Revisi 1
Revisi 1
Oleh :
NI PUTU SRI HARMONI
NIM. P07120014073
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Riau, Jawa
kematian anak mengalami penurunan sebesar 41% dari estimasi 87 kematian per
1000 kelahiran pada tahun 1990, menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2011. Penurunan ini menjadi penurunan rata-rata angka kematian anak sebesar
2.5% setiap tahunnya. Jumlah kematian anak telah menurun dari 12 juta pada tahun
1990 dan pada tahun 2011 sebanyak 6.900.000 anak. Dari jumlah kematian tersebut
didapat 18% kematian akibat dari penyakit diare. Berdasarkan profil Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2012). Pada tahun 2010 dilaporkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 5,756 atau sebesar
1,74 %, tahun 2011 sebanyak 4,204 atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada tahun
2011 kejadian diare sebanyak 3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data kejadian
diare tahun 2010 – 2012 terjadi penurunan angka kejadiannya (Zulkarnaen, 2014).
Penyakit saluran pencernaan seperti Diare masih cukup tinggi ditemukan di Provinsi
Bali. Pada tahun 2014 diperkirakan jumlah kasus diare sekitar 87.845 meningkat
dibandingkan dengan tahun 2013 diperkirakan jumlah kasus diare sekitar 86.493
kurun tahun 2015 jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Tabanan sebesar 9.328
kasus. Dari jumlah tersebut, jumlah kasus yang di tangani sebesar 9.073 kasus
(97,3%) yang terdiri dari laki-laki sebesar 5.177 kasus dan perempuan sebesar 4.983
kasus dan angka kesakitan diare 214 per 1.000 penduduk.Terjadi peningkatan jumlah
kasus diare dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014 jumlah kasus diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lendir
darah (A.Aziz, 2006). Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari
seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang berhubungan dengan
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
6
larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan
yang lainnya (Daniel, 2013). Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan
kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristiknya yaitu
penurunan turgor kuit, membrane mukosa kering, perubahan pada status mental,
Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia fisiologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama diare pada
anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak
7
A. Rumusan Masalah
Kediri III.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Kediri III.
Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
3. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan bacaan bagi Mahasiswa /i program
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyebab Diare
a. Faktor Infeksi
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli,
9
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
e. Faktor Pendidikan
SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral
dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh
atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang
lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
h. Faktor lingkungan
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare.
11
Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan
status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar
dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum
yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak
kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan.
Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu
Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur
(Candida albikan).
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
12
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap. Bahan
tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang
larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel berlangsung terus
atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
Diare mengakibatkan terjadinya: Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam
sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga
hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak
13
cepat diobati penderita dapat meninggal. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya
cairan yang berlebihan karena diare dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya
menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada
anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan
sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi
dengan gagal bertambah berat badan, sehingga akibat hipoglikemia dapat terjadi
edema otak yang dapat menyebabkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun
diare pula.
Patogenesis diare akut adalah: Masuknya jasad renik yang msih hidup
kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Jasad renik
tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus. Oleh jasad renik
14
pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi
harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-
masing anak atau golongan umur, Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan
ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi. Agar
pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta
diet sebagai berikut yakni pasien segera di berikan makanan oral setelah rehidrasi
yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan tidak
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, Medikamentosa. Antobiotik dan
antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti diare meliputi
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga
a. Rencana pengobatan A
meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare
15
lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, air matang.
Tabel 1
b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak tidak diketahui,
Tabel 2
Jumlah Oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
oralit
16
17
berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk
meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan
juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan
c. Rencana pengobatan C
Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah
cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,
2013). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat diterangkan dengan -
Keterangan
: yang diteliti
: ada hubungan
Pejelasan
Fktor-faktor yang mempengaruhi anak diare antara lain adalah faktor infeksi,
maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A,
a. pengobatan A
meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare
lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, air
matang.
b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
c. Rencana pengobatan C
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
20
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Dalam
penelitian ini akan diteliti satu variabel yaitu, Gambaran Asuhan Keperawatan
Diare Pada Anak Dengan Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan
Kehilangan Cairan Aktif Di Puskesmas Kediri III Tahun 2018
2. Definisi Operasional
operasional, sebab setiap istilah(variabel) dapat diartikan secara berbeda beda oleh
sebagai berikut:
21
Tabel 3 Variabel dan Definisi Operasional Kekurangan Volume Cairan
Berhubungan Dengan Kehilangan Cairan Aktif
Cara Skala Ukur
N Variabel Sub Variabel Devinisi Alat Pengu
o operasional Ukur mpulan
Data
1 Asuhan Hasil dari Ordinal
Keperawatan Kekurangan pemeriksaan -
Diare Pada Volume Cairan dan
Anak Dengan Berhubungan wawancara
Kekurangan Dengan dengan
Volume Kehilangan pasien dan
Cairan Cairan Aktif keluarga - Primer
Berhubungan pasien akan
Dengan menentukan
Kehilangan jenis diare
Cairan Aktif yang
diderita oleh
pasien
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan penelitian
peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi kasus (case
study).
2. Desain penelitian
ini digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kediri III pada bulan April
tahun 2018.
di Puskesmas Kediri III, Perawat yang merawat Pasien tersebut, pasien anak
yang di rawat Di Puskesmas Kediri III. Jumlah partisipan yang akan digunakan
melakukan observasi mendalam yang direkam pada HP, perawat ruangan dan
orang tua pasien anak yang menderita diare, tentang perawatan diare pada anak
yaitu mengunakan bahasa refernsi yang dimaksud dengan refrensi disini adalah
adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara sehingga data yang didapat menjadi kredibel atau lebih dapat
dipercaya (sugiono, 2012). Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
subjektif karena penelitian adalah isntrumen utama untuk pengambilan data dan
Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan
dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan
diinterpretasikan. Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat dipakai
untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
24
berlandaskan pada analisa induktif. Peneliti berusaha merumuskan pernyataan
atau abstraksi teoritis lebih umum mendasarkan peristiwa menurut Denzim yang
proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis dan menghasilkan
proposisi interaktif universal. Salah satu cirri penting induksi analisis adalah
tekanan pada kasus negatif yang menyangkut proposisi yang dibangun peneliti.
G . Etika Penelitian
keapala Puskesmas Kediri III, setelah mendapat persetujuan dari pihak Puskesmas
25
a. Informed consent
bersedia untuk direkam dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
c. Kerahasiaan (confidentiality)
26
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz, A. H. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Daniel, R. (2013). Cairan Tubuh.
NANDA, I. (2009). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC:
Jakarta. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Riskesdas. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (volume 2). Jakarta: EGC.
27