Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

BAB I KONSEP DASAR


A. Anatomi fisiologi
1. Vital Statistic
Berat badan bayi baru lahir tergantung dari faktor nutrisi, genetik, dan faktor
intrauterin selama kehamilan. Pengelompokan berat badan bayi baru lahir
membantu dalam mengidentifikasi risiko terhadap neonatus karena berat badan
yang kecil kemungkinan memiliki masa gestasi yang kecil. Bayi matur memiliki
berat badan kira-kira 3,4 kg pada perempuan dan 3,5 kg pada laki-laki. Batas berat
badan terendah bagi bayi matur adalah 2,5 kg. Bayi dengan berat badan lahir
sekitar 4,7 kg harus dicurigai terhadap adanya diabetes militus pada ibunya. Sekitar
75%-90% berat badan bayi merupakan cairan tubuhnya. Bayi akan kehilangan
cairan sekitar 5%-10% pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Setelah
mengalami kehilangan cairan yang inisial, maka bayi akan mengalami berat badan
yang stabil dalam waktu 10 hari. Kemudian akan bertambah sebanyak 6-8 ons/
minggu pada 6 bulan pertama kelahiran.Panjang badan bayi baru lahir kira-kira 53
cm pada perempuan dan pada bayi laki-laki memiliki panjang badan 54
cm.Lingkar kepala bayi baru lahir adalah 34-35 cm. Bayi baru lahir dengan lingkar
kepala lebih dari 37 cm atau kurang dari 33 cm harus diidentifikasi mengenai
adanya kelainan neurologi. Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita pengukur
yang dilakukan pada tengah-tengah dahi sehingga kepala belakang dapat
terukur.Lingkar dada pada bayi baru lahir adalah 2 cm kurang dari lingkar kepala.
Pengukuran dilakukan tepat di atas nipple.
2. Tanda Vital
a. Temperatur
Suhu tubuh bayi baru lahir adalah 37,2° C, suhu tubuh ini dapat menurun
dengan cepat karena kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir
melalui 4 cara, yaitu
1) Konveksi
Adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh menuju udara sekitar yang
lebih dingin.
2) Konduksi
Adalah transfer panas pada objek/ benda yang lebih dingin melalui kontak
dengan tubuh bayi.
3) Radiasi
Adalah transfer panas pada objek yang lebih dingin tanpa kontak dengan
tubuh bayi.
4) Evaporasi
Adalah kehilangan panas karena ada penguapan.Bayi mampu menghemat
panas dengan melakukan kontriksi vaskuler. Lemak coklat adalah jaringan
khusus yang ditemukan pada bayi matur yang berfungsi memproduksi panas
tubuh. Proporsi lemak coklat paling banyak ditemukan pada daerah
intraskapula, thorax dan area perineal.
b. Nadi
Tekanan nadi fetus yang masih dalam kandungan adalah 120-160 bpm. Segera
setelah lahir, dimana bayi akan berjuang untuk bernafas, maka denyut jantung
menjadi cepat sekitar 180 bpm. Beberapa jam setelah lahir, denyut jantung akan
stabil sekitar 120-140 bpm. Denyut jantung pada bayi baru lahir biasanya
irregular karena cardio-regulator di medula belum matang. Murmur biasa
terjadi akibat penutupan inkomplet pada sirkulasi. Pada saat menangis, denyut
jantung menjadi 180 bpm dan pada saat tidur 90-110 bpm.
c. Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir adalah 80 x/menit setelah beberapa menit
kehidupan. Setelah aktivitas pernafasan dipertahankan, maka menjadi stabil
sekitar 30-60 x/menit dalam keadaan istirahat. Kedalaman rhitme masih
irregular dan terjadi apnea yang singkat tanpa sianosis yang disebut pernafasan
periodik dan merupakan keadaan normal. Reflek batuk dan bersin pada bayi
baru lahir dilakukan untuk membersihkan saluran nafas.
d. Tekanan Darah
Tekanan darah bayi baru lahir adalah 80/46 mmHg. Setelah 10 hari akan
meningkat sekitar 100/50 mmHg. Tekanan darah akan meningkat ketika bayi
menangis.
3. Fungsi Fisiologis
1) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada bayi baru lahir sangatlah penting
karena darah yang teroksigenasi melalui plasenta, maka ketika sudah lahir harus
memperoleh oksigen dari paru-paru. Pada saat paru-paru di pompa untuk
pertama kali tekanan di dalam dada secara keseluruhan akan menurun dan
tekanan pada arteri pulmonal menurun sebagian. Penurunan tekanan pada arteri
pulmonalis menyebabkan menutupnya duktus arteriosus, ketika tekanan pada
ruang kiri jantung meningkat karena peningkatan volume darah maka foramen
ovale menutup yang disebabkan oleh tekanan yang berlawanan dengan struktur
katub berfungsinya sirkulasi pada bayi menyebabkan vena umbilicus, arteri
umbilicus dan duktus venosus tidak mendapat pasokan darah dan mengalami
atropi dalam beberapa minggu.
2) Sistem Pernafasan
Pernafasan pertama kali pada bayi baru lahir disebabkan oleh adanya kombinasi
dari reseptor dingin, tekanan PO2 rendah ( PO2 menurun dari tekanan 80
mmHg menjadi 15 mmHg), dan peningkatan PCO2 ( meningkat menjadi 70
mmHg). Adanya cairan pada paru-paru mempermudah tegangan permukaan
dinding alveolar dan memudahkan pernafasan untuk pertama kalinya. Cairan
tambahan tersebut akan diabsorbsi dengan segera oleh pembuluh darah paru
dan limfatik setelah pernafasan pertama dalam waktu 10 menit bayi akan
memiliki volume residual yan baik dan dalam waktu 12 jam maka kapasitas
vital terpenuhi. Organ jantung pada bayi baru lahir memiliki ukuran yang lebih
besar dari pada orang dewasa sehingga ekspansi paru terbatas.
3) Sistem Pencernaan
Saluran gastrointestinal pada bayi baru lahir biasanya steril, bakteri akan
dikultur dari intestinal dalam waktu 5 jam setelah kelahiran. Bakteri masuk ke
saluran pencernaan melalui mulut dan beberapa bakteri tersebut menyebar
melalui udara. Bakteri lain mungkin berasal dari secret vagina, tempat tidur di
rumah sakit dan kontak saat menyusui. Akumulasi bakteri pada saluran
pencernaan penting untuk digesti dan untuk sintesis vitamin K karena ASI yang
diberikan pada 1 tahun pertama memiliki kandungan vitamin K yang rendah
sehingga sintesis vitamin K sangat diperlukan untuk koagulasi darah walaupun
saluran pencernaan memiliki kapasitas 60-90 ml tapi bayi memiliki kemampuan
terbatas utuk mencerna lemak dan pati karena defisiensi enzim pankreas,
limpase dan amylase pada beberapa bulan pertama kehidupan. Bayi baru lahir
akan mengeluarkan mekonium melalui anus dalam waktu 24 jam yang
berwarna hijau kehitaman, lengket, berbau yang berasal dari mucus,
vernikkaseosa, lanugo, hormon dari ibu dan karbohidrat selama kehidupan intra
uteri. Setelah 2 atau 3 hari kehidupan, BAB bayi akan berubah warna menjadi
hijau yang disebut transisionalstool, setelah 4 hari maka akan menjadi kuning
muda dan berbau asam laktat karena mengkonsumsi ASI.
4) Sistem Urinaria
Pengosongan kandung kemih pada bayi baru lahir terjadi dalam waktu 24 jam.
Adanya obstruksi saluran perkemihan dapat diobservasi melalui pancaran urin,
pada bayi perempuan memiliki pancaran yang kuat dan pada bayi laki-laki
memiliki pancaran yang kecil. Ginjal pada bayi baru lahir tidak mampu
memekatkan urin dengan baik sehingga warna urin agak pucat dan sedikit
berbau. Jumlah urin yang pertama pada bayi baru lahir adalah 15 ml dengan
berat jenis 1,008-1,010 dalam 1 minggu volume total harian urin adalah 300 ml
yang berwarna merah muda karena adanya kristal asam yang dibentuk pada
kandung kemih selama dalam kandungan.
5) Sistem Autoimun
Bayi baru lahir sangat sulit untuk membentuk anti bodi untuk melawan antigen
pada 2 bulan pertama kehidupan. Karena alasan tersebut imunisasi untuk
melawan penyakit anak, tidak diberikan pada bayi yang lebih muda 2 bulan.

B. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010)

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gastasi berat lahir yaitu bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir
(Hanifah, 2010)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasinya.

C. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati,2010)
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. Manifestasi klinis
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan

atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

4. Rambut lunugo masih banyak.


5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.

7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

8. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris

menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrutom, pigmentasi

dan rugue pada skorutom kurang (pada bayi laki-laki)

9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

10. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

11. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang.

12. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada

E. Patofisiologi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor ibu,
faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia
ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi.
Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor
lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut
dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada
kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil
yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas
ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar
(Proverawati dan Ismawati,2010).

F. Pathway
Terlampir

G. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
a. foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pad bayi dengan
penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranularpada parenkin dan grukogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white long.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra cranial
dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.
2. Laboratorium
a. Darah rutin
1. Hematokrit ( HCT)
- Bayi usia 1 hari 48 – 69 %
- Bayi usia 2 hari 48 – 75%
- Bayi usia 3 hari 44 – 72 %
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
3. Hb A>95% dari total atau 0,95 fiaksi Hb
4. Jumlah Leukosit
- Bayi baru lahir 9,0 - 30,0 x 103 sel/mm3(NL)
- Bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4 - 43,0x 103 sel/mm3(NL)
- Usia 1 bulan 9,0 - 19,5 x103 sel/mm3 (NL)
b. Bilirubin
Kadar setelah 1 bulan sebagai berikut :
- Terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5 Nmol/L)
- Tak terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L)
c. Glukosa ( 8 - 12 jam post natal ) disebut hipoglikemia bila kosentrasi glukosa
plasma < 50 ml/dl
d. Analisa gas darah
1. Tekana potensial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40mmHg
2. Tekana potensial O2 (PO2)
a. lahir 8-24mmHg
b. 5-8 menit 33-75 mmHg
c. 30 menit 31-85 mmHg
d. 71 jam 55-80 mmHg
e. 1 hari 54-95 mmHg
f. kemudian (menurun sesuai usia ) 83-108 mmHg
3. Saturasi oksigen
a. Bayi baru lahir 85 - 90 %
b. Kemudian 95 - 99 %
4. PH bayi premature (48 jam) 7,35 – 7,50
5. Elektrolit Darah
a. Natrium
1) Serum atau Plasma
- Bayi baru lahir 136 – 146 mea/L
- Bayi 139 – 146 mea/L
2) Urin 24 jam 40 – 220 mEa/L
b. Kalium
1) Serum bayi baru lahir 3,0 – 6,0 mEa/L
2) Plasma (heparin) 3,4- 4,5 mEa/L
3) Urin 24 jam 2,5 – 125 mEa/L
c. Klorida
1) Serum/Plasma
- Tali pusat 96 – 104 mEa/L
- Bayi baru lahir 97- 110 mEa/L
1. Test Kocok (shake Test)
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan dilambung dan bayi nelum diberikan makanan. Cairan amnion
0,5 cc ditambah garam faal 0,5 cc, kemudian ditambah 1 cc alcohol 95 % dicampur
dalam tabung kemudian kocok 15 detik, kemudian diamkan selama 15 menit
dengan tabung tetap berdiri.
1. (+) : bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah yang cukup
2. (-) : bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
paru – paru belum matang / tidak ada surfaktan.
3. Ragu : bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika hasilnya ragu maka tes
harus diulang
c. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5
hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.

BAB II KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI


A. Konsep Pertumbuhan Usia
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan
struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak,
anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untukbelajar, mengingat dan
berpikir.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel yang berarti ada pertambahan secara kuantitatif seperti
bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.(IDAI, 2000).
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke
kaki.Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu,
kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada masa fetal
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah
akan bertambah secara teratur.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan anak.
a Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 5,
yaitu :
 0 – 2 tahun adalah masa bayi
 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
 12 – 14 adalah masa remaja
 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
b Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3,
yaitu :
 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah
 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak
menjadi dewasa.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami
pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ
manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru
yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada
daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa
pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya
refleks tertentu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Supariasa (2010) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu:
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila
potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan maka
pertumbuhan optimal akan tercapai (Supariasa, 2010).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain
keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan,
kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status kesehatan, serta
lingkungan tempat tinggal (Supariasa, 2010).
Wong, dkk (2008) mengatakan bahwa nutrisi memiliki pengaruh paling
penting pada pertumbuhan.Bayi dan anak-anak memerlukan kebutuhan kalori
relatif besar, hal ini dibuktikan dengan peningkatan tinggi dan berat badan.

B. Konsep Perkembangan Usia


1. Pengertian Perkembangan
Desmita(2010) Mendefinisikan perkembangan tidak terbatas pada
pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan
dan belajar.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat
kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian
tubuh.Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah,
kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk,
berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya serta kematangan emosi dan
sosial anak. (IDAI, 2010)
2. Prinsip Perkembangan
Ada beberapa prinsip dalam perkembangan (Deus,2016), yaitu:
a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.
b. Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek saling
berkaitan. Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan kesiapan aspek
kognitif (berpikir).
c. Perkembangan dapat diprediksi.
d. Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera berjalan. Dari sisi
umur pun dapat diperkirakan perkembangan anak. Anak usia satu tahun
diperkirakan sudah dapat berkomunikasi menggunakan satu kata.
Misalnya, ’mam’ untuk menyatakan mau makan.
e. Rentang perkembangan anak bervariasi.
f. Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya baru bisa
berjalan setelah berusia 18 bulan.
g. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan pengalaman
(experience).
h. Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa kematangan
untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri anak sendiri. Faktor gizi dan
kesehatan turut menentukan terjadi proses kematangan. Faktor kematangan
untuk setiap aspek kemampuan bervariasi. Tetapi, guru atau pendidik perlu
mengetahui kapan kira-kira kematangan untuk setiap kemampuan muncul. Hal
itu penting karena sangat erat dengan kesiapan belajar. Oleh Montessori dikenal
dengan masa ’siap’. Anak yang belajar kemampuan di saat masa matang itu
muncul akan memudahkan anak melakukan dan membentuk kemampuanya.
Anak yang kondisi fisiknya (kaki) belum matang atau belum siap berdiri tidak
akan bisa berdiri walau sering dilatih. Bahkan, kalau dilatih terus bisa merusak
kaki. Kaki anak bisa menjadi bengkok (bentuk X atau O). Pada saat anak siap
anak perlu dilatih sehingga anak memperoleh pengalaman. Pengalaman ini akan
menentukan kemampuan itu terbentuk
i. Proses perkembangan terjadi dari atas ke bawah (Cepalocaudal) dan dari dalam
ke luar (proximodistal).
j. Capaian perkembangan sebagai suatu urutan yang saling berangkai dan
merupakan tangga hirarki. Untuk Telungkup, duduk, berdiri dan kemudian
berjalan. Itu merupakan satu rangkaian perkembangan. Hal tersebut yang
menjadikan perkembangan dapat diprediksi.
k. Perkembangan dipengaruhi aspek budaya.
l. Anak yang hidup di sekitar orang yang biasa berbicara dengan suara tinggi, kuat
dan keras akan membuat anak juga memiliki cara bicara yang seperti itu juga.
Misal, orang Batak Toba memiliki kebiasaan berbicara dengan suara tinggi dan
cepat. Kebiasaan ini juga akan muncul dalam perilaku anak berbicara. Bila
berbicara dengan temannya anak cenderung berbicara dengan suara tinggi, kuat
dan keras juga.
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan.Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan
tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun perkembangan itu dibagi-
bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan
keseluruhannya. Secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap
perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik dan
perkembangan mental.Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar,
seperti menunjang berat tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti
gerakan halus yang dilakukan oleh tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan
fisik mengacu pada perkembangan alat-atal indra. Perkembangan mental
menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran umum, dan perkembagan
kecerdasan.( Menurut Toy Buzan,2016)
a Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak,
menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata,
300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu
serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya
kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam
membentuk diri anak pada usia ini belajar sambil bermain karena dinilai sejalan
dengan tingakt perkembangan usia ini.
b Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan
intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah
menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan
moral.
c Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa
dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada
masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan
kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong
anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu
masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas.
Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu akan
menimbulkan konflik.
4. Aspek-Aspek Perkembangan
Ada beberapa aspek perkembangan, yaitu:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sering dikaitkan dengan perkembangan motorik
sehingga dikenal dengan perkembangan fisik motorik. Tetapi, antaranya
keduanya terdapat berbeda. Perkembangan fisik lebih menunjukkan kepada
perubahan yang terjadi pada fisik secara keseluruhan atau tubuh dan fisik
sebagai bagian-bagian, misalnya anggota gerak (tangan, kaki) yang semakin
besar atau panjang. Perkembangan motorik merupakan suatu penguasaan pola
dan variasi gerak yang telah bisa dilakukan anak. Perkembangan motorik
sebagai gerakan yang terus bertambah atau meningkat dari yang sederhana ke
arah gerakan yang komplek.
Perkembangan motorik terdiri dari dua macam, yaitu perkembangan
motorik kasar dan motorik halus.
1) Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan bergerak dengan
menggunakan otot – otot tubuh khususnya otot besar seperti otot di kaki dan
tangan. Gerakan yang tergolong motorik kasar, misalnya merayap, merangkak,
berjalan, berlari, dan melompat.
2) Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan dalam motorik halus adalah kemampuan bergerak dengan
menggunakan otot kecil, seperti yang ada di jari untuk melakukan aktivitas,
seperti mengambil benda kecil, memegang sendok, membalikan halaman buku
dan memegang pensil atau krayon.
3) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah suatu proses pembentukan kemampuan dan
keterampilan menggunakan alat berpikir. Perkembangan kognitif berkaitan
dengan aktivitas berpikir, membangun pemahaman dan pengetahuan, serta
memecahkan masalah.
4) Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan kemampuan dan
keterampilan untuk menyampaikan ide, perasaan dan sikap kepada orang lain.
Perkembangan bahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
5) Perkembangan Sosial – Emosi
Perkembangan Sosial – Emosional merupakan gabungan dari
perkembangan sosial dan emosi. Perkembangan adalah suatu proses
pembentukan kemampuan dan keterampilan untuk bersosialisasi. Sedang
perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan memahami hal-hal yang
berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan
senang ataupun sedih, apa yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan,
bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu
dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati, kemandirian dan
mengendalikan diri. Perkembangan sosial-emosional merupakan proses pem-
bentukan kemampuan dan keterampilan mengendalikan diri dan berhubungan
dengan orang lain.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1) Faktor internal
a) Intelegensi
Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat
menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian. Berdasarkan
penelitian Terman LM (Genetic Studies of Genius) dan Meat TD (The
Age of Walking and Talking in Relation to General Intelegence), telah
dibuktikan adanya pengaruh intelegensi terhadap tempo perkembangan
anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara. Kematangan
seks ternyata juga dipengaruhi ole tingkat kecerdasan anak. Mereka yang
sangat cerdas mencapai kematangan seks kira-kira satu atau dua tahun
lebih dahulu dibanding dengan anak yang kurang cerdas, dan bagi anak-
anak yang kurangkecerdasannya seperti idiot dan imbicil, kematangan ini
sangat lambat atau sama sekali tidak datang
b) Seks/jenis kelamin
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak
jelas, yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan
jasmaniahnya.Pada waktu lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak
perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan
lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-
laki.Anak perempuan umumnya lebih cepat mencapai kematangan seks
kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih
cepat besar dari pada anak laki-laki.Dalam perkembangan mental juga
tampak ada perbedaan, anak perempuan lebih cepat mencapai
kedewasaannya dari pada anak laki-laki, terutama dalam kondisi
kecerdasan.
c) Kebangsaan (ras).
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengambil contoh: bahwa anak-anak
dari ras Mediteran (laut tengah) tumbuh lebih cepat daripada anak-anak
dari Eropa sebelah utara. Anak-anak Negro dan Indian pertumbuhannya
tidak begitu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
2) Faktor eksternal
a) Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan.Anak kedua, ketiga dan seterusnya pada
umumnya perkembangan itu lebih cepat dari pada anak pertama.Anak
bungsu biasanya perkembangannya lebih lambat karena cenderung
dimanja.
b) Makanan
Pada usia kanak-kanak makanan merupakan faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya
berhubungan dengan kuantitas makanan, tetapi juga berkenaan dengan
kualitas gizi yang terkandung di dalamnya.Keduanya sangat
mempengaruhi perkembangan fisiologis dan mental anak-anak secara
langsung atau tidak langsung.
c) Budaya
Faktor budaya sangat besar pengaruhnya, sehingga dapat
mempengaruhi sifat kepribadian dan kedewasaan seseorang.Hal yang
termasuk dalam faktor budaya disini selain budaya masyarakat termasuk
juga pendidikan, agama dan sebagainya.

C. Konsep Hospitalisasi Usia


1. Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupunorang tua dan keluarga
(Wong, 2010).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah
besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2014).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi
adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan
anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat
menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak.
2. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,
baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan
baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan.Keluarga
sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan
biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak,
secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang
mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin stres dan hal ini
berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Pasien
anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan social
keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh
dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Fakta tersebut
merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam
pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).

3. Reaksi anak terhadap Hospitalisasi


Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai
perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat
individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan
kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit
adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
Berikut ini reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan
tahapan perkembangan usia anak yaitu:
a Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila
berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.
Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan
banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan
ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang
ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya
perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan
ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
b Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber
stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons
perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan
pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah
menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang
diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah
menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain
dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang
ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan
secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena
adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada
lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan
sebelumnya atau regresi. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi
rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyerinya.
c Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya
dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat di
rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut
berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial,
perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan
atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun
nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah
sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
d Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul
perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit
membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada
keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit.Reaksi yang sering muncul
terhadap pembatasan aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau
tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas
kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan
(isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons
anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran
orang lain (Supartini,2014) .
4. Pencegahan Dampak Hospitalisasi
a Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
b Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan
terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan
anak.
c Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya
distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
d Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena
akan memperberat kondisi anak.
e Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak
selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (Aziz, 2015).

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa
ke Rumah sakit. Biasanya yang dikeluhkan pada bayi BBLR adalah berat badan
lahir kurang dari 2500 gram, pernapasan cepat, bayi kurang bisa menyusu.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pada riwayat perjalanan ini, diuraikan secara kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan penderita sebelum ada keluhan sampai bayi dibawa
ke rumah sakit (bagaimana keadaan bayi dari lahir dan obat-obatan apa yang telah
diberikan).
c. Riwayat penyakit dahulu
Infeksi parenteralseperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media
Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.
3. Riwayat Imunisasi
Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi
Polio, BCG, DPT, dll.
4. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
Pola ini menjelaskan bagaimana klien mengatasi penyakitnya, cara klien
memandang penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR, gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

c. Pola aktifitas dan latihan


Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d. Pola tidur dan istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuha istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
e. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana
lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak perempuan.
g. Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita diare mengalami perubahan kondisi kesehatan dan
gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri. Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidu
tidak mengalami gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan diare biasanya timbul rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
i. Pola koping dan toleransi
Anak dengan diare biasanya merasakan cemas dan takut terhadap
penyakitnya, anak cenderung ingin ditemani orang tua dan orang terdekat.
j. Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit,karena klien harus menjalani perawatan di rumah maka dapat mempen
garuhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga, lingkungan
bermain dan sekolah.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Menjelaskan keadaan umum pasien meliputi tekanan darah, denyut nadi,
suhu tubuh, respirasi dan kesadaran pasien. Pada pasien febris biasanya
mengalami peningkatan suhu badan, nadi menjadi cepat dan lemah, serta
pernafasan menjadi agak cepat.
b. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Pengukuran panjang badan
Berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar
abdomen membesar.
2) Keadaan umum
Pasien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
4) Mata
Cekung, kering, sangat cekung.
5) Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, gerak peristaltik meningkat >35
x/menit, nafsu makan menurun, mual, muntah, minum normal atau tidak haus,
minumlahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
6) Sistem Pernafasan
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/menit karena asidosis metabolic(kontraksi
otot pernafasan).
7) Sistem Kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/menit dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.
8) Kulit
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat > 370C,
CapillaryRefill Time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
Definisi dari CapillaryRefill Time adalah tingkat/ waktu yang diperlukan
darah untuk mengisi kapiler yangkosong. CRT dapat diukur dengan cara
menekan salah satu kuku jari tangan sampaiberwarna putih dan perhatikan
waktu yang diperlukan untuk kembali ke warna semula.Normalya nilai CRT
adalah kurang dari 3 detik.
9) Sistem Saluran Kemih
Produksi urin oliguria sampai anuria ( 200-400 ml/ 24 jam ),frekuensi
berkurang dari sebelum sakit

B. Diagnosa
1. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
2. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
3. Ketidakseimbangan Nutisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
4. Kerusakan Intergritas Kulit b.d seringnya buang air besar.
5. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan.

C. Rencana keperawatan, implementasi, evaluasi


1. Rencana Keperawatan.
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Hipertermi b.d Setelah diberikan asuhan 1. Monitor suhu sesering
peningkatan laju keperawatan selama ... mungkin
metabolisme x ... jam diharapkan 2. Monitor warna dan suhu
pasien tidak mengalami kulit
hipertermi dengan 3. Monitor tekanan darah, nadi
kriteria hasil : dan RR
1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor penurunan tingkat
rentan normal (36- kesadaran
37,5oC) 5. Kompres pasien pada lipatan
2. Nadi dan RR dalam paha dan aksila
rentan normal 6. Tingkatkan sirkulasi udara
3. Tidak ada perubahan 7. Monitor suhu minimal tiap 2
warna kulit dan tidak jam
ada pusing. 8. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
9. Berikan antipiretik jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
2 Kekurangan Volume Setelah diberikan asuhan 1. Timabang popok/pembalut
Cairan b.d keperawatan selama ... jika diperlukan
kehilangan x ... jam diharapkan 2. Pertahankan intake dan
berlebihan melalui pasien tidak mengalami output yang akurat
feses dan muntah kekuranga cairan dengan 3. Monitor status hidrasi
serta intake terbatas kriteria hasil : 4. Monitor vital sign
(mual). 1. Mempertahankan 5. Monitor masukan
urine output sesuai makanan/cairan dan hitung
dengan usia dan BB, intake kalori harian
BJ urine normal, HT 6. Monitor status nutrisi
normal. 7. Dorong masukan oral
2. Tekanan darah, nadi, 8. Dorong keluarga untuk
suhu tubuh dalam membantu pasien makan
batas normal 9. Monitor tingkat Hb dan
3. Tidak ada tanda- Hematokrit
tanda dehidrasi 10. Pemberian cairan IV
4. Elastisitas turgor kulit monitor adanya tanda dan
baik, membrane gejala kelebihan volume
mukosa lembab, tidak cairan.
ada rasa haus yang
berlebih
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji adanya alergi makanan.
Nutisi Kurang dari keperawatan selama ... 2. Monitor jumlah nutrisi dan
Kebutuhan Tubuh x ... jam diharapkan kandungan kalori
b.d gangguan asupan nutrisi adekuat 3. Berikan informasi tentang
absorbsi nutrien dan dengan kriteria hasil : kenutuhan nutrisi
peningkatan 1. Adanya peningkatan 4. Monitor adanya penurunan
peristaltik usus berat badan sesuai berat badan
dengan tujuan 5. Monitor lingkungan selama
2. Berat badan idean makan
sesuai dengan tinggi 6. Jadwalkan pengobatan dan
badan tindakan tidak selama jam
3. Mampu makan
mengidentifikasi 7. Monitor turgor kulit
kebutuhan nutrisi 8. Monitor mual muntah
4. Tidak ada tanda- 9. Monitor pertumbuhan dan
tanda malnutrisi perkembangan
5. Tidak terjadi 10. Monitor kalori dan intake
penurunan berat nutrisi
badan yang berarti 11. Kolaborasi dengan ahli gii
untuk menentukan
6. jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4 Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk
Intergritas Kulit b.d keperawatan selama ... menggunakan pakaian yang
seringnya buang air x ... jam diharapkan longgar
besar. kerusakan integritas kulit 2. Jaga kebersihan kulit agar
pasien dapat diatasi tetap bersih dan kering
dengan kriteria hasil : 3. Mobilitas pasien setiap dua
1. Tidak ada luka/lesi jam
pada kulit. 4. Monitor kulit akan adanya
2. Mempu melindungi kemerahan
kulit dan 5. Oleskan lotion atau
mempertahankan minyak/baby oil pada
kelembaban kulitr dan daerah yang tertekan
perawatan alami 6. Monitor aktivitas dan
3. Perfusi jaringan baik mobilitas pasien
4. Integritas kulit yang 7. Memandikan pasien dengan
baik bisa sabun dan air hangat
dipertahankan.
12.

5 Intoleransi Aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Bantu klien untuk


b.d kelemahan keperawatan selama ... mengidentifikasi aktivitas
x ... jam diharapkan yang mampu dilakukan
pasien dapat beraktivitas 2. Bantu pasien untuk memilih
secara mandiri dengan aktivitas yang sesuai dengan
kriteria hasil : sumber yang diperlukan
1. Berpartisipasi dalam untuk aktivitas yang
aktivitas fisik tanpa diinginkan.
disertai peningkatan 3. Bantu untuk mendapatkan
tekanan darah, nadi alat bantuan aktivitas seperti
dan RR. kursi roda
2. Mampu berpindah: 4. Bantu klien untuk membuat
dengan atau tanpa jadwal latihan diwaktu
bantuan alat luang
3. Status respirasi: 5. Sediakan penguatan positif
pertukaran gas dan bagi yang aktif beraktivitas
ventilasi adekuat. 6. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
7. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.

2. Implementasi
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan
mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.

3. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya berhasil dicapai. Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan
terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah di capai. Dan bersifat sumatif
yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keparawatan yang telah
dilakukan. Melalui SOAP kita dapat mengevaluasi kembali.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
1) Pasien tidak mengalami hipertermi
‒ Suhu tubuh dalam rentan normal (36-37,5oC)
‒ Nadi dan RR dalam rentan normal
‒ Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

2) Pasien tidak mengalami kekuranga cairan


‒ Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal.
‒ Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
‒ Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
‒ Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebih

3. Asupan nutrisi adekuat


‒ Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
‒ Berat badan idean sesuai dengan tinggi badan
‒ Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
‒ Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
‒ Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
4. Kerusakan integritas kulit pasien dapat diatasi dengan kriteria hasil :
‒ Tidak ada luka/lesi pada kulit.
‒ Mempu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulitr dan
perawatan alami
‒ Perfusi jaringan baik
‒ Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

5. Pasien dapat beraktivitas secara mandiri


‒ Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR.
‒ Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan ala
‒ Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
Avikar, Anupkumar, dkk. 2008. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in tribal
preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and Perinatal
Epidemiology, No. 22, 40–46.

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan


2009-2011. Jakarta : EGC.

Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah.
(Diakses 1 Februari 2016: http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)

Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal
Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Diakses 1 Februari 2016: etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 1 Februari
2016 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan


Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. (Diakses
1 Februari 2016: www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

Pathway

Menstimulasi fleksus
Faktor infeksi Masuk melalui makanan submukosa dan fleksus
yang terkontaminasi mientrik
Mempercepat peristaktik
Berkembang dalam usus usus

Hiperperistaltik
Melepas enterotoksin
DIARE
Mengiritasi otot dan lapisan
mukosaintestinum
Frekuensi BAB
Menurunnya
meningkat
kesempatan usus
Meransang pembentukan
Iritasi kulit untuk menyerap
siklik asenosin monofosfat Gangguan
sekitar makanan
berlebih keseimbangan
perinatal
cairan dan
elekrolit Nutrisi tidak
Peningkatan terbentuknya terserap dengan
Kerusakan Kekurangan
kanal CI baik
integritas Volume
Merandang saraf vagus kulit Cairan
Metabolisme
CI mengalir cepat dari
Sinyal mencapai sistem menurun
dalam sel ke kripta usus Ketidakseimbangan
saraf pusat
Nutisi Kurang dari Keletihan
Kebutuhan Tubuh
Pembentukan Mengaktifkan pompa Na
Intoleransi
prostaglandin otak ke dalam kripta
aktivitas

Nacl yang berlebih


Meransang hipotalamus
menyebabkan osmosis air
meningkatkan titik
yang ekstrim dari darah
patokan suhu

Hipersekresi air,
Menggigil, meningkatkan
elekrolit dan lendir
suhu basal

Meningkatkan isi rongga usus dan


HIPERTERMI
mendorong agen infeksius

LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

OLEH :
Kadek Wistiari Dewi
C1113137

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA USADA BALI
2016

Anda mungkin juga menyukai