Indonesia
KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
PERBANDINGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI JERMAN DAN INDONESIA
ASPEK YANG
NO. JERMAN INDONESIA
DIBANDINGKAN
Sarjana dan pascasarjana
a. Universitas
1. Pembagian Sarjana dan pascasarjan
b. Fakultas seni dan music
c. Fachhochschulen
2. Tingkatan a. Sarjana (Bachelor) a. Diploma
b. Master b. Sarjana
c. Doktor c. Magister
d. Doktor
3. Masa Studi a. Sarjana : 4 tahun a. Diploma
b. Master : 2 tahun D1 : 1-2 tahun
c. Doktor : 4 tahun DII : 2-3 tahun
DIII : 3-5 tahun
DIV : 4-7 tahun
b. Sarjana : 4-7 tahun
c. Magister : 2-5 tahun
d. Doktor : 4-6 tahun
4. Jalur Masuk Abitur dan tes Ujian masuk (SNMPTN)
5. Sistem belajar SKS SKS
6. Nilai Tingkatan nilai dari tertinggi Tingkatan nilai dari yang
ke terendah paling tinggi ke paling
Sehr (1), gut (2), befriedigend rendah
(3), aureichend (4), mangelhaft A(4), B(3), C(2), D(1),
(5) E(0)
7. Mata Kuliah Wajib - a. Pendidikan agama;
b. pendidikan
kewarganegaraan; dan
c. bahasa.
8. Bukti Kelulusan Diplom Ijazah
9. Ujian Kelulusan Sarjana : Thesis Diploma : Tugas Akhir
Master: Thesis Sarjana : Skripsi
Doktor : Disertasi Master : tesis
Doktor : disertasi
Pendidikan tinggi di Jerman tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, baik dari segi lama
pendidikan, system belajar, ujian kelulusan, maupun tingkatannya. Hanya saja di Jerman tidak
ada program diploma (politeknik) seperti di Indonesia, karena di Jerman program pendidikan
tingginya dibagi menjadi tiga macam, yaitu universitas, fakultas seni dan music,
dan fachhochschulen. Universitas lebih mengutamakan ke pengajaran teori, fakultas seni dan
music, sesuai namanya mempelajari tentang music dan seni, fachhochschulen menitik beratkan
pada aspek terapan.
Hal lain yang berbeda antara kurikulum pendidikan tinggi di Jerman dan Indonesia
adalah jalur masuknya. Di Jerman, untuk memasuki perguruan tinggi dipakai hasil ujian abitur
dan nilai Gymnasiale Oberstufe ditambah dengan tes sesuai dengan jurusan yang dipilih calon
mahasiswa. Sedangkan di Indonesia, untuk masuk perguruan tinggi melalui ujian masuk (UM)
tanpa memperhatikan nilai pada sekolah menengah.
Hal lain yang berbeda dari universitas di Jerman dan di Indonesia adalah mengenai nilai.
Kalau di Jerman, nilai yang paling baik justru yang angkanya kecil, yaitu 1. Semakin besar angka
itu maka nilai nilainya semakin buruk. Berkebalikan dengan di Indonesia, semakin besar
angkanya, maka nilainya semakin baik, di mana nilai tetinggi adalah 4 dengan predikat A.
http://emahannasijada.blogspot.com/2012/05/perbandingan-pendidikan-jerman-dan.html
C. Manajemen Pendidikan
a. Otorita
Konstitusi Federal telah menetapkan wewenang Lander atas pendidikan, maka beberapa
Lender membuat beberapa ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan selurunya melalui proses legislative. Pengaturan
itu mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam sistem
daerah mereka masing-masing. Dalam negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada
level kementrian kabinet yang seringring disebut Kementian Kebudayaan. Pada negara-negara
bagian yang luas derahnya. Sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian negara
bagian, tetapi melalui badan administratif regional yang merupakan bagian dari badan eksekutif
tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak legislatif atau DPR. Masyarakat setempat
biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infra struktur yang diperlukan dan ada
kalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
Supervisi atau inpeksi terhadap sekolah merupakan tugas kementrian negara bagian,
secara langsung atau tidak. Dengan beberapa pengecualian, gereja-gereja negara bagian tidak lai
melakukan fungsi supervisi terhadap sekolah. Secara resmi ada tiga fungsi supervisi sekolah,
fungsi pedagogis, hukum dan servis masyarakat.
Rekonsiliasi mengenai struktur pendidikan di Jerman, Konferensi Mentri-mentri
Kebudayaan menetapkan, melalui keputusan bulat, prinsip-prinsup pendidikan yang berlaku
secara nasional serta kesepakatan mengenai masalah-masalah internasional. Komisi Gabungan
Perencanaan Pendidikan dan Dukungan Penelitian merumuskan rekomendasi dan mengawasi
program-program eksperimen. Dalam Komisi, Pemerintah Federal dan Pemerintahan Negara
Bagian memiliki hak suara yang sama. Sesudah perubahan Konstitusi tahun 1969, sejumlah
wewenang negara bagian menegenai pendidikan tinggi dialihkan ke pemerintah Federal.
b. Pendanaan
Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di
tangan Lender dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh
pemerintah negara bagian, dan infra struktur oleh masyarakat. Hampir semua program
pendidikan (termasuk pembebbasan uang kuliah pada pendidikan tinggi) bersifat gratis.
Pemerintah Federal juga memberikan bantuan kepada sebagian siswa sekolah menengah dan
mahasiswa perguruan tinggi, banyak diantaranya yang menerima bantuan dari anggaran
pemerintah dengan jumlah yang cukup besar (kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah).
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dari GNP
(Gross National Product) dalam tahun 1990, dan ditambah 1,7% untuk penelitian. Investasi
swasta untuk penelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%, sehingga pengeluaran tahun 1990
mencapai 9,3% dari GNP. Tetapi semenjak 1975 sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem
secara menyeluruh. Dalam tahun 1989, unit biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah
adalah DM 6,2000 (Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan
tinggi.
c. Personalia
Guru-guru Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk bidang keuangan yang di
didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di bidang keahlian di bandingkan dengan
bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan bidang studi mencakup dua disiplin ilmu yang
dapat diambil pada universitas atau fakultas. Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan
umum dilengkapi dengan mata kuliah khusus sepert bidang membaca bagi calon guru
pendidikandasar atau diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga pendidikan
khusus.dalam jurusan pendidikan, tekanan terberat adalah pada pendekatan sejarah, filosofis, dan
orientasi pada praktikum.
d. Kurikulum
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga
jenis instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta
mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah, kedua, pedoman
kurikulum, ketiga,pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering dinyatakan pada
Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan
pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara bagian dan mencakup silabus,
rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang juga model rencana pelajaran. Mengenai
buku teks , tidak ada yang dapat dipakai di sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan
dari mentri negara bagian.
Keputusan untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru.
Dengan semakin menurunnya rasio murid-guru(dari 30:1 tahun 1960 menjadi 15:1 dalam tahun
1980), makin jelas kecenderungannya bahwa metode mengajar “techer-centered” makin di
tinggalkan beralih pada bekerja dengan kelompok kecil murid dalam kerangka pendekatan
“student-centered”. Semenjak akhir tahun 1980-an, konsep “pengajaran terbuka” atau “open
instruction” yang menekankan pada “murid belajar atas dorongan sendiri” semakin berkembang
dan semakin popular pada sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada sebagian sekolah
menegah pertama.
e. Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak disekolah.
Pengecualian itu hanya untuk keperluan diagnostik yaitu mengidentifikasi jenis-jenis dyslexia
(kesulitan belajar membaca dan menulis karena kondisi pada otak). Kemudia seperti telah
disebutkan terdahulu, tidak ada kenaikan kelas secara otomatis, tetapi kelas mengulang juga
sudah hampir tidak dilaksanakan lagi (hanya 1,5% per kelas di pendidikan dasar, dan kira-kira
4% di sekolah tingkat menengah pada tahun 1990).
Sertifikat dan diploma yang dicapai di universitas dan jian-ujian negara bagian dan
memberi hak kepada pemegangnya untuk memasuki program pendidikan yang lebih tinggi, dan
juga mengandung nama-nama profesional, termasuk gelar akedemik .
II. INDONESIA
A. Dasar dan tujuan pendidikan
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kemudian tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan mempunyai
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.Tujuan pendidikan menduduki posisi
penting diantara komponen-komponen pendidikan lainya. Tujuan pendidikan bersifat normatif,
yaitu mengandung unsur-unsur norma bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan
hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup
yang baik.Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan
bagi pendidik untuk memahaminya.
Khusus untuk Indonesia tujuannya ditekankan pada pembentukan manusia seutuhnya
dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dasar pancasila adalah pada kelima silanya secara
utuh dan UUD 1945 terutama pada alenia bahwa setiap warga negara berhak menerima
pengajaran.
B. Struktur pendidikan
Departemen pengelola utama pendidikan di Indonesia adalah departemen pendidikan
dan kebudayaan. Kebijakan pendidikan dikembangkan di pusat (Departemen) dan disebarkan
keseluruh Wilayah dengan lembaga pendidikannya seperti hal kurikulum dan ujian-ujian, serta
pembinaan lain seperti administrasi dan supervisi. Negara berkembang berhasilnya pelaksanaan
wajib belajar taraf SD berakibat perlunya pemikiran tentang kebijaksanaan untuk mingkatkan
wajib belajar sampai taraf SMA. Untuk menanggapi ini perlu mendapat pertimbangan seperti
ekonomi dan politik.
C. Sistem pendidikan
Hak dan kewenangan dalam bidang administrasi pendidikan sejalan dengan alur dalam
pemerintahan atau polotik, untuk ini dikenal dengan sentralisasi, desentralisasi, dan otonomi.
1. Sentralisasi menunjuk pada hak dan wewenang yang terpusat pada pemerintah pusat.
2. Desentralisasi menunjuk pada hak dan wewenang pada daerah.
3. Otonomi daerah adalah pada aspek-aspek yang bebas pengelolaannya pada daerah, sehingga
otonomi ini kurang lazim digunakan dalam bidang administrasi pendidikan.
D. Jenis pendidikan
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jalur pendidikannya
1. pendidikan formal,
2. nonformal, dan
3. informal.
1. Jalur Pendidikan Formal
Jenjang pendidikan formal terdiri atas:
1. pendidikan dasar,
2. pendidikan menengah,
3. dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal meliputi:
1. pendidikan kecakapan hidup,
2. pendidikan anak usia dini,
3. pendidikan kepemudaan,
4. pendidikan pemberdayaan perempuan,
5. pendidikan keaksaraan,
6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
7. pendidikan kesetaraan, serta
8. pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Jenis pendidikan mencakup:
1. pendidikan umum,
2. kejuruan,
3. akademik,
4. profesi,
5. vokasi,
6. keagamaan, dan
7. khusus.
E. Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu
lembagapenyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran
ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan
dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini
dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan
dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
F. Pendanaan pendidikan
a. Tanggung Jawab Pendidikan Pasal 46
1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan
sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
b. Sumber Pendanaan Pendidikan
1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai
dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
c. Pengelolaan Dana Pendidikan
1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.
2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d. Pengalokasian Dana Pendidikan
1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Daerah.
G. Evaluasi Pendidikan
a. Evaluasi Pasal 57
1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal
dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
b. Evaluasi Pasal 58
1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
ANALISI PERBANDINGAN PENDIDIKAN
DI JERMAN DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
PERMASALAHAN PERBANDINGAN
NO ANALISIS
PENDIDIKAN JERMAN INDONESIA
1 Tujuan Untuk membentuk Mencerdaskan kehidupan Setiap negara memiliki
pribadi sosialis. bangsa serta tujuan pendidikan
Mengembangkan pembentukan manusia masing-masing yang
individualitas dan seutuhnya berdasarkan tujuannya untuk
partisipasi dalam pancasila dan UUD memperbaiki taraf
kehidupan 1945 bahwa setiap hidup menjadi lebih
masyarakat. warga negara berhak baik, suatu bangsa
Menyiapkan lulusan menerima pengajaran. dapat dikatakan maju
yang berkualitas. Untuk berkembangnya yaitu dapat dinilai dari
Undang-undang potensi peserta didik kualitas pendidikan
tentang Sekolah agar menjadi manusia yang ada di negara
khusus dan yang beriman dan tersebut.
Universitas ditetapkan bertakwa kepada Tuhan
tujuan umum Yang Maha Esa,
pendidikan dengan berakhlak mulia, sehat,
tekanan pada berilmu, cakap, kreatif,
pengembangan mandiri dan menjadi
individualitas dan warga negara yang
partisipasi dalam demokratis serta
kehidupan. bertanggung jawab.