Anda di halaman 1dari 55

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ..................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan Laporan ...................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 6


A. Definisi ..................................................................................... 6
B. Etiologi ..................................................................................... 6
C. Patofisiologi .............................................................................. 7
D. Manifestasi Klinis ..................................................................... 7
E. Komplikasi ............................................................................... 8
F. Penatalaksanaan Medis ............................................................. 10
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 11
H. Asuhan Keperawatan Kasus ..................................................... 11

BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 31


A. Pengkajian ................................................................................ 31
B. Genogram ................................................................................. 32
C. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 35
D. Analisa Data ............................................................................. 36
E. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 37
F. Rencana Keperawatan .............................................................. 38
G. Catatan Keperawatan ................................................................ 41
H. Evaluasi .................................................................................... 46

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 47


A. Pengkajian ................................................................................ 47
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 48
C. Rencana Keperawatan .............................................................. 50
D. Implementasi Keperawatan ...................................................... 51
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 51

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 52


A. Kesimpulan ............................................................................... 52
B. Penutup ..................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk


melihat derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target
yang telah ditentukan yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke-5, meningkatkan
kesehatan ibu dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan MDGs pada
tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per
empat dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102/100.000.Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal
(AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah.
Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia tahun 2014 berkisar
antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan
ibu dan bayi baru lahir.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2015, Making Pregnancy Safer mempunyai visi dan misi untuk
mencapai Indonesia sehat 2015. Visi Making Pregnancy Safer adalah
semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan
dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan
misi Making Pregnancy Safer menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011)

1
2

Angka kematian ibu di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatra


berjumlah 490/100.000 yang disebabkan oleh perdarahan 30%, eklampsia
25%, dan infeksi 12%.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta. Sewaktu
suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. (Prawirohardjo, 2005).
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%.
Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio
plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran.
Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post
partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat
meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc
selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan bertanggung jawab atas 28%
kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar kasus
perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta,
sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang
dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga
kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan
manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan
Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif, ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam
pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s.
3

Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu
30 menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta
yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.

Kasus Post Partum Spontan dengan Berbagai Kasus Penyerta


Periode Januari – Juni 2014 RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh

NO. Kasus Penyerta Jumlah Persentase


1. Partus Atrem 92 35,1%
2. PEB 63 24%
3. Retensio Plasenta 58 22,1%
4. KPSW 27 10,3%
5. IUFD 9 3,43%
6. Prematur 8 3,1%
7. Perdarahan 5 2%
Jumlah 262 100%

Sumber : Pelaporan RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh.


Dari data di atas didapatkan keterangan bahwa jumlah pasien partus
spontan dengan retensio plasenta selama bulan Januari sampai Juni 2014
di RS TK. II Kesdam IM Banda Aceh bawah adalah sebanyak 58 kasus.
Persalinan spontan dengan retensio plasenta merupakan salah satu masalah
dalam persalinan yang dapat menimbulkan komplikasi terjadi perdarahan,
infeksi, dapat terjadi plasenta inkarserata, terjadi polip plasenta, syok
haemoragik. Sehingga apabila 30 menit plasenta belum lahir tenaga
kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta. (Prawirohardjo,
2005).
Adapun kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan setelah melakukan
tindakan manual palsenta yaitu perforasi uterus, terjadi infeksi akibat
terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam
rongga rahim dan terjadi perdarahan karena atonia uteri. (Manuaba, 2007).
4

Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka penulis merasa tertarik


untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN POST MANUAL
PLASENTA ATAS INDIKASI RETENSIO PLASENTA DI RUANG
BERSALIN DI RUMAH SAKIT TK. II KESDAM IM BANDA ACEH’.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dan konkrit tentang asuhan
keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa Retensio Plasenta diruangan
Bersalin Rumah Sakit Tingkat II Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Retensio Plasenta penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh
pada pasien dengan Retensio Plasenta.
b. Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien
dengan Retensio Plasenta.
c. Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada
pasien dengan Retensio Plasenta.
d. Mampu membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Retensio Plasenta
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan Retensio Plasenta.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien dengan Retensio Plasenta.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien Retensio Plasenta.
5

C. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio
Plasenta.
b. Menambah ketrampilan atau kemampuan mahasiswa dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio
Plasenta.
2. Bagi institusi
a. Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Retensio Plasenta.
3. Bagi lahan praktik
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam
melakuakan tindakan asuahan keperawatan dalam rangaka
meningkatkan mutu pelayanan yang baik khususnya pada pasien
dengan Retensio Plasenta
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta


hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,
2009)
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 )
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum
lahirsetengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)
Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio
plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi.

B. Etiologi
Penyebab retensio plasenta adalah :
1. Fungsional:
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta
membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005)
2. Patologi – anatomi:
a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)

6
7

C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi
itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali.
Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim
itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas
seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses
retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang
(Prawirohardjo, 2009).

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi
yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
(Prawirohardjo, 2009)

1. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500
gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah
(insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal
dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal
dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke
dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari
8

kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang


memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta
penyalur berbagai antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)

2. Fisiologi Pelepasan Plasenta


Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
myometrium sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi
ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga
plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darah
retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan
kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta
dari uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan pengeluaran
selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001)

3. Predisposisi Retensio Plasenta


Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu :
a. Grandemultipara.
b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta
yang agak luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.
d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh
darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)

E. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
9

perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang


melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya
menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif,
proses keganasan akan berjalan terus.
5. Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2005)
6. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila
ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400
mg/rektal.
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari
terjadinya perforasi dan perdarahan.
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral +
metronidazoll gr supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)
10

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
11

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang retensio plasenta menurut Manuaba, 2007 di
antaranya :
1. Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin ddan
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada tanda yang di sertai
dengan infeksi, laukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan menghitung
protombin time( PT ) dan Activated Partial Trombositin Time ( APPT
) atau yang sederhana dengan Colotting Time ( CT ) Ini di perlukan
untuk menyingkirkan perdarahan oleh factor lain.

H. Asuhan Keperawatan Kasus


Proses keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan
membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang
terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan
kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah
klien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perawat berusaha mengatsi masalah-masalah kesehatan melalui
penerapan 5 tahap proses keperawatan, yaitu :

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
12

a. Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi
tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
1) Identitas
a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan
klien.

2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu.
Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta.
(Manuaba, 2007)

b) Riwayat kesehatan sekarang


Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di rumah
sampai klien harus di rawat di rumah sakit dengan
menggunakan teknik PQRST.
Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit dengan alasan
perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau
terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Penanganan pertama pada klien retensio
plasenta yaitu dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada
klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta, pusing
13

dirasakan bertambah apabila banyak melakukan aktivitas dan


berkurang apabila di istirahatkan.

c) Riwayat kesehatan dahulu


Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien yang
dapat mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat
memperberat/diperberat karena kehamilan misalnya penyakit
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung dan
hipertensi.

d) Riwayat kesehatan keluarga


Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga klien yang lain seperti kehamilan kembar, gangguan
mental, penyakit yang dapat diturunkan dan penyakit yang
dapat ditularkan.

3) Riwayat Ginekologi dan Obstetri


a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna,
bau, gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran
persalinan.
(2) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama
perkawinan dan berapa kali kawin.
(3) Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang digunakan
sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah
yang didapati dengan penggunaan kontrasepsi tersebut,
jenis kontrasepsi yang direncanakan dan jumlah anak yang
direncanakan keluarga.
14

b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu lahir,
masalah yang terjadi dan keadaan anak.
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak
pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan
kehamilannya.
(3) Riwayat Persalinan Sekarang
Merupakan persalinan yang keberapa bagi klien, tanggal
melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan,
banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan
bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.

4) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran
Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat
perdarahan.
b) Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada
klien post manual plasenta biasanya ditemukan keadaan
yang lemah.
c) Tanda vital
Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan manual plasenta.
15

d) Pemeriksaan fisik head to toe


(1) Kepala
Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan
keluhan yang dirasakan pada daerah kepala.
(2) Wajah
Pada klien post manual plasenta wajah tampak
pucat.
(3) Mata
Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi
penglihatan, pergerakan kedua mata, kebersihan, bila
keadaan konjungtiva pucat maka dapat dipastikan
anemis.
(4) Hidung
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, adanya
reaksi alergi, perdarahan, kesimetrisan, kebersihan
dan fungsi penciuman.
(5) Telinga
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien,
kesimetrisan, fungsi pendengaran dan kesimetrisan.

(6) Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan
keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, fungsi
pengecapan dan fungsi menelan. Pada klien post
manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak
pucat.
(7) Leher
Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien post
manual plasenta tidak ditemukan pembesaran
16

kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening, tidak ada


peningkatan JVP.
(8) Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara nafas
vesikuler, frekuensi nafas, irama jantung reguler,
bunyi jantung s1 dan s2.
(9) Payudara
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, kedaan
payudara, bentuk, hyperpigmentasi aerola, keadaan
putting susu, dan keseimetrisan serta pengeluaran
ASI.
(10) Abdomen
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, tinggi fundus
uteri hari ke-5 yaitu 3 cm bawah pusat, bising usus
normal 5-12 x/menit.
(11) Genetalia
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji keadaan
perineum, adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari
pertama lochea berupa darah yang disebut lochea
rubra, setelah 3-4 hari merupakan darah encer yang
disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh
menjadi cairan putih atau kekuningan yang disebut
lochea alba. Lochea berbau amis, dan yang berbau
busuk menandakan adanya infeksi.
(12) Anus
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, ada/tidaknya
hemoroid.
(13) Ekstermitas
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya
oedema, pergerakan dan kebersihan.
17

(14) Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya
dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur
dan melakukan aktivitas ringan seperti makan dan
minum.

5) Aspek Psikososial dan Spiritual


a) Pola piker
Kaji tentang eksplorasi pengetahuan klien, cara
perawatan diri dan bayinya, yang meliputi : Pemberian
ASI, rencana pemberian ASI, nutrisi yang baik untuk
menyusui dan makanan yang terbaik untuk bayinya,
rencana imunisasi bayi.
b) Persepsi diri
Dikaji hal yang amat difikirkan oleh klien saat dilakukan
pengkajian, harapan setelah mengalami perawatan dan
perubahan yang dirasa setelah melahirkan.

c) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan
tubuhnya selama periode post partum, apakah
perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi
perilaku dan adaptasinya terhadap pengasuhan
bayinya.
(2) Ideal diri
Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi
tersebut, apakah upaya klien untuk meningkatkan
kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayi.
(3) Peran
18

Bagaimana sikap ibu dengan kelahiran anaknya. Kaji


kesiapan klien untuk menjadi seorang ibu baru atau
perubahan peran dengan penambahan anggota
keluarga yang baru.
(4) Identitas diri
Adakah kepuasan klien menjadi seorang wanita yang
telah melahirkan anak.
(5) Harga diri
Adakah rasa bangga pada klien, bagaimana kepuasan
klien terhadap kelahiran tersesbut. Harga diri klien
akan meningkat karena klien sudah mempunyai
keturunan dan menjadi seorang ibu.

d) Hubungan komunikasi
Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa
utama yang digunakan oleh klien.

6) Pola Aktivitas Sehari-hari


Dikaji mengenai pola nutrisi, pola eliminasi BAK dan BAB,
pola istirahat tidur dan personal hygiene.
7) Pemeriksaan diagnostic
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah
(Hb, Ht, leukosit, trombosit). Pada kasus post manual
plasenta terjadi penurunan jumlah Hb dan Ht, terjadi
peningkatan jumlah leukosit.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
intervensi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
19

status kesehatan pasien yang nyata dan kemungkinan akan terjadi


dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
perdarahan post partum menurut (Doenges, 2001) adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler berlebihan.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status
kesehatan.
d. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan
cairan intravaskuler.
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif.
f. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi
jaringan.
20

c. Interverensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Dengan demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana
tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan
(Doenges, 2001).
No. Diagnosa Tujuan dan Inteverensi Rasional
Keperawatan Kriterua Hasil
1. Kekurangan TU : a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan a. Membantu dalam membuat rencana
volume cairan Kekurangan volume cairan persalinan/kelahiran, perhatiakan perawatan yang tepat dan
berhubungan dapat terpenuhi faktor-faktor penyebab atau memberikan kesempatan untuk
dengan kehilangan pemberat pada situasi hemoragi. mencegah dan membatasi
vaskuler KH : terjadinya komplikasi.
berlebihan. Mempertahankan
keseimbangan cairan, b.Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi b.Perkiraan kehilangan darah, arteial
dengan indikator : perdarahan; timbang dan hitung versus vena, dan adanya bekuan-
a. Memiliki asupan pembalut, simpan bekuan dan bekuan membantu membuat
cairan oral dan jaringan untuk dievaluasi oleh diagnosa banding dan menentukan
atau intravena dokter. kebutuhan penggantian.
yang adekuat c. Perhatikan hipotensi atau takikardi, c. Tanda-tanda ini menunjukan
21

b. TTV dalam perlambatan pengisian kapiler atau hipovolemi dan terjadinya syok.
rentang normal. sianosis dasar kuku, membran Perubahan pada tekanan darah tidak
c. Hb dan Hematokrit mukosa dan bibir. dapat dideteksi sampai volume
dalam batas cairan telah menurun sampai 30%-
normal. 50%.Sianosis adalah tanda akhir
Menunjukan status nutrisi, dari hipoksia.
dengan indikator : d.Kaji lokasi uterus dan derajat d.Derajat kontraktilitas uterus
a. Keseimbangan kontraksilitas uterus. Dengan membantu dalam diagnosa banding.
asupan dan haluaran perlahan masase penonjolan uterus Peningkatan kontraktilitas
yang seimbang. dengan satu tangan sambil miometrium dapat menurunkan
b. Memiliki asupan menempatkan tangan kedua diatas kehilangan darah. Penempatan satu
cairan oral dan atau simpisis pubis. tangan diatas simphisis pubis
intravena yang mencegah kemungkinan inversi
adekuat. uterus selama masase.
e. Pantau parameter hemodinamik, e. Memberikan pengukuran lebih
seperti tekanan vena sentral atau langsung dari volume sirkulasi dan
tekanan bagi arteri pulmonal, bila kebutuhan penggantian.
ada.
f. Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari cairan
22

isotonik atau elektrolit dengan f. Perlu untuk infus cepat atau


kateter 18G atau melalui jalur vena multipel dari cairan atau produk
sentral. Berikan darah lengkap atau darah untuk meningkatkan volume
produk darah (plasma, sirkulasi dan mencegah pembekuan
kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.

g.Berikan obat-obatan sesuai indikasi


: g.Meningkatkan,kontraktilitas,
Oksitosin, magnesium sulfat, memudahkan relaksasi uterus
heparin, terapi antibiotik. selama pemeriksaan manual,
heparin dapat digunakan untuk
h.Pantau pemeriksaan laboratorium menghentikan siklus pembekuan.
sesuai indikasi : Hb dan Ht. h.Membantu dalam menentukan
kehilangan darah. Setiap ml darah
membawa 0,5 mgHb.
2. Perubahan perfusi TU : a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan a. Nilai bandingan membantu
jaringan Tidak terjadi perubahan setelah kehilangan darah. menetukan beratnya kehilangan
berhubungan perfusi jaringan darah.
23

dengan b.Pantau tanda vital : catat derajat dan b. Luasnya keterlibatan hipofisis
hipovolemia KH : durasi episode hipovolemik. dapat dihubungkan dengan derajat
Menunjukan TD, nadi, gas c. Perhatikan tingkat kesadaran dan dan durasi hipotensi.
darah arteri dan Hb/Ht adanya perubahan perilaku. c. Perubahan sensorium adalah
dalam batas normal indicator dini dari hipoksia.
d.Kaji warna dasar kuku, mukosa d. Pada kompensasi vasokontriksi
mulut, gusi dan lidah : perhatikan dan pirau organ vital, sirkulasi
suhu kulit. pada pembuluh darah perifer
diturunkan, yang mengakibatkan
suhu kulit dingin.
e. Kaji payudara setiap hari, e. Kerusakan atau keterlibatan
perhatikan ada atau tidaknya laktasi hipofisis anterior mengakibatkan
dan perubahan pada ukuran tidak adanya produksi ASI dan
payudara. akhirnya menurunkan jaringan
payudara.
f. Pantau GDA dan kadar pH f. Membantu dalam mendiagnosa
derajat hipoksia jaringan asidosis
atau yangb diakibatkan dari
terbentuknya asam laktat dari
24

metabolism anaerobic.

g.Berikan terapi oksigen sesuai g. Memaksimalkan ketersediaan


kebutuhan. oksigen untuk transport sirkulasi
ke jaringan.

3. Ansietas TU : a. Evaluasi respon psikologis serta a. Membantu dalam menentukan


berhubungan Ansietas terkontrol persepsi klien terhadap kejadian rencana perawatan. Persepsi klien
dengan krisis hemoragi pasca partum. Klarifikasi tentang kejadian mungkin
situasi, ancaman KH : kesalahan konsep.\ menyimpang, akan memperberat
pada status Mengungkapkan kesadaran ansietasnya.
kesehatan. terhadap perasaan dan b. Evaluasi respon fisiologis pada b. Meskipun perubahan pada tanda
penyebab ansietas hemoragik pasca partum; misalnya vital mungkin karena respon
a. Melaporkan ansietas tachikardi, tachipnea, gelisah atau fisiologis, ini dapat diperberat
berkurang iritabilitas. atau dikomplikasi oleh faktor-
b. Tampak rileks faktor psikologis.
c. Mengidentifikasi cara- c. Sampaikan sikap tenang, empati c. Dapat membantu klien
cara untuk mengontrol dan mendukung. mempertahankan kontrol
ansietas. emosional dalam berespon
25

terhadap perubahan status


fisiologis. Membantu dalam
menurunkan tranmisi ansietas
antar pribadi.
d. Berikan informasi tentang d. Informasi akurat dapat
modalitas tindakan dan keefektifan menurunkan ansietas dan
intervensi. ketakutan yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan.
e. Bantu klien dalam e. Pengungkapan memberikan
mengidentifikasi perasaan ansietas, kesempatan untuk memperjelas
berikan kesempatan pada klien informasi, memperbaiki kesalahan
untuk mengungkapkan perasaan. konsep, dan meningkatkan
perspektif, memudahkan proses
pemecahan masalah.
f. Kaji strategi koping dan implikasi f. Ansietas berat atau lama dapat
jangka panjang dari episode diantisipasi bila komplikasi
hemoragi. permanen.

4. Risiko tinggi TU : a. Pantau adanya peningkatan TD a. Bila penggantian cairan berlebihan,


26

terhadap kelebihan Tidak terjadi kelebihan dan nadi : perhatikan pernapasan gejala-gejala kelebihan beban
volume cairan volume cairan terhadap tanda dispnea, stridor, sirkulasi dan kesulitan pernapasan
berhubungan ronki. dapat terjadi.
dengan KH : b. Pantau frekuensi infuse secara b.Masukan harus kurang lebih sama
penggantian Menunjukan TD, nadi, dan manual atau elektrinik. Catat dengan haluaran dengan kadar
berlebihan dari berat jenis urin, serta tanda masukan/haluaran. Ukur berat cairan stabil.
kehilangan cairan, neurologis dalam batas jenis urin.
perpindahan cairan normal c. Kaji status neurologis, perhatikan c. Perubahan perilaku mungkin tanda
intravaskuler perubahan perilaku dan awal dari edema serebral karena
peningkatan iritabilitas. retensi cairan.

d. Pantau kadar Ht d. Bila volume plasma membaik,


kadar Ht menurun.

5. Risiko tinggi TU : a. Demonstrasikan mencuci tangan a. Mencegah kontaminasi


infeksi Tidak terjadi infeksi yang tepat dan teknik perawatan silang/penyebaran organisme
berhubungan diri infeksius.
dengan tindakan KH : b.Pertahankan perubahan pada tanda b. Peningkatan suhu pada 2 hari
invasif. a. Suhu tubuh tidak vital atau jumlah sel darah putih berturur-turut, takikardia, atau
27

melebihi nilai leukositosis dengan perpindahan


normal ke kiri menandakan infeksi.
b. Tidak terjadi c. erhatikan gejala malaise, menggigil, c. Gejala-gejala ini menandakan
leukositosis anoreksia, nyeri tekan uterus, atau keterlibatan sistemik,
c. Lokhea bebas dari nyeri pelvis. kemungkinan menimbulkan
bau bakterimia, syok dan kematian
bila tidak teratasi.
d.Pantau kecepatan involusi uterus d. Infeksi uterus memperlambat
dan sifat serta jumlah rabas lokhea. involusi dan memperlama aliran
lokhea.

e. Diagnosa banding adalah penting


e. Selidiki sumber potensial lain dari untuk pengobatan yang efektif.
infeksi, seperti pernapasan, mastitis,
atau infeksi laluran kemih. f. Anemia serinh menyertai infeksi,
f. Kaji kadar Hb/Ht. Berikan memperlambat pemulihan dan
suplemen zat besi, sesuai indikasi. merusak sistem imun.

g. Antibiotik spektrum luas mungkin


28

g.Kolaborasi pemberian antibiotik diberikan sampai hasil kultur dan


intravena sesuai indikasi. sensitivitas tersedia

6. Nyeri akut TU : a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, a. Membantu dalam diagnosa


berhubungan Nyeri berkurang atau hilang dan durasi nyeri. Kaji klien banding dan pemilihan metode
dengan trauma terhadap nyeri perineal yang tindakan.
KH : menetap, perasaan penuh pada b.Situasi darurat dapat mencetuskan
Rasa nyeri berkurang vagina, kontraksi uterus atau nyeri rasa takut dan ansietas, yang
a. Mengidentifikasi tekan abdomen. memperberat persepsi
metoda yang tepat b. Kaji kemungkinan penyebab ketidaknyamanan.
secara individual psikologis dari ketidaknyaman.
untuk meningkatkan c. Instruksikan klien untuk c. Pendidikan dengan metoda
kenyamanan. melakukan teknik relaksasi : fisiologis dan psikologis dari
berikan aktivitas hiburan dengan kontrol nyeri menurunkan ansietas
tepat. dan persepsi ketidaknyamanan
klien.
d. Berikan tindakan kenyamanan
seperti pemberian kompres es pada d. Kompres dingan meminimalkan
perineum atau lampu pemanas edema, dan menurunkan hematoma
29

pada penyembuhan episiotomi. serta sensasi nyeri, panas


meningkatkan vasodilatasi yang
memudahkan resorbsi hematoma.

e. Berikan analgesik, narkotik, atau e. Menurunkan nyeri dan ansietas,


sedatifsesuai indikasi. meningkatkan relaksasi
30

d. Inplementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)

e. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang
telah ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat
dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
meniali secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan
apakah rencana diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau
dihentikan. Dan penulis memakai evaluasi sumatif. (Suprajitno, 2004).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Klien bernama Ny. E berumur 33 tahun, jenis kelamin Perempuan, beragama
Islam, pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong, nomor rekam medik
3157, klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 30 November 2014 jam 16.30 WIB
di ruang Kebidanan Rumah sakit TK.II Kesdam IM dengan diagnosa medis
Retensio Plasenta, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 1 Desember 2014
sampai dengan 3 Desember 2014. Sebagai penanggung jawab Tn. M selaku Suami
Pasien, umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS DKA, pendidikan SMA,
alamat Montasik Ds. Cot Seunong.
Keluhan utama pasien merasa pusing, riwayat kesehatan sekarang pasien
mengatakan sebelum masuk rumah sakit TK. II Kesdam IM ± 4 jam klien telah
melahirkan di rumah di tolong oleh bidan, klien mengatakan plasenta nya belum
keluar disertai perdarahan banyak dan klien merasakan mules. Pada saat dikaji
tanggal 1 Desember 2014, klien mengeluh pusing, pusing dirasakan bertambah
apabila klien banyak beraktivitas, dan berkurang apabila diistirahatkan. Pusing
dirasakan seperti berkunang-kunang. Pusing dirasakan ± 5 menit.
Riwayat kesehtan masalalu menurut penuturan pasien sebelumnya klien belum
pernah mengalami hal yang klien alami saat ini. Dan klien tidak mempunyai
penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan ataupun penyakit
menular maupun penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga menurut
penuturan pasien didalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama
seperti klien sekarang, dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular.
Riwayat Obaterti, G : 3 P : 3 A : 0, Riwayat persalinan sekarang pasien bersalin
tanggal 30 November 2014 dengan Spontan, lamanya berlangsung kala 1 ± 3 jam,
kala 2 ± 2 jam, dan kala 3 pasien mengalami permasalahan sehingga di rujuk ke

31
32

rumah sakit TK. II Kesdam IM, Anak yang di lahirkan berjenis kelamin laki- laki,
BB bayi 31 gram, Tinggi badan 48 cm, APGAR Score 6
Pemeriksaan fisik ibu pada tanggal 1 Desember 2014 Oleh pengkaji di dapat
kan hasil kadaan ibu tampak lemas, kesadaran compos mentis, TTV TD : 110/ 70
mmHg, N : 72 x/I, RR : 20 x/I, T: 36,50 C pemeriksaan Headto Toe yang di dapat
kan adalah :
B. Genogram

PS

Keterangan :
: Laki- Laki meninggal

: Laki- Laki

PS : Pasien Perempuan

: Perempuan Meninggal

: Perempuan
33

1.Integumen
a. Kulit
Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat, turgor kulit baik
terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan bersih.
b. Kuku
Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika ditekan kembali ke keadaan
semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak kotor.
2.Kepala
Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran merata, lubrikasi
tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat lesi, oedema maupun
massa, dan keadaan bersih.

3.Muka
Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih.
4.Mata
Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata kiri,
sklera putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang cahaya,
pergerakan bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai dengan klien dapat
membaca papan nama mahasiswa pada jarak ± 50 cm.
5. Hidung
Pada saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri dan kanan,
fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat membedakan bau minyak
wangi dan alkohol dengan mata ditutup, keadaan bersih, tidak terdapat secret.
6.Telinga
Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi pendengaran
baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa diulang, tidak terdapat
benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat serumen pada liang telinga.
34

7.Mulut
Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa kering .
Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak warna putih,
permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi pengecapan baik
terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis.
8. Leher
Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP, dapat digerakan
kesegala arah dan keadaan bersih.
9. Dada
Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi
pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung reguler, tekanan darah
110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat retraksi intercostalis, dan
keadaan bersih.
10. Payudara
Kedua payudara tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi
keras, putting susu kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola,
ASI (+) dan keadaan payudara tampak bersih.
11. Abdomen
Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan linea alba,
tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat bising usus (+),
dan keadaan perut bersih.
12. Genetalia
Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia, tampak keluaran
lochea serosa ± 5 cc, perineum tampak utuh.
13. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
35

14. Ekstremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat digerakan ke segala arah
pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
b.Bawah
Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan, dengan kekuatan otot
5 (0-5).
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Ny. E
Hasil Laboratoriu, Tanggal : 30 November 2014
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 8,4 gr/dl 12- 16 gr/dl
Hematokrit 24% 35- 47 %
Leukosit 12.200/ mm3 4000-10.000/ mm3
Trobosit 336.000/ mm3 150.000-450.000/mm3
Eritrosit 2,81 juta/ mm3 3,6 – 5,8 juta/ mm3

2. Penatalaksanan Medis
a. Infus Ringer laktat : 20 tetes/menit
b. Cefotaxime : 2x1 gr (Bolus)
c. Metronidazole : 2x1 500 ml (Bolus)
36

D. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


DS : Perdarahan akibat
Klien mengatakan telah komplikasi dari tindakan Kekurangan volume cairan
mengalami perdarahan manual plasenta sehingga
Klien mengeluh pusing menyebabkan kehilangan
1 DO : melalui vaskuler
- Klien tampak pucat mengganggu proses
- Hb 8,4 gr/dl sirkulasi mengakibatkan
-Mukosa bibir kering kekurangan volume cairan.
- Konjungtiva anemis
DS : ASI tidak keluar maksimal Nyeri akut
Klien menegluh menyebabkan terjadinya
nyeri pada payudara penggumpalan sehingga
DO : terjadi pembengkakan pada
2
- Payudarah tampak payudara (engorgement)
bengkak dan payudara menjadi keras
- saat di palpasi menimbulkan nyeri
kondisinya keras
DS : Tonus otot usus menurun Ganggual pola eliminasi BAB :
Klien mengeluh belum selama persalinan konstipasi
BAB menyebabkan peristaltik
3
DO : usus menurun, sehingga
- Perut tampak distensi buang air besar menjadi
terganggu.
37

E. Diagnosa Keperawatan Sesuai Peoritas


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara
3. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
tonus otot usus
38

F. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujaun Dan Interverensi Rasional
Keperawatan Kritereia Hasil
1. Kekurangan volume TU : a. Observasi tanda vital, a. Penurunan sirkulasi darah
cairan berhubungan Dalam jangka pendek 1x24 bandingkan dengan dapat terjadi dari
dengan kehilangan jam, setelah dilakukan hasil normal pasien peningkatan kehilangan
vaskuler berlebihan, tindakan keperawatan saat ini atau sebelumya cairan mengakibatkan
ditandai dengan kekurangan volume cairan hipotensi dan takikardi
teratasi b.Kaji dan catat, tipe dan b.Perkiraan kehilangan darah,
sisi perdarahan dan adanya bekuan-bekuan
KH : membantu, membuat
a. Tidak terjadi diagnosa banding dan
perdarahan menentukan kebutuhan
b. Pusing berkurang c. Berikan cairan sesuai penggantian.
c. Hb 10 gr/dl indikasi c. Penggantian atas
d. Konjungtiva merah kehilangan dapat
muda memperbaiki konsentrasi
e. Mukosa bibir ginjal /adanya kegagalan.
lembab d.Awasi pemeriksaan d.Peningkatan menunjukan
39

laboratorium misalnya hemokonsentrasi


: Hb dan Ht

2. Nyeri akut TU : a. Kaji keluhan nyeri, a. Dengan mengetahui


berhubungan dengan Dalam jangka pendek 1x24 termasuk lokalisasi seberapa besar rasa nyeri
pembengkakan jam, setelah dilakukan yang dirasakan dan
payudara, ditandai tindakan keperawatan nyeri lokalisasinya dapat
dengan dapat teratasi. memudahkan intervensi
b. lakukan dan ajarkan selanjutnya.
KH : klien untuk b. Merangsang kelenjar-
a. Nyeri berkurang melakukan kelenjar air susu sehingga
b. Pembengkakan perawatan payudara. produksi ASI lancar dan
c. payudara berkurang Mengurangi
c. Penkes tentang pembengkakan pada
perawatan payudara payudara
c. Diharapkan pengetahuan
klien bertambanh sehingga
klien dapat melakukannya
secara mandiri.
40

3. Gangguan pola TU : a. Kaji/auskultasi a. Bunyi usus secara umum


eliminasi BAB : Dalam jangka pendek 1x24 bising usus menurun pada konstipasi
konstipasi jam setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan b. Anjurkan klien b. Melancarkan BAB dan
penurunan tonus gangguan pola eliminasi mengkonsumsi menurunkan distress dan
otot usus menurun dapat teratasi makanan tinggi serat distensi abdomen
dan hindari makanan
KH : yang membentuk gas
Klien mengatakan sudah
dapat BAB
41

G. Catatan Keperawatan
NO. Diagnosa Tanggal dan Implementasi Catatan Perkembangan
Keperawatan Waktu
1. Kekurangan volume 1 Desember 2014 Mengobservasi TTV : S :Pasien mengatakan masih
cairan berhubungan Senin a. TD : 110/70 pusing
dengan kehilangan 13.00 WIB b. N : 72 x/m O:
vaskuler berlebihan, c. R : 20 x/m a. Klien tampak pucat
ditandai dengan d. S : 35 0 C b. Hb 8,4 gr/dl
c. Mukosa bibir kering
d. Konjungtiva anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. Nyeri akut 1 Desember 2014 Mengkaji kualitas nyeri S : Klien megatakan setelah
berhubungan dengan Senin dan lokalisasinya : nyeri dilakukan pengompresan
pembengkakan 13.00 WIB dikedua payudara dan payudara nyeri berkurang
payudara, ditandai terasa menjalar ke O:
42

dengan punggung. a. Payudara masih tampak


bengkak
b. Ketika dipalpasi masih
keras
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3. Gangguan pola 1 Desember 2014 bising usus: S : Klien mengatakan masih
eliminasi BAB : Senin mengauskultasi bising belum BAB
konstipasi 14.00 WIB usus 6x/menit O : Perut kembung
berhubungan dengan A : Masalah belum teratasi
penurunan tonus otot P : Lanjutkan intervensi
usus menurun

