Anda di halaman 1dari 5

ermain Media Sosial Dalam Pandangan Islam Berkenaan dengan kemajuan teknologi, Islam

bukan agama yang menutup diri dari kemajuan teknologi. Akan tetapi Islam telah memberi
batasan-batasan penggunakan teknologi agar tidak disalahgunakan. Batasan tersebut telah
disimpulkan dalam makna kemaslahatan untuk umat manusia itu sendiri. Maka segala sesuatu itu
jika membahayakan manusia baik kesehatan, akhlak atau keimanannya, maka hal tersebut harus
dihindari. Facebook, Twitter atau internet secara umum adalah salah satu buah kemajuan
teknologi. Seperti halnya Televisi, Handphone dan Radio juga bisa digunakan untuk kebaikan
dan bisa juga digunakan untuk kemaksiatan. Di jaman sekarang ini sudah tidak bisa di pungkiri
lagi bahwa hampir setiap orang dari mulai remaja, anak-anak, sampai kalangan orang tua sudah
pasti mengenal yang namanya media sosial seperti facebook, twitter, YM dan masih banyak lagi
yang lainnya, media sosial sangatlah baik dan banyak memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia akan tetapi juga dapat berdampak negatif jika pengguaannya terlalu
berlebihan. Bagi teman-teman muslim hendaknya dapat memfilter dan memilih-milih jangan
sampai penggunaan media sosial menjerumuskan kita. Maka asal hukumnya, hal tersebut diatas
adalah mubah. Sebab semua itu adalah media atau wasilah. Dan hukum wasilah adalah sesuai
hukum tujuannya. Menghukumi media atau wasilah dengan hukum haram mutlak atau halal
mutlak adalah tidak benar. Akan tetapi semua akan berubah hukumnya sesuai dengan
penggunaanya. Jika digunakan untuk sesuatu yang haram maka hukumnya menjadi haram dan
jika digunakan untuk sesuatu yang halal maka hukumnya juga halal (mencakup wajib, sunnah
dan makruh). Di sini terlebih dahulu penulis akan mencoba memberikan dampak positif dari
media sosial itu sendiri 1. Media sosial dapat menyambung talli silahturahmi dengan kerabat,
saudara, ataupun teman-teman yang lama yang sudah tidak bertemu, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang
pemutus keluarga.”(HR. Bukhari) . Dari sabda Rasulullah tersebut jelas bahwa islam sangat
membenci oran yang memutuskan tali silahturahmi dan dianjurkan untuk menjalin tali
silahturahmi dengan banyak orang. 2. Hal positif lainnya adalah dengan memanfaatkan media
sosial kita dapat membagikan hasil karya berupa kaligrafi, tulisan ilmiah yang tidak menyimpang
dari agama Islam. 3. Media sosial juga kita dapat memanfaatkan sebagai jalan dakwah atau
menyampaikan ajaran islam. 4. Dengan media sosial juga kita dapat mencari jodoh yang sesuai
dengan keinginan kita dan tentunya insya Allah sesuai pula dengan agama kita. Dalam hal ini
banyak komunitas legal yang menaungi dan mewadahi. 5. Kita dapat memperoleh banyak
informasi yang berguna yang kita butuhkan dan masih banyak lagi kelebihan lainnya. 6. Media
sosial bisa digunakan untuk berbisnis 7. Media sosial bisa digunakan dalam menghubungkan diri
kita dengan komunitas-komunitas pengembangan diri, seperti komunitas belajar matematika,
belajar internet marketing, peluang bisnis, dan sebagainya. 8. Media sosial dapat digunakan
untuk menonton video-video ceramah 9. Media sosial dapat digunakan mendownload video-
video ceramah 10. Media sosial bisa menjadi sarana yang murah, bahkan gratis untuk bergerak
dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Memang kita pahami bersama bahwa sosial
media sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Bagi mereka sehari saja tidak
membuka facebook seakan-akan ada yang kurang sekali dalam kehidupan. Alhamdulillah jika
bijak, maka facebook dan media sosial bisa sangat bermanfaat bagi agama dan masyarakat.
