PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR)
A. TEORI SINGKAT
1. Pengertian
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Total Knee Replacement adalah
seluruh proses fisioterapi yang meliputi anamnesis, menghimpun data sekunder
(catatan medis dan klinis), pengukuran tanda vital, inspeksi, palpasi, pemeriksaan
gerak, pemeriksaan fungsi, pengukuran, penentuan diagnosa fisioterapi, perumusan
tujuan fisioterapi, penentuan modalitas alternatif fisioterapi, penentuan modalitas
terpilih, pelaksanaan terapi, edukasi, evaluasi dan dokumentasi pada kasus Total Knee
Replacement..
Total Knee Replacement adalah suatu prosedure pembedahan yang
dilakukan untuk mengangkat/ mengganti permukaan sendi lutut (knee joint)
yang rusak dengan suatu alat mekanik.
Suatu operasi atau pembedahan yang dilakukan untuk mengganti
tulang rawan atau permukaan sendi lutut yang mengalami kerusakan akibat
penyakit/ kelainan dengan prothesis yang terbuat dari metal atau plastik.
Prothesis, biasanya terdiri dari 3 komponen : femoral prosthesis, tibial
prosthesis and patellar prosthesis.
2. Indikasi
Panduan Praktikum 1
E Nyeri yang hebat
E Kerusakan sendi yang berat, biasanya karena arthritis
E Kekakuan sendi / angkylose
E Instabilitas sendi lutut
E Deformitas (knee varus atau valgus)
B. PRAKTIKUM
SINOPSIS KASUS 1:
Seorang pasien perempuan, umur 65 tahun sedang di rawat di Rumah Sakit Hikmah
Makassar karena rencana operasi lutut berupa Total Knee Replacement akibat
mengalami kerusakan sendi yang berat yang menyebabkan terjadinya deformitas
dan nyeri terutama saat berjalan. Oleh dokter yang merawatnya, pasien diminta
untuk difisioterapi sebelum dilakukan operasi.
1. Tujuan Praktikum :
a. Tujuan Umum :
Mahasiswa diharapkan mampu memahami penatalaksanaan Fisioterapi pada
pre opterative Total Knee Replacement. .
b. Tujuan Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian tentang
kebutuhan pasien akan fisioterapi pre-operative Total Knee Replacement.
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisioterapi pada
pre opterative Total Knee Replacement. .
Mahasiswa diharapkan mampu menyusun rencana fisioterapi pada pre-
opterative Total Knee Replacement.
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan tindakan fisioterapi pada
pre-opterative Total Knee Replacement. .
Panduan Praktikum 2
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan evaluasi hasil dari tindakan
fisioterapi terhadap pre-opterative Total Knee Replacement. .
Mahasiswa diharapkan mampu membuat dokumentasi tindakan
fisioterapi pada pre-opterative Total Knee Replacement. .
2. Alat dan Bahan yang digunakan
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Arloji/stopwatch
c. Gambar VAS
d. Goniometer
e. Meteran (pita ukur)
3. Teori Praktikum
Sebelum operasi dilakukan, seorang fisioterapis akan melatih pasien
untuk menguatkan otot-otot di sekitar sendi lutut, terutama otot-otot quadriceps.
Karena, saat operasi quadriceps akan dilewati oleh garis insisi è kelemahan.
Latihan penguatan, juga memberi pengaruh pada sirkulasi darah ketika pasien
tidak bergerak sesudah operasi.
4. Prosedur Pelaksanaan (pre-operatif)
a. PEMERIKSAAN
1) Anamnesis
a) Umum
Ucapkan salam dan perkenalkan diri, kemudian lakukan :
Tanyakan data diri pasien
b) Anamnesis Khusus (menghimpun data primer)
Tanyakan keluhan pasien
Tanyakan letak keluhannya
Tanyakan sejak kapan keluhan tersebut dirasakan
Tanyakan penyebab keluhannya
Tanyakan faktor-faktor yang memperberat dan meringankan
keluhan
Tanyakan atau lihat catatan klinisnya
Tanyakan atau lihat hasil pemeriksaan laboratoriumnya
Tanyakan atau baca hasil pemeriksaan foto rongennya
Tanyakan riwayat terapi yang telah didapat serta hasilnya terapinya
Tanyakan obat-obatan yang telah diterima
Catat hasil pemeriksaan anamnesis tersebut
c) Anamnesis sistim
Tanyakan penyakit lain yang diderita
Tanyakan kemungkinan adanya keluhan pada sistim tubuh yang
lain
Catat hasil pemeriksaan anamnesis sistim tersebut
Panduan Praktikum 3
2) Pengukuran Vital sign
Sampaikan maksud/tujuan melakukan pengukuran tensi, frekuensi
denyut nadi dan frekuensi pernafasan kepada pasien.
a) Pengukuran tensi
Bebaskan lengan atas pasien dari pakaian
Pasang mancet pada lengan atas pasien dengan batas bawah setinggi
2 cm di atas fossa cubiti
Raba adanya denyut a.brachialis di sisi medial fossa cubiti
Pasang stetoskop di telinga, dan membran stetoskop di area yang
teraba denyut arteri brachialis
Kencangkan pengancing kemudian pompa mancet secara cepat
hingga hingga 180 s/d 200 mmHg
Kendorkan pengancing secara perlahan (kecepatan turun tidak
melebihi 3 mmHg/detik) sambil dengarkan systole dan diastolenya
Sampaikan hasil pengukuran kepada pasien
Catat hasil pengukuran tersebut
b) Pengukuran denyut nadi
Siapkan jam tangan/stopwatch
Raba dengan tiga jari adanya denyut a.radialis pada sisi radial
pergelangan tangan bagian ventral
Hitung jumlah denyut dalam satu menit
Sampaikan hasil pengukuran kepada pasien
Catat hasil pengukuran tersebut
c) Pengukuran frekuensi pernafasan
Siapkan jam tangan/stopwatch
Pegang tangan pasien seperti akan mengukur denyut nadi untuk
mengalihkan perhatian pasien
Sambil mengamati gerakan dada/perut, hitung jumlah pernafasan
dalam satu menit
Sampaikan hasil pengukuran kepada pasien
Catat hasil pengukuran tersebut
3) Inspeksi
a) Inspeksi statis
Amati keadaan umum pasien, apakah ekspresinya memerlihatkan
kecemasan atau tidak.
Amati posisi tungkai, bentuk deformitasnya.
Amati apakah ada perbedaan tropic dibanding tungkai sisi sehat
Catat hasil pemeriksaan
b) Inspeksi dinamis
Pasien diminta menggerakkan tungkainya (hip dan knee fleksi)
Amati gerakan yang terjadi dan
Panduan Praktikum 4
Amati ekspresi wajah pasien apakah pasien tampak menahan nyeri
atau tidak
Catat hasil pemeriksaan
4) Palpasi
Raba daerah yang dikeluhkan dengan punggung tangan dan
bandingkan dengan sisi sehat apakah ada kenaikan temperature atau
tidak
Tekan daerah keluhan dengan tiga jari (tekanan menggunakan ujung
jari bagian palmar) untuk mengetahui adanya nyeri tekan
Tekan daerah pretibial dengan tiga jari (tekanan menggunakan ujung
jari bagian palmar) untuk mengetahui adanya pitting oedem
Catat hasil pemeriksaan.
5) Pemeriksaan gerak
a) Pemeriksaan gerak aktif
Pasien diminta menggerakan tungkainya sisi yang sehat ke arah fleksi
hip dengan cara kaki menggeser di permukaan bed, kemudian kembali
ke posisi semula.
Amati sejauh mana LGSnya
Pasien diminta menggerakan tungkainya sisi yangi sakit ke arah fleksi
hip sejauh mungkin dengan cara kaki menggeser di permukaan bed,
kemudian kembali ke posisi semula.
Amati sejauh mana LGSnya dan bandingkan dengan sisi sehat serta
tanyakan apakah ada nyeri saat bergerak
Catat hasil pengukuran apakah ada keterbatasan gerak atau tidak
serta ada nyeri gerak atau tidak
b) Pemeriksaan gerak pasif
Posisi pasien tidur terlentang
Atur pegangan sbb: satu tangan terapis menyangga tungkai bawah
(sejajar tibia) sementara tangan yang lainnya sebagai tangan mover
diletakkan pada proksimal tungkai bawah (tepatnya pada sendi lutut).
Gerakkan tungkai yang sakit secara hati-hati dan perlahan-lahan ke
arah fleksi hip sambil diikuti dengan fleksi lutut sejauh mungkin,
kemudian kembali ke posisi semula.
Rasakan endfeelnya dan amati sejauh mana LGSnya.
