Anda di halaman 1dari 133

1

DAFTAR ISI

PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 3


BAB II PEMODELAN STRUKTUR PLATFORM........................................... 19
BAB III MEMBUAT GEOMETRI STRUKTUR ............................................. 21
BAB IV MENDEFINISKAN MEMBER PROPERTIES .................................... 33
BAB V MENDEFINISIKAN SPESIFIKASI PADA STRUKTUR ......................... 40
BAB VI MENDEFINISIKAN TUMPUAN .................................................... 49
BAB VII PEMBEBANAN.......................................................................... 52
BAB VIII MATERIAL DESAIN................................................................... 91
BAB IX ANALYSIS DAN PRINT COMMANDS ............................................ 93
BAB X MENDESAIN STRUKTUR.............................................................. 94
BAB XI ANALISA DAN DESAIN ............................................................. 103
BAB XII STAAD FOUNDATION ............................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA
TESTIMONI
2

PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Banyaknya lulusan teknik sipil yang dihasilkan setiap tahun dari perguruan tinggi di
Indonesia terbilang cukup banyak. Hal ini akan mengakibatkan semakin besarnya
persaingan dalam memperoleh suatu posisi pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang
sebagai insinyur teknik sipil. Selain kematangan secara sikap, emosi dan akademik,
kemampuan soft skill juga akan memberikan suatu nilai tambah bagi seorang lulusan
teknik sipil dalam mencapai peluang kerja di suatu perusahaan yang diidamkan.

Banyak bidang kerja yang dapat dilakukan dari seorang lulusan teknik sipil, diantara
umumnya adalah bekerja sebagai konsultan perencana, konsultan Manajemen Konstruksi,
kontraktor umum, ataupun di sisi pemilik proyek untuk proyek bangunan gedung. Ada
area kerja lain yang cukup menarik untuk digeluti yaitu proyek untuk bangunan industri,
seperti pembuatan fasilitas oil and gas, petrochemical, ataupun fasilitas mining. Peran
seorang teknik sipil akan banyak terlibat mulai dari perencanaan lokasi proyek, berbagai
macam tipe struktur bawah (diantaranya pondasi bangungan gedung, struktur Baja, mesin,
jembatan dan sebagainya) serta struktur atas (diantaranya beton bertulang, struktur baja).

Buku edisi 1 (awal) ini sebenarnya adalah merupakan salah satu materi yang disampaikan
penulis dalam kegiatan workshop 1 hari untuk contoh aplikasi penggunaan program
aplikasi dengan perencanaan struktur atas (baja) dan struktur bawah (pondasi). Dengan
contoh yang cukup sederhana dan gaya penulisan yang cukup ringan diharapkan
pembaca/pengguna buku ini dapat mengikuti semua langkah yang ada dan menambah
kemampuan awal dalam menjalankan program tersebut.

Amal jariyah buku ini penulis tujukan kepada orang tua penulis, ayahanda
alm.H.Achmad bin H. Sulaiman, ibunda Hj. Heru Nurhayati , H.Moch. Nasito,
Hj.Siti Birhanah, semoga buku ini dapat diterima dan berguna sebagai ilmu yang
bermanfaat. Penghargaan penulis berikan kepada istri (Nurma Febriana) dan ketiga putra
(Mumtaz Alif P.S, Seruni Candrawilasita Z, dan Dimas Haidar.Y) dan juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan kerja, D. H. Yumantoko dan Wisnu Andy untuk
kerja sama yang telah diberikan serta semua rekan-rekan sejawat yang ikut memberikan
testimoni di dalam buku ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Desember 2016, Budi Satiawan
3

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. PROGRAM STAAD.Pro dan STAAD Foundation


STAAD.Pro adalah sebuah software yang bersifat komersial dibuat untuk
memenuhi kebutuhan para civil/structure engineer dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang berkaitan dengan analisa dan desain struktur yang sifatnya mulai dari
sederhana hingga kompleks.

STAAD.Pro merupakan sebuah software yang bersifat user friendly baik dalam
pemodelan struktur maupun dalam menampilkan output / hasil dari sebuah
analisa struktur. Sesuai fungsinya yang berupa “general purpose structural
analysis and design program”, pengaplikasian program akan sangat berguna
terutama dalam pemakaian untuk perancangan fasilitas industri bangunan -
bangunan komersial, jembatan dan struktur jalan raya, fasilitas struktur untuk
bangunan industri, struktur pabrik kimia, pondasi turbin, struktur dermaga,
gorong-gorong/culvert dan aneka struktur lainnya.

STAAD foundation adalah program komputer yang berada dalam satu paket
pada program STAAD.Pro. Program ini dapat berfungsi untuk mendesain
pondasi dangkal, pondasi gabungan serta pondasi dalam (tiang pancang). Reaksi
pada tumpuan hasil analisa struktur yang telah dilakukan saat perhitungan
struktur atas (dalam STAAD.Pro) dapat secara otomatis di-import ke dalam
program Staad foundation dimana keseluruhan data Load Case dan Load
combination akan ikut ter-copy secara otomatis. Total man-hours yang
dibutuhkan dalam mendesain struktur dan pondasi menggunakan aplikasi ini
akan jauh terkurangi dibandingkan jika melakukan perhitungan analisa pondasi
secara manual.

1.2 LAYAR KERJA STAAD.Pro


Pada tampilan layar kerja STAAD.Pro terdapat 4 bagian utama yang akan selalu
kita gunakan secara berulang sebagaimana pada gambar dibawah.
4

Layar kerja STAAD.Pro

Trik sederhana yang selalu penulis tekankan kepada pengguna baru program
STAAD.Pro dalam menggunakan aplikasi ini adalah selalu usahakan agar
langkah pengisian input data pada Page Menu program dilakukan dan dimulai
secara berurutan dari Page menu teratas diisikan secara berurutan untuk data
sub-menu yang ada (juga diisi dari atas kebawah dengan cara berurutan), lalu
dilanjutkan ke Page menu berikutnya untuk menghindari error / ada bagian input
yang tertinggal.

Untuk contoh kasus mendesain dan analisa struktur platfrom menggunakan


STAAD.Pro dalam buku ini (langkah akan lebih kurang sama untuk pemodelan
struktur Space Frame lainnya), garis besar tahapan langkah pemodelan adalah
sebagai berikut :
1. Page Menu Geometri – Sub menu Beam : gambarkan model struktur
secara lengkap.
2. Page Menu General – Sub menu Property : definisikan member
properties yang akan dipakai (seperti Hbeam, Chanel, siku,dll), lalu
assign ke dalam model geometri yang telah digambarkan.
3. Page Menu General – Sub menu Spec : definisikan spesifikasi yang
diperlukan pada elemen member jika diperlukan seperti member
release, member truss, cable dan sebagainya.
5

4. Page Menu General – Sub menu Support : definisikan tipe tumpuan


yang akan digunakan dan assign pada model geometri yang telah kita
gambar.
5. Page Menu General – Sub menu Load & Definition : buat definisi
beban utama yang akan digunakan dalam desain serta load
combination yang akan digunakan dalam desain. Assign load case
yang telah dibuat kedalam model geometri struktur.
6. Page Menu General – Sub menu Material : pilih definisi tipe material
yang digunakan (seperti baja atau beton) dan assign kedalam model
geometri struktur
7. Page Menu Analysis/Print – masukan perintah Perform Analyis ke
dalam perintah kerja.
8. Page Menu Design – Sub menu Steel (untuk desain struktur baja) :
definisikan peraturan / design code yang digunakan. Definisikan
parameter desain yang akan digunakan dan diperlukan (seperti nilai ly,
lz, ky, kz, unb, unt, fy, fu dan sebagainya). Masukan perintah kerja
pada Command – Check Code untuk meminta program
memperhitungkan besarnya nilai Stress Ratio (SR) untuk model
struktur yang telah kita buat.

1.3. KELEBIHAN STAAD.Pro


Beberapa kelebihan dalam menggunakan STAAD.Pro adalah sebagai berikut:
1. Program bersifat User friendly dalam hal melakukan pemodelan
struktur maupun dalam menampilkan output atau hasil dari analisa
dan desain.
2. Tidak diperlukannya usaha lebih untuk merubah versi dari file yang
dibuat pada versi STAAD.Pro sebelumnya ketika akan dibuka pada
STAAD.Pro versi terbaru.
3. Tersedianya peraturan internasional yang terdapat di dalamnya seperti
AISC -ASD/LRFD, BS5950-1990/2000, ACI yang dapat dipergunakan
dalam kebutuhan desain dari suatu elemen struktur.
6

1.4. KONSEP DASAR PEMODELAN STRUKTUR


Terdapat beberapa pemodelan struktur yang telah dikenal luas dalam ilmu teknik
sipil untuk penggunaan elemen 1 dimensi (1-dimensional element) yaitu :
1. Sistem rangka batang 2 Dimensi (Plane Truss System)
2. Sistem portal 2 Dimensi (Plane Frame System)
3. Sistem balok silang (Grid System)
4. Sistem rangka batang 3 Dimensi (Space Truss System)
5. Sistem portal 3 Dimensi (Space Frame System)

Dari setiap pemodelan akan memberikan perilaku khas dan tertentu yang
nantinya merupakan idealisasi dari suatu sistem struktur nyata sehingga nantinya
diharapkan struktur yang dianalisis tersebut akan memiliki perilaku yang sesuai
dengan kenyataan yang ada dilapangan.

1.4.1. SISTEM RANGKA BATANG 2-DIMENSI (PLANE TRUSS)


Struktur rangka batang ataupun yang selama ini sering kita kenal dengan truss
merupakan suatu struktur yang terdiri atas kumpulan elemen batang yang
disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu (umumnya berbentuk
segitiga) beban akan bekerja pada titik buhul (titik pertemuan antar batang) dan
tumpuan didefinisikan pada titik buhul (sendi atau rol), sehinggastruktur tersebut
akan menyalurkan beban yang ada ke titik tumpuan sebagai gaya aksial tarik
ataupun tekan pada elemen batangnya. Idealisasi pemodelan ini umumnya
digunakan untuk mendesain struktur rangka atap.

y
vi , g i vj , g j
X ui , fi uj , fj x
i j
L

Gambar elemen rangka 2 dimensi dan idealisasi batang rangka


7

x = sumbu batang
x, y = sistem koordinat lokal elemen
ui,j = displacement aksial pada titik nodal i, nodal j
vi = displacement arah tegak lurus sb. batang pada Titik nodal i
fi = gaya aksial pada titik nodal i yang sesuai ui.
gi = gaya tegak lurus sb. batang di titik nodal i yang sesuai vi.
L = panjang batang

1.4.2. SISTEM PORTAL 2-DIMENSI (PLANE FRAME SYSTEM)

X X

Gambar elemen portal 2 dimensi


Idealisasi portal bidang (plane frame) dapat digunakan untuk menganalisa suatu
sistem struktur portal diantaranya bangunan gedung, pipe support, struktur
gudang (gable frame) dengan bidang kerja 2 dimensi.
Beban yang bekerja dapat diberikan pada titik buhul maupun pada lokasi tertentu
disepanjang bentang batang. Dengan memberikan tumpuan (rol, sendi atau jepit)
pada titik buhul maka elemen-elemen struktur akan mengalami gaya-gaya dalam
berupa gaya aksial (tekan atau Tarik), momen lentur serta gaya geser.
Portal bidang (Plane Frame) merupakan suatu pemodelan yang menganggap
konstruksi rangka bidang vertikal yang dibebani dalam arah bidang dan gaya-
gaya dominan yang bekerja pada struktur adalah lentur (bending) dan aksial dan
merupakan penyederhanaan dari model struktur ruang.
8

Portal 2-dimensi tergambar terletak pada bidang datar (bidang X-Y), dengan
sumbu X dan sumbu Y merupakan sumbu global dari portal tersebut.

vi , g i vj , g j

i ui , fi j uj , fj
x
i ,mi L j ,mj

Gambar idealisasi elemen balok pada rangka portal 2D


x, y = sistem koordinat lokal elemen
ui,j = translasi arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
vi = translasi arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
i = rotasi disumbu local z pada titik nodal i, nodal j
fi = komponen gaya arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
gi = komponen gaya arah sumbu y pada titik nodal i, nodal j
mi = momen di sumbu putar z pada titik nodal i, nodal j
L = panjang batang

1.4.3. SISTEM BALOK SILANG (GRID SYSTEM)

Z
Y

x
z
(e j

y
i

X
Gambar grid system
Grid System merupakan sistem struktur yang terdiri dari beberapa balok yang
saling menyilang dan menyatu pada bidang horizontal. Gaya – gaya yang
9

dominan bekerja pada bidang adalah tegak lurus bidang sehingga akan
menimbulkan terjadinya momen, gaya geser dan torsi pada balok-balok tersebut.
Setiap elemen balok silang (grid) yang strukturnya berada dalam bidang X-Y
akan mengalami gaya-gaya dalam di ujung (nodal i maupun nodal j) elemen
tersebut berupa (dinyatakan sebagai komponen-komponen-nya dengan referensi
sumbu lokal elemen, yaitu sumbu-x dan sumbu-y)

z
wj ; hj
wi ; hi y
yj ,myj

yi ,myi

x
xi ,mxi L xj ,mxj

Gambar idealisasi elemen grid system

x, y = system koordinat lokal elemen


ui,j = translasi arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
vi,j = translasi arah sumbu y pada titik nodal i, nodal j
xi, j = rotasi torsi terhadap sumbu x di titik nodal i, j
yi, j = rotasi lentur terhadap sumbu y di titik nodal i, j
wi, j = translasi arah sumbu z di Titik nodal i, j
mxi,j = momen torsi dengan sumbu putar sumbu x dinodal i, j
myi,j = momen lentur dengan sumbu putar sumbu y dinodal i , j
hi,j = gaya lintang arah sumbu z dinodal i, j
L = panjang batang
10

1.4.4. SISTEM RANGKA BATANG 3-DIMENSI (SPACE TRUSS)

Gambar elemen rangka batang 3-Dimensi


Rangka Batang 3 Dimensi (Space Truss) merupakan pemodelan rangka batang
dalam bidang 3D artinya memiliki sumbu koordinat global pada arah X, Y dan
Z.
Setiap elemen rangka batang 3-dimensi (space truss) akan mengalami gaya-gaya
dalam di ujung (nodal i maupun nodal j) elemen tersebut berupa (dinyatakan
sebagai komponen-komponennya dengan referensi sumbu lokal elemen, yaitu
sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z).

y
wi , hi wj , hj
vi , gi vj , gj
i u ,f x
i i j uj , f j
Gambar idealisasi elemen rangka batang 3-Dimensi

x = sumbu batang
x, y = sistem koordinat lokal elemen
ui,j = translasi arah sumbu lokal x pada titik nodal i, nodal j
vi,j = translasi arah sumbu lokal y pada titik nodal i, nodal j
wi,j = translasi arah sumbu lokal z pada titik nodal i, nodal j
11

fi = gaya aksial pada titik nodal i, nodal j


gi = gaya arah sumbu lokal y di titik nodal i, nodal j
hi,j = gaya arah sumbu local y di titik nodal i, nodal j

1.4.5. PORTAL 3-DIMENSI (SPACE FRAME)

i (e)
Y

Z X
Gambar portal 3-dimensi

Portal ruang merupakan pemodelan rangka dalam bidang 3D.


y

θyi , myi θyj , myj


vi , gi vj , gj x
i u ,f θ ,m uj , fj θxj , mxj
i i xi xi
wj , hθj zj , mzj j
wi , hi
z θzi , mzi
Gambar idealisasi elemen portal 3-dimensi
12

x, y = system koordinat lokal elemen


ui,j = translasi arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
vi,j = translasi arah sumbu y pada titik nodal i, nodal j
wi,j = translasi arah sumbu z pada titiknodali, j
xi, j = rotasi torsi terhadap sumbu x di titik nodal i, j
yi, j = rotasi lentur terhadap sumbu y di titik nodal i, j
zi, j = rotasi lentur terhadap sumbu y di titik nodal i, j
mxi,j = momen torsi dengan sumbu putar sumbu x dinodal i, j
myi,j = momen lentur dengan sumbu putar sumbu y dinodal i , j
mzi,j = momen lentur dengan sumbu putar sumbu z dinodal i , j
fi, j = komponen gaya arah sumbu x pada titik nodal i, nodal j
gi,j = komponen gaya arah sumbu y pada titik nodal i, nodal j
hi,j = komponen gaya arah sumbu z pada titik nodal i, nodal j

1.4.6 IDEALISASI MODEL DALAM APLIKASI STAAD PRO


Setiap akan memulai suatu model struktur dalam STAAD.Pro, secara default
program akan memberikan 4 tipe pemodelan ;
1. Space
2. Plane
3. Floor
4. Truss
Ke-empat tipe pemodelan ini sejalan dengan pengantar yang telah diberikan pada
sub bab sebelumnya yaitu konsep dasar pemodelan struktur.
13

Gambar kotak dialog pemodelan pada Staad Pro

1.5. PENGANTAR DESAIN BAJA


1.5.1. BALOK
Balok / beam adalah komponen struktur yang berfungsi utama memikul beban
transversal atau momen lentur.
Kegagalan balok secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2 :
1. Kegagalan karena tegangan leleh terlampaui, hal ini tercapai jika
penampang kompak dan dukungan lateral yang memadai.
a. Kegagalan karena instabilitas (tekuk)
b. Tekuk local pada sayap tekan (flens local buckling) jika sayap
mempunyai rasio kelangsingan yang besar (b/2tf)
c. Tekuk lokal pada badan (web local buckling) jika rasio
kelangsingan badan yang besar (d/tw)
2. Tekuk puntir lateral (lateral torsional buckling) terjadi pada balok yang
memiliki rasio panjang bentang antara 2 tumpuan lateral terhadap jari-
jari inersia minimumnya (Lb/ry) cukup besar.
a. Bila Lb ≤ Lc
Fb = 0.66 Fy (tampang kompak)
Fb = 0.6 Fy (tampang tidak kompak)
Syarat sebagai tampang kompak :

≤√ , dan

≤√
14

b. Bila Lb > Lc dan Lb ≤ Lu


Fb = 0.6 Fy

c. Bila Lb > Lu
.
≤ , maka

. .
= − . atau = (Ambil Fb yang
. .

besar)
Nilai Fb awal berdasarkan nilai terbesar dari kedua persamaan
diatas dan tidak lebih besar dari :
Fb = 0.6 Fy

d. Bila Lb > Lc
.
≤ , maka:

. .
= , atau = (Ambil Fb yang besar)
.

Nilai Fb awal berdasarkan nilai terbesar dari kedua persamaan


diatas dan tidak lebih besar dari :
Fb = 0.6 Fy

1.5.2. BATANG TARIK


Batang tarik adalah elemen struktur yang murni hanya mengalami gaya tarik.
Perilaku batang tarik banyak dijumpai diantaranya pada elemen-elemen struktur
dari rangka atap, menara telekomunikasi, struktur rangka jembatan.
Ratio kelangsingan dari batang Tarik () = k.L/r dimana nilai dibatasi agar tidak
lebih besar dari 300.
15

1.5.3. BATANG TEKAN


Batang tekan adalah elemen struktur yang murni hanya mengalami gaya tekan
searah batang. Perilaku batang tekan banyak dijumpai diantaranya pada elemen-
elemen struktur dari rangka atap, menara telekomunikasi, struktur rangka
jembatan.

Tabel Faktor Tekuk, k


Ratio kelangsingan dari batang Tarik () = k.L/r dimana nilai dibatasi agar tidak
lebih besar dari 200.
Tegangan yang terjadi adalah (fa) = P / A
16

Tegangan ijin, Fa secara garis besar diperoleh melalui persamaan-persamaan


sebagai berikut :

2 .
=

a. Untuk Kl / r ≤ Cc, maka


.
= 1− , dimana
.

