Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik

utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Utara, dan lempeng Pasifik di bagian Timur (Ibrahim, 2005). Peta tektonik

kepulauan Indonesia dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1. Wilayah yang

rawan dan sering terjadi gempa bumi umumnya memiliki kesamaan letak

geografis dengan zona tumbukan lempeng. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

merupakan salah satu wilayah yang dekat dengan zona tumbukan lempeng. DIY

juga merupakan bagian dari jalur gempa bumi yang terbentang dari Pulau

Sumatra, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Gambar 1. Peta Tektonik Kepulauan Indonesia dan Sekitarnya (Bock,


2003).

1
Sebagai wilayah yang terletak di jalur gempa bumi, kondisi fisiografi DIY

sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan lempeng Indo-Australia dengan

lempeng Eurasia. Kondisi ini menjadikan DIY sebagai salah satu kawasan dengan

tingkat aktivitas seismik yang tinggi di Indonesia (Daryono, 2010). Selain rawan

gempa bumi akibat aktivitas tumbukan lempeng, DIY juga menjadi rawan gempa

bumi yang diakibatkan aktivitas beberapa sesar lokal di daratan (Daryono, 2009).

Gambar 2 menunjukkan geologi dan letak sesar di daerah DIY khususnya

Kabupaten Bantul.

Ket: : Dusun Paten, Srihardono, Bantul

Gambar 2. Peta Geologi Lembar Yogyakarta (Rahardjo, 1977)

Pengertian sesar yang dimaksudkan adalah struktur geologi yang terbentuk

karena terdapatnya dislokasi atau patahan yang memotong bidang-bidang

perlapisan antar batuan. Pada umumnya bidang sesar terisi oleh fluida atau

2
mineral yang relatif lebih kondusif dari batuan di sekitarnya (Hendrajaya dkk,

1993).

Struktur sesar terbentuk sebagai dampak pergerakan lempeng Indo-Australia

pada bagian daratan Pulau Jawa. Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya menjadi

wilayah yang rentan gempa bumi, karena terdapat sesar yang cukup banyak,

misalnya sesar Opak-Oyo, sesar Jiwo, sesar Oyo, dan sesar Progo. Dengan adanya

sistem sesar atau patahan ini akan menyebabkan deformasi batuan yang

mengakibatkan munculnya sesar baru atau sesar minor (Setyawan, 2011).

Kejadian gempa bumi tektonik yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya

pada tanggal 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 Skala Richer (SR) telah

menyebabkan 5.857 jiwa meninggal, 37.229 jiwa luka berat dan luka ringan,

rusak berat 135.451 bangunan serta rusak ringan 188.234 bangunan (Murjaya,

2010). Kecamatan Pundong adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul

yang mengalami kerusakan berat dan menyebabkan ribuan jiwa meninggal dan

berdasarkan peta geologi Yogyakarta (Gambar 2) merupakan salah satu jalur sesar

Opak. Tabel 1 menunjukkan data kerusakan bangunan dan korban jiwa di

Kecamatan Pundong.

Tabel 1. Jumlah Kerusakan Bangunan Rumah dan Korban Jiwa di Kecamatan


Pundong Akibat Gempa bumi 27 Mei 2006 (Sadiman, 2006).
Luka Luka Rusak Rusak Rusak
No Desa Meninggal
berat ringan total berat ringan
1. Srihardono 238 544 1.309 3.500 3.027 84
2. Panjangrejo 152 696 1.294 2.704 2.293 78
3. Seloharjo 58 211 603 2.492 2.447 338
Jumlah 448 1.451 3.206 8.696 7.767 500

3
Berdasarkan data di atas Desa Srihardono termasuk daerah yang mengalami

kerusakan sangat parah dan banyak menelan korban jiwa. Lokasi penelitian

terletak di Dusun Paten yang secara administrasi termasuk dalam Desa

Srihardono.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), penyebab

gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 diduga karena adanya gerakan pada pertemuan

lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia serta penekukan jalur subduksi di

samudra Indonesia yang terletak 37 km di selatan kota Yogyakarta pada

kedalaman 33 km. Gelombang gempa akibat patahan lempeng tektonik merambat

ke segala arah dan menyebabkan sesar Kali Oyo, Kali Opak, Kali Progo, dan sesar

Jiwo mengalami deformasi (Hamid, 2007).

Penelitian untuk mengidentifikasikan struktur bawah permukaan dan jalur

sesar dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode geomagnetik,

metode graviti, metode seismik dan metode geolistrik. Hasil penelitian kajian

deformasi koseismik yang dilakukan oleh tim peneliti dari Teknik Geodesi ITB

melalui hasil survei GPS menyimpulkan bahwa penyebab gempa bumi 27 Mei

2006 adalah sesar dengan panjang 18 km, lebar 10 km, strike , dan dip ,

dan berada di sebelah timur 5-10 km dari lokasi sesar Opak yang biasa

digambarkan sepanjang Sungai Opak. Mengalami deformasi koseismik gempa

Yogyakarta dalam arah horizontal menunjukkan pergerakan ke kiri (sinistral) dari

kawasan di sebelah timur sesar Opak (Abidin dkk, 2009).

4
Berdasarkan penelitian zona sesar Opak Bantul menggunakan metode

gravitasi dengan data anomali Bouger lengkap yang dilakukan oleh Wijaksono

(2008), indikasi sesar Opak yang terjadi adalah sesar turun, dengan blok timur

tetap dan blok barat relatif turun. Kedalaman rata-rata sesar Opak berkisar antara

55-82 meter, sedangkan pergeserannya berkisar antara 5-10 meter. Berdasarkan

penelitian sesar Opak dengan metode graviti yang dilakukan Nurwidyanto dkk.

(2011), letak sesar Opak diperkirakan di sebelah timur (±3-5 km) dari lokasi sesar

Opak yang digambarkan pada peta geologi (Gambar 2). Struktur lapisan sesar

Opak terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan batuan gamping, batuan breksi dan batuan

penutup permukaan yang meliputi endapan alluvial dan endapan sungai Opak

(Nurwidyanto, 2007).

Perkiraan sementara sesar Opak merupakan jenis sesar normal atau sesar

turun, walaupun mungkin dulunya merupakan sesar geser yang mengalami

reaktivasi. Berdasarkan hasil penelitian oleh Fatonah (2014) menggunakan

metode geomagnetik diketahui bahwa letak jalur sesar Opak khususnya di daerah

sekitar Kecamatan Pundong hampir sama dengan letak sesar Opak pada peta

geologi Yogyakarta dan jenis sesar ini merupakan sesar normal berarah N 35o E

dengan bagian barat relatif turun sedangkan bagian timur relatif tetap.

Salah satu metode geofisika yang dapat mendeteksi sesar adalah metode

geolistrik. Metode geolistrik adalah metode yang mempelajari sifat aliran listrik

dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi (Anonim, 2012).

Pendeteksian kuat arus listrik yang mengalir di dalam bumi dapat dilakukan

secara alamiah (metode pasif) maupun dengan menginjeksikan arus listrik ke


5
dalam bumi (metode aktif) dari permukaan. Metode resistivitas atau tahanan jenis

merupakan metode aktif untuk mengetahui sifat resistivitas pada suatu lapisan

batuan di dalam bumi. Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah

parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Bahan

yang mempunyai resistivitas semakin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus

listrik.

Adapun penelitian sesar dengan metode geolistrik resistivitas di antaranya

dilakukan oleh Fitriani dkk. (2012) di Palu Barat. Berdasarkan hasil pengolahan

data berupa nilai resistivitas diperoleh gambaran struktur geologi berupa adanya

patahan dengan nilai resistivitas antara 1212-6000 Ωm yang diduga merupakan

lapisan granit yang terpisahkan oleh lapisan lempung berpasir dengan nilai

hambatan jenis 200-1000 Ωm yang merupakan ciri adanya patahan.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Syamsudin dkk. (2012) di Sulawesi

Selatan dengan menggunakan konfigurasi Wenner. Indikasi terdapatnya patahan

ditandai dengan adanya bidang lemah dengan nilai resistivitas rendah 128-288 Ωm

yang memotong perlapisan batuan dengan nilai resistivitas yang lebih tinggi.

Bidang lemah yang dimaksud adalah suatu wilayah yang menunjukkan daerah itu

mempunyai kondisi tanah yang terus bergeser. Penentuan nilai resistivitas batuan

yang sebenarnya diperoleh dari proses inversi. Proses inversi adalah suatu proses

pengolahan data lapangan yang melibatkan teknik penyelesaian matematika dan

statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis

(resistivitas) bawah permukaan.

6
Pendugaan untuk menentukan bidang patahan diperoleh dari data geolistrik

yang telah diolah, yaitu apabila terdapat material yang memiliki nilai resistivitas

tinggi kemudian dipisahkan oleh material yang memiliki nilai resistivitas yang

sangat rendah dari daerah di sekitarnya, maka dari data tersebut dapat disimpulkan

terdapat sebuah jalur yang dilalui sesar. Bidang sesar biasanya memiliki nilai

resistivitas yang tinggi melebihi nilai resistivitas batuan yang ada di sekitarnya

jika pada patahan tersebut tidak terisi apa-apa (hanya berisi udara) (Syamsuddin,

2012).

Penelitian mengenai sesar Opak di daerah Bantul telah banyak dilakukan

dengan berbagai metode, di antaranya metode graviti, survei GPS, dan metode

seismik. Penelitian mengidentifikasi struktur bawah permukaan sesar Opak belum

pernah dilakukan dengan metode geolistrik. Oleh karena itu, penulis ingin

mengetahui persebaran nilai resistivitas batuan sesar Opak menggunakan metode

geolistrik di Desa Srihardono Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat diidentifikasikan

masalah–masalah sebagai berikut.

1. Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya merupakan daerah rawan gempa.

2. Kecamatan Pundong merupakan jalur sesar Opak yang bisa menyebabkan

terjadi gempa bumi.

3. Belum ada penelitian sesar Opak menggunakan metode geolistrik di Dusun

Paten, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong.

7
C. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup masalah yang diamati pada penelitian dibatasi sebagai

berikut.

1. Lokasi penelitian ini hanya dibatasi pada Dusun Paten, Desa Srihardono,

Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada

koordinat 7o56’34,2’’LS sampai 7o56’54,94’’LS dan 110o21’38,44’’BT sampai

110o21’58,22’’ BT.

2. Desain survei yang digunakan dalam penelitian sebanyak 3 lintasan.

3. Pemodelan struktur bawah permukaan menggunakan software Res2Dinv.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana persebaran nilai resistivitas di sekitar jalur sesar Opak di Dusun

Paten, Desa Srihardono Kecamatan Pundong?

2. Bagaimana struktur bawah permukaan di sekitar jalur sesar Opak di Dusun

Paten, Desa Srihardono Kecamatan Pundong?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Mengetahui persebaran nilai resistivitas di sekitar jalur sesar Opak di Dusun

Paten, Desa Srihardono Kecamatan Pundong.

8
2. Mengetahui struktur bawah permukaan di sekitar jalur sesar Opak di Dusun

Paten, Desa Srihardono Kecamatan Pundong.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi letak jalur sesar Opak yang diharapkan dapat

bermanfaat dalam proses mitigasi bencana khususnya yang berkaitan dengan

aktivitas sesar Opak.

2. Memberikan referensi mengenai struktur bawah permukaan di jalur sesar

Opak bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih

lanjut.

Anda mungkin juga menyukai