Berikut ini damak negatif dan ujian agama yang sering terjadi bagi pengguna facebook: 1. Fitnah
lawan jenis Di media sosial orang-orang bebas berinteraksi dan bermuamalah. Bagi mereka yang
peduli dengan batasan syariat maka mereka akan patuh dengan aturan syariat yaitu membatasi
dan meminimalkan interaksi lawan jenis yang bukan mahram, berinteraksi jika ada keperluan
yang mendesak saja. Nah di dunia nyata mungkin mereka akan malu dan tidak berani akan tetapi
di dunia maya lebih mudah dan tersembunyi. Fitnah tersebut bisa jadi virus merah jambu, panah
cinta dan khamer asmara yang bisa membuat mengganggu pikiran dan agam seseorang. Fitnah
yang lainnya lagi berupa perselingkuhan yang berujung perceraian dan kerusakan rumah tangga,
belum lagi kita dengar berita seorang wanita yang diperkosa oleh teman facebooknya setelah
janjian bertemu, dan berbagai kasus lainya. Yang berkata mengenai bahaya fitnah lawan jenis
bukan siapa-siapa tetapi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang berkata, beliau bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫اء‬ ِ ‫س‬ َ ِ‫الر َجا ِل ِمنَ الن‬ ِ ‫ض َّر َعلَى‬ َ َ ‫َما ت ََر ْكتُ بَ ْعدِى فِتْنَةً أ‬
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-
laki yaitu (fitnah) wanita.” (HR. Bukhari no.5096 dan Muslim no.7122) Wanitapun demikian, ia
saudara kandung laki-laki memiliki perasaan yang sama, memiliki kebutuhan yang sama, lebih-
lebih ditambah buaian pujian dan janji angan-angan dari laki-laki. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, ‫“إنما النساء شقائق الرجال‬Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.”
(HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth) 2. Fitnah gambar dan
pandangan Di media sosial, gambar-gambar begitu mudahnya didapati dan terlihat. Pandangan
yang bisa memacu syahwat dan melemahkan hati dan iman. Misalnya di facebook ada gambar-
gambar para wanita atau akhwat yang memajang foto mereka (entah asli atau sudah diedit), bagi
laki-laki yang saat itu imannya tidak kuat, mereka bisa saja menikmati gambar tersebut, bagi
yang sudah mempunyai istri maka mereka akan membanding-bandingkan sehingga tidak qanaah
dan bersyukur dengan apa yang ada pada istri mereka bahkan rasa sayang bisa berubah menjadi
sikap kasar. Belum lagi gambar-gambat iklan di samping kanan facebook yang gambar dan
judulnya membuat laki-laki tergoda untuk membukanya dan memang hal itu disengaja agar
meningkatkan kunjungan ke situs mereka. Bahaya pandangan yang haram sudah diingatkan oleh
syariat dan memang jika terkena hanya kenikmataan sesaat yang berujung penyesalan dan
ketidaktenangan hati bagi mereka yang berjiwa hanif. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepada Ali, ُ ‫اآلخ َرة‬ ِ َ‫ت لَك‬ْ ‫س‬ َ ‫ظ َرة َ فَإ ِ َّن لَكَ األُولَى َولَ ْي‬
ْ َّ‫ظ َرة َ الن‬
ْ َّ‫ى الَ تُتْبِع الن‬
ِ ُّ ‫“يَا َع ِل‬Wahai `Ali, Janganlah
kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu
boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. Abu Dawud no.2134,
dihasankan oleh Syaikh Albani) 3. Tidak amanah ilmiah Alhamdulillah media sosial menjadi
sarana berlomba-lomba menyebarkan kebaikan. Ada yang sering share status nasehat dan
catatan. Akan tetapi terkadang amanat ilmiah kurang diperhatikan dalam hal ini. Ada yang sering
atau bahkan setiap hari membuat note tentang agama dengan cara copy-paste akan tetapi ia tidak
mencantumkan sumbernya, atau ia sekedar komentar sedikit kemudian menisbatkan tulisan
tersebut pada dirinya. Hal ini bisa kita ketahui ketika ada seseorang yang kecewa ketika tulisan
yang ia susun kemudian di posting dalam bentuk note oleh orang lain, kemudian yang membuat
note mengaku bahwa ini adalah karyanya. Setelah ditelusuri dan dilacak, caranya dengan
memblok satu paragraf tulisan yang ia contek kemudiankita paste di mesin pencari misalnya
google. Maka akan keluar bahwa note yang ia buat tiap hari bersumber dari situs dan blog
tertentu. Ini adalah fitnah dalam agama, ujian yang lebih parah dari orang yang ingin dipuji
manusia, riya’ dan sombong dengan ilmu agamanya, akan tetapi orang seperti ini –wal’iyadzu
billah ingin dipuji dan riya’ bukan karena ilmunya akan tetapi dengan membohongi. Orang yang
berilmu agama karena ingin dipuji manusia hukumannya keras di akhirat dan termasuk orang
yang paling pertama diadili kemudian dicampakkan dalam api neraka. Dari Abi Hurairah
Radhiallahu ‘anhu, ia berkata, ‫ضى يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة … َو َر ُج ٌل تَ َعلَّ َم ْال ِع ْل َم‬ َ ‫اس يُ ْق‬ ِ َّ‫ ِإ َّن ا َ َّو َل الن‬: ‫س ْو َل هللاِ َيقُ ْو ُل‬ َ :َ‫قَال‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬
َ َ َ َ َ
‫ قا َل‬,‫ي بِ ِه فعَ َّرفهُ نِعَ َمهُ فعَ َرفعَ َها‬ َُُ َ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ ْ َ ُ َّ ْ ْ َّ َ
َ , َ‫ تعَل ْم ال ِعل َم َو َعل ْمتهُ َوق َرأ فِيْكَ الق ْرآن‬:َ‫فَ َما َع ِملتَ فِ ْي َها؟ قال‬
ُ‫ت‬ ُ‫ت‬ َ ْ
َ ِ‫و َعل َمهُ َوق َرأََ الق ْرآنَ فأ ت‬:
‫ي‬ ْ
َ ‫ب َعلَى َوجْ ِه ِه َحتَّى اُل ِق‬ َ ‫س ِح‬ ُ ُ
ُ َ‫ ث َّم أ ِم َر ِب ِه ف‬، ‫ فَقَدْ قِ ْي َل‬، ٌَ‫ارى ٌء‬ ِ َ‫ َعا ِل ٌم َوقَ َرأْتَ اْلقُ ْرآنَ ِليُقَا َل ه َُو ق‬:َ‫ َولَ ِكنَّكَ تَعَلَّ ْمتَ ْال ِع ْل َم ِليُ َقال‬, َ‫ َكذَبْت‬:َ‫قَال‬
‫ار‬ِ َّ‫في ِ الن‬, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah…
Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta
membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya,
maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau
lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.‘ Allah berkata :
‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau
membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik).
Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. “ (HR. Muslim no. 1905) 4.
Fenomena “Mendadak ustadz” dan “ustadz google” Awalnya mungkin bisa jadi niatnya tulus
dan ikhlas ingin meyebarkan ilmu agama lewat media sosial. Akhirnya beberapa orang awam
menilai ia adalah seorang yang berilmu dan seorang ustadz yang bisa menjadi rujukan masalah
agama. Padahal beberapa tulisan dan status yang ia buat awalnyacopy-paste. Ia tidak belajar ilmu
ushul dan tidak mempunyai dasar ilmu agama yang kuat. Akan tetapi gelar “ustadz” yang
disematkan pada dirinya serta pujian orang awam membuat ia lupa dan terfitnahlah agamanya.
“jazakallahu khair atas ilmunya ustadz” “syukron ustadz” “sangat bermanfaat ustadz” Itulah
komentar-komentar berupa pujian yang bisa menjadi fitnah bagi ririnya. Sehingga jika ada yang
bertanya pada ia –dengan keterbatasan ilmunya- ia gengsi menjawab “tidak tahu”. Akan tetapi ia
mencari jawabnanya di mesin pencari seperti google, kemudian baru ia berfatwa. Padahal jelas
belum tentu rujukan yang ia dapat benar, belum tentu kesimpulan yang ia ambil benar dan belum
tentu ia tahu ternyata ada pendapat lain dalam masalah tersebut. Semoga kita dilindungi dari hal
ini. Karena hal ini termasuk berkata-kata atas nama Allah tanpa Ilmu yang merupakan dosa
terbesar bahkan dosanya di atas kesyirikan. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman, ‫ي‬ َ ِ‫قُ ْل إِنَّ َما َح َّر َم َرب‬
ُ َ
َّ ‫طانًا َوأ ْن تَقُولوا َعلَى‬
‫َّللاِ َما َال‬ َ ‫سل‬ ْ ُ ‫اَّللِ َما لَ ْم يُن َِز ْل بِ ِه‬ َ
َّ ِ‫ق َوأ ْن ت ُ ْش ِر ُكوا ب‬ ْ ْ ْ ِ ْ ‫طنَ َو‬
َ ‫اْلث َم َوالبَ ْغ‬
ِ ‫ي ِبغَي ِْر ال َح‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما ب‬
َ ‫ش َما‬ َ ‫اح‬ ِ ‫ْالفَ َو‬
َ‫“تَ ْعلَ ُمون‬Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu dan(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.
(Al A’raf [7] : 33) 5. Debat kusir masalah agama Ini juga sering terjadi di dunia maya bagi
mereka yang kurang berilmu dan kurang imannya. Berdebat baik masalah agama atau masalah
dunia. Dunia maya adalah wadah yang aman bagi mereka yang berjiwa kerdil dan pengecut.
Tekadang juga debat disertai kata-kata kasar dan tidak layak bahkan bisa sampai memvonis
bid’ah dan sesat bahkan kafir. Hal ini membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat apalagi
lawan debatnya adalah orang yang bodoh, maka bagaimanapun ia akan kalah dan tidak ada jalan
keluar. Sebaiknya hal ini dihindari dan langsung menutup diri atau keluar jika ada yang mulai
mengajak. Karena sebagai seorang muslim niat kita adalah menasehati dengan cara yang baik.
Jika diterima Alhamdulillah, jika tidak diterima maka ia masih saudara kita seagama yang berhak
mendapatkan hak-hak persaudaraan bukan langsung dianggap musuh dan tiada ampun. Hal ini
sudah peringatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, َ‫ض َّل قَ ْو ٌم بَ ْعد‬ َ ‫َما‬
ً‫ض َرب ُْوهُ لَكَ ِإالَّ َجدَال‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ َ َّ : َ ‫أ‬ ‫ر‬ َ ‫ق‬ ‫م‬ُ ‫ث‬ ،َ
‫ل‬ َ ‫د‬ ‫ج‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ا‬ ‫و‬ ُ ‫ت‬‫و‬ُ ‫أ‬
ْ ْ ِ َ َّْ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬ُ ‫ن‬‫َا‬
‫ك‬ ‫ًى‬ ‫د‬ ُ
‫ه‬ “Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah
mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca
(ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud
membantah saja” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Imam Asy-Syafi rahimahullah berkata, ‫ْال ِم َرا ُء فِي‬
َ‫ضغَائِن‬ َّ ‫ث ال‬ ُ ‫وب َوي َُو ِر‬َ ُ‫ ْال ِع ْل ِم يُقَسِي ْالقُل‬. “Berdebat dalam ilmu akan membuat keras hati dan mewariskan
dendam.” 6. Kecanduan facebook dan membuang-buang waktu Mungkin gambaran
kecanduannya seperti ini: a. Setelah sholat subuh langsung buka laptop kemudian login,
membuka-buka status yang sudah di update tadi malam (padahal statusnya kurang bermanfaat,
sekedar curhat atau main-main) b. Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit,
langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan,
membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting, sore hari setelah istirahat juga
langsung buka facebook lagi, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada, awalnya berniat
membuka link-link bermanfaat, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang
bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau
akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal
ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya
terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit
hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas
disiarkan. c. Maghribnya juga terkadang ada saja yang buka update status d. Kemudian ba’da
isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman
selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah
melakukan ibadah ini dan itu, baru selsai buka puasa sunnah dan lain-lainnya. Jika seperti ini,
kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat
dan beramal. Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu di dunia nyata
waktunya harus lebih banyak, jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang
berniat berdakwah d idunia maya, tetapi berdakwah d idunia nyata porsinya harus lebih besar,
kepada orang tua, kerabat dan lain-lain. Hal ini buang-buang waktu, padahal waktu sangat
berharga. Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda, ُ‫الص َّحة‬ ِ َّ‫ير ِمنَ الن‬
ِ :‫اس‬ ٌ ‫َان َم ْغب‬
ٌ ِ‫ُون فِي ِه َما َكث‬ ِ ‫نِ ْع َمت‬
ُ ‫“والفَ َرا‬Dua
‫غ‬ َ kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat
dan nikmat waktu luang”.(HR. Bukhari no.6412) Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, ‫ما ندمت‬
‫على شيﺀ ندمي على يوم ﻏربت ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ‬. “Tiada yang pernah kusesali selain
keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” (Lihat
Miftahul Afkar dan Mausu’ah khutab Al-Mimbar) Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, ‫أدركت‬
‫“أقواما كان أحدهم أشح على عمره منه على درهمه‬Aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka
lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka”( Dinukil dari
“waqtuka huwa umruka” Sumber:http://www.saaid.net/female/r166.htm) 7. Masbuk (ketinggalan
shalat berjamaah) sibuk facebook Inilah fitnah facebook, keasyikan bermain-main dan ngobrol
atau membuka berbaik link membuat lupa dan lalai untuk shalat, sering menunda shalat
berjamaah di masjid padahal adzan bahkan iqamat telah dikumandangakn. Begitu besar godaan
setan untuk menggoda, padahal shalat adalah tiang agama dan amalan yang pertama kali dihisab,
jika baik maka baiklah seluruh amalnya dan sebaliknya. begitu besar juga keutamaan bersegera
ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ف األ َ َّو ِل ث ُ َّم لَ ْم يَ ِجد ُوا‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫اء َوال‬
ِ َ‫اس َما فِى النِد‬ُ َّ‫لَ ْو َي ْعلَ ُم الن‬
َ ُ َ
‫ير ال ْستَبَقوا إِل ْي ِه‬ َّ َ َ َ َ ْ َ َّ
ِ ‫“إِال أن يَ ْست َ ِه ُموا َعل ْي ِه ال ْستَ َه ُموا َول ْو يَ ْعل ُمونَ َما فِى الت ْه ِج‬Jikalau orang-orang mengetahui apa yang
ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka
tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya
mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid
(berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya” (HR. Bukhari dan
Muslim.) Dan lihat juga teladan ulama kita, Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata, ‫قَا َل َو ِك ْي ُع‬
‫سنَةً لَ ْم تَفُتْهُ الت َّ ْك ِبي َْرة ُ األ ُ ْولَى‬ ُ ‫ َكانَ األ َ ْع َم‬:ِ‫بنُ ال َج َّراح‬. “Al-A’masy ketika mendekati umur 70
َ ‫ش قَ ِريْبا ً ِم ْن‬
َ َ‫س ْب ِعيْن‬
tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].” (Siyar
A’lam An-Nubala’ 6/345, Darul Hadits,Koiro, 1427 H, Asy Syamilah) Muhammad bin Sama’ah
rahimahullahu berkata, ‫عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة األولى إال يوما واحدا ماتت فيه‬
‫“أمي ففاتتني صالة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صالة أريد بذلك التضعيف‬Saya tinggal selama 40
tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika Ibuku
meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, kemudian saya shalat sebanyak 25 kali
karena menginginkan dilipatgandakan [pahala]…” (Tahdzibut Tahdzib 9/204, Mathba’ah
Dairatil Ma’arif, India, cet. I, 1326 H, Asy-Syamilah) 8. Ajang Cari jodoh dan ta’aruf yang tidak
syar’i Dunia maya adalah jalan yang paling aman bagi mereka yang mencari jodoh tidak pada
jalurnya yang tepat. Atau dimanfaatkan bagi mereka yang sekedar ingin bermain “bara api cinta”
padahal tidak ada tujuan menikah. Jadilah pacaran berkedok ta’aruf atau TTM (Ta’aruf Tapi
Mesra). Dunia maya bukan tempat yang bagus untuk mencari jodoh karena pribadi, sikap dan
ilmu agamanya belum tentu nyata dan sama di dunia yang sebenarnya. 9. Sering update status
nasehat tetapi tidak berusaha dilaksanakan Sebagian ada orang yang sering membagikan nasehat
dan status ilmu agama, baik dari dirinya atau share dari status orang lain. Akan tetapi ia tidak
berusaha melakukan nasehat tersebut, bahkan ia yang melakukan berbagai larangan dalam
nasehat tersebut. Sudah banyak sekali nasehat yang ia nasehatkan kepada orang lain akan tetapi
ia lupa dengan dirinya sendiri. Semoga Allah melindungi kita dari hal seperti ini. Karena hal ini
ancamannya besar dan keras. Allah Ta’ala berfirman, َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِل َم تَقُولُونَ َما َال تَ ْفعَلُونَ َكب َُر َم ْقتًا ِع ْند‬
َ‫“َّللاِ أ َ ْن تَقُولُوا َما َال تَ ْف َعلُون‬Wahai
َّ orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff: 3) 10. Malas dan lalai menuntut ilmu agama di
majelis ilmu dunia nyata Banyaknya sarana untuk mendapatkan ilmu di dunia maya membuat
orang merasa cukup. Banyak tulisan-tulisan di web dan blog, tinggal mencari kata kunci maka
yang ingin dicari akan didapatkan. Begitu juga dengan link-link kajian dan rekaman kajian
membuat orang merasa malas dan mencukupkan diri dengan menuntut ilmu agama di dunia
maya. Padahal menuntut ilmu agama total di dunia maya berbahaya bagi mereka yang pemula
dan tidak punya dasar ilmu agama yang baik dan benar. Kemudian berbagai macam keutamaan
menghadiri majelis ilmu langsung, bertemu dengan teman yang shalih dan shalihah atau melihat
akhlak ustadz atau guru. Maka ini tidak kita dapati di dunia maya. Semoga tulisan ini bisa
bermanfaat untuk kita semua, sehingga kita bisa menggunakan media sosial secara bijaksana

Sumber: http://www.assalammadani.or.id/2016/07/bermain-media-sosial-dalam-pandangan.html
Konten adalah milik dan hak cipta www.assalammadani.or.id

Anda mungkin juga menyukai