No. Diagnosa Tanggal dan Implementasi Catatan Perkembangan


Keperawatan Waktu
1. Kekurangan volume 2 Desember 2014 Mengobservasi TTV : S : Klien mengatakan pusing nya
cairan berhubungan Selasa a. TD : 110/70 mulai berkurang
dengan kehilangan 14.30 WIB b. N : 72 x/m O:
vaskuler berlebihan, c. R : 20 x/m a. Klien sudah tidak pucat
43

ditandai dengan d. S : 35 0 C b. Konjungtiva anemis


c. Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2. Nyeri akut 2 Desember 2014 Mengkaji kualitas nyeri S : Klien mengatakan nyeri
berhubungan dengan Selasa dan lokalisasinya : nyeri berkurang
pembengkakan 14.30 WIB dikedua payudara dan O :
payudara, ditandai terasa menjalar ke a. Payudara tampak tidak
dengan punggung. terlalu membengkak
b. Payudara sudah tidak
keras

A : Masalah teratasi sebagian


P :
a. Anjurkan ibu untuk terus
menetek kan kepada bayi
nya
b. Lanjutkan perawatan
44

payudara

3. Gangguan pola 2 Desember 2014 Gangguan pola eliminasi S : Klien mengatakan sudah BAB
eliminasi BAB : Selasa BAB : konstipasi O : Perut tidak distensi
konstipasi 14.30 WIB berhubungan dengan A : Masalah teratasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot usus P :
penurunan tonus otot menurun a. Anjurkan ibu untuk
usus menurun memakan makanan tinggi
serat
b. Inteverensi di hentikan
45
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Implementasi Catatan Perkembangan
Waktu
1. Kekurangan volume 3 Desember 2014 Mengobservasi TTV : S : Klien mengatakan sudah tidak
cairan berhubungan Rabu a. TD : 110/70 pusing
dengan kehilangan 09.00 WIB b. N : 72 x/m O:
vaskuler berlebihan, c. R : 20 x/m a. Klien tampak segar
ditandai dengan d. S : 35 0 C b. Konjungtiva anemis
c. Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

2. Nyeri akut berhubungan 3 Desember 2014 Mengkaji kualitas nyeri dan S : Klien mengatakan payudara
dengan pembengkakan Rabu lokalisasinya : nyeri dikedua nya sudah tidak nyeri
payudara, ditandai 09.00 WIB payudara dan terasa O :
dengan menjalar ke punggung. a. Payudara tampak tidak
membengkak
b. Ketika dipalpasi sudah
tidak keras
A : Masalah teratasi
P : Inteverensi di hentikan
46

H. Evaluasai
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24 jam,
didapatkan bahwa Klien mengatakan sudah tidak pusing, Klien mengatakan
payudara nya sudah tidak nyeri Klien mengatakan sudah BAB.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang pembahasan pada
bab II dan III mengenai kesenjangan pada persamaan Asuhan Keperawatan yang
penulis laksanakan pada Ny. E dengan post partum spontan post manual plasenta
atas indikasi retensio plasenta di ruang Kalimaya RS TK.II Kesdam IM Banda
Aceh 2014, penulis sesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian


dilakukan melalui pendekatan yang meliputi kegiatan pengumpulan data dan
informasi tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien baik aktual
maupun potensial, dimana penulis mengkaji klien secara menyeluruh yang
meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengkajian dilakukan
melalaui wawancara, observasi yang ditemukan atau didapat dari pernyataan
yang dikeluarkan oleh klien, keluarga klien juga dari pernyataan dari perawat
ruangan dan data-data yang diperoleh dari buku status klien.
Penulis menemukan data subjektif dari klien yaitu keluhan yang dirasakan
klien saat ini adalah pusing, hal ini diakibatkan karena perdarahan yang
merupakan komplikasi dari tindakan manual plasenta . Pada pemeriksaan fisik
data yang didapatkan dari klien yaitu, klien tampak lemah, klien tampak pucat,
mukosa bibir kering, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan hasil yaitu Hb 8,4 gr/dl, terjadi penurunan diakibatkan oleh
kehilangan vaskuler berlebihan. Ht 24 %, Jika ada penurunan pada hematokrit
maka ini merupakan indikator dari adanya anemia, dan kehilangan banyak
darah. Menurut teori jika hematokrit menurun < 30% hal ini menunjukan
bahwa klien mengalami anemia sedang hingga berat. dan leukosit

47
48

12.200/mm3, leukositosis menandakan terjadinya infeksi, infeksi ini


diakibatkan oleh tindakan invasif .
Selanjutnya data yang didapat dari pengkajian psikososial yaitu klien
belum mengetahui cara perawatan payudara karena sebelumnya klien tidak
mengalami pembengkakan pada payudara.
Selama melakukan pengkajian penulis tidak menemui hambatan yang
berarti karena klien dan keluarga memberikan respon yang positif dan
kooperatif, sehingga memudahkan penulis dalam mengenali data. Hal ini
didukung pula oleh perawat ruangan dan tim kesehatan yang lain yang
memberikan informasi demi kelancaran asuhan kperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus pada klien
post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara.
3. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot usus.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis yang timbul pada
post manual plasenta atas indikasi retnsio plasenta menurut Doenges, 2001
adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status
kesehatan.
49

4. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan


penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan
intravaskuler.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
6. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi
jaringan.
Diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus adalah diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan payudara, gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot usus dan risiko tinggi infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif.
Masalah keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan teoritis tetapi
tidak penulis dapatkan pada tinjauan kasus adalah Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan hipovolemia diagnosa ini tidak di angkat karena hanya
ada sebagian kecil data yang menunjang ke arah itu. Ansietas berhubungan
dengan krisis situasi, ancaman pada status kesehatan diagnosa ini tidak
penulis angkat karena pasien sudah tidak cemas akan perdarahan yang di
alaminya.
Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penggantian berlebihan dari kehilangan cairan, perpindahan cairan
intravaskuler diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data yang
menunjang ke arah itu. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan
trauma/distensi jaringan diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada
data yang menunjang ke arah ini.
dapatkan pada tinjauan teoritis adalah Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan payudara diagnosa ini penulis angkat karena ibu belum
mendapatkan rangsangan isapan dari bayi sehingga menyebabkan
engorgement yang menimbulkan nyeri.
50

Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan


tonus otot usus diagnosa ini penulis angkat karena ibu belum dapat BAB
sedangkan menurut teori BAB secara spontan dapat tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan
masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah
pasien.
Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus Ny. E, maka penulis merumuskan rencana asuhan keperawatan sesuai
prioritas masalah yang dialami pasien.
a. Diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler berlebihan, tujuannya agar tidak terjadi dengan kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan, dengan indikator : Memiliki
asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat, TTV dalam rentang
normal, Hb dan Hematokrit dalam batas normal, menunjukan status nutrisi,
dengan indikator : keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang,
memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat. Dan rencana
tindakan yang diberikan adalah obsevasi tanda-tanda vital, kaji dan catat
tipe dan sisi perdarahan, berikan cairan sesuai indikasi dan awasi
pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan Ht(Doengoes, 2000).
b. Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara tidak
terjadi atau dapat dihindarkan dengan kriteria : secara verbal klien
mengatakan nyeri berkurang dan tidak terjadi pembengkakan, adapun rencana
tindakan keperawtan yang akan diberikan yaitu, kaji keluhan nyeri termasuk
lokalisasi, ajarkan klien untuk melakukan perawatan payudara(Doengoes,
2000).
51

c. Diagnosa gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan


penurunan tonus otot usus dapat teratasi dengan kriteria secara verbal klien
mengatakan sudah dapat BAB, adapun rencana tindakan keperawatan yang
akan diberikan yaitu, kaji/auskultasi bising usus, dorong masukan cairan
2.500-3.000 ml/hari, hindari makanan yang membentuk gas, anjurkan klien
untuk mobilisasi ringan(Doengoes, 2000).

D. Implementasi Keperawatan
d. Rencana keperawatan yang telah diaplikasikan secara nyata pada
klien, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan pendelegasian kepada
perawat ruangan. Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai perencanaan yang telah ditetapakan sesuai dengan kondisi, situasi serta
keadaan klien sekarang. Namun tidak semua intervensi dapat dilaksanakan
karena adanya keterbatasan waktu, alat, dan pengetahuan yang dimiliki
penulis(Doengoes, 2004).
a. Untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada tanggal 30 November
2014, memberikan cairan sesuai indikasi dan mengawasi pemeriksaan
laboratorium seperti Hb dan Ht.
b. Untuk mengatasi nyeri, melakukan dan mengajarkan ibu untuk
perawatan payudara.
c. Untuk mengatasi gangguan pola eliminasi BAB, yaitu dengan mendorong
masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari dan memberitahu klien untuk
menghindari makanan yang membentuk gas dan mengkonsumsi makan
yang tinggi serat.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk memanatau kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Dalam menilai hasil proses keperawatan yang dilakukan pada tiap diagnosa
yang ditemukan pada klien semuanya dapat teratasi.
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik


beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa pengertian retensio plasenta menurut buku obstetri adalah belum
lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Dan tindakan pertama
yang dilakukan yaitu dengan cara manual plasenta, dimana tindakan ini
dilakukan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual
(mengggunakan tangan) dari tempat implantasinya.
Asuhan keperawatan pada pasien post manual plasenta adalah suatu
tindakan yang diberikan pada ibu post partum mulai dari pengkajian data,
menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan
mengimplementasikan dan terakhir melakuakan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
Dari hasil pengkajian dan di analisa pada Ny. E dapat ditegakan empat
masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan, nyeri akut, gangguan
eliminasi BAB : konstipasi dan risiko tinggi terjadi infeksi. Dan penulis dapat
melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien dengan post
manual plasenta sesuai dengan teori yang ada, kemudian penulis melakukan
tindakan keperawtan sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya, dan
berkat bantuan dari berbagai pihak implementasi keperawatan dapat diberikan
sesuai dengan rencana dan memberikan hasil yang positif terhadap Ny. E
yaitu masalah dapat teratasi. Kemudian melakukan pendokumentasian asuahn
keperawatan kepada Ny. E dalam bentuk karya tulis ini.

52
53

B. Penutup

Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan dan ilmu tentang


keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas dengan post
manual plasenta, maka rekomendasi dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi perawat
diharapkan memandang pasien sebagai makhluk yang unik dan dalam
memberikan perawatan harus dilakukan secara komprehensif meliputi
aspek bio-psikososial dan spiritualnya, dan menambah pengetahuan serta
keterampilan dalam melakukan perawatan pada klien.
2. Bagi institusi pendidikan,
yang telah membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan yang
banyak khususnya dibidang keperawatn agar tercipta sumber daya
manusia yang profesional, bermartabat dan berilmu.
3. Bagi Rumah Sakit Tingkat II Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh
diharapakan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan kesehatannya.
54

DAFTAR PUSTAKA

Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Edy. (2011). Askep Retensio Plasenta, http://wbciart.blogspot.com/2011/12/ askep-


retensio-Plasenta.html, diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014.

Prawirohardjo (2005) Pendahuluan kti Partus Normal indikasi Retensio Plasenta,


http://bluesteam47.blogspot.com /2005/06/pendahuluan-kti-Partus-normal-indikasi-
retensio-plasenta.html, diperoleh tanggal 1 Desember 2014

Manuaba, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Sastrawinata.2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai