PENDAHULUAN
Utara, dan lempeng Pasifik di bagian Timur (Ibrahim, 2005). Peta tektonik
kepulauan Indonesia dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1. Wilayah yang
rawan dan sering terjadi gempa bumi umumnya memiliki kesamaan letak
merupakan salah satu wilayah yang dekat dengan zona tumbukan lempeng. DIY
juga merupakan bagian dari jalur gempa bumi yang terbentang dari Pulau
1
Sebagai wilayah yang terletak di jalur gempa bumi, kondisi fisiografi DIY
lempeng Eurasia. Kondisi ini menjadikan DIY sebagai salah satu kawasan dengan
tingkat aktivitas seismik yang tinggi di Indonesia (Daryono, 2010). Selain rawan
gempa bumi akibat aktivitas tumbukan lempeng, DIY juga menjadi rawan gempa
bumi yang diakibatkan aktivitas beberapa sesar lokal di daratan (Daryono, 2009).
Kabupaten Bantul.
perlapisan antar batuan. Pada umumnya bidang sesar terisi oleh fluida atau
2
mineral yang relatif lebih kondusif dari batuan di sekitarnya (Hendrajaya dkk,
1993).
pada bagian daratan Pulau Jawa. Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya menjadi
wilayah yang rentan gempa bumi, karena terdapat sesar yang cukup banyak,
misalnya sesar Opak-Oyo, sesar Jiwo, sesar Oyo, dan sesar Progo. Dengan adanya
sistem sesar atau patahan ini akan menyebabkan deformasi batuan yang
pada tanggal 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 Skala Richer (SR) telah
menyebabkan 5.857 jiwa meninggal, 37.229 jiwa luka berat dan luka ringan,
rusak berat 135.451 bangunan serta rusak ringan 188.234 bangunan (Murjaya,
yang mengalami kerusakan berat dan menyebabkan ribuan jiwa meninggal dan
berdasarkan peta geologi Yogyakarta (Gambar 2) merupakan salah satu jalur sesar
Kecamatan Pundong.
3
Berdasarkan data di atas Desa Srihardono termasuk daerah yang mengalami
kerusakan sangat parah dan banyak menelan korban jiwa. Lokasi penelitian
Srihardono.
gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 diduga karena adanya gerakan pada pertemuan
ke segala arah dan menyebabkan sesar Kali Oyo, Kali Opak, Kali Progo, dan sesar
metode graviti, metode seismik dan metode geolistrik. Hasil penelitian kajian
deformasi koseismik yang dilakukan oleh tim peneliti dari Teknik Geodesi ITB
melalui hasil survei GPS menyimpulkan bahwa penyebab gempa bumi 27 Mei
2006 adalah sesar dengan panjang 18 km, lebar 10 km, strike , dan dip ,
dan berada di sebelah timur 5-10 km dari lokasi sesar Opak yang biasa
4
Berdasarkan penelitian zona sesar Opak Bantul menggunakan metode
gravitasi dengan data anomali Bouger lengkap yang dilakukan oleh Wijaksono
(2008), indikasi sesar Opak yang terjadi adalah sesar turun, dengan blok timur
tetap dan blok barat relatif turun. Kedalaman rata-rata sesar Opak berkisar antara
penelitian sesar Opak dengan metode graviti yang dilakukan Nurwidyanto dkk.
(2011), letak sesar Opak diperkirakan di sebelah timur (±3-5 km) dari lokasi sesar
Opak yang digambarkan pada peta geologi (Gambar 2). Struktur lapisan sesar
Opak terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan batuan gamping, batuan breksi dan batuan
penutup permukaan yang meliputi endapan alluvial dan endapan sungai Opak
(Nurwidyanto, 2007).
Perkiraan sementara sesar Opak merupakan jenis sesar normal atau sesar
metode geomagnetik diketahui bahwa letak jalur sesar Opak khususnya di daerah
sekitar Kecamatan Pundong hampir sama dengan letak sesar Opak pada peta
geologi Yogyakarta dan jenis sesar ini merupakan sesar normal berarah N 35o E
dengan bagian barat relatif turun sedangkan bagian timur relatif tetap.
Salah satu metode geofisika yang dapat mendeteksi sesar adalah metode
geolistrik. Metode geolistrik adalah metode yang mempelajari sifat aliran listrik
Pendeteksian kuat arus listrik yang mengalir di dalam bumi dapat dilakukan
merupakan metode aktif untuk mengetahui sifat resistivitas pada suatu lapisan
batuan di dalam bumi. Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah
yang mempunyai resistivitas semakin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus
listrik.
dilakukan oleh Fitriani dkk. (2012) di Palu Barat. Berdasarkan hasil pengolahan
data berupa nilai resistivitas diperoleh gambaran struktur geologi berupa adanya
lapisan granit yang terpisahkan oleh lapisan lempung berpasir dengan nilai
ditandai dengan adanya bidang lemah dengan nilai resistivitas rendah 128-288 Ωm
yang memotong perlapisan batuan dengan nilai resistivitas yang lebih tinggi.
Bidang lemah yang dimaksud adalah suatu wilayah yang menunjukkan daerah itu
mempunyai kondisi tanah yang terus bergeser. Penentuan nilai resistivitas batuan
yang sebenarnya diperoleh dari proses inversi. Proses inversi adalah suatu proses
statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis
6
Pendugaan untuk menentukan bidang patahan diperoleh dari data geolistrik
yang telah diolah, yaitu apabila terdapat material yang memiliki nilai resistivitas
tinggi kemudian dipisahkan oleh material yang memiliki nilai resistivitas yang
sangat rendah dari daerah di sekitarnya, maka dari data tersebut dapat disimpulkan
terdapat sebuah jalur yang dilalui sesar. Bidang sesar biasanya memiliki nilai
resistivitas yang tinggi melebihi nilai resistivitas batuan yang ada di sekitarnya
jika pada patahan tersebut tidak terisi apa-apa (hanya berisi udara) (Syamsuddin,
2012).
dengan berbagai metode, di antaranya metode graviti, survei GPS, dan metode
pernah dilakukan dengan metode geolistrik. Oleh karena itu, penulis ingin
B. Identifikasi Masalah
7
C. Pembatasan Masalah
berikut.
1. Lokasi penelitian ini hanya dibatasi pada Dusun Paten, Desa Srihardono,
110o21’58,22’’ BT.
D. Perumusan Masalah
sebagai berikut.
E. Tujuan Penelitian
8
2. Mengetahui struktur bawah permukaan di sekitar jalur sesar Opak di Dusun
F. Manfaat Penelitian
Opak bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih
lanjut.