. .
= + − ≥ dan juga ≤

b. Untuk Kl / r > Cc, maka

= .

Diharapkan fa / Fa ≤ 1.0

1.5.4. BATANG YANG MENGALAMI LENTUR DAN DESAK AKSIAL

a. Bila fa / Fa > 0.15, maka:


. .
+ + ≤ 1.0 , dimana

= .
(nilai lb dan rb sesuai dengan orientasi arah yang ditinjau

baik untuk arah x dan arah y)

b. Bila fa / Fa ≤ 0.15, maka:

+ + ≤ 1.0
17

Grafik angka kekakuan untuk portal tidak bergoyang

Grafik angka kekakuan untuk portal bergoyang


18

1.6. TARGET PEMBELAJARAN


Objective/Tujuan yang akan dicapai oleh pembaca dengan mengikuti langkah-
langkah dari panduan pemodelan struktur menggunakan STAAD.Pro serta
analisa pondasi menggunakan STAAD foundation ini adalah sebagai berikut :
 Diharapkan para pembaca dapat mengoperasikan STAAD.Pro dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah analisa dan desain struktur
yang berlaku.
 Dapat membantu perkerjaan-perkerjaan analisa dan desain struktur
sehingga dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
 Dapat meng-aplikasikan penggunaan International Code yang dipakai
dalam mendesain struktur.
 Untuk materi STAAD.Pro saat ini lebih menekankan dalam analisa
struktur baja dengan metoda working stress method ataupun dengan
limit state design /metode kekuatan batas.
19

BAB II PEMODELAN STRUKTUR PLATFORM

2.1 GEOMETRI STRUKTUR


Dibawah ini akan ditampilkan struktur platform yang akan didesain dengan
menggunakan STAAD.Pro.

Gambar desain struktur platform


20

2.2 PEMBEBANAN PADA STRUKTUR

a. Beban Tetap
Beban tetap merupakan beban yang ada dalam struktur tersebut pada saat
struktur tersebut digunakan ataupun pada saat pemasangannya yang
diakibatkan oleh gravitasi bumi . Beban jenis ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
 Beban Mati (berat handrail, berat ladder)
 Beban hidup
 Beban sendiri struktur

b. Beban Sementara
Beban sementara merupakan beban yang membebani suatu struktur yang
terjadi dengan batasan waktu tertentu. Dikarenakan beban ini adalah
sementara biasannya dalam suatu analisa struktur, kekuatannya dapat
ditingkatkan sampai 1/3 dari kekuatan batasnya . Beban yang termasuk beban
sementara diantaranya adalah sebagai berikut:
 Beban angin
 Beban gempa

2.3 PARAMETER DESAIN STRUKTUR:


Parameter desain struktur sangat penting dan dibutuhkan oleh aplikasi program
Staad Pro dalam melakukan design check yang benar (analisa desain berdasarkan
peraturan yang telah ditentukan) sehingga dengan parameter ini diharapkan
struktur yang telah kita desain sedemikian rupa dapat memberikan proporsi
keamanan dan kehandalan pada saaat struktur tersebut dioperasikan dan
menerima kombinasi beban yang bekerja. Beberapa parameter desain yang
sering digunakan dalam Staad Pro diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mutu material : Fc’, Fy
- Panjang efektif untuk batang tekan : Ly, Lz
- Panjang efektif untuk batang lentur : UNT, UNB, UNL
21

BAB III MEMBUAT GEOMETRI STRUKTUR

3.1 Membuat File Baru


1. Buka program STAAD.Pro, lalu pada menu File – New – Pilih Space – pilih
Meter dan Metric Ton – Next

Kotak dialog New Project


2. Add beam – Finish

Kotak dialog New Project


22

3.2 Membuat Geometri model


1. Pastikan Snap/beam dalam kondisi aktif

Layar kerja STAAD.Pro


Buat garis awal dimulai dari titik koordinat (0,0,0) dan diakhiri di (0,4,0) lalu
klik Snap Node/Beam kembali untuk menonaktifkan snap dan diakhiri close.

Tampilan layar monitor akan menjadi seperti berikut :

Layar kerja STAAD.Pro


23

2. Pilih kursor select node – pilih node 2 pada kotak dialog Nodes – sesuaikan
nilai koordinat Y dari elevasi 4.00 menjadi elevasi 4.37 pada informasi di dalam
tabel koordinat yang berada di sisi kanan layar monitor.

Tabel Nodes

3. Pilih elemen garis yang sudah ada – Geometri – Translational Repeat dan
isikan data untuk Global direction : X , no.of step = 1, Default step spacing =
9.2m – OK

Y
X
Z

Gambar geometri kolom


24

Lakukan hal yang sama seperti pada langkah berikutnya untuk memperoleh
geometri awal sebanyak 4 member kolom sesuai gambar design hingga seperti
gambar dibawah:

Y
X
Z

Gambar geometri kolom

4. Pilih ke empat nodal disisi bawah yang telah dibuat menggunakan nodes
cursor

Y
X
Z

Gambar geometri kolom


25

lalu pilih Geometri-Translational Repeat, masukan jarak step spacing


penambahan nodal baru sejauh 2.07 m dengan no.of steps = 1 dan pilih Global
Direction arah Y.

Kotak dialog Translational Repeat

5. Geometri – Add beam – Add beam from point to point, mulai menggambar
beam dari sisi kiri ke kanan dan konsisten serta lakukan dari lantai elevasi bawah
sebagaimana pada gambar berikut.

Y
X
Z

Gambar geometri struktur


26

6. Lengkapi untuk member joist seperti pada gambar berikut, dengan memilih
balok paling tepi lalu pilih Geometri-Translational Repeat ke arah X dan isikan
no.of steps = 1, lalu OK

Gambar geometri struktur & Kotak dialog Translational Repeat

Akan diperoleh balok seperti pada gambar di bawah.

Y
X
Z

Gambar geometri struktur


27

7. Lengkapi dengan cara yang sama seperti pada langkah sebelumnya untuk
membuat balok baru tersebut sejauh 0.7m kearah sb.Global X

Y
X
Z

Gambar geometri struktur

8. Select semua beam bagian bawah yang telah dibuat, lalu pilih Geometri-
Translational Repeat

Y
X
Z

Gambar geometri struktur


Masukan jarak 2.3 m untuk default step spacing kearah Y dan no.of steps = 1
dan pilih OK.
28

Akan diperoleh tampilan sebagaimana pada gambar dibawah:

Y
X
Z

Gambar geometri struktur

9. Untuk melengkapi beam yang men-support ladder pada elevasi +4.37m dapat
dilakukan dengan men-select node disisi atas

Gambar geometri struktur


Geometri – Translational Repeat – masukan jarak 0.8m ke arah X seperti pada
kotak dialog dibawah lalu OK.
29

Kotak dialog Translational Repeat

10. Untuk menambahkan balok baru yang terletak pada geometri yang telah ada
dapat menggunakan icon add beam dan gambarkan secara manual ke arah nodal
yang baru kita buat.

Gambar geometri struktur

Lakukan langkah yang sama untuk membuat cantilever beam seperti pada
gambar dibawah
30

Gambar geometri struktur


11. Untuk membuat geometri bracing , gunakan tambahan node dengan memilih
elemen balok yang akan ditambahkan nodal-Geometry – Insert node – Add mid
point – OK

Gambar geometri struktur & kotak dialog Insert Node


31

Akan diperoleh nodal baru seperti pada gambar dibawah

Gambar geometri struktur

12. Gambar elemen vertical brace secara konsisten dari bawah ke atas dengan
menggunalkan icon “add beam”.

Y
X
Z

Gambar geometri struktur


32

13. Untuk menyimpan file Staad yang telah kita buat, pilih File – Save As –
tentukan directori file lokasi file yang akan disimpan – beri nama file (contoh :
Operating Platform_Rev A) – Save.

Gambar kotak dialog Save As


33

BAB IV MENDEFINISKAN MEMBER PROPERTIES

Pada bab ini kita akan mendefinisikan member properties yang akan digunakan.
Urutan garis besar langkah yang dilakukan adalah dengan mendefinisikan
(define) terlebih dahulu nama profil yang akan digunakan dan dilanjutkan
dengan mengalokasikan (assign) nama profil yang telah kita definisikan tersebut
ke dalam elemen geometri yang telah kita gambar.

Definisikan nama profil/member properties yang akan digunakan pada desain


struktur. Member properties member yang akan digunakan dalam desain adalah
sebagai berikut:

Kolom : H 200x100x5.5
Balok : H 200x100x5.5
Joist : Channel 150x75x6.5
Bracing : L 100x100x10 (Angle)

1. Pada page menu General - Property

Menu Modeling - General

Pada kotak dialog Properties (disisi kanan layar) pilih Section Database-pilih
Japanese-HShape - pilih H200x100x5.5 – Add, profil ini akan didefinisikan
sebagai member property untuk semua kolom.
34

Lakukan hal yang sama untuk profil balok (H Shape), joist (Channel), bracing
(Angle) sehingga akan muncul definisi R1, R2, R3 dan R4 pada kotak dialog
properties sebagaimana pada gambar dibawah.

Kotak dialog Properties

2. Pilih nama profil H200x100x5.5 (R1) pada kotak dialog Properties, lalu pilih
semua elemen kolom sesuai gambar design sehingga adanya indikator warna
merah pada elemen garis yang dipilih – Assign to selected beams – Assign – Yes.

Layar Kerja STAAD.Pro


35

3. Pilih nama profil H200x100x5.5 (R2) pada kotak dialog Properties, lalu pilih
semua elemen balok utama sesuai gambar design sehingga adanya indikator
warna merah pada elemen garis yang dipilih – Assign to selected beams – Assign
– Yes.