Bandingkan dengan sisi yang normal.
c) Pemeriksaan gerak isometrik
Panduan Praktikum 5
Pemeriksaan ini tidak
selamanya diperlukan, kecuali bila ada
indikasi yang ditemukan dari pemeriksaan
sebelumnya. Misalnya, ada indikasi
terlibatnya jaringan mio-tendinogen.
Beberapa gerakan isometric yang perlu dilakukan pada cedera di region
knee, antara lain : fleksi, ekstensi,plantar fleksi ankle, dan dorso-fleksi ankle.
(1) Ekstensi Knee
Posisi pasien terlentang di atas bed.
Idealnya, sendi knee dalam resting-position
Atur pegangan sbb.: satu tangan fisioterapis menyangga di bawah
lutut, sedangkan tangan yang
lainnya (tangan resisted) memberi
tahanan pada ujung distal tungkai
bawah.
Minta pasien untuk mengektensikan
lututnya dan bersamaan dengan itu, terapis memberi tahanan agar
tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan ototnya
Cara Lain :
Posisi pasien tengkurap di atas bed dengan knee sedikit fleksi.
Satu tangan sebagai fiksator diletakkan dibagian distal femur
Tangan yang lainnya sebagai resisten diletakkan secara bersilangan
di sepanjang tungkai bawah
Minta pasien untuk luruskan (ekstensikan) lututnya dan bersamaan
dengan itu, terapis memberi tahanan agar tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan ototnya dan bandingkan dengan
sisi sehat, serta tanyakan ada tidaknya nyeri.
(2) Fleksi Knee
Posisi pasien terlentang di atas bed dengan hip dan knee fleksi
Tangan resisted diletakkan pada bagian distal tibia atau ankle joint
Minta pasien untuk memfleksikan lututnya dan bersamaan dengan itu,
terapis memberi tahanan agar tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan ototnya
Cara lain :
Posisi pasien tengkurap di atas bed dengan knee sedikit fleksi.
Satu tangan sebagai fiksator diletakkan dibagian distal femur
Panduan Praktikum 6
Tangan yang lainnya sebagai resisten diletakkan pada bagian distal
tungkai bawah
Minta pasien untuk menekuk (fleksikan) lututnya dan bersamaan
dengan itu, terapis memberi tahanan agar tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan ototnya
(3) Plantar fleksi ankle
Posisi pasien sama dengan di atas
Hip dan knee sedikit fleksi
Tangan resisted diletakkan pada bagian plantar kaki, sedangkan
tangan yang lainnya
pada bagian distal
femur.
Minta pasien untuk
menekan ke arah
plantar dan
bersamaan dengan itu,
terapis memberi
tahanan agar tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan
ototnya
(4) Dorso-fleksi ankle
Posisi pasien sama dengan di atas
Hip dan knee sedikit fleksi
Tangan resisted diletakkan pada
bagian dorsum kaki, sedangkan tangan yang lainnya pada bagian
distal femur.
Minta pasien untuk menekan ke arah dorsal dan bersamaan dengan
itu, terapis memberi tahanan agar tidak timbul gerakan.
Rasakan seberapa besar kekuatan ototnya/
6) Pemeriksaan spesifik
Panduan Praktikum 7
membuat sudut 90° dengan kedua lututnya diletakkan di atas tangan pemeriksa,
pemeriksa mengamati kedua tuberositas tibia apakah sama tinggi.
(5) Tes Joint Play Movement è Medial (A) dan lateral (B) Shift tibia terhadap
femur
Posisi pasien tidur terlentang dengan dan tungkai pasien yang akan
diperiksa berada di antara lengan
dan badan terapis. Untuk tes
translasi ke medial, Pemeriksa
menempatkan satu tangannya di
sisi medial femur, sedangkan
satu tangan lainnya di sisi lateral
tibia. Tibia kemudian didorong
atau ditranslasi ke arah medial femur. Bila terjadi gerakan yang berlebihan,
mungkin indikasi terjadinya kerobekan dari ligament cruciatum anterior.(Gambar
B).
Untuk translasi ke lateral,
pemeriksa menempatkan satu
tangannnya pada sisi medial tibia
dan satu tangan yang lainnya
pada sisi lateral femur. Tibia
kemudian didorong atau ditranslasi ke arah lateral femur. Bila terjadi gerakan
Panduan Praktikum 8
yang berlebihan, mungkin indikasi terjadinya kerobekan ligament cruciatum
posterior. (gambar A) Normal end-feel dari gerakan tersebut adalah is tissue
stretch.
b. PENGUKURAN
1) Pengukuran nyeri
Jika pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri, baik saat diam, bergerak, atau
nyeri tekan, maka derajat nyeri dapat diukur dengan menggunakan VAS. Hal
ini dapat dijadikan sebagai evaluasi akhir terapi.
Panduan Praktikum 9
Tunjukkan blanko VAS ke pasien dan beri penjelasan tata cara
penggunaannya
Lakukan penekanan dengan 3 jari (dengan ujung jari bagian palmar)
pada tempat yang dikeluhan nyeri, pada saat yang sama pasien
diminta menganalogikan tingkat nyeri yang dirasakan saat ditekan
tersebut dengan skala 10 cm
Catat hasil pengukurannya
c) Nyeri gerak
Tunjukkan blanko VAS ke pasien dan beri penjelasan tata cara
penggunaannya
Pasien diminta menggerakan sendi hip-nya ke arah ditemukannya
nyeri gerak serta menganalogikan tingkat nyeri yang dirasakan saat
bergerak tersebut dengan skala 10 cm
Catat hasil pengukurannya
2) Pengukuran LGS
Posisi yang lebih disukai untuk pengukuran fleksi knee atau lutut
adalah dengan posisi pasien terlentang yang disertai dengan fleksi hip. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari penghentian gerak secara prematur.
Struktur Kapsuler dan ligamen menjadi penghambat utama gerakan ekstensi
lutut, sama halnya dengan ekstensi hip. Ketika hip fleksi, ekstensi lutut
mungkin dibatasi oleh ketegangan pada kelompok otot hamstring.
Fleksi knee dibatasi oleh aproksimasi jaringan lunak antara struktur
posterior antara paha dan betis, bila hip juga dalam keadaan fleksi beberapa
derajat. Fleksi lutut mungkin saja terbatas sebelum waktunya jika fleksi hip
dan Knee dibatasi oleh jaringan lunak antara struktur paha posterior dan
betis.
Fleksi lutut mungkin terbatas sebelum waktunya jika hip dalam
keadaan ekstensi akibat ketegangan di otot rektus femoris, yang melintasi
aspek anterior dari keduanya, yakni hip joint (pinggul) dan knee joint (sendi
lutut).
Panduan Praktikum 10
Jadi, normal end-feel untuk fleksi lutut dengan hip fleksi adalah soft
(soft tissue approximation) dan firm/kuat (otot) dengan hip ekstensi (lurus).
Normal end-feel untuk ekstensi lutut dengan hip ekstensi adalah firm/keras
(kapsul / ligamen) dan firm/kuat (otot) dengan hip fleksi.
(a) Fleksi lutut
Posisi awal pasien tidur terlentang (supine lying) dengan tungkai
dalam keadaan lurus.
Tentukan aksis goniometer (pada epicondylus lateral femur)
Tangkai statis, diletakkan sejajar dengan aksis longitudinal femur atau
lateral mid-line femur ke trochanter mayor. Sementara tangkai
dinamis sejajar dengan axis longitudinal tungkai bawah ( lateral mid
line fibula , sejajar dengan malleolus lateral.
Selanjutnya, pasien diminta menarik lutunya ke atas (fleksikan
lututnya sambil fleksi hip) semsimal mungkin (tangkai dinamis
goniometer ikut bergerak) dan baca LGS yang dicapai di goniometer
(LGS aktif) kemudian terapis menambah gerakan tersebut sebatas
rasa nyeri (LGS pasif) dan baca LGS yang dicapai di goniometer.
Catat hasil pengukuran LGS tersebut dengan kriteria ISOM
(b) Ekstensi knee
Posisi awal pasien tidur terlentang (supine lying) dengan tungkai
dalam keadaan lurus, dengan kaki diganjal dengan gulungan kain
Panduan Praktikum 11
(handuk).
3) Antopometri
Pengukuran panjang tungkai : ukur panjang tungkai dengan pita ukur
dari trochantor major s/d maleolus lateralis.
Panduan Praktikum 12
Lingkar segmen : posisikan lutut lurus, tandai tuberositas tibia, 10 cm
ke bawah dan 10 cm ke atas tungkai sisi sehat dan sisi sakit. Letakan
pita ukur melingkar body segmen yang telah ditandai tersebut.
Catat hasil pengukuran tersebut.
4) Pengukuran Nilai Otot (MT)
(1) Fleksi Knee
(a) Agregat M. Hamstring
Posisi pasien tidur tengkurap (prone lying) dengan tungkai dalam
keadaan lurus di mana jari-jari kaki menggantung di ujung bed.
Tes dapat dimulai sekitar 45° fleksi knee.
Posisi terapis berdiri di samping tungkai yang akan diperiksa.
Tangan yang akan memberikan
resisten ditempatkan pada
permukaan posterior tungkai
bawah tepat di atas ankle.
Untuk grade 5 dan 4, tahanan
diberikan ke arah ekstensi knee.
Tangan fisioterapis lainnya
diletakkan di atas tendon
hamstring, di sebelah posterior
paha.
Pelaksanaan Tes : Pasien
memfleksikan lututnya dan tetap mempertahankan kakinya dalam
posisi netral.
Instruksi : "tekuk lutut Anda.
Tahan, jangan mau saya luruskan"
Panduan Praktikum 13
Tahanan diberikan pada arah
memutar (turun dan keluar) ke
ekstensi lutut.
Tes: Pasien memfleksikan lutut
atau kneenya,
mempertahankan tungkai
dalam keadaan internal rotasi
(tumit ke arah pemeriksa, jari-
jari kaki menunjuk ke arah garis
tengah).
Instruksi : "tekuk lutut Anda.
Tahan, jangan mau saya luruskan"
(c) Lateral hamstring (Biceps femoris)
Posisi pasien tidur tengkurap
dengan knee fleksi kurang dari 90°.
Dan tungkai dalam keadaan
eksternal rotasi (jari-jari kaki
menunjuk ke arah lateral).
Posisi terapis : berdiri di samping
bed.
Tangan resisten menggenggam tungkai bawah bagian distal
(ankle).
Terapis memberi tahanan pada fleksi knee dengan menggunakan
tangan yang diletakkan di ankle menggunakan gaya ke bawah dan
ke dalam.
Tes: Patient flexes knee, maintaining leg in external rotation (tumit
pasien menjauh dari pemeriksa dan jari-jari kaki menunjuk ke arah
pemeriksa).
Instruksi : "tekuk lutut Anda. Tahan, jangan mau saya luruskan"
(2) Ekstensi Knee (m. Quadriceps Femoris)
Panduan Praktikum 14
Posisi Pasien: short sitting di mana ujung distal paha tepat berada di
ujung bed (meja periksa) dengan maksud mempertahankan femur
dalam posisi horizontal.
Pemeriksa menempatkan tangannya tepat di bagian bawah paha
bagian distal dengan posisi seperti gambar di samping.
Kedua tangan pasien berada di kedua sisi tubuh untuk stabilitas, atau
bisa juga di tepi bed atau meja periksa.
Pasien seharusnya diperbolehkan untuk bersandar ke belakang
dengan maksud mengurangi ketegangan otot hamstring.
Hindari hiperekstensi lutut karena hal itu dapat mengunci dalam posisi
tersebut.
Posisi terapis : berdiri di sisi ekstremitas yang akan diperiksa atau di
tes.
Tangan terapis yang berfungsi untuk memberikan resistensi
diletakkan di atas permukaan anterior dari tungkai bawah bagian
distal atau tepatnya di atas
pergelangan kaki.
Untuk nilai otot 5 dan 4, resistensi
(tahanan) diberikan ke arah bawah
(ke arah lantai) atau ke arah fleksi
lutut.
Pelaksanaan tes: Pasien
mengekstensikan lututnya sejauh
gerak yang mungkin, namun tidak
melampaui 00..
Instruksi kepada pasien: "Luruskan lutut Anda, tahan dan jangan mau
saya tekuk”.
Catat hasil pengukuran Anda, berapa nilai ototnya.
5) Pengukuran kemampuan fungsional dengan Skala Jette:
Kemampuan beraktivitas
Nyeri
No. Bentuk aktivitas Kesulitan Ketergantungan Jumlah
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 bangkit dari posisi duduk 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2 berjalan 15 m 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3 naik 2 anak tangga. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jumlah
Panduan Praktikum 15
3 indeks : (1) bangkit dari posisi duduk, (2) berjalan 15 m, (3) naik 2
anak tangga.
Penilaian: (1) derajat nyeri, (2) tingkat kesulitan dan (3) tingkat
ketergantungan saat aktifitas
Penilaian Nyeri: tak ada nyeri=1, nyeri ringan=2, nyeri sedang=3,
sangat nyeri=4.
Penilaian tingkat kesulitan: sangat mudah =1, agak mudah=2,
sedang=3, agak sulit=4, sangat sulit=5.
Penilaian tingkat ketergantungan: tanpa bantuan=1, butuh bantuan
alat=2, butuh bantuan orang lain=3, butuh bantuan alat & orang
lain=4, tak dapat melakukan=5
Catat kemampuan yang dimiliki pasien sesuai hasil pengukuran dari
skala Jette.
c. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Berdasarkan temuan dari pemeriksaan dan pengukuran, rumuskan
problematik fisioterapinya secara spesifik meliputi level:
1) Impairmen: Nyeri pada lutut; kelemahan otot; ROM terbatas.
2) limitasi fungsi: Berjalan, toileting,
3) restriksi partisipasi; mengerjakan pekerjaan rumah
d. TUJUAN FISIOTERAPI
Rumuskan tujuan fisioterapi untuk 5 hari ke depan sesuai dengan diagnose yang
telah dibuat.
e. MODALITAS IDEAL
Rumuskan semua modalitas yang dapat digunakan untuk mengatasi problematik
yang ditemukan.
f. MODALITAS ALTERNATIV/ TERPILIH
Dari sekian banyak modalitas alternative yang telah disusun, pilihlah modalitas yang
paling relevan digunakan dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensinya.
g. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1) Penerapan US (Ultrasonic)
a) Persiapan Alat :
Cek kelengkapan dan fungsi alat
b) Persiapan Pasien :
Panduan Praktikum 16
Posisi pasien berbaring telentang dengan bawah lutut di ganjal dengan
bantal kecil sehingga posisi lutut ± 30°.
Sensasi kulit. Sesuai dengan skenario.
c) Pelaksanaan Terapi :
Pasien diberitahu efek dari terapi yang diberikan rasa hangat di daerah
yang diterapi
Pastikan bahwa posisi pasien/ model nyaman
Oleskan jelly pada head tranducer.
Atur tombol dosis pada angka yang diinginkan Tempelkan transducer
dan gerakkan memutar secara perlahan dan ritmis di daerah yang
diterapi
Pastikan bahwa head tranducer selalu kontak dengan kulit
Atur tombol timer.
Terapis harus terus menerus memutar- mutar transducer sampai timer
habis
Apabila jelly kering sebelum terapi selesai, dosis di nolkan dan
tambahkan jelly dan naikkan lagi dosisnya
Apabila timer telah habis, dosis dikembalikan ke nol, transducer
diangkat
Bersihkan kulit dan transducer dari sisa
jelly
Amati kulit apakah ada tanda – tanda
luka bakar. Bila ada berikan perawatan
segera
Pada akhir terapi, bantulah pasien bila
memerlukan dan rapikan semua
peralatan
Terapi dapat disudahi sebelum waktunya
apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Dosis : waktu yang diberikan adalah luas
area dibagi ERA
2) Penerapan Neuromuskular stimulation (NMT)
Posisi pasien sama dengan gambar di samping
Pasang pad di sisi lateral dan medial lutut
Atur tombol timer.
Panduan Praktikum 17
Pilih jenis arus
Naikkan intensitas secara perlahan
1) Statik kontraksi quadriceps
Posisi pasien telentang, tungkai lurus.
Lakukan pada tungkai sehat terlebih dahulu untuk memberi contoh.
Satu tangan terapis di atas lutut sebagai fiksastor. Sedangkan diletakkan
di bawah tumit pasien.
Pasien diminta menggerakan tungkai bawahnya ke arah ventral, dengan
cara meminta pasien untuk seakan-akan melepaskan tumitnya dari tangan
terapis..
Dosis: lama penahanan 6”, rilek 3”, kontraksi 10x/sesi, 3 sesi/latihan,
istirahat antar sesi 60”
2) Statik kontraksi hamstring
Posisi pasien telentang, tungkai lurus.
Lakukan pada tungkai sehat terlebih dahulu untuk memberi contoh.
Satu tangan terapis ditempatkan di atas lutut (distal femur) sebagai
fikastor.
Satu tangan yang lain menahan tungkai bawah pada 1/3 distal ke arah
ventral untuk mencegah terjadinya gerakan lutut ke dorsal, kemudian
pasien diminta menggerakan tungkai bawahnya ke arah dorsal.
Dosis: lama penahanan 6”, rilek 3”, kontraksi 10x/sesi, 3 sesi/latihan,
istirahat antar sesi 60”.
3) Glide patella ke arah ventral – caudal
Indikasi : meningkatkan mobilitas patella selama fleksi knee.
Posisi pasien : Supine, dengan knee dalam keadaan ekstensi;
Terapis berdiri di samping paha pasien dan menghadap kaki pasien..
Letakkan “ web space” tangan yang lebih menutup paha, tepatnya di
sekitar apex superior dari patella.
Satu tangan yang lainnya untuk membantu penguatan saat gliding
dilakukan.
Mobilizing Force : Glide patella ke arah caudal sejajar dengan femur.
4) Glide patella ke arah medial – lateral
Indikasi : meningkatkan mobilitas patella.
Posisi pasien : Supine, dengan knee dalam keadaan ekstensi;
Terapis berdiri di samping pasien di sisi berseberangan dengan tungkai
yang sakit.
Letakkan “ tumit tangan” di sebelah medial atau lateral dari patella.
Satu tangan yang lainnya di bawah femur untuk stabilisasi.
Mobilizing Force : Glide patella ke arah medial atau lateral.
5) Breathing Exercises dan General exercises
Panduan Praktikum 18
Akibat tiduran lama, maka secara general otot mengalami kelemahan,
sirkulasi darah menjadi lambat dan pernapasanpun menjadi lemah. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, latihan secara general dapat diberikan.
Latihan general diberikan untuk semua persendian terkecuali sendi-sendi yang
tidak mungkin untuk digerakkan.
(1) Breathing Exercises
Diaphragmatic Breathing Exercise
Posisi pasien supine lying atau half-lying
Terapis berdiri di samping bed menghadap ke pasien
Tempatkan tangan terapis pada rectus abdominis, tepat di bawah batas
kosta anterior.
Mintalah pasien bernapas secara dalam dan perlahan melalui hidung
Kemudian mintalah pasien mempertahankan bahunya dalam kondisi
rileks dan upper chest nya dalam keadaan diam, sehingga
memungkinkan perut untuk naik sedikit.
Selanjutnya, beritahu pasien untuk bersantai dan membuang nafas
melalui mulut.
Mintalah pasien untuk melakukan sebanyak 3 atau 4 kali kemudian
istirahat.
Lateral Costal Expansion
Posisi pasien supine lying atau sitting
Terapis berdiri di samping bed menghadap ke pasien
Kedua tangan terapis diletakkan pada sisi lateral kosta.
Minta pasien untuk bernapas keluar, dan merasakan rongga dada
bergerak turun dan naik.
Saat pasien bernafas keluar, beri tekanan ke tulang rusuk dengan
telapak tangan Anda.
Sesaat sebelum inspirasi, terapkan peregangan cepat pada dada.
Peregangan cepat pada interkostalis eksternal ini untuk memfasilitasi
terjadinya kontraksi.
Gunakan sedikit resisten pada costa yang lebih rendah untuk
meningkatkan kesadaran sensorik sehingga pasien mampu bernafas
dalam-dalam dan dada dapat mengembang dengan leluasa.
Kemudian, ajarkan pasien bagaimana melakukan manuver secara
mandiri dengan menempatkan tangannya di atas tulang rusuk atau
menggunakan tahanan dengan handuk atau sabuk di sekitar tulang rusuk
yang lebih rendah.
Panduan Praktikum 19
Latihan ini sebaiknya dilakukan setiap jam.
6) Latihan untuk hipertropi
lengan dan shoulder girdle
(gelang bahu)
Latihan ini dapat dilakukan
dengan menggunakan dua
kruk atau stick (tongkat).
Posisi pasien tidur terlentang
Kedua tangan memegang
tongkat
Terapis di samping bed menghadap pasien
Tongkat digerakkan ke segala arah secara bergantian dan bersamaan
dengan itu, pasien diminta untuk menahan.
7) Latihan koordinasi untuk kedua tungkai
Pertama-tama latihan ini dikerjakan pada tungkai yang terkena (sakit) dan lebih
progresif meliputi gerakan foot dan jari-jari kaki. Kemudian untuk selanjutnya
dilakukan secara bersama-sama dan
diusahakan untuk dicoba dengan jarak
dan kecepatan yang seimbang. Latihan ini
perlu dalam hubungannya dengan
persiapan berjalan normal atau seimbang.
8) Support mental
Pengaruh lain akibat latihan/immobilisasi
yang panjang adalah terganggunya
masalah mental penderita, terutama sekali berkaitan dengan masalah pekerjaan
atau tugas.
Panduan Praktikum 20
Posisi pasien telentang atau duduk, tungkai lurus.
Lakukan pada tungkai sehat terlebih dahulu untuk memberi contoh.
Pasien diminta mengangkat tungkainya pada posisi lurus ke atas.
Dosis: gerakan 5x/sesi, 3 sesi/latihan, istirahat antar sesi 60”.
11) Active ROM Exercise Knee Joint
Posisi pasien duduk di atas kursi
Lakukan pada tungkai sehat terlebih dahulu untuk memberi contoh.
Pasien diminta meluruskan kemudian menekuknya kembali dengan cara
menggeser dan telapak kaki tetap rapat di lantai.
Dosis: gerakan 5x/sesi, 3 sesi/latihan, istirahat antar sesi 60”.
12) Latihan berjalan NWB dengan walker
Posisi awal berdiri NWB dengan walker, kedua tungkai sejajar
Sebelumnya beri penjelasan dan contoh gerakanya
Angkat dan ayunkan walker ke depan, kemudian pindahkan berat badan
pada kedua tangan yang memegang walker dan ayunkan kedua tungkai ke
depan.
Ulangi prosedur (c) tersebut sehingga pasien berjalan sejauh
kemampuannya, dan perkirakan jarak tempuhnya sebagai bahan evaluasi
Bila pasien lelah istirahat dengan duduk di kursi.
(a) Latihan berjalan NWB dengan kruk metode swing to
Posisi awal berdiri NWB dengan 2 kruk di kanan-kiri badan yang dijepit
dengan kedua ketiak
Sebelumnya beri penjelasan dan contoh gerakanya
Angkat dan ayunkan kedua kruk ke depan, kemudian pindahkan berat
badan pada kedua tangan yang memegang kruk dan ayunkan kedua
tungkai ke depan sejauh sejajar dengan kedua kruk.
Ulangi prosedur (c) tersebut sehingga pasien berjalan sejauh
kemampuannya, dan perkirakan jarak tempuhnya sebagai bahan
evaluasi.
Bila pasien lelah istirahat
dengan duduk di kursi.
(b) Latihan berjalan PWB dengan
kruk metode swing to
Latihan ini dilakukan bilamana
pasien sudah mampu
melakukan latihan SLR
Sebelumnya beri penjelasan
dan contoh gerakanya
Siapkan 2 timbangan badan diletakan berdampingan sejajar
Panduan Praktikum 21
Posisi awal, tungkai sehat berdiri pada salah satu timbangan dengan
2 kruk di kanan-kiri timbangan, tungkai sisi sakit NWB di atas
timbangan yang satunya. Lihat berapa berat badan pasien.
Pasien diminta meletakan kaki sisi sakitnya ke atas timbangan badan
dan menekannya sebesar 10% - 20% dari berat badannya.
Ulangi prosedur (e) tersebut sehingga pasien mampu secara cepat
menekan timbangan dengan kaki sisi sakit sebesar 10% - 20% dari
berat badannya.
Angkat dan ayunkan kedua kruk ke depan, kemudian pindahkan berat
badan pada kedua tangan yang memegang kruk dan ayunkan kedua
tungkai ke depan sejauh sejajar dengan kedua kruk dengan kaki sisi
sakit menapak lantai sebesar 10% - 20% dari berat badannya.
Ulangi prosedur (g) tersebut sehingga pasien berjalan sejauh
kemampuannya, dan perkirakan jarak tempuhnya sebagai bahan
evaluasi.
h. EDUKASI PASIEN/KELUARGA
Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga perihal terjadinya
keluhan/problematic pasca bedah tersebut.
Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga perihal manfaat
pemberian modalitas fisioterapi untuk mengatasi keluhan/ problematic
pasca bedah tersebut.
Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga perihal akibat yang terjadi
bilamana modalitas fisioterapi untuk mengatasi keluhan/ problematic
pasca bedah tersebut tidak diberikan/dilaksanakan.
Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga perihal gerakan/aktifitas
yang belum boleh dilakukan sebelum diijinkan oleh dokter/fisioterapi.
i. PENGENDALIAN / PENGAWASAN
.Absensi mahasiswa – dosen – instruktur praktik laboratorium yang
telah ditandatangani
Format penilaian praktik komprehensif di laboratorium
Pedoman penilaian kompetensi
j. DOKUMENTASI
Daftar checklist penatalaksanaan fisioterapi pada kasus fraktur collum
femoris secara konservatif berupa traksi.
Laporan status klinis
k. PENGESAHAN
Panduan Praktikum 22
Disusun oleh:
Dosen Pengampuh MK,
Panduan Praktikum 23