Anda di halaman 1dari 71

STEP 7 LBM 2 SGD 5

MATA DAN PENGLIHATAN

1. Mengapa timbul kedua mata merah, gatal,keluar secret


yang putih kental dan dirasakan selama 5 hari?
Jawab :
Mata Merah
a. Akibat terjadinya melebarnya pembuluh darah
konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut,
misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis
b. Akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah
di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan
konjungtiva
Mata Merah karena Alergi
Antigen masuk  ditangkap sel fagosit ( makrofag ) 
dipresentasikan ke sel Th2  melepas sitokinin 
merangsang sel B membentuk antibodi ( Ig E ) antibodi
berikatan dengan Sel Mast  ikatan antibodi + sel Mast
memfagositosis antigen  terjadi degranulasi sel Mast
 mengeluarkan mediator inflamasi (histamin)
 Hiatamin menyebabkan :
 Vasodilatasi pembuluh darah ( Rubor = merah ) 
untuk meningkatkan persediaan darah guna
memberikan lebih banyak molekul dan sel yang
diperlukan untuk memerangi antigen yang
mencetuskan inflamasi.
Banyaknya darah yang mengalir pada pembuluh darah
Calor (panas)
 Peningkatan permeabilitas vaskular 
menyebabkan migrasinya cairan – cairan
intravaskular ( termasuk neutrofil, eosinofil, basofil
) menuju ekstravaskular ( Tumor = edema )  sel –
sel neutrofil, eosinofil, basofil akan memfagosit
antigen  infiltrasi ( sekret )
Imunologi Dasar, FKUI, 2004
Gatal
Pelepasan mediator – mediator sel mast seperti
histamin, bradikinin, PAF dan leukotrien memicu reaksi
inflamasi seperti gatal, ruam berwarna kemerahan,
khemosis dan ekstravasasi leukosit.
Sekret putih kental

Eksudat konjungtiva sangat spesifik, berwarna putih susu


kental, lengket, elastic dan fibrinous. Peningkatan sekresi
mucus yang kental dan adanya peningkatan jumlah asam
hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal
ini memberikan keluhan adanya sensasi seperti ada tali
atau cacing pada matanya.
Penutupan kelopak mata yang lama akan membuat suhu
sama dengan suhu badan. Pada kelopak mata yang terbuka
biasanya suhunya lebih rendah dibandingkan suhu badan
akibat penguapan air mata. Suhu mata yang sama dengan
suhu badan akan mengakibatkan berkembang biaknya
kuman dengan baik. Suhu badan merupakan inkubator
yang optimal untuk kuman sehingga kuman akan
memberikan peradangan yang lebih berat pada
konjungtiva, sehingga sekret akan bertambah diwaktu
bangun pagi.
Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

kapan mata merah itu unilateral maupun bilateral??


Keluhan mata merah harus dibedakan antara merah
pada palpebra dan daerah sekitar mata atau merah pada
bola mata. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh
perdarahan subkonjungtiva atau kongesti vaskular pada
konjungtiva, sklera, atau episklera (jaringan ikat antara
sklera dan konjungtiva). Kongesti ini dapat disebabkan
oleh radang di permukaan luar, seperti konjungtivitis
dan keratitis, atau radang intraokular, seperti iritis dan
glaucoma akut.
Mata merah bilateral karena infeksi atau alergi sering
terjadi dan relatif tidak berbahaya. Akan tetapi, mata
merah unilateral membutuhkan pemeriksaan ocular
yang lebih teliti karena penyebab umumnya adalah
glaucoma akut, iritis akut, keratitis, atau benda asing.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebutaan jika
tidak segera ditangani.
Sumber :
Chang, David F. Pemeriksaan Oftalmologik. Dalam:
Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Riordan-Eva,
Paul, dan John P. Whitcher. Ed. Ke-17. Jakarta: EGC,
2009: 28-30.
2. Apa hubungan makan udang, kerang dan Gejala ?
Jawab :
Pada beberapa makanan dapat menimbulkan
hypersensitifitas pada orang tertentu, penyebab alergi
didalam makanan adalah protein, glikoperotein atau
polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000
dalton, tahan panas dan tahan enzim proteolitik yang
bsa mnjadi pncetus allergen. Sebagian besar alergen
pada makanan adalah gliko[protein dan berkisar antara
14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul molekul kecil
lainnya juga dapat menimbulkan sensitasi baik secara
langsung ataupun secara mekanisme hepten carier. Pada
udang ada allergen -1 dan alergen -2 dngn brat molekul
21000dalton (>18000dalton). pada kerang atau mkanan
laut lain ada allergen M. HYPersensitiftas bsa d pngaruhi
oleh, keturunan, factor pencetus, sel2 tubuh.
Kita tidak tahu mengapa beberapa makanan dapat
menyebabkan alergi dan yang lainnya tidak, tapi
kemungkinannya adalah karena beberapa protein dalam
makanan sangat mirip dengan protein yang terdapat
dalam virus dan bakteri. Oleh karena itu,
alergi biasanya adalah kecenderungan genetik di mana
sistem kekebalan tubuh seseorang tidak mampu
membedakan protein makanan dengan virus atau
bakteri.
Jika tidak ada satupun orang tua anda alergi,
kesempatan anda mendapat alergi adalah kira-kira 15%.
Jika satu orang tua alergi, risiko anda meningkat sampai
30% dan jika kedua-duanya alergi, risiko anda lebih
besar dari 60%.
3. Kenapa ditemukan adanya gambaran cobble stone?
Jawab :

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan


timbulnya radang insterstitial yang banyak didominasi
oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.
Padakonjungtiva akan dijumpai hiperemia dan
vasodilatasi difus, yang dengan cepat akandiikuti
dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang
menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak
terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan
menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga
terbentuklah gambaran cobblestone .Jaringan ikat yang
berlebihan ini akan memberikan warna putih susu
kebiruan sehinggakonjungtiva tampak buram dan tidak
berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva
tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like
granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal
tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan
dalamkasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi
epitel kornea.
Sumber : Ilmu Penyakit Mata

4. interpretasi injeksi konjungtiva positif dan mata merah


Jawab :
N INJEKSI KONJUNGTIVAL INJEKSI SILIAR
O
.
1 Melebarnya pembuluh Melebarnya pembuluh
. darah a. Konjungtiva darah a. Siliaris
posterior akibat pengaruh anterior karena
mekanis, alergi, ataupun radang kornea, tukak
infeksi pada jaringan kornea, benda asing
konjungtiva. pada kornea, radang
jaringan uvea,
glaukoma,
endoftalmitis
ataupun
panoftalmitis.

2 Ukuran pembuluh Ukurannya sangat


. darahnya makin besar ke halus terletak
bagian perifer karena disekitar kornea,
asalnya dari bagian paling padat disekitar
perifer / a. Siliaris kornea dan berkurang
anterior, pembuluh
darahnya terutama di ke arah forniks.
dapatkan di daerah
forniks
3 Mudah digerakkan dari Tidak ikut serta
. dasarnya karena a. dengan pergerakan
Konjungtiva posterior konjungtiva bila
melekat secara longar digerakkan karena
pada konjungtiva bulbi menempel erat
yang mudah dilepas dengan jaringan
dasarnya sklera. perikornea.

4 Warna pembuluh Berwarna lebih ungu


. darahnya merah segar dibandingkan dengan
injeksi konjungtiva

5 Dengan tetes adrenalin Dengan tetes


. 1:1000 injeksi akan adrenalin / epinefrin
lenyap sementara 1:1000 pembuluh
darah perikornea
tidak menciut

6 Fotofobia ( - ) Fotofobia ( + )
.

7 Pupil ukuran normal Pupil irregular kecil (


. dengan reaksi normal iritis ) dan lebar (
glaukoma )

8 Gatal
.

Injeksi Konjungtival Injeksi Siliar


Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

5. Mengapa visus tetap normal meskipun mata warna


merah,dan keluar secret yang kental?
Jawab :
Visus dipengaruhi oleh :
o Refraksi
o Media refrakta
o Syaraf

Pada kasus tersebut tidak mengenai media refrakta

Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

6. pada kasus ini apakah bisa menular?jika bisa bagaimana


penularannya?
o Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum
dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,
penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
o Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat
sesudah menangani mata yang sakit.
o Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-
sama dengan penghuni rumah lainnya.
o Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari
dokter dan pabrik pembuatnya

Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

Usahakan tangan tidak megang-megang wajah


(kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.

Mengganti sarung bantal dan handuk dengan


yang bersih setiap hari.

Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan


dengan orang lain.

Mencuci tangan sesering mungkin, terutama


setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll)
dengan penderita konjungtivitis.

Untuk sementara tidak usah berenang di kolam


renang umum.

Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera


membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.

7. terapi (obat tetes mata dan oral)yang bisa diberikan


untuk mengatasi pasien ?
Jawab :
Seperti halnya semua penyakit alergi lainnya, terapi
konjungtivitis vernalis bertujuan untuk mengidentifikasi
allergen dan bahkan mungkin mengeliminasi atau
menghindarinya. Untuk itu, anamnesis yang teliti baik
pada pasien maupun orang tua akan dapat membantu
menggambarkan aktivitas dan lingkungan mana yang
harus dihindari. Dengan demikian, penatalaksanaan
pada pasien ini akan terbagi dalam tiga bentuk yang
saling menunjang untuk dapat memberikan hasil yang
optimal. Ketiga bentuk pelaksanaan tersebut meliputi :
(1) Tindakan umum; (2) Terapi medikasi; (3)
Pembedahan.

1.Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan- tindakan konsultatif
yang membantu mengurangi keluhan pasien
berdasarkan informasi hasil anamnesis tersebut diatas.
Beberapa tindakan tersebut antara lain :
- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter
- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya
juga membawa serbuksari
- Menggunakan kacamata berpenutup total untuk
mengurangi kontak dengan allergen di udara terbuka.
Pemakaian lensa kontak dihindari karena dapat
membantu resistensi allergen.
- Kompres dingin di daerah mata
- Pengganti air mata (artificial). Selain bermanfaat untuk
cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu
menghalau allergen.
- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang
sering juga disebut climato-therapy. Cara ini memang
kurang praktis, mengingat tingginya biaya yang
dibtuhkan. Namun, efektivitasnya yang cukup dramatis
patut diperhitungkan sebagai alternative bila keadaan
memungkinkan
- Menghindari tindakan menggosok- gosok mata dengan
tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat
merangsang pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast.

2.Terapi Medik
Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada
pasien dan orang tua pasien tentang sifat kronis serta
self limiting dari penyakit ini. Selain itu perlu juga
dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat timbul dari pengobatan yang ada,
terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu factor
pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah
untuk memberikan obat- obatan adalah eksudat yang
kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini,
karena merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas
penyakit, yang pada gilirannya akan memainkan peran
penting dalam timbulnya gejala.

Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan


irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein
10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada
kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,
larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan
10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau
mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif
sepenuhnya.

Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk


pengobatan konjungtivitis vernalis ini adalah
kortikosteroid, baik topical maupun sistemik. Namun
untuk pemakaian dalam dosis besar harus
diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang
tidak diharapkan.
Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan
steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari
selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan
reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan
oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias
juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolon
asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2-
3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang
perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat
steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan
sesingkat mungkin.

Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat


dipertimbangkan sebagai plihan lain karena
kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang
dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
vasokonstriktor, dapat memberikan control yang
memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan
reduksi dosis. Bahkan menangguhkan pemberian
kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari
pemakaian antihistamin adalah efek samping yang
menimbulkan kantuk. Pada anak- anak, hal ini dapat
juga mengganggu aktivitas sehari- hari.

Emedastine adalah antihistamin paling poten yang


tersedia di pasaran dengan kemampuan mencegah
sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan
antihistamin yang berfungsi sebagai inhibitor
degranulasi sel mast konjungtiva.
Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena
kemampuannya sebaga pengganti steroid bila pasien
sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu
mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium
kromolin berperan sebagai stabilisator sel masi,
mencegah terlepasnya beberapa mediator yang
dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun tidak mampu
menghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun
interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik
tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal
kalsium pada membrane sel serta menghambat
pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur
fosforilasi.

Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate


radang terutama eosinofil dalam konjungtiva.
Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin
yang spesifik terhadap konjungtivitis vernalis, dimana
symptom konjungtivitis vernalis hilang dalam 14 hari.

3. Terapi pembedahan
Berbagai terapi pembedahan, krioterapi dan diatermi
pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah
ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan
terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan
tumbuh lagi. Apabila segala bentuk pengobatan telah
dicoba dan tidak memuaskan, maka metode dengan
tandur alih membrane mukosa pada kasus
konjungtivitis vernalis tipe palpebra yang parah perlu
dipertimbangkan. Akhirnya perlu dipetekankan bahwa
konjungtivitis vernalis biasanya berlangsung selama 4- 6
tahun dan bisa sembuh sendiri apabila anak sudah
dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis


Vernalis dalam
http://www.tempo.com.id/medika/042002.htm

2. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide


to Medical Examination, FK UMY, Yogyakarta, 2002

8. apakah pada pasien ini terdapat infeksi


bakteri?perbedaan infeksi bakteri,virus, dan hypersensitifita?
Jawab :
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
1) Definisi
i) Suatu konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat
saja akibat infeksi gonokok, meningokok,
staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Hemophilus influenzae, dan Escherichia coli.
2) Gejala
i) Memberikan gejala sekret mukopurulen dan purulen,
kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang
disertai keratitis dan blefaritis. Terdapat papil pada,
konjungtiva dan mata merah. Konjung tivitis bakteri
ini mudah menular.

KONJUNGTIVITIS BAKTERI AKUT


1) Etiologi
i) Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokus,
Corynebacterium diphtherica, pseudomonas,
neisseria, dan hemophilus.
2) Gambaran Klinis
i) Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen
dan konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut
yang dapat berjalan kronis.
ii) Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak,
papil dan dengan kornea yang jernih.
3) Pengobatan
i) Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum
pemeriksaan biologik dengan antibiotik tunggal
seperti neosporin, basitrasin, gentamisin,
kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila
pengobatan memberikan hasil dengan antibiotik
setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan
ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
ii) Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan
sikloplegik.
iii) Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan
pemeriksaan langsung dan bila ditemukan kumannya,
maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak
ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka
berikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes
mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari.
Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur
diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau
khloramfenicol). Apabila tidak sembuh dalam satu
minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan
resistensi, kemungkinan defisiensi air mata atau
kemungki obstruksi duktus nasolakrimal.

KONJUNGTIVITIS GONORE
1) Definisi & Etiologi
i) Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva
akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen.
Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang
terhadap kuman ini sangat berat.
ii) Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore
merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh
dunia secara endemik.
iii) Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat
berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang
menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa
penyakit,ini didapatkan dari penularan penyakit
kelamin sendiri.
iv) Tipe dewasa disebabkan infeksi sendiri dengan gejala
mendadak dengan purulensi berat yang dapat
memberikan penyulit keratitis komea, sepsis,
atrhritis, dan dakrioadenitis.
2) Gambaran klinik
i) Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk
oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari),
konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10
hari) dan konjungtivitis gonore adultorum. Terutama
mengenai golonn bayi dan bayi yang ditularkan
ibunya. Merupakan penyebab utama oftalmia
neonatum. Memberikan sekret purulen paclat dengan
masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai
perdarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis
kemotik.
ii) Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit
infiltratif, supuratif dan penyembuhan.
(a) Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan
konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada
perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku
sehingga sukar dibuka. Terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal
superior sedang konjungtiva bulbi merah,
kemotik dan menebal. Pada orang dewasa
selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih
menonjol dengan gambaran spesifik gonore
dewasa. Pada orang dewasa terclapat perasaan
sakit pada mata yang dapat disertai dengan
tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya
menyerang satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului
pada mata kanannya.
(b) Pada stadium supuratif terdapat sekret yang
kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata
dengan sekret kuning kental. Kadang-kadang
bila sangat dini sekret dapat sereus yang
kemudian menjadi kental dan purulen, Berbeda
dengan oftalmia neonatorum, pada orang
dewasa sekret tidak kental sekali. Terdapat
pseudomembran yang merupakan kondensasi
fibrin pada permukaan konjungtiva. Pada orang
dewasa penyakit ini berlangsung selama 6
minggu dan tidak jarang ditemukan pembesaran
disertai rasa sakit Kelenjar preaurikul.
(c) Pada stadium penyembuhan semua gejala
sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila
pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.

3) Diagnosis
i) Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan
sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan
terlihat diplokok di dalam sel leukosit.
ii) Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel
intraselular atau ekstra selular dengan sifat Gram
negatif.
iii) Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah
dan coklat.
iv) Saat terlihat penyakit, gambaran klinis serta hasil
pemeriksaan akan membantu untuk menentukan
kausa.
v) Pemeriksaan laboratorium akan memberikan
gambaran yang khas untuk jenis infeksi, yang akan
memperlihatkan tanda-tanda infeksi jamur
dan,bakteri pada perneriksaan sitologik.

4) Pengobatan
i) Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada
pewarnaan Gram positif diplokok batang intraselular
dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Pasien
dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep
dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB
selama 7 hari.
ii) Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
atau dengan garam fisiologik setiap 1/4jam.
Kemudian diberi salep setiap 1/4 jam. Penisilin tetes
mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000 - 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30
menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit
sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin
setiap 1 jam selama 3 hari.
iii) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan
pengobatan
iv) Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah
Sakit dengan terisolasi, dibersihkan dengan garam
fisiologis, penisilin sodium G 100. unit/ml,
eritromisin topikal, dan penisilin 4.8 juta unit dibagi 2
kali sistemik

5) Penyulit
i) Penyulit yang dapat terjadi adalah tukak kornea
marginal terutama di bagian atas. Tukak ini mudah
perforasi akibat adanya daya lisis gonokok ini. Pada
anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak
sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang
dewasa tukak terjadi sering terletak marginal dan
sering berbentuk cincin. Perforasi komea dapat
mengakibatkan endoltalmitis dan panoftalmitis
sehingga terjadi kebutaan total. .

6) Pencegahan
i) Pencegahan : Cara yang lebih aman ialah
membersihkan mata segera setelah lahir dengan
larutan berisi dan memberikan salep kloramfenikol.
7) DD
i) Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan
dengan mia neonatorium lainnya seperti klamidia
konjungtivitis (inklusion blenore infeksi diberikan
bakteri lain, virus dan jamur.

KONJUNGTIVITIS MENAHUN

1) Konjungtivitis alergi
i) Definisi
(a) Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi
terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat
seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah
beberapa hari kontak seperti pada reaksi
terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan
reaksi antibodi humoral terhadap alergen.
Biasanya dengan riwayat atopi.
ii) Gejala
(1) Semua gejala pada konjungtiva akibat konjungtiva
bersifat rentan terhadap benda asing.
(2) Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang
(merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau
berulang dan menahun. Tanda karakteristik
lainnya adalah terdapatnya papil besar pada
konjungtiva, datang bermusim, yang dapat
mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit
alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan
tetapi dapat memberikan keluhan yang
memerlukan pengobatan.
iii) PP
(1)Pada perneriksaan laboratorium ditemukan sel
eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
iv) Pengobatan
(1) Pengobatan terutama dengan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit dan memberikan
astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis
rendah yang kemudian disusul dengan kompres
dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus
yang berat dapat diberikan antihistamin dan
steroid sistemik.
2) Klasifikasi :
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi
seperti:
1. Konjungtivitis flikten,
2. konjungtivitis vernal,
3. konjungtivitis atopi,
4. konjungtivitis alergi bakteri,
5. konjungtivitis alergi akut,
6. konjungtivitis alergi kronik,
7. sindrom Stevens Johnson,
8. pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren.
i) Konjungtivitis vernal

(a) Etiologi
1. Konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe 1) yang mengenai
kedua mata dan bersifat rekuren.
2. Pada mata ditemukan papil besar dengan
permukaan rata pada konjungtiva tarsal,
dengan rasa gatal berat, sekret gelatin yang
berisi eosonofil atau granula eosinofil, pada
kornea terdapat keratitis, neovaskularisasi,
dan tukak indolen.
3. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah
limbus, dengan bercak Horner Trantas yang
berwarna keputihan yang terdapat di dalam
benjolan. Secara histologik penonjolan ini
adalah suatu hiperplasi dan hialinisasi
jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel
dan sebukan sel limfosit, sel plasma dan
sel eosinofil.
4. Merupakan penyakit yang dapat rekuren
dan bilateral pada musim panas.
5. Mengenai pasien usia muda antara 3-25
tahun dan kedua jenis kelamin sama.
Biasanya pada laki-laki mulai pada usia di
bawah 10 tahun.
(b) Gejala
Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan
gejala-gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumput.
Dua bentuk utama (yang dapat berjalan bersama) :
i. Bentuk palpebra. Pada tipe palpebra
terutama mengenai tiva tarsal
superior. Terdapat pertumbuhan papil
yang ble stone) yang diliputi sekret
yang mukoid. Konjungtiva bawah
hiperemi dan edema, dengan kelainan
kornea lebih dibanding bentuk limbal.
Secara klinik papil besar ini tampak
tonjolan bersegi banyak dengan
permukaan yang rata dan kapiler di
tengahnya.
ii. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada
limbus superior yang membentuk
jaringan hiperplastik gelatin, dengan,
Trantas dot merupakan degenerasi
epitel kornea atau eosinofil di bagian
limbus kornea, terbentuknya pannus,
dengan sedikit eosinofil.
(c) Pengobatan
1. Ahtihistamin dan desensitisasi mempunyai
efek yang ringan Vasokonstriktor, kromolin
topikal dapat mengurangi pemakaian
steroid, siklosporin dapat bermanfaat.
2. Obat anti inflamasi non lainnya tidak
banyak manfaat. Pengobatan dengan
steroid topikal dan salep akan dapat
menyembuhkan.
3. Hati-hati pemakaian steroid lama. Bila tidak
ada hasil dapat diberikan radiasi, atau
dilakukan pengangkatan giant papil.
Penyakit ini biasanya sembuh sendid tanpa
diobati. Dapat diberi obat kompres dingin,
natrium karbonat dan vasokonstriktor.
Kelainan komea dan konjungtiva dapat di
dengan natrium cromolyn topikal. Bila
terdapat tukak maka diberi antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder disertai
dengan sikloplegik.

ii) Konjungtivitis flikten


(a) Definisi
1. Merupakan konjungtivitis nodular yang
disebabkan alergi terhadap bakteri atau
antigen tertentu.
(b) Etiologi
1. Konjungtivitis flikten disebabkan karena
alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap
tuberkuloprotein. stafilokok,
limfogranuloma venerea, leismaniasis,
infeksi parasit, dan infeksi di tempat lain
dalam tubuh. Kelainan ini lebih sering
ditemukan pada anak-anak di daerah padat
yang biasanya dengan gizi kurang atau
sering mendapat radang saluran napas.
(c) PP
1. Secara histopatologik terlihat kumpulan sel
leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit,
makrofag, dan kadang-kadang sel datia
berinti banyak. Flikten merupakan infiltrasi
selular subepitel yang terutama terdiri atas
sel monokular limfosit.
(d)Diagnosis
1. Biasanya konjungtivitis flikten terlihat
unilateral dan kadang-kadang mengenai
kedua mata. Pada konjungtiva terlihat
sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah
hiperemi.
2. Pada pasien akan terlihat kumpulan
pembuluh darah yang mengelilingi suatu
tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu
seperti suatu mikroabses yang biasanya
terletak di dekat limbus. Biasanya abses ini
menjalar ke arah, sentral atau kornea dan
terdapat tidak hanya satu.
3. Gejala
a. Gejala konjungtivitis flikten adalah mata
berair, iritasi dengan rasa sakit,
fotofobia dapat ringan hingga berat.
b. Bila kornea ikut terkena selain daripada
rasa sakit, pasien juga akan merasa silau
diserta blefarospasme.
(e) Prognosis
1. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu,
dengan kemungkinan
2. terjadi kekambuhan. Keadaan akan lebih
berat bila terkena kornea.
(f) DD
1. Diagnosis banding adalah pinguekula iritan
(lokalisasi pada palpebra), ulkus kornea,
okular rosazea, dan keratitis herpes
simpleks.
(g) Pengobatan
1. Pengobatan pada konjungtivitis flikten
adalah dengan diberi
2. steroid topikal, midriatika bila terjadi
penyulit pada kornea, diberi
3. kacamata hitam karena adanya rasa silau
yang sakit. Diperhatikan
4. higiene mata dan diberi antibiotika salep
mata waktu tidur, dan air mata buatan.
Sebaiknya dicari penyebabnya seperti
adanya tuberkulosis, blefaritis stafilokokus
kronik dan lainnya.
5. Karena sering terdapat pada anak dengan
gizi kurang maka sebaiknya diberikan
vitamin dan makanan tambahan.
(h)Penyulit
1. Penyulit yang dapat ditimbulkan adalah
menyebarnya flikten kedalam kornea atau
terjadinya infeksi sekunder sehingga
timbul abses.

iii) Konjungtivitis iatrogenik


(a) Etiologi
1. Konjungtivitis akibat pengobatan yang
dliberikan dokter.
2. Berbagai obat dapat memberikan efek
samping pada tubuh demikian pula pada
mata yang dapat terjadi dalam bentuk
konjungtivitis.
iv) Sindrom Steven Johnson
(a) Definisi
1. Sindrom Steven Johnson adalah suatu
penyakit eritema multiform yang berat
(mayor).
2. Penyakit ini sering ditemukan pada orang
muda usia sekitar 35 tahun.
(b) Etiologi
1. Penyebabnya diduga suatu reaksi alergi
pada orang yang mempunyai predisposisi
alergi terhadap obat-obat sulfonamid,
barbiturat. Ada yang beranggapan bahwa
penyakit ini,idiopatik dan ditemukan
sesudah suatu infeksi herpes simpleks.
(c) Diagnosis
1. Tanda dan gejala
a. Kelainan ditandai dengan lesi pada kulit
dan mukosa pada kulit berupa lesi
eritema yang dapat timbul mendadak
sebar secara simetris.
b. Mata merah dengan demam dan
kelemahan umum dan sakit pada sendi
merupakah keluhan sindrom Steven
Johnson ini.
c. Sindrom ini disertai dengan gejala
vesikel pada kulit, bula, dan titis
ulseratif. Pada mata terdapat
vaskularisasi kornea, parut konjungtiva
kering, simblefaron, tukak dan perforasi
kornea dan dapal berikan penyulit
endoftalmitis.
d. Kelainan mukosa dapat berupa
konjungtivitis pseudomembran.
e. Pada keadaan lanjut dapat terjadi
kelainan, yang sangat menurunkan daya
penglihatan.
(d)Pengobatan
1. Pengobatan bersifat simtomatik dengan
pengobatan berupa kortikosteroid sistemik
dan infus cairan antibiotik.
2. Pengobatan lokal pada mata berupa
pembersihan sekret yang timbul, mi steroid
topikal dan mencegah simblefaron.
3. Pemberian kortik harus hati-hati terhadap
adanya infeksi herpes simpleks.
v) Konjungtivitis atopik
1. Reaksi alergi selaput lendir mata atau
konjungtiva terhadap disertai dengan
demam. Memberikan tanda mata berair,
bengkak. belek berisi eosinofil.

KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS KRONIS


i) Definisi
(a) Merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan
pada anak-anak,
(b) tidak pernah terlihat pada bayi baru lahir kecuali
bila usia sudah beberapa bulan.
ii) Gejala
(a) Konjungtivitis folikularis kronis ditandai dengan
terdapatnya tanda khusus berupa benjolan kecil
berwarna kemerah-merahan pada lipatan
retrotarsal. Folikel yang terjadi merupakan
reaksi konjungtiva terhadap virus dan alergen
toksik seperti iododioksiuridin, fisostigmin, dan
klamidia. Folikel
(b) terlihat sebagai benjolan kecil mengkilat dengan
pembuluh darah kecil
(c) atasnya, yang pada pemeriksaan histologik
berupa sel limfoid. Setiap folikel ini merupakan
pusat germinatif tunggal limfoid. Folikel ini bila
diakibatkan trakoma akan berdegenerasi yang
akan membentuk jaringan parut.
(d)Folikel yang didapatkan pada tarsus inferior
anak dan orang dewasa sering dapat dianggap
normal.
iii) Etiologi
(a) Konjungtivitis akut terdapat pada penyakit
epidemik keratokonjungtivitis folikularis
(adenovirus 8), demam faringokonjungtiva
(adenovirus 3), herpes simpleks, konjungtivitis
hemoragika akut (adenovirus 90), konjungtivitis
inklusi, trakoma akut, penyakit New Castle,
influenza, herpes zoster.
(b) Konjungtivitis kronis terdapat pada trakoma,
toksis obat (kosmetik), bakteri,
keratokonjuntivitis Thygeson, moluskum
kontagiosum, dan Parinaud konjungtivitis.

iv) Diagnosis Banding Konjungtivitis Folikularis

Konjungtivitis folikularis Konjungtivitis folikularis


akut kronik

Kerato-konjungtivitis Axenfeld
epidermika Moluskum kontagiosum
Demam faringo- reaksi kimia &
konjungtiva Herpes toksik fisostigmin
simpleks primer pilokarpin dan
isoflurophate (jarang)
Konjungtivitis inklusi
Eksasebasi akut trakoma
Konjungtivitis
hemoragika akut
Penyakit New Castle
influenza tipe A
Herpes zoster (jarang)
Femam garukan-kucing
(cat scratch fever) &
sewaktu2 kausa lain
sindrom Parinaud

Konjungtivitis virus Herpes Simplex (HSV)3


Konjungtivitis ini biasanya menyerang pasien usia anak-
anak. Penyakit ini muncul selama infeksi HSV dan
biasanya bersamaan dengan keratitis herpes simplex.
Terdapat lesi pada kornea yang akan menjadi ulkus.
Konjungtivitis HSV bersifat folikuler, dengan folikel yang
terdapat pada palpebra dan tepi palpebra.

Tanda dan gejala dari penyakit ini yaitu adanya injeksi


kornea unilateral, iritasi pada mata, pengeluaran sekret
berlebih, nyeri, fotofobia, edema palpebra, dan nodus
limfa preaurikular yang teraba lunak.

Pemeriksaan mikrobiologi penyakit ini yaitu dengan


menemukan badan inklusi intranuklear pada sel kornea
dan konjungtiva. Selain itu, dapat juga ditemukan sel
epitel multinukleat.

Konjungtivitis HSV pada orang dewasa bersifat self-


limited dan tidak membutuhkan terapi. Namun, dapat
diberikan terapi antiviral berupa topikal atau sistemik
untuk mencegah komplikasi pada kornea. Antiviral
tersebut dapat berupa trifluridin atau asiklovir.

Komplikasi dari konjungtivitis HSV yaitu adanya ulkus


kornea dan munculnya vesikel pada kulit. Pada bayi
yang terinfeksi HSV tipe 2, dapat terjadi komplikasi
berupa ensefalitis, korioretinitis, dan hepatitis.

Konjungtivitis penyakit Newcastle3

Konjungtivitis ini disebabkan oleh virus Newcastle yang


biasanya menyerang pekerja peternakan yang mengurusi
burung, pekerja yang mengurusi hewan, dan pekerja
laboratorium. Penyakit ini memiliki gejala berupa rasa
terbakar pada mata, pruritus, nyeri, hiperemia,
keluarnya air mata berlebih, dan berkurangnya
penglihatan. Sedangkan, tanda yang dapat ditemukan
yaitu kemosis, nodus limfa preaurikular yang teraba,
dan folikel pada tarsus superior dan inferior. Penyakit
ini tidak membutuhkan terapi yang spesifik karena
bersifat self-limited.

Konjungtivitis hemoragik akut3,4

Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili


picornavirus, yaitu enterovirus tipe 70 dan virus
coxsackie A24. Penularannya terjadi melalui kontak
langsung, air, dan peralatan yang terkontaminasi. Masa
inkubasinya berlangsung pendek, yaitu dalam 8-48 jam
dan gejala klinis mulai timbul setelah 5-7 hari terinfeksi.
Beberapa negara yang menjadi endemi penyakit ini yaitu
India, Ghana, Thailand, Pakistan, Cina, Jepang, Taiwan,
dan Brazil. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
negara-negara berkembang. Usia anak-anak (10-14
tahun) merupakan usia dengan prevalensi konjungtivitis
hemoragik akut terbanyak.

Tanda dan gejala pada penyakit ini yaitu adanya nyeri


pada mata, fotofobia, sensasi bend asing, keluarnya air
mata berlebih, hiperemia, edema palpebra, dan
perdarahan subkonjungtival. Perdarahan
subkonjungtival tersebut biasanya menyebar, namun
perlahan mulai terlihat dari konjungtiva bulbar atas dan
menyebar hingga ke bawah. Selain itu, demam, malaise,
myalgia, folikel konjungtiva, limfadenopati preaurikular,
dan keratitis epitelial dapat juga ditemukan pada
penyakit ini.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menemukan
gejala dan tanda pada pasien. Sedangkan, pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan yaitu:
PCR, untuk menemukan DNA atau RNA dari virus
patogen
Molecular serotyping, merupakan metode identifikasi
virus yang lebih cepat daripada kultur
Pemeriksaan sensitivitas terhadap antibiotik
Pemeriksaan histologis, dapat ditemukan adanya sel
mononuklear, eksudat interselular, dan adanya
perdarahan pada subkonjungtiva

Belum ada terapi spesifik untuk menangani penyakit ini,


karena penyembuhannya biasanya berlangsung selama
5-7 hari. Perlu untuk menjaga kebersihan diri dan
edukasi terhadap penularan penyakit ini. Selain itu,
perlu untuk menghindari kontak langsung dengan
pasien.
Konjungtivitis virus kronik3

Molluscum Contagiosum Blepharoconjunctivitis

Konjungtivitis ini merupakan konjungtivitis folikuler


kronik yang diakibatkan oleh adanya nodul molluscum
pada tepi palpebra, palpebra, atau alis mata.Komplikasi
dari penyakit ini yaitu minculnya keratitis superior,
pannus superior, dan trakoma.Konjungtivitis ini dapat
ditatalaksana dengan eksisi nodul atau krioterapi.
Blefaritis3

Blefaritis adalah inflamasi kronik pada kelopak mata,


terutama pada batas kelopak mata. Terdapat dua tipe
blefaritis berdasarkan etiologinya, yaitu:
Blefaritis anterior
Blefaritis anterior disebabkan oleh infeksi bakteri pada
batas kelopak mata. Bakteri patogen tersebut pun
membagi blefaritis anterior menjadi dua macam, yaitu:
Blefaritis stafilokokus; disebabkan oleh bakteri
StaphylococcuS aureus, Staphylococcus epidermidis,
atau stafilokokus koagulase negatif.
Blefaritis seboroik; disebabkan oleh bakteri
Pityrosporum ovale.

Tanda dan gejala yang disebabkan oleh blefaritis


anterior ini yaitu iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada
batas kelopak mata. Selain itu, batas kelopak mata
memerah sehingga mata terlihat seperti dalam lingkaran
merah. Granulasi atau sisik terdapat pada pangkal bulu
mata pada kedua sisi kelopak mata. Pada blefaritis
stafilokokus, granulasi pada tepi kelopak mata bersifat
kering, terdapat daerah ulkus yang kecil pada tepi mata,
kelopak mata hiperemis, dan bulu mata biasanya rontok.
Sedangkan, pada blefaritis seboroik, granulasi terlihat
licin atau berair, tidak terdapat ulkus, dan tepi mata
tidak semerah pada blefaritis stafilokokus.

Penyakit ini ditatalaksana dengan penggunaan antibiotik


antistafilokokus atau salep mata sulfonamid. Salep
tersebut dioleskan pada tepi kelopak mata yang
terinfeksi. Selain itu, perlu dijaga kebersihan dari mata
dan kelopak mata, dan granulasi atau sisik pada bulu
mata harus rajin dibersihkan. Komplikasi dari blefaritis
stafilokokus yaitu hordeolum, chalazia, keratitis epitelial
pada sepertiga bawah kornea, dan berisiko
menimbulkan konjungtivitis rekurens.

Gordon's Medical Management of Ocular Diseases,


second edition, Edward A. Dunlap, M.D. D.Sc. (hon) p.
Table.
Tanda Bakter V Al To T
ial ir er ks RI
a gi ik C
l k
Injeksi Menco S Ri Ri Se
konjunt lok e ng ng da
ivitis d an an ng
Hemora + a - -
gi ++ n se se -
Kemosi Purule g da da +/
s n atau ng ng -
Eksuda muko + - - Be
t purule + ++ +/ rs
n / Be - er
- rse - ab
Pseudo +/- J ra ut
membr (strep., a bu (le
an C.diph r t( - ng
) a len ke
Papil +/- n gk - t)
Folikel - g et) +
, , (m -
Nodus + a air ed
Preauri ir - ik +/
kular - as -
Panus + + i) +
/ - -
- +/
- - -
-
+ - (ke +
cu
+ ali
+ ve
rn
- al)
Deborah pavan- Langston MD : “Manual of Ocular Diagnosis
and Therapy “. Boston. Little Brown and Company, First
edition.
Fourth printing 1981.p.74. Table. 5 – 1. Clinical Features of
Conjungtivitis
Konjungtivitis sebaiknya dibedakan dengan iritis dan keratitis
dengan perbedaan sebagai berikut :
Tanda Konjungtivitis Keratitis /
Iritis
Tajam Normal Turun nyata
penglihatan Tidak ada Nyata
Silau Pedes, rasa Sakit
Sakit kelilipan Injeksi siliar
Mata merah Injeksi Tidak ada
Secret konjungtival Tidak ada
Lengket Serous, mukos, Mengecil
kelopak purulen
Pupil Terutama pagi
hari
Normal

a. Diagnosis banding tipe konjungtivitis yang lazim


Klinik Vira Bakt Klamid Ato
& l eri ia pik
Sitolog (Ale
i rgi)

Gatal Mini Mini Minim Heb


Hyper m m Umum at
emia Um Umu Sedang Umu
Air um m Menguc m
mata Prof Seda ur Seda
Eksud use ng Lazim ng
asi Mini Meng hanya Mini
Adeno m ucur konjun m
pati- Lazi Jaran tivitis Tak
preuri m g inklusi ada
kular PMN,
Pewar Mon Bakte plasma Eosi
naan osit ri, sel nofil
kerok PMN badan-
an Kad Kada badan Tak
&eksu ang- ng- inklusi pern
dat kad kada Tak ah
Sakit ang ng pernah
tenggo
rok,
panas
yang
menye
rtai
D.Vaughan, T.Asbury.:”General Ophthalmology”.Singapore.
Maruzen Asian edition. 10 th edition. 1983.p.63. table 7 – 1
Differentiation of the common types of conjunctivitis
ILMU PENYAKIT MATA, PROF. DR. H. SIDARTA IILYAS, SP. M

9. pemeriksaan apa yang perlu dilakukan?


Jawab :
Bahan untuk pembuatan preparat :
 Sekret  Diusap dengan lidi steril
 Epitel  didapat dengan cara scraping yaitu
mengambil sebagian dari epitel konjungtiva.
 Pengecatan :
 Sekret : biasanya cukup dicat dengan cat Gram
kecuali bila suspect penyebab lain misalnya
jamur, diphtheri,dll
 Scraping dicat dengan cat darah misalnya
Giemsa, Wright. Hasilnya, dapat dilihat kuman-
kumannya dan inclusion body dari Prowascky
(tanda dari penyakit virus).
 Dapat dilihat macam-macam leucocyt :
o PMN, biasanya pd infeksi coccen yang
pyocyaneus.
o Eosinophiel : misal pada allergi.
o Macrophaag : misal pada trachoma.
 Juga penting diperiksa kultur dengan agar darah.
Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

10. penegakan diagnosis untuk konjungtivitis?


11. DD

a. Mata merah, visus normal dan tidak kotor

- Pterigium

Merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva yang bersifat degenerative dan
invasive. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada
celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas kedaerah kornea.

Diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu,


cahaya sinar matahari dan udara yang
panas.etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan
diduga merupkan suatu neoplasma , radang dan
degenerasi.

Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau


akan memberikan keluhan mata iritatif, merah dan
mungkin menimbulkan astigmat yang akan
memberikan keluhan gangguan penglihatan.
DD pterigium : pseudopterigium, pannus dan kista
dermoid.

Pengobatan tidak perlu karena sering bersifat


rekuren, terutama pada pasien yang masih muda.
Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid
atau suatu tetes mata dekongestan.

Pengobatan pterigium yaitu dengan sikap


konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi
gangguan penglihatan akibat terjadinya
astigmatisme ireguler atau pterigium yang telah
menutupi media penglihatan.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

- Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Terletak pada daerah konjungtiva yang
terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

Sering terjadi pada proses penyembuhan tukak


kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.

Pada pseudopterigium selamanya terdapat


anamnesis adanya kelainan kornea sebelumnya,
seperti tukak kornea.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

- Pinguekula

Benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan


pada orang tua, terutama yang matanya sering
mendapat rangsangan sinar matahari, debu dan
angin panas. Merupakan degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva.

Pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan


tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan
(penguekulitis), dapat diberikan obat-obat anti
radang.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

Pinguekula : nodul kuning pada kedua sisi kornea


(lebih banyak di sisi nasal) di daerah aperture
palpebrae
Pengobatan pada pingueculitis tertentu diberi
steroid lemah topical seperti prednisolone 0,12 %
atau medikasi antiradang non-steroid topical dapat
diberikan.

(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

- Pinguekula iritans

Pinguekula yang terkena iritasi atau meradang, sehingga pada


sekitar bercak generasi ini akan terlihat pembuluh darah yang
melebar.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

- Hematoma subkonjungtiva

Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh


darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan dan batuk rejan)

Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau


tidak langsung yaitu kadang-kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan


disrap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)


- Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular


yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sclera.

Keluhan pasien berupa: mata terasa kering, dengan


rasa sakit yang ringan, mengganjal dengan
konjungtiva yang kemotik.

Bentuk radang nya mempunyai gambaran khusus


yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas
dan earna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila
benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan
pada kelopak di atas benjolan, akan memberikan
rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata.

Pengobatan:

1. Bila mata terlihat merah satu sector yang


disebabkan melebarnya pembuluh darah di
bawah konjungtiva, pembuluh darah ini bias
mengecil bila diberi fenil efrin 2,5 % topical.

2. Pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid


tetes mata, sistemik atau salisilat.

Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat


residif yang dapat menyerang tempat yang sama
ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya
berlangsung 4-5 minggu.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

- Skleritis

Gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi


kolagen, sebukan sel dan kelainan vascular yang
mengisyaratkan adanya vaskulitis.

(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

Skleritis biasanya disebabkan kelainan atau


penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan
penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan
gout. Kadang-kadangdisebabkan tuberculosis,
bakteri (pseudomonas), sakoidosis, hipertensi,
benda asing dan pasca bedah.
Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat
menyebar ke dahi, alis dan dagu yang kadang-
kadang membangunkan sewaktu tidur akibat
sakitnya yang sering kambuh. Mata merah berair,
fotofobia dengan penglihatan menurun.

Skleritis tidak mengeluarkan kotoran, terlihat


benjolan berwarna sedikitlebih biri jingga. Kadang-
kadang mengenai seluruh lingkaran kornea,
sehingga terlihat sebagai skleritis anular.

Pengobatannya : antiinflamasi steroid ataupun non


steroid atau obat imunosupresif lainnya.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

a. KONJUNGTIVITIS

Definisi : Adalah radang pada konjungtiva dengan kausa :


infeksi, alergi atau trauma
Gejala-gejala :

 Terdapat tanda-tanda radang umum yaitu dolor,


tumor, rubor dan calor.

– Calor  panas , karena daerahnya kecil tak


terukur

– Rubor  merah berupa conjunctival injeksi

– Dolor  berupa ngganjel,gatal, perih

– Tumor  sebagai proses eksudasi dan infiltrasi


berupa

• Sekret

• Bangunan patologis

 Gejala subjektif (keluhan) :

– Merah

– Ngeres/ngganjel

– Keluar kotoran

– Dempet waktu pagi hari  (karena kotoran


yang kering waktu tidur)

 Gejala objektif (pemeriksaan) :

– Conjunctival injection

– Sekret (+) (akibat proses eksudasi)


– Ada bangunan patologis pada conjunctiva
palpebra (akibat rposes infiltrasi)

KONJUNGTIVITIS AKUTA:

 Konjungtivitis Bacterial

 Konjungtivitis kataralis akut

 Konjungtivitis purulenta

 Konjungtivitis inklusi

 Konjungtivitis membranosa

 Konjungtivitis haemorhagik

KONJUNGTIVITIS KRONIK

 Konjungtivitis kataralis kronik

 Konjungtivitis flikten

 Konjungtivitis vernalis

 Konjungtivitis trakhomatosa

 Konjungtivitis allergi

PENJABARAN

1. KONJUNGTIVITIS BACTERIAL

 Tanda dan gejala : kemerahan bilateral, eksudat


purulen dengan palpebra saling melengket saat
bangun tidur dan kadang-kadang edema
palpebra.

 Temuan laboratorium : pemeriksaan mikroskipik


terhadap keroka konjungtiva yang dipulas
dengan pulasa gram dan giemsa, banyak
ditemukan neutrofil polimorfonuklear.

 Terapi  tergantung agen mikrobiologiknya.

 Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan


langsung, maka diberikan antibiotic
spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap
jam atau salep mata 4-5 kali sehari. Apabila
dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur
diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %
atau khloramfenikol). Apabila tidak sembuh
dalam satu minggu bila mungkin dilakukan
pemeriksaan resistensi,kemungkinan
defisiensi air mata atau kemungkinan
obstruksi duktus lakrimalis. Terapi untuk k.
gonore : pasien dirawat dan diberi
pngobatan dengan penisilin salep dan
suntikan, pada bayi diberikan 50.000U/kgBB
selama 7 hari.

 Secret dibersihkan dengan kapas yang


dibasahi air bersih (direbus atau dengan
garam fisiologis ) setiap ¼ jam. Kemudian
diberi salep penisilin setiap ¼ jam. Penisilin
tetes mata dapat diberikan dalam bentuk
larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian
salep diberikan setiap 5 menit sampai 30
menit , disusul pemberian salep penisilin
setiap 1 jam selama 3hari.

2. KONJUNGTIVITIS CATARRHALIS

 Konjungtivitis yang paling sederhana sehingga


disebut konjungtivitis simplek.

 Dibagi : Akut dan kronis.

 Kausa : trauma, infeksi, allergi.

a. Konjungtivitis kataralis akut

• Kausa : Virus, (adenovirus)

• Gejala-gejala :

o Disamping rubor,calor,tumor,dolor sering


juga terdapat haemorrhagi
subkonjungtiva.

o Pada awalnya sekret cair (serous), karena


exudat tidak mengandung fibrin. Setelah
beberapa hari sekret kental sehingga kalau
pagi mata menjadi dempet. Ini disebabkan
sudah ada infeksi tambahan dari kuman
komensal coccen yang ada di mata.

o Jenis secreet : mucous/muco-purulent. (bila


purulent maka tidak termasuk
conjunctivitis catarrhalis tetapi telah
termasuk conjunctivitis purulenta/
blenorrhoe).

o Bisa mengenai ke cornea dan terjadi


keratitis marginalis, kerato conjunctivitis
epidemica=KCE

o Bila disebabkan karena staphylococ maka


letaknya pada cornea bagian marginal
bawah.

b. Konjungtivitis kataralis kronik

 Causa :

- Staphylococcus, Diplobacillus Morax-


Axenfeld.

- Kedua kuman ini di margo palpebrae


menyebabkan blepharitis

- Paling senang pada canthus internus dan


externus sehingