Anda di halaman 1dari 6

ACOS adalah suatu panel saklar pindah dari catu daya utama ke catu daya sekunder atau sebaliknya

yang dikontrol oleh


sebuah unit kontrol automatic (automatic main failure). Bila terjadi gangguan pada catu daya primer maka beban yang
tersambung akan putus sesaat dan kemudian akan diambil alih oleh genset.

Bila catu daya utama masuk lagi maka beban langsung diambil alih oleh catu daya utama sesuai waktu pengesetan
ACOS, kemudian genset akan mati dalam beberapa menit sesuai setting.

ACOS (Automatic Change Over Switch ) - ATS ( Automatic Transfer Switch ) PLN-GENSET Berfungsi untuk memindahkan
aliran listrik dari PLN ke Genset atau sebaliknya , secara otomatis bila terjadi padam listrik PLN atau sebaliknya. Sehingga
tidak perlu mengubah jalur ailiran listrik secara manual.

Rumus untuk mencari daya nyata :

P =V x I x cosφ

Keterangan :
 P : daya nyata satuannya Watt.
 cos phi : perbedaan sudut antara tegangan dan arus.

Pertanyaan :
Suatu rumah memiliki kapasitas daya nyata sebesar 2000 watt. Jika tegangan yang digunakan adalah 220 volt,
dan cos phi sebesar 0,6, tentukan besarnya arus listrik yang mengalir pada rumah tersebut.
Jawab :
I = P/(V cosφ ) Sehingga diperoleh arus sebesar 15,15 ampere.
Rumus untuk mencari daya semu :

S=VxI S : daya semu satuannya VA.

Pertanyaan :
Sebuah kapasitas daya semu yang terpasang pada sebuah rumah adalah sebesar 900 VA. Jika tegangan yang
digunakan adalah 220 volt, tentukan besarnya arus listrik yang mengalir pada rumah tersebut.

Jawab :
I = S / V Sehingga diperoleh arus sebesar 4,1 ampere.

Rumus untuk mencari daya reaktif :

Q = V x I sin phi

Keterangan :
Q : daya reaktif satuannya VAr.
sin phi : sudut antara teganan dan arus.
Pertanyaan :
Suatu rumah memiliki kapasitas daya nyata sebesar 2000 watt. Jika tegangan yang digunakan adalah 220 volt,
dan cos phi sebesar 0,6, tentukan besarnya daya reaktifnya?
Jawab :
phi = cos-1 * 0,6 = 53,13
Q = V x I sin phi, Sehingga diperoleh daya reaktif sebesar 2666,4 VAr.

Rumus untuk mencari nilai kapasitor :

Q=P (tan2 - tan 1)

C=Q/(2 x π x V^2 )

Jika rumus diatas diterapkan pada system tegangan 220 dan frekwensi 50 Hz (umum dipakai di Indonesia),
maka menjadi :
C = Q / 48400

Keterangan :
Q : daya reaktif.
P : daya aktif.
Tan 2 : nilai tangen dari cos phi yang diharapkan.
Tan 1 : nilai tengen dari cos pi semula.
phi : 3,14
V : tegangan
C : nilai kapasitor dalam farad.

Rumus untuk mencari besarnya pembatas :

A=Va/V

Keterangan :
A : besarnya pembatas (Ampere).
Va : besarnya daya Semu (VA)

Pertanyaan :
Sebuah kapasitas daya semu yang terpasang pada sebuah rumah adalah sebesar 900 VA. Jika tegangan yang
digunakan adalah 220 volt, tentukan besarnya arus listrik yang mengalir pada rumah tersebut.
Jawab :
A=Va/V Sehingga diperoleh arus sebesar 4,1 ampere.
Untuk menghitung besarnya Kemampuan Hantar Arus suatu kabel dgn beban motor :
KHA (Kemampuan Hantar Arus)
Arus nominal 1 fase : In = P / (V x I x Cos φ)
Arus nominal 3 fase : In = P / (√3 x V x I x Cos φ )
Sedangkan rumus untuk mencari KHA adalah 125% arus nominal.
Keterangan :
I = Arus peralatan (Ampere)
P = Daya masukan peralatan (Watt)
V = Tegangan (Volt)
Cos φ = Faktor daya
KHA= 125% x I nominal
Keterangan :
KHA : besarnya kemampuan hantar arus suatu kabel.
I nominal : arus yang mengalir pada kabel : I = P/(Vcos pi)

Pertanyaan :
suatu instalasi listrik industri memiliki kapasitas motor sebsesar 450 watt, cos pi sebesar 0,8. Sedangkan
tegangannya memakai system 220 volt. Tentukan besarnya KHA untuk menentukan kabel yang dipakai?

Jawab :
I= P/ (V cospi )
Dari persamaan diatas maka diperoleh I sebesar 2,56 ampere.
Sehingga, besarnya KHA adalah : 2,56 x 125% = 3,2 ampere. Sehingga kabel yang harus digunakan adalah yang
dapat menghantarkan arus sebesar 3,2 tanpa ada gangguan dari internal kabel tersebut.

Toleransi rugi tegangan pada instalasi listrik penerangan dan tenaga :


Untuk rugi tegangan pada instalasi listrik penerangan maksimal adalah sebesar 2% dari tegangan kerja.
Sedangkan untuk rugi tegangan pada instalasi listrik tenaga adalah sebesar 5% dari tegangan kerja.

Rumus untuk menghitung tahanan isolasi :

Tahanan isolasi = 1000 x tegangan kerja.

Pertanyaan :
Tentukanlah tahanan isolasi kabel motor minimal yang dibutuhkan jika diketahui tegangan kerja suatu motor
adalah sebesar 660 volt.
Jawab :
Tahanan isolasi = 1000x 660 = 660 kilo ohm.
Rumus untuk menghitung luas penampang kabel :
Rugi tegangan dalam % :

q = ( L x U x 200)/(E x E x λ x U x λ) atau q = (L x I x 200)/(E x p x λ)

Rugi tegangan dalam volt :

q = (L x U x 2)/( E x ∆v x λ ) atau q = ( L x I x 2)/(∆v x λ)

Keterangan :
P : beban dalam watt
f : tegangan antar 2 saluran (fase-netral)
q : penampang saluran (mm2)
∆v : rugi tegangan dalam (volt)
∆U : rugi tegangan dalam %
L : panjang rute saluran (bukan panjang kawat)
λ : daya hantar jenis tembaga = 56, besi = 7, aluminium = 32,7
I : arus beban
Rumus menghitung tahanan pada tanah yang digunakan untuk system pentanahan penyalur petir :

R= 1/(R1+R2+R3+Rn)
Keterangan :
R : besarnya tahanan sebaran dari elektroda dalam PUIL tidak boleh lebih dari 5 ohm.
R1-Rn : tahanan masing-masing elektroda.

Pertanyaan :
Sebuah bangunan berbentuk persegi akan dipasang sebuah penyalur petir. Jika diketahui akan dipasang 4
elektrode dengan besar hambatan electrode berurutan sebesar 10, 20, 30, dan 40 ohm. Tentukanlah tahanan
sebarannya !

Jawab :
Dari rumus perhitungan tahanan sebaran diatas maka diperoleh nilai tahanan sebaran electrode adalah
sebesar 0,01 ohm.

Untuk menghitung besarnya Kemampuan Hantar Arus (KHA) pada suatu percabangan suatu kabel dengan
beban motor :
KHA = KHA terbesar + I nominal motor yang lain.
Pertanyaan :
suatu instalasi listrik industri memiliki sebuah cabang dengan 3 buah beban motor. Motor 1 memiliki arus
nominal sebesar 42A, motor 2 sebesar 54A, dan motor 3 sebesar 68 A. Tentukan besarnya KHA pada
percabganan tersebut?

Jawab :
KHA terbesar =125% x Inominal terbesar
Dari persamaan diatas maka diperoleh KHA terbesar sebesar 85 ampere. Sehingga, KHA pada sirkit cabang
adalah : 85A + 42A + 54A = 181 A.
Rumus perhitungan gawai proteksi sirkit akhir :
Sirkit A = 250% x I nominal motor.
Sirkit B = 200% x I nominal motor.
Sirkit C = 125% x I nominal motor.

Keterangan :
Sirkit A : beban motor jenis rotor sangkar.
Sirkit B : beban motor jenis motor sinkron dengan auto trafo.
Sirkit C : beban motor jenis motor rotor cincin.

Pertanyaan :
Tentukan gawai proteksi akhir dari 3 buah motor dengan spesifikasi motor 1 rotor sangkar memiliki Inominal
sebesar 42 A, motor 2 motor sinkron dengan auto trafo memiliki I nominal sebesar 54 A, dan motor 3 rotor
cincin memiliki I nominal 68 A.
Jawab :
Sirkit 1 = 250% x 42 = 105 A.
Sirkit 2 = 200% x 54 A = 108A.
Sirkit 3 = 150% x 68 A = 102 A.
Rumus menghitung gawai proteksi pada cabang :
Gawai Proteksi cabang = gawai proteksi sirkit motor terbesar + jumlah arus nominal motor yang lainnya.
Pertanyaan :
Tentukanlah besarnya gawai proteksi pada cabang dengan megnacu pada soal rumus perhitungan gawai
proteksi sirkit akhir.

Jawab :
Gawai Proteksi cabang = 108+42+68 = 218 A.

Rumus menghitung arus start pada motor :

 untuk sambungan bintang : Istart= (Vl/√3)/Zfase


 Untuk sambungan segitiga : Istart= (Vfase√3)/Zfase

Keterangan :
Vl : tegangan jaringan.
V fasa : tegangan phasa-nol.

Rumus perhitungan arus hubung singkat : Isc=Uo/(√((Rt x Rt)+ (Xt x) Xt) √(3 x))

Pada perhitungan ini, hambatan jaringan atas diabaikan.


Sedangkan reaktansinya adalah : X=(Uo x Uo)/Psc

Pada transformator, hambatan diabaikan jika daya semu lebih dari 100 KVA. Sedangkan reaktansinay adalah :
X=(Usc x Uo x Uo)/Sn
Pada pemutus tenaga, hambatan dan reaktansi diabaikan.

 Pada busbar, hambatan adalah sebaga berikut ini : R=(ρ L)/A


 Sedangkan untuk menghitung besarnya reaktansi apda busbar adalah : X=0,15 L
 Untuk kabel, menghitung hambatannya adalah : R=(ρ L)/A
 Dan untuk menghitung reaktansinya adalah : X=0,08 L

Luas Penampang Kabel

 Luas Penampang Kabel 3 fasa : A = (1.73 * L * I * cos pi) / ( lamda * u)


 Luas Penampang Kabel 1 fasa : A = (2 * L * I * cos pi) / ( lamda * u)

Perbaikan Faktor Daya


Faktor daya (Power Factor /Pf)
Pf = P/ V*I = cos pi
Pf adalah : Perbandingan antara daya aktif (kW) dengan daya total (kVA)
Faktor daya menentukan sifat dari beban
Pf lagging : fasa arus tertinggal dengan fasa tegangan (beban induktif)
Pf leading : fasa arus mendahului fasa tegangan (beban kapasitif)

Syarat diberlakukan Pertanahan


Instalasi listrik yang menggunakan tegangan yang lebih besar dari 50 V
Harga tahanan Pentanahan (Rp) tidak melebihi

Rp = 50 / Ia ohm

IA= k x In

Rp: Tah. Pentanahan


IA : arus pemutusan pengaman arus lebih
In: arus nominal pengaman lebur/ pengaman arus lebih
k : faktor pengali, tergantung karakteristik pengaman
k : 2,5 –5 (pengaman lebur) ; 1,25-3,5 (pengaman lain)

AT – melambangkan tingkat tripping untuk breaker


AF - melambangkan ukuran frame r, dimensi fisik untuk memungkinkan penggantian breaker di tempat satu
sama lain, manufaktur, biasanya menghasilkan 5 sampai 6 ukuran frame
Contoh: 100 AT / 250 AF, 125 AT / 250 AF, 225 AT / 250 AF, 250 AT / 250 AF
tingkat breaker adalah 160 AMP.
namun ukuran framenya sama dengan 250 AMP. artinya Anda bisa mengganti breaker 160 A dengan breaker
250A

100AT/125AF artinya 100AT = 100 amperes Trip dan 125AF = 125 Amperes Frame

Ini berarti bahwa breaker dapat diberi nilai arus maksimum 125 Amperes dan di setting akan trip (Open
Contacts) di 100 Amperes.
AF mengacu pada rating ampere dari frame breaker dan AT mengacu pada rating breaker trip
Dalam standard NEMA, "frame" adalah referensi untuk ukuran fisik. Dimana apabila ada dua breaker memiliki
"ukuran frame" yang sama, mereka dapat secara fisik cocok secara bergantian.

Terkadang "frame" itu umum terjadi di industri; misal, semua motor NEMA dengan ukuran bingkai yang sama
dapat saling berngantian. Terkadang "frame" unik bagi pabrikan; misalnya, satu produsen Molded Case Circuit
Breakers, dari 15A sampai 100A semuanya akan menjadi "frame" yang sama.

Anda mungkin juga menyukai