Layar Kerja STAAD.Pro

4. Pilih nama profil C150x75x6.5 (R3) pada kotak dialog Properties, lalu pilih
semua elemen joist dan balok cantilever sesuai gambar design sehingga adanya
indikator warna merah pada elemen garis yang dipilih – Assign to selected beams
– Assign – Yes.
36

Layar Kerja STAAD.Pro

5. Pilih nama profil L100x100x10 (R4) pada kotak dialog Properties, lalu pilih
semua elemen bracing sesuai gambar design sehingga adanya indikator warna
merah pada elemen garis yang dipilih – Assign to selected beams – Assign – Yes.

Layar Kerja STAAD.Pro


37

6. Cek Orientasi kolom apakah sudah sesuai dengan desain orientasi yang kita
harapkan atau belum, untuk melihat orientasi kolom bisa dilakukan dengan klik
kanan pada mouse pilih labels, aktifkan beam orientation dan OK.

Kotak dialog Diagrams

Akan muncul orientasi sumbu kuat dari masing-masing profil pada geometri
model seperti pada gambar di bawah.

Gambar Orientasi member


38

Orientasi sumbu kuat ke-4 kolom masih belum sesuai dengan desain awal
dimana sistem bracing akan dipasang searah sumbu lemah kolom. Untuk
memutar kolom tersebut pilih/select ke semua kolom yang ada, masuk ke menu
Commands, Geometry Constant dan pilih Beta Angle.

Layar kerja STAAD.Pro

Masukan sudut rotasi sebesar 90 derajat pada kotak dialog Beta Angle dan OK.

Kotak dialog Beta Angle


39

Akan terlihat orientasi kolom seperti pada gambar dibawah

R2
R2
R2
R2
R2 R2
R3
R3
R2 90.00R2
R1:ßR2
R4 R2
R2
R4
R1:ß 90.00

R1:ß 90.00
R4
R2
R2 R4
R2
R2 R1:ß 90.00 R2
R3
R3
R2 R1:ß 90.00R2
R4 R2
R2
R4 R2
R1:ß 90.00

R1:ß 90.00
R4
R4
R1:ß 90.00

Y
X
Z

Gambar orientasi member

7. Untuk me-non aktifkan beam orientation klik kanan mouse pilih labels, non
aktifkan beam orientation dan OK.
40

BAB V MENDEFINISIKAN SPESIFIKASI PADA


STRUKTUR

Di dalam aplikasi STAAD.Pro terdapat menu “Specification” yang berfungsi


untuk mendefinisikan perilaku khusus dari suatu elemen model, baik untuk
elemen batang ataupun pelat. Salah satu contohnya adalah Beam – Release,
dimana perintah release ini akan selalu hampir digunakan saat kita mendesain
struktur baja.
Secara default pada semua hubungan balok kolom dalam model di Staad Pro
akan didefinisikan sebagai sambungan moment (moment/fixed connection),
untuk mengoreksi perilaku tersebut menjadi sambungan geser (shear connection)
maka beam release akan digunakan untuk mendefinisikan hal tersebut.

1. Masuk kedalam page menu General – Spec

Menu General-Spec
41

Pilih beam pada kotak dialog specifications.

Tabel Specification

2. Pada kotak dialog Member Specification - page menu – Release, untuk lokasi
yang akan di-release pilih Start, aktifkan checklist untuk MY serta MZ dan Add.

Kotak dialog Member Specification


Akan muncul definisi Start Release pada kotak dialog Specification yang berada
di sisi kanan layar monitor.
42

Tabel Beam Release

3. Pada kotak dialog Member Specification - Sheet Release, untuk lokasi yang
akan di-release pilih End, aktifkan checklist untuk MY serta MZ dan Add.

Kotak dialog Member Specification


43

Akan muncul definisi Start Release pada kotak tabel Specification yang berada
di sisi kanan layar monitor.

Tabel Specification

4. Kembali pilih beam pada kotak dialog specifications untuk mendefinisikan


perilaku elemen truss yang nantinya akan didefinisikan ke dalam elemen brace,
pilih brace dan add.

Kotak dialog Member Specification


Akan muncul definisi Member Truss pada kotak dialog Specifications seperti
pada gambar di bawah.
44

Tabel Specifications

5. Untuk memasukan definisi Release Start pada “balok utama”, pilih definisi
Release yang telah dibuat yaitu Start My Mz - pilih elemen balok sebagaimana
gambar dibawah

Y
X
Z

Gambar geometri struktur


Assign to selected beam, Assign dan Yes. Akan muncul indikasi lingkaran pada
lokasi balok yang telah di-assign Release Start My Mz.
45

Y
X
Z

Gambar geometri struktur

6. Untuk mendefinisikan Release End pada “balok utama”, pilih definisi Release
yang telah dibuat yaitu End My Mz - pilih elemen balok sebagaimana gambar
dibawah, Assign to selected beam, Assign dan Yes.

Gambar geometri struktur & Tabel Specifications


Akan muncul indikasi lingkaran pada lokasi balok yang telah di-assign Release
Start My Mz.
46

Gambar geometri struktur


7. Untuk memasukan definisi Release Start pada member “joist”, pilih definisi
Release yang telah dibuat yaitu “Start My Mz” - pilih ke 4 elemen balok
sebagaimana gambar dibawah

Gambar geometri struktur & tabel Specifications


Assign to selected beam, Assign dan Yes. Akan muncul indikasi lingkaran pada
lokasi balok yang telah di-assign Release Start My Mz.
47

Gambar geometri struktur


8. Untuk mendefinisikan Release End pada “joist”, pilih definisi Release yang
telah dibuat yaitu End My Mz - pilih elemen balok sebagaimana gambar
dibawah, Assign to selected beam, Assign dan Yes.

Gambar geometri struktur & Tabel Specifications


Akan muncul indikasi lingkaran pada lokasi balok yang telah di-assign Release
Start My Mz.
48

Gambar geometri struktur


9. Untuk mendefinisikan member truss pada “elemen bracing”, pilih definisi
Release yang telah dibuat yaitu member truss – pilih semua member geometri
bracing sebagaimana gambar dibawah, Assign to selected beam, Assign dan Yes.

Gambar geometri struktur & tabel Specifications


49

BAB VI MENDEFINISIKAN TUMPUAN

Pada bab ini kita akan memodelkan tumpuan (kondisi batas) pada struktur.
Tumpuan yang sering digunakan adalah pinned (sendi), fixed (jepit) atau fixed
but (jepit terbatas), tentunya penentuan model tumpuan yang digunakan akan
sangat bergantung dengan pertimbangan dari tipe arangement anchor bolt &
base plate yang akan kita gunakan dalam perencanaan .
1. Masuk kedalam Submenu Support-Create

Gambar menu Modelling – General


50

Pada kotak dialog Create Support pilih Pinned dan Add

Kotak dialog Create Support

Akan muncul definisi Pin support pada sisi layar kanan seperti pada gambar
dibawah

Tabel Supports
2. Pilih tipe pin support yang telah didefinisikan dan pilih ke empat nodal sisi
bawah struktur - Assign to selected nodes – Assign – Yes
51

Gambar geometri struktur & tabel Specifications


52

BAB VII PEMBEBANAN

Pembebanan bertujuan untuk mendefinisikan jenis dan besaran beban desain


yang akan bekerja pada struktur.
Jenis tipe beban / Load Case yang akan digunakan dalam desain adalah sebagai
berikut :
1. SEISMIC LOAD X DIRECTION (SX)
2. SEISMIC LOAD Z DIRECTION (SZ)
3. DEAD LOAD (DL)
4. LIVE LOAD (LL)
5. WIND LOAD X DIRECTION (WX)
6. WIND LOAD Z DIRECTION (WZ)

7.1 MENDEFINISIKAN LOAD CASE


1. Masuk ke page menu General - submenu Load & Definition

Menu General – Load & Definition


2. Pada table Load & Definition disisi kanan layar kerja, pilih New
53

Gambar layar kerja

3. Pada kotak dialog Create New Definitions/Load Cases/Load Items, pilih Load
case, pada Primary isikan number = 1, Loading type = None dan Title =
SEISMIC LOAD X DIR (SX) lalu Add

Kotak dialog Load Case


54

Perhatikan tabel Load & Definition di sisi kanan layar monitor, akan terlihat
definisi jenis beban yang baru saja kita inputkan yaitu SEISMIC LOAD X DIR
(SX)

Tabel Load & Definition

4. Lanjutkan dengan perintah kerja seperti pada langkah sebelumnya untuk


Load Case 2. SEISMIC LOAD Z DIRECTION (SZ)
Load Case 3. DEAD LOAD (DL)
Load Case 4. LIVE LOAD (LL)
Load Case 5. WIND LOAD X DIRECTION (WX)
Load Case 6. WIND LOAD Z DIRECTION (WZ)

Pastikan di tabel Load & Definition di sisi kanan layar akan terlihat definisi ke
enam jenis beban yang telah kita inputkan
55

Tabel Load & Definition

5. Mendefinisikan beban mati yang bekerja dengan besaran sebagai berikut :


Berat sendiri = 1.1 Self weight
Berat handrail = 75 kg/m
Berat ladder = 300 kg/titik
Berat lantai = 60 kg/m2

7.2 BEBAN MATI (DEAD LOAD)


1. Pilih load case 3 DEAD LOAD (DL), Add, pada kotak dialog Add New : Load
items pilih Selfweight dan masukan arah pembebanan pada arah Y dengan
besaran -1.1.
56

Kotak dialog Add New : Load Items

Pada tabel Load & Definition akan terlihat definisi selfweight Y -1.1 sebagai
mana pada gambar dibawah, sebagai catatan informasi lambang ? (tanda tanya)
yang berarti definisi beban belum di definisikan kedalam geometri struktur yang
ada.

Tabel Load & Definition


57

2. Definisikan berat handrail sebesar 75 kg/m dengan memilih load case DEAD
LOAD (DL), Add,Member Load, pilih Uniform Force. Isikan besarnya beban
sebesar -0.075 t/m dengan arah beban pada sumbu GY (Global Y) lalu Add.

Kotak dialog Add New : Load Items

Pada tabel Load & Definition akan terlihat definisi beban merata sebesar
-0.075t/m.

Tabel Load & Definition

3. Definisikan berat ladder sebesar 250 kg untuk tiap titik beban dengan memilih
load case DEAD LOAD (DL), Add,Member Load, pilih Consentrated Force.
58

Isikan besarnya beban sebesar -0.250 ton,sejarak d1 = 0.15m dengan arah beban
pada sumbu GY (Global Y) lalu Add.

Kotak dialog Add New : Load Items


Ulangi langkah yang sama untuk mendefinisikan beban ladder sebesar -0.25 ton
dengan jarak d1 = 0.65

Kotak dialog Add New : Load Items


59

Pada tabel Load & Definition akan terlihat definisi beban titik sebesar -0.25 ton
dengan 2 lokasi titik kerja yang berbeda nantinya.

Tabel Load & Definition

4. Mendefinisikan berat lantai pada Load case DEAD LOAD (DL) sebesar 60
kg/m2 dengan memilih load case DEAD LOAD (DL), Add,Floor Load,
Definiskan besarnya beban lantai dengan mendefinisikan beban pada kotak
dialog Floor Load pada YRANGE sebagai berikut :

Pressure = -0.06 t/m2


Direction = Global Y
Arah distribusi beban = One Way Direction
Define Y Range = 4.37 m

Lalu Add dan close.


60

Kotak dialog Add New : Load Items

Secara otomatis beban lantai akan terdistribusi pada kedua elevasi lantai sebagai
berikut :

Y
X
Z

Gambar distribusi beban lantai

5. Mengalokasikan definisi Self weight -1.1 kedalam geometri struktur dengan


memilih beban selfweight -1.1 terlebih dahulu, assign to view, assign.
61

Tabel Load & Definition

6. Untuk mengalokasikan beban handrail, pilih terlebih dahulu uniform load -


0.075 t/m yang telah kita definisikan – pilih semua balok utama pada sisi luar
platform di kedua elevasi lantai – Assign to selected beam – Assign – Yes.
62

Tabel Load & Definition

Akan terlihat distirbusi beban merata pada struktur platform sebagai berikut

Y
X
Z

Gambar distribusi beban merata


7. Untuk mengalokasikan beban dari berat ladder, pilih terlebih dahulu beban
titik -0.25 ton dengan jarak d1=0.15m telah kita definisikan – pilih semua balok
63

kantilever yang berada pada sisi luar platform di kedua elevasi lantai – Assign to
selected beam – Assign – Yes.

Tabel Load & Definition


Akan terlihat distribusi beban titik akibat berat ladder sebagai berikut

Y
X
Z

Distribusi beban mati


Lakukan dengan langkah yang sama untuk input beban titik kedua pada balok
kantilever yang sama dikedua elevasi lantai.
64

Tabel Load & Definition

Akan terlihat distribusi beban titik sebagai berikut

Y
X
Z

Gambar distribusi beban mati


65

7.3 BEBAN HIDUP (LIVE LOAD)


Pada tahap ini kita akan mendefinisikan beban hidup yang bekerja dengan
besaran sebagai berikut :
Berat hidup pada lantai = 500 kg/m2
Beban hidup pada ladder = 150 kg/titik
Pilih load case 4 LIVE LOAD (LL) lalu Add.

Tabel Load & Definition

Pada kotak dialog “Add New : Load items” pilih Floor Load, Definisikan
besarnya beban lantai dengan mendefinisikan beban pada kotak dialog Floor
Load pada YRANGE sebagai berikut :
Pressure = -0.5 t/m2
Direction = Global Y
Arah distribusi beban = One Way Direction
Define Y Range = 4.37 m
Lalu Add dan close.
66

Kotak dialog Add New : Load Items

Secara otomatis beban lantai akan terdistribusi pada kedua elevasi lantai seperti
pada gambar sebagai berikut :

Tabel Load & Definition


67

2. Definisikan berat hidup pada balok yang men-support ladder berupa beban
titik sebesar 150 kg /titik dengan memilih load case LIVE LOAD (LL) – Add -
Member Load, pilih Consentrated Force. Isikan besarnya beban sebesar -0.15
ton sejarak d1 = 0.15m pada arah beban sumbu GY (Global Y) lalu Add.

Kotak dialog Add New : Load Items

3. Ulangi langkah yang sama seperti langkah 2 untuk mendefinisikan beban


hidup pada ladder sebesar -0.15 ton dengan jarak d1 = 0.65 dan diakhiri dengan
memilih button close untuk menutup kotak dialog “Add New:Load Items”
tersebut.
68

Kotak dialog Add New : Load Items


Jika diperhatikan pada tabel Load & Definition akan terlihat definisi beban titik
sebesar -0.15 ton dengan 2 lokasi titik kerja yang berbeda nantinya.

Tabel Load & Definition


4. Untuk memasukan definisi beban hidup pada ladder yang telah kita buat ke
dalam struktur, pilih terlebih dahulu beban titik -0.15 ton dengan jarak d1=0.15m
telah kita definisikan – pilih semua balok kantilever yang berada pada sisi luar
platform di kedua elevasi lantai – Assign to selected beam – Assign – Yes.
69

Tabel Load & Definition

Akan terlihat distribusi beban titik akibat beban hidup pada ladder sebagai
berikut

Y
X
Z

Gambar distribusi beban hidup


Lakukan dengan langkah yang sama untuk input beban titik kedua pada balok
kantilever yang sama dikedua elevasi lantai.
70

Tabel Load & Definition

Akan terlihat distribusi beban titik sebagai berikut

Y
X
Z

Gambar distribusi beban hidup


71

7.4 BEBAN ANGIN


Pada tahap ini kita akan memanfaatkan fasilitas otomatis yang telah disediakan
oleh STAAD.Pro dalam mendesain beban angin pada struktur, referensi Code
design yang akan digunakan adalah sesuai dengan ASCE-7. Secara garis besar
tahapan langkah untuk memasukan beban angin pada model geometri adalah
dimulai dengan mendefinisikan beban angin pada Wind Definition dilanjutkan
dengan menentukan besar dan arah beban angin pada Load Case Wind Load
dengan mengambil referensi besaran beban angin dari Wind Definition yang
telah didefinisikan sebelumnya.

1. Pada tabel Load & Definitions, pilih Wind Definition – Add

Tabel Load & Definition

Pada kotak dialog Wind definition isikan Type no = 1, untuk Comment = Wind 1
– Add - Close
72

Kotak dialog Add New : Wind Definitions

Highlight Type 1 (yang baru saja didefiniskan) – Add

Tabel Load & Definition


73

Pada kotak dialog Wind Defitions, klik Calulate as per ASCE-7

Kotak dialog Add New : Wind Definitions

Akan muncul kotak dialog ASCE-7:Wind Load, untuk contoh soal ini digunakan
basis wind speed sebesar 85 Mph (besarannya akan bergantung dengan desain
spesifikasi dari masing-masing proyek).
Isikan informasi design wind load sebagaimana data dibawah :
ASCE-7 = 2010
Building Classification Category = II
Basic Wind Speed = 85 Mph
Exposure category = Exposure B
Structure type = Lattice Framework
74

Kotak dialog Wind Load


OK-Add, maka STAAD.Pro akan men-generate besarnya intensitas beban angin
sesuai dengan ketinggian seperti pada gambar dibawah. Lalu close untuk
kembali ke layar kerja utama.

Kotak dialog Add New : Wind Definitions

2. Kembali pada table Load & definition di sisi kanan layar kerja dan pilih Load
Case Wind Load X Dir. (WX) - Add .
75

Table Load & Definitions

Akan muncul kotak dialog Load Items, pilih Wind Load dan definisikan arah
beban angin ke arah X global dengan factor 1 - aktifkan pilihan Open Structure -
Add - Close

Kotak dialog Load Items


76

STAAD.Pro akan men-generate besaran beban angin yang mengenai structure


secara otomatis dengan definisi Wind Load arah X seperti pada gambar berikut.

Y
X
Z

Distribusi Beban Angin arah X

3. Kembali pada table Load & definition di sisi kanan layar kerja dan pilih Load
Case Wind Load Z Dir. (WZ) - Add

Table Load & Definitions


77

Akan muncul kotak dialog Load Items, pilih Wind Load dan definisikan arah
beban angin ke arah X global dengan factor 1 - aktifkan pilihan Open Structure -
Add - Close

Kotak dialog Load Items

STAAD.Pro akan men-generate besaran beban angin yang mengenai struktur


secara otomatis untuk definisi Wind Load arah Z seperti pada gambar berikut.

Y
X
Z

Distribusi Beban Angin arah Z


78

7.5 BEBAN GEMPA


Untuk perhitungan gaya geser tingkat menggunakan metoda Linier Statik
Equivalent untuk struktur bangunan beraturan dan kita akan menggunakan
fasillitas otomatis yang telah disediakan oleh STAAD.Pro. Software akan
memperhitungkan gaya geser dasar total (total base shear) sesuai dengan
parameter gempa yang akan kita inputkan.
Secara garis besar, tahapan langkah untuk memasukan beban angin pada model
geometri adalah dimulai dengan mendefinisikan beban gempa pada Seismic
Definition dilanjutkan dengan menentukan besar dan arah beban gempa pada
Load Case Seismic Load dengan mengambil referensi besaran beban gempa dari
Seismic Definition yang telah didefinisikan sebelumnya.
Untuk desin beban gempa pada contoh ini akan digunakan informasi Spektrum
(SNI 03-1726-2012) sebagai berikut :
Lokasi proyek : Cilegon
Jenis tanah : Tanah sedang
Ss : 0.799
S1 : 0.336
Sds : 0.629
Sd1 : 0.387
Faktor Keutamaan : 1.25
R factor (X direction) : 3.25 (OCBF)
R factor (Z direction) : 3.5 (OMRF)
79

Grafik desain spektrum gempa (Puskim.PU.Go.id)


1. Pada table Load & Definitions disisi kanan layar kerja pilih Seismic Definition
– Add

Tabel Wind & Definition


Akan muncul kotak dialog Seismic definition, pada Seismic Parameter pilih type
code yang digunakan adalah IBC 2003, isikan parameter design untuk nilai SDS,
SD1, S1, I, Rx dan Rz sesuai data respons spectrum diawal – Add.
80

Kotak dialog Seismic Definitions


2. Pada Self Weight , isikan selfweight factor 1.1 - Add

Kotak dialog Seismic Definitions

3. Untuk definisi Joint Weight dapat diabaikan karena tidak ada informasi berat
struktur yang berupa nodal load dalam memperhitungkan berat total struktur
sebagai faktor berat dalam perhitungan beban gempa.
81

4. Pada definisi Member weight, kita akan mendefinisikan berat dari :


a. Berat dari ladder (p1) = 250 kg/titik
Berat beban hidup pada ladder (p2) = 0.3*250 kg/titik = 75 kg/titik
Berat ladder total (p1+p2) = 250 kg/titik + 75 kg/titik
= 325 kg/titik.
b. Berat handrail = 75 kg/m

Untuk berat dari ladder totol pilih loading type Con – weight : 0.325 ton-
Starting Distance : 0.15 – Add

Kotak dialog Seismic Definitions

Untuk berat dari ladder pada titik berikutnya, pilih loading type Con – weight :
0.325 ton- Starting Distance : 0.65 – Add
82

Kotak dialog Seismic Definitions – Member weights

Untuk mendefinisikan berat dari handrail, pilih loading type : UNI– weight:
0.075 ton/m – Add

Kotak dialog Seismic Definitions – Member weights

5. Definisi Refference Load dapat diabaikan karena kita tidak mendefinisikan


tipe pembebenan refference load dalam contoh kasus ini
83

6. Pada Floor Weight, kita akan medefinisikan berat dari:


a. Berat grating (q1) = 75 kg/m2
b. Berat dari beban hidup pada lantai (q2) = 0.3*500 kg/m2 = 150 kg/m2
c. Berat total dari lantai = q1 + q2 = 75 kg/m2 + 150 kg/m2
= 225 kg/m2

Isikan berat lantai seperti pada gambar dibawah – Add – Close

Kotak dialog Seismic Definitions – Floor weights

7. Memasukan definisi faktor berat struktur yang telah dibuat kedalam geometri
struktur.
Pilih besar beban ladder yang telah didefinisikan - pilih beam dimana beban
bekerja – Assign to selected beam – Assign.
84

Tabel Load & Definition


Pilih besar beban ladder sisanya yang telah didefinisikan - pilih beam dimana
beban bekerja – Assign to selected beam – Assign

Tabel Load & Definition


Pilih besar beban handrail yang telah didefinisikan - pilih balok dimana beban
bekerja – Assign to selected beam – Assign
85

Tabel Load & Definition

8. Pilih kembali Load Case:Seismic Load X Dir (SX) pada tabel Load &
Definition disisi kanan layar monitor – Add

Tabel Load & Definition


86

Pada kotak dialog Load Items, pilih Seismic Loads – Factor & Direction –
Direction : X – Factor : 1 - Add

Kotak Dialog Add New : Load Items


9. Pilih kembali Load Case:Seismic Load Z Dir (SZ) pada tabel Load &
Definition disisi kanan layar kerja – Add

Tabel Load & Definition


87

Pada kotak dialog Load Items, pilih Seismic Loads – Factor & Direction –
Direction : Z – Factor : 1 - Add

Kotak Dialog Add New : Load Items

7.6 LOAD COMBINATION


Untuk contoh kasus ini akan dipertimbankan kombinasi pembebanan (Load
Combination) yang akan digunakan untuk memperhitungkan Stress Ratio (SR)
dari desain struktur baja sebagai berikut (AISC-ASD) :
Load Combination 11. DL+LL
Load Combination 12. DL+0.75(LL+WX)
Load Combination 13. DL+0.75(LL+WZ)
Load Combination 14. DL+0.75(LL+SX) + 0.225SZ
Load Combination 15. DL+0.75(LL+SZ) + 0.225SX
88

Kombinasi pembebanan (LC) yang akan digunakan saat mendesain tulangan


pada pondasi adalah sebagai berikut:
Load Combination 101. 1.4DL
Load Combination 102. 1.2DL + 1.6LL
Load Combination 103. 1.2DL + 1.6SX +0.48SZ + LL
Load Combination 104. 1.2DL + 1.6SZ +0.48SX + LL
Load Combination 105. 1.2DL + 1.6WX + LL
Load Combination 106. 1.2DL + 1.6WZ + LL

1. Pada tabel Load & Definitions – pilih New

Tabel Load & Definition

Akan muncul kotak dialog Create New Definitions/Load Case/Load Item, masuk
ke dalam page menu Load Case – Combination – Define Combinations.
89

Buat Load combination no.11 : DL + LL dengan memindahkan LC 3.DL dan


LC4.LL (tabel available load case) ke sisi kanan tabel (tabel load combination
definition) dan Add

Kotak dialog Create New Definition


Akan diperoleh hasil sebagai berikut, lalu Add :

Kotak dialog Create New Definition


90

2. Buat Load Combination 12.DL+0.75 (LL+WX), lalu Add

Kotak dialog Create New Definition


3. Lanjutkan untuk menginputkan Load combination 13 hingga Load
combination 15 dan Load combination 101 hingga 106 dengan langkah yang
sama seperti pada langkah sebelumnya. Akan diperoleh tampilan definisi load
combination sebagaimana pada tabel Load & Definition berikut:

Tabel Load & Definition


91

BAB VIII MATERIAL DESAIN

Secara default STAAD.Pro sudah memberikan default material property untuk


jenis material yang umumnya kita pakai antara lain material baja dan beton. Pada
bab ini kita akan memasukan (assign) material yang akan kita gunakan kedalam
struktur geometri yang telah kita buat.
1. Masuk menu General - pilih sub menu Material

Menu General - Material

2. Pada tabel Material (sisi kanan layar kerja) pilih Steel-Assign to view-Assign-
Yes
92

Tabel Material
93

BAB IX ANALYSIS DAN PRINT COMMANDS

1. Masuk ke main page menu Analysis/Print – Add – Close

Kotak dialog Analysis/Print Commands

2. Pastikan perintah Perform Analysis sudah muncul di dalam tabel Analysis .

Tabel Analysis
94

BAB X MENDESAIN STRUKTUR

Pada tahapan ini kita akan mendefinisikan Code Design yang akan digunakan
dalam melakukan perhitungan Stress Ratio (SR) dari Struktur beserta parameter
desain yang akan digunakan oleh program saat menganalisa nilai SR tersebut.

1. Pada menu Design – Steel -Pilih code design AISC-ASD untuk steel structure
design didalam tabel Steel Design – Define Parameters

Tabel Steel Design

2. Muncul kotak dialog Design Parameters – isikan nilai Fy = 24000 ton/m2 –


Add
95

Kotak dialog Design Parameters

3. Pada kotak dialog Design Parameters – isikan nilai Fu = 40000 ton/m2 – Add

Kotak dialog Design Parameters


96

4. Definisikan nilai LY & nilai LZ sesuai geometri struktur yang perlu dikoreksi.
Define Parameter-pilih LY-masukan nilai LY sesuai koreksi bentangan arah
lokal batang Y-Add (Nilai koreksi LZ pada contoh kasus yang sedang dikerjakan
ini akan didefinisikan pada langkah terakhir bab ini)

Kotak dialog Design Parameters

5. Tambahkan parameter NSF (Nett. Section Factor) yaitu parameter untuk


memperhitungkan besaran penampang bersih untuk batang tarik. Parameter ini
nantinya akan di-assign ke member-member vertical brace pada struktur.
97

Kotak dialog Design Parameters


5. Pilih nilai LY yang telah didefinisikan – pilih member yang akan di-assign
(gambar dibawah) – assign to selected beam – Assign – yes

Tabel Steel Design


98

6. Assign definisi nilai parameter Fy dan nilai Fu yang telah didefinsikan ke


dalam struktur, pilih nilai Fy – Assign to View – Assign – Yes

Tabel Steel Design

7. Ulangi langkah yang sama untuk meng-assign/mendefinisikan nilai Fu ke


dalam struktur platform.

8. Assign parameter NSF=0.65 ke member truss pada struktur, parameter NSF –


pilih semua member brace – Assign to Selected Beam – Assign – Yes.
99

Tabel Steel Design

8. Untuk memasukan perintah mendesain member pilih Commands – Check


Code – Add – Close

Kotak dialog Design Commands

9. Pada tabel Steel Design – pilih Check Code – Assign to View – Assign – Yes.
100

Tabel Steel Design

10. Untuk mendifinisikan Load combination yang akan digunakan dalam


perhitungan Stress Ratio (SR) – klik kanan pada command Check Code – pilih
Insert Comment After – isikan : load list 11 to 15 - OK

Tabel Steel Design


101

10. Seandainya ada parameter desain yang perlu ditambahkan kembali, misal
untuk nilai Lz maka pilih/klik terlebih dahulu salah satu parameter design yang
ada (contohnya NSF0.65) lalu pilih menu Define Parameter.
Akan muncul kotak dialog Design Parameters, dan isikan nilai Lz=1m, dan
pastikan anda mengkatifkan “After Current”, dan diakhiri Add.

Gambar kotak dialog Design Parameters


Dengan mengaktifkan “after current” maka akan meminta design parameter yang
akan anda inputkan tersebut masuk kedalam 1 folder perintah untuk parameter
design SR yang anda gunakan dan parameter yang baru tersebut berada di baris
atas dari perintah Design Code

Gambar kotak dialog Steel Design


102

11. Pilih kesemua balok yang akan kita koreksi nilai Lz-nya dan pilih parameter
desain Lz, lalu assign to selected beams- assign.

Gambar layar kerja


103

BAB XI ANALISA DAN DESAIN

Tahap ini adalah tahap Processing dan Post Processing, dimana program akan
melakukan perhitungan struktur dari semua tahapan diawal yang telah kita
lakukan (tahap Pre-Processing)
1. Untuk menjalankan analisa struktur dari menu Analyze – Run Analysis – Done
untuk melihat hasil analisa struktur dan desain struktur.
Pastikan tidak terdapat error pada kotak dialog Staad Analysis and Design.

Kotak dialog STAAD Anlysis and Design

2. Untuk menampilkan Stress Ratio – pilih Post processing – Beam – Unity


Check
104

Menu Post Processing

Akan diperoleh Stress Ratio maksimum pada struktur sebagaimana gambar


dibawah :

0.368
0.105
0.117
0.109
0.098 0.2
0.124
0.124
0.0893 0.386 0.0976
0.097 0.1110.11
0.0971
0.018
0.0532

0.268 0.222
0.0552
0.0552
0.07370.0369
0.0695
0.0519 0.11 0.459
0.124
0.124
0.196 0.441 0.0482
0.0858 0.0835
0.0819
0.0327 0.0462
0.132

0.482
0.0588
0.0348
0.209

Y
X
Z

Diagram Stress Ratio (SR)


105

3. Untuk menampilkan output perhitungan dapat melalui icon Staad Output.

Akan muncul tampilan output program Staad Pro yang berisikan text input
hingga output design dari perhitungan struktur.

3. Untuk melihat gaya dalam yang terjadi pada balok dapat diperoleh dengan
melakukan double click di salah satu member/balok, akan muncul kotak dialog
beam yang isinya menjelaskan baik dari dimensi member properti, pembebanan
yang bekerja, gaya dalam yang terjadi (shear bending), defleksi hingga Stress
Ratio (SR) maksimal yang terjadi
106

Gambar kotak dialog Beam

Pilih sub-sheet Shear bending pada kotak dialog beam,

Gambar kotak dialog Beam


107

4. Jika diperlukan output data dalam bentuk tabel yang akan diolah dalam
program lain (misal : spread sheet excel), maka pilih semua member/batang
dengan memblok semua batang lalu pada menu Report, pilih section Force.

Gambar layar kerja Staad pro

Akan muncul kotak dialog section forces, pilih sub-sheet Loading

kotak dialog section forces


108

Sesuaikan tipe beban apa saja yang akan di keluarkan pada output report
nantinya, sebagai contoh ingin dimunculkan keluaran gaya dalam untuk LC11
hinggal LC15 dan OK.

kotak dialog section forces

Akan muncul list tabel gaya dalam dalam layar monitor seperti pada gambar
dibawah. Untuk meng-copy data dapat anda lakukan dilayar langsung dan
salin/paste di dalam layar excel yang telah anda buka.

Layar kerja Staad Pro


109

BAB XII STAAD FOUNDATION

Secara default tampilan awal layar kerja dari program STAAD.foundation adalah
seperti berikut.

Gambar tampilan awal STAAD.foundation

1. Setting unit yang akan digunakan dalam STAAD.foundation, klik setup input /
output unit – akan muncul kotak dialog Unit Setup, pilih SI unit dan OK.

Kotak dialog Unit Setup


110

2. Untuk meng-import file STAAD Pro secara otomatis ke dalam program


STAAD.foundation melalui File – Import STAAD.Pro File. Akan muncul kotak
dialog STAAD.Pro file import maka selanjutnya pilihlah lokasi folder anda
menyimpan file STAAD.Pro untuk struktur platform yang telah anda buat –
Open – muncul kotak dialog Import STAAD.Pro file dan pilih Select All –
Import.

Kotak dialog Import STAAD.Pro file


Jika import berhasil maka akan muncul arrangement pondasi sesuai dengan
lokasi support yang telah kita buat dalam STAAD.Pro pada layar kerja
STAAD.foundation.

Layar kerja STAAD.foundation


111

3. Simpan file melalui menu File – Save – tentukan lokasi file akan disimpan –
beri nama file – Save.

4. Pada tabel Main Navigator (sisi kanan layar), pilih Foundation Plan – Column
Position.

Tabel Main Navigator

Pastikan arrangement untuk pondasi sudah sesuai dengan desain awal saat di
STAAD.Pro.
112

Tabel Column Position

5. Sesuaikan dimensi awal untuk ukuran footing dan pedestal. Pada tabel Main
Navigator (sisi kiri layar kerja) – Foundation Plan – Column Dimension

Tabel Main Navigator

6. Pada tabel Column Dimension disisi kanan layar


- Consider Pedestal : pilih Yes
- Pedestal Height : isikan tinggi total pedestal = 0.8 m
- Pedestal length : 0.35 m
113

- Pedestal Width : 0.4 m

Tabel Column Dimension


File – Save untuk menyimpan file terakhir STAAD.foundation.

7. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Load & Factors – Apply
Selfweight and Dead Weight Factor – Select all pada kotak dialog Add Self
Weight – OK.

Tabel Main Navigator & Kotak dialog Add Self Weight


114

8. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Load & Factors Load
Safety Factor Table – isikan nilai faktor pada tabel Applied load Safety Factor
disisi kanan layar kerja.

Tabel Main Navigator


Isikan informasi faktor pada tabel Applied Load Safety factor sebagai berikut.
- Load case 1 hingga load case 5, isikan serviceability factor = 0 dan
design factor = 0
- Load comb.11 hingga load comb.15, isikan serviceability factor = 1 dan
design factor = 0
- Load comb.11 hingga load comb.15, isikan serviceability factor = 1 dan
design factor = 0
115

Tabel Applied Load Safety Factor


9. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Load & Factors - Soil
Bearing Safety Factor

Tabel Main Navigator

Pastikan semua nilai faktor terisi 1.0 (satu) pada tabel Soil Bearing Capacity
Factors
116

tabel Soil Bearing Capacity Factors

10. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Job Setup – Create a New
Job

Tabel Main Navigator


117

Pada tabel Job info isikan informasi sebagai berikut :


 Job Name : F1
 Job Type : Isolation
 Default Unit type : English
 Support Assignment : Assign to all support

Tabel Job Info

11. Pada tabel Available Load Case, pilih semua load combination yang akan
digunakan dalam perhitungan analisa dan design yaitu load comb.11 hingga load
comb.15, load comb.101 hingga load comb.106 dan pindahkan ke tabel Selected
Load Cases.

Tabel Available Load Cases

Akan diperoleh tampilan seperti pada gambar di bawah, lalu pilih create a job.
118

Tabel Selected Load Cases


Untuk tahap selanjutnya kita akan mendefinisikan parameter desain dari
perintah kerja yang telah kita buat sebelumnya (Create Job).

12. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Isolated Footing Job –
Design Parameters – Concrete & Rebar.

Tabel Main Navigator

isikan informasi beton dan tulangan pada tabel Concrete and Rebar sebagai
berikut :
 Unit weight of concrete : 24 kN/m2
 Minimum bar spacing : 100 mm
 Maximum bar spaing : 200 mm
 Strength of concrete : 25 N/mm2
119

 Yield strength of steel : 400 N/mm2


 Minimum bar size : 12
 Maximum bar size : 16

Tabel Concrete and Rebar


13. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Isolated Footing Job –
Design Parameters – Concrete & Soil .

Tabel Main Navigator

isikan informasi pada tabel Cover & Soil sebagaimana berikut :


 Soil type : Undrained Condition
 Bottom clear cover : 75 mm
 Unit weight of soil : 18 kN/m3
 Soil bearing capacity : 100 kN/m2
 Depth of soil above footing : 600 mm
 Min % of contact area : 100
120

Tabel Cover and Soil

14. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Isolated Footing Job –
Design Parameters – Footing Geometry .

Tabel Main Navigator

isikan informasi pada tabel Footing Geometry sebagaimana berikut :


 Design Type : Calculate Dimension
 Minimum length (Fl) : 1000 mm
 Minimum width (Fw) : 1000 mm
 Minimum thickness (Ft) : 300 mm
 Maximum length (Fl) : 1500 mm
121

 Maximum width (F2) : 1500 mm


 Maximum thickness (Ft) : 500 mm
 Plan dimension Inc. : 50 mm
 Thickness increment : 50 mm
 Length/Width ratio :1

Tabel Footing Geometry

15. Pada tabel Main Navigator (sisi kiri layar kerja) – Isolated Footing Job –
Design Parameters – Sliding & Overtuning .

Tabel Main Navigator

isikan informasi pada tabel Sliding and Overtuning sebagaimana berikut :


(bergantung dari desain spesifikasi yang sudah disetujui)
122

 Coefficient of friction : Calculate Dimension


 Factor of safety against sliding : 1.5
 Factor of safety againts overtuning : 1.5

Tabel Sliding and Overtuning

16. Tahap ini kita meminta program untuk melakukan analisa perhitungan
(stabilitas internal dan stabilitas eksternal). Pada tabel Main Navigator (sisi kiri
layar kerja) – Isolated Footing Job – Design Parameters – Design.

Tabel Main Navigator

Akan muncul kotak dialog yang menanyakan “Do you want to analyze/design”,
pilih Yes.
123

Kotak dialog STAAD.foundation

17. Jika analisa perhitungan berhasil dilakukan maka tampilan layar kerja akan
nampak seperti pada gambar di bawah.

Pada layar tersebut dapat diperoleh informasi dimensi minimum untuk


kebutuhan panjang dan lebar telapak pondasi serta kebutuhan tulangan yang
diperlukan berdasarkan informasi desain yang telah kita inputkan dilangkah –
langkah sebelumnya.

18. Pada menu Calculation sheet, terdapat laporan detil dari hasil perhitungan
pondasi. Silahkan klik salah satu dari pondasi yang ada, misal: Design for
Isolated Footing 3.
124

Gambar pada layar kerja setelah melakukan perintah Design

Akan diperoleh detil laporan yang garis besar isinya adalah sebagai berikut :
a. dapat diperoleh maximum tegangan tanah di ke-empat sudut pondasi

Gambar Sket untuk Tampak Atas dan Potongan Pondasi Telapak


125

b. Angka aman Geser dari pondasi telapak untuk kedua arah.

c. Kontrol terhadap Geser 2 Arah (Punching Shear)


126

d. Kontrol terhadap Geser 1 Arah (Arah X dan arah Z)


127

e. Design kebutuhan tulangan lentur pada telapak pondasi dikedua arah (arah X
dan arah Z) baik untuk tulangan atas maupun tulangan bawah.

f. Desain kebutuhan tulangan utama dan tulangan geser pada pedestal

19. Pada menu Detail and Schedule Drawing, dapat diperoleh gambar otomatis
yang diproduksi oleh STAAD.foundation yang dapat disimpan serta
dimofidifikasi dalam bentuk file AutoCAD. Simpan terlebih dahulu file gambar
kedalam tipe CAD melalu button Save Drawing As yang ada pada menu Detail
and Schedule Drawing
128

Gambar versi CAD pada STAAD.foundation

20. Pada menu GA Drawing, kita dapat melihat layout pondasi yang telah kita
desain secara keseluruhan.

Gambar menu GA Drawing


129

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Steel Construction, Manual of Steel construction


Allowable Steel Design, 1989, Ninth Edition
Bambang suhendro, Prof.Ir.Msc.,PhD, 2000, Analisis Struktur Metoda Matrix,
Beta offshet, Yogyakarta
Budi Satiawan, 1-day workshop Staad.Pro, 2015, Enginering Training For Oil
and Gas Project (ETOG), modul internal, Jakarta
Ilman Noor,Ir.,MSCE, 2001, Catatan kuliah Struktur Baja 1 dan Struktur Baja 2,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
130

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Budi Satiawan, ST.,MT.,IPM, lahir di Jambi pada tanggal 21


September 1981. Pada tahun 1999 melanjutkan studi di jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta. Gelar sarjana (ST) diperolehnya dalam waktu
kurang dari 4 tahun dengan predikat Cum-laude dan program Magister
Teknik Sipil (S2), konsentrasi Struktur dari Program Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta diselesaikan dengan predikat
Cum-laude ditahun 2005.
Rutinitas penulis saat ini adalah aktif sebagai seorang Lead Disc. Civil/Structural Engineer
pada salah satu perusahaan Oil & Gas Producer di Indonesia, bertanggung jawab untuk detail
perencanaan & konstruksi pada Major Project (AFE) untuk surface facilities & Proyek
Modifikasi (AFA) serta untuk semua aktifitas yang melibatkan kegiatan sipil dan struktur.
Kegiatan akademisi yang dijalani adalah sebagai staf pengajar pada mata kuliah Stabilitas
Lereng & Perbaikan Tanah serta mata kuliah Teknik Gempa di Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Penulis juga aktif sebagai training coordinator serta pembicara untuk training /
workshop untuk materi aplikasi program komputer sipil pada proyek fasilitas Onshore Oil and
Gas di lembaga training ”Engineering Training For Oil and Gas Projet” (ETOG), Jakarta
dengan beberapa aplikasi materi untuk On-shore project. Keterlibatan awal penulis untuk
Industrial project dimulai saat penulis bekerja di PT.IKPT (2007) pada proyek Terminal Transit
Utama Tuban dan Pipeline East Java milik PT.Pertamina dimana penulis terlibat mulai dari
persiapan lahan, soil investigation test, perencanaan struktur baja, struktur beton bertulang,
jembatan pipa, desain berbagai macam fasilitas pondasi seperti pondasi mesin (rotating
equipment dan static equipment) di industri Oil and Gas diantaranya pondasi Large Storage
Tank (analisa stabilitas pondasi hingga studi penurunan pondasi menggunakan perhitungan
klasik maupun menggunakan aplikasi Elemen Hingga) serta analisa stabilitas pipa bawah laut
(subsea pipeline).
Untuk keterlibatan di Industrial Project, penulis telah banyak terlibat baik sebagai originator,
reviewer & checker mulai disisi kontraktor EPC, konsultan, maupun dari sisi sebagai user.
Buku yang pernah ditulis sebelumnya adalah Memanfaatkan Primavera Project Planner dalam
Mengelola Proyek Konstruksi. Penulis dapat dihubungi di e-mail: budi_sat_s2ts03@yahoo.com,
engineering_jkt@yahoo.com dan blog di https://www.engineeringforoilandgas.blogpsot.com,
linkedin : ETOG (Training).
131

TESTIMONI

“E-Book ini sangat bagus untuk dibaca, karena memberikan banyak tips baik untuk pemula ataupun
mereka yang menginginkan tambahan pengetahuan tentang penggunaan software STAAD.Pro dan
STAAD.foundation. Dengan konsep step by step tentunya mudah dipahami pembaca. Terima kasih
kepada penulis Budi Satiawan atas kebesaran hati untuk memperbolehkan siapapun untuk
mengunduh E-Book ini untuk pembelajaran, patut kita hargai. Saya yakin akan mendapatkan
sambutan positif dari pembaca. Semoga dengan hadirnya E-Book ini dapat meningkatkan
keterampilan para civil engineer muda di tanah air kita.”
Agustian, Civil Engineer di PT. Wijaya Karya (Persero) tbk

“Setelah membaca, cukup lengkap dari awal sampai akhir dijelaskan cara merangkai permodelan
struktur menggunakan perangkat lunak STAAD Pro dari nol, lanjut ke pembebanan, perhitungan
gaya gaya dalam, dan yang terakir perhitungan kapasitas struktur terhadap peraturan struktur yang
berlaku. Sangat membantu untuk pemula yang tidak memiliki latar belakang STAAD Pro sama
sekali. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dipakai sebagai panduan di laboratorium
komputer universitas, pelatihan STAAD Pro dan kantor-kantor konsultan juga kantor-kantor
kontraktor. Untuk ke depannya saya menyarankan penulis juga membuat buku tentang analisa
pondasi dinamik menggunakan STAAD Pro. Juga tentang analisa struktur non-linear misalnya
permodelan tiang pancang dengan menggunakan nilai-nilai pegas tanah hasil riset Matlock dan
Reese dan analisa push over.”
Didi H Rianto, Sr. Structural Engineer di PT. PBB

“Apresiasi saya kepada pak Budi Satiawan yang telah berusaha untuk menerbitkan buku ini, buku
yang sangat membantu untuk memahami penggunaan Staad Pro khususnya untuk desain fasilitas
industri. Tentunya buku ini akan menambah khasanah pengetahuan bagi para praktisis dibidang
teknik sipil.”
Badaruddin, Dosen Teknik Sipil UMJ

“Materi yang disampaikan sangat bagus dan sangat mudah dipahami, dimana kita dituntun untuk
memahami konsep dasar dari staad pro dan langkah-langkah dalam permodelan, pembebanan,
analisa hingga penggunaan Staad foundation. Recommended dan sangat membantu untuk Civil
Engineer yang ingin menguasai Staad Pro dengan baik dan benar sehingga tidak hanya menjadi
operator.”
Bondan Satria, Civil Engineer di Black & Veatch

“Penulis adalah seorang civil engineer yang professional, ide-ide design beliau yang kreatif dan
berkualitas dalam perencanaan civil/structure mebuat saya tahu bahwa beliau adalah seorang yang
ahli dibidangnya.”
Ir. Muhammad. M, MT, Director di Adhidayaindonesia, www.adhidayaindonesia.com

“Impressive adalah kata pertama yang muncul ketika melihat buku ini, akan sangat membantu
memahami tata cara design structure secara benar dan user friendly, Mas Budi mampu menjelaskan
secara sederhana dan mudah dimengerti oleh para engineer dan calon engineer. “
Ali Rekso Tinamtu, Project Engineer PT Chevron Pacific Indonesia.
132

“E-book ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang ingin belajar Staad Pro basic terutama fresh
engineer. Saya merekomendasikan e-book ini karena sangat mudah dipahami dan dimengerti.
Langkah demi langkah dibahas secara lengkap unutk memberikan guidance cara mendesain
structure platform, untuk next-nya besar harapan saya agar penulis dapat membuat e-book juga
mengenai aplikasi Staad Pro untuk jenis struktur lainnya.“
Wisnu Andy, Sr.Civil & Construction Engineer di Owned Petrochemical Company.

“Buku ini sangat cocok bagi pemula yang berkecimpung di dunia EPC dan ingin belajar struktur-
struktur Platform, materi yang disajikan aplikatif dengan menggunakan software Staad Pro dan
Staad Foundation sehingga perhitungan menjadi lebih cepat dan mudah.”
Novval Anggoro, Civil Engineer di PT. Rekayasa Industri.

“Penjelasan langkah-langah perencanaan operating platform dengan menggunakan program


aplikasi STAAD Pro dan Staad Foundation yang disajikan secara detail dalam buku ini sangat
bermanfaat dan dapat membantu baik dari kalangan mahasiswa ataupun engineer untuk lebih
memahami proses perencanaan ataupun analisa struktur yang dilakukan.”
Ery Purnomo Raharjo, Project Engineer di PT. Vale Indonesia, Tbk

“Anda wajib untuk memiliki E-book ini karena anda akan mendapatkan pemahaman secara jelas,
detil dan fundamental bagaimana memodelkan, mendesain dan menganalisa suatu pekerjaan
struktur konstruksi dengan menggunakan aplikasi program Staad Pro. E-book ini akan membekali
kita untuk mampu memahami secara sistematis bagaimana aplikasi prograsm Staad Pro dengan
mudah bisa diaplikasikan untuk proses desain analisis suatu pekerjaan struktur konstruksi. E-book
ini saya rekomendasikan untuk semua kalangan baik pelajar, akademisi, praktisi, professional atau
pebisnis dalam bidang konstruksi.”
Ir. Aldrin Asnil M.T, Pengajar & Praktisi Manajemen/Konsultan Konstruksi

“Sebagai praktisi saya sangat berterimakasih atas terbitnya buku Step by Step Perencanaan
Operating Platform Menggunakan STAAD Pro dan STAAD Foundation karangan Bapak Budi
Satiawan, karena pembahasannya yang detail, jelas dan mudah di mengerti untuk para Civil
Engineer. Harapan saya menunggu lanjutan buku ini untuk kasus-kasus analisis selanjutnya.”
Muhammad Saufie, Project Management Team di PT Elnusa.

Anda mungkin juga menyukai