuba dan ovarium bentuk dan
ukuran normal. Diputuskan dilakukan histerektomi totalis. Ligamentum rotundum
sinistra dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit, demikian juga pada sisi
sebelahnya. Identifikasi plika vesika urinaria, dijepit dengan pinset, digunting
kecil dan diperluas kekiri dan kekanan sampai pada pangkal ligamentum
rotundum. Vesika urinaria disisihkan kebawah dan dilindungi dengan hag
abdomen. Ligamnetum infundibulum dekstra, ligamentum ovarium propium
dekstra, tuba pars isthmus dijepit dengam 3 klem, digunting dan dijahit double
ligase, kontrol pendarahan (-). Demikian juga dilakukan pada sisi sebelahnya
ligamentum latum sinistra di tembus secara tumpul untuk membuat jendela.
Ligamentum kardinale sinistra dijepit dengan 3 klem, digunting dan dijahit,
demikian juga dengan sisi sebelahnya. Ligamentum sakroterinal dijepit 2 klem,
digunting dan dijahit, demikian juga dengan sisi sebelahnya. Identifikasi puncak
vagina. Puncak vagina dijepit dengan klem bengkok dan digunting. Puncak vagina
dijepit dengan 4 klem kocher panjang, kemudian dimasukkan kasa betadine
kedalamnya. Puncak vagina dijahit secara jelujur dengan safil I. Kontrol
pendarahan (-). Dilakukan retroperitonealisasi. Dinding abdomen ditutup lapis
demi lapis. Peritoneum dijahit jelujur dengan cromic catgut 2/0. Otot dijahit
simpul dengan cronic cetgut 2/0. Fasia dijahit jelujur dengan simpul 1. Lemak
dijahit simoul dengan plan cetgut. Kulit dijahit subkutikuler luka oprasi ditutup
dengan doek steril. Operasi selesai.
KU Post Op:
T: 107/50 mmHg, N: 70x/m, R: 20x/m, S: 36,5C
Perdarahan : 2000cc
Diuresis : 1000 cc
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu : 257 mg/dL
SGOT :7 U/L
SGPT :6 U/L
Ureum Darah : 38 mg/dL
Creatinin Darah : 2.1 mg/dL
Fosfor : 7.8 mg/dL
Magnesium : 1.26 mg/dL
Albumin : 1.59 g/dL
Chlorida Darah : 111.0 mEq/L
Kalium Darah : 3.60 mEq/L
Natrium Darah : 133 mEq/L
Calsium : 6.88 mg/dL
HEMOSTASIS
PT
@Detik
Pasien : 18.9 detik
Kontrol : 13.1 detik
@INR
Pasien : 1.71 detik
Kontrol : 1.05 detik
APPT
Pasien : 29.4 detik
Kontrol : 28.8 detik
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis dan penatalaksanaan
mioma uteri. Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,kemudian akan dibahas mengenai
diagnosis banding, penanganan, komplikasi, serta prognosis mioma uteri.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada mioma uteri berupa
pemeriksaan laboratorium, USG (Ultasonography), histeroskopi, dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging).9 Pemeriksaaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap terutama untuk mencari kadar
hemoglobin karena pada mioma uteri sering terjadi anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.16 Pada kasus, kadar
hemoglobin MRS penderita yaitu 9.0 g/dL, karena pasien masuk dengan
keluhan perdarahan sedikit dan datang untuk persiapan operasi.
Ultrasonografi (USG) adalah modalitas yang sering digunakan karena
mudah digunakan, tersedia, dan efektif.12 USG dapat melihat pertumbuhan
mioma dan adneksa untuk konfirmasi diagnosis mioma uteri dan
menyingkirkan kemungkinan massa adneksa lainnya.11,14 Pada pasien
dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan massa dengan batas irreguler di
cavum uteri ukuran +/- 28 x 15 cm, kesan mioma uteri.
Transvaginal USG memiliki sensitivitas yang tinggi (95-100%) dalam
mendeteksi mioma uteri yang berukuran < ~ 10 minggu, serta dapat
menemukan lokasi mioma uteri yang lebih besar.14 Mioma berukuran besar
dapat ditemukan dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal USG.
Mioma uteri sering terlihat sebagai massa yang simetris, mudah ditemukan,
hipoekhoik, dan heterogen. Namun, area yang mengalami kalsifikasi atau
perdarahan dapat terlihat hiperekhoik dan degenerasi kistik dapat terlihat
anekhoik.5 Pada kasus ini pemeriksaan USG memberikan gambaran kesan
mioma uteri.
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa,
jika mioma kecil serta bertangkai.Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.12
Sedangkan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat
dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil
3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.MRI
dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan.9,10 Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan histereskopi
maupun MRI karena anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi,
dan USG yang telah dilakukan pada kasus telah menunjang diagnosis mioma
uteri.
F. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri adalah berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi
tumor, umur penderita, fungsi reproduksi dan fertilitas dari penderita, serta
terapi yang tersedia
a. Konservatif
Penderita dengan mioma berukuran <12 minggu, tanpa gejala, dan tanpa disertai
penyulit lain, serta usia mendekati menopause tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat perlu diambil tindakan
operasi.12,16Pada kasus ini penanganan ini tentu tidak tepat karena ukuran mioma
lebih besar dari 12 minggu disertai gejala perdarahan haid yang banyak.
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma
uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih
merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.12
Penanganan ini juga kurang tepat karena hanya bersifat sementara, sementara
gejala yang dikeluhkan masih tampak.
c. Operatif
Tindakan operatif dilakukan jika terjadi perdarahan uterus abnormal dengan
anemia, dan tidak respon terhadap hormonal managemen, nyeri kronik dengan
dismenore berat, dispareunia, tekanan pada perut bawah, nyeri akut, torsi
pedunculated mioma atau prolapsus submukosal fibroid, pembesaran uterus yang
cepat pada masa premenopause atau postmenopause, infertilitas dengan
leiomioma, dan pembesaran ukuran uterus > 12 minggu dengan gejala kompresi
atau perasaan tidak enak pada bagian bawah perut.16Pengobatan operatif meliputi
miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1) Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus.12Miomektomi dapat dilakukan berdasarkan
jumlah, ukuran, dan lokasi dari mioma uteri dengan cara laparatomi,
minilaparatomi, laparoskopi, histeroskopi, atau
kombinasinya.Perencanaan operasi harus dilakukan dengan akurat
berdasarkan lokasi, ukuran, dan jumlah mioma uteri melalui teknik
imaging preoperasi.12Pada mioma geburt dilakukan dengan cara
ekstirpasi lewat vagina.16 Pada kasus ini juga tidak dilakukan
miomektomi karena ukuran mioma yang besar dan banyak,
terjadinya rekurensi juga lebih tinggi.
2) Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter
yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan
menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada
setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi
serta waktu penyembuhannya yang cepat.12 Pada kasus tindakan ini
tidak dilakukan karena jumlah mioma yang banyak.
3) Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.12Wanita yang
telah memiliki anak dapat dilakukan histerektomi sebagai solusi
permanen untuk mioma uteri yang simptomatik. Indikasinya adalah
untuk mencegah terjadinya keganasan ketika penderita sudah
menopause dan tidak menggunakan hormone replacement therapy
(HRT).11 Histerektomi dilakukan jika fungsi reproduksi tidak
diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat, terjadi perdarahan
terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.16
Pada kasus penanganan yang dipilih adalah histerektomi totalis.
H. Prognosis
Prognosis pre operasi pada kasus ini adalah dubia ad dubia dimana waktu
pemeriksaan ditemukan adanya massa yang membesar setinggi 3 jari dibawah
procesus xyfoideus, dan adanya perdarahan abnormal uterus yang sudah
berlangsung lama. Rencana operasi yang akan dilakukan adalah histerektomi
totalis sehingga sudah tidak bisa memiliki anak dan kemungkinan rekurensi
sangat kecil karena dapat terhindar dari komplikasi degenerasi keganasan. Dengan
demikian prognosis post op adalah dubia ad bonam melihat dari keadaan umum
dan tanda – tanda vital post operasi baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dilaporkan wanita P0A040 tahun dengan mioma uteri datang ke
poliklinik ginekologi untuk rencana operasi Histerektomi Totalis. Pasien
didiagnosis dengan mioma uteri berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang yang baik. Selama masa pre-operasi tidak ada gangguan
hemostasis demikian juga selama masa post-operasi. Tindakan ini dipilih
berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi tumor, umur penderita, fungsi
reproduksi dan fertilitas dari penderita, serta terapi yang tersedia.Setelah
dilakukan operasi pasien dirawat di ruangan pemulihan dengan observasi
tanda-tanda vital dan dilanjutkan dengan perawatan di bangsal selama 10 hari.
Pada saat uterus dibelah, didapatkan pasien menderita mioma uteri intramural.
DAFTAR PUSTAKA
NRI : 16014101023
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
FK UNSRAT
dr. Suzanna Mongan, Sp.OG(K) Dr. dr.Joice M.M. Sondakh, SpOG(K) Faisal Sugiarto Hutapea
Frisky S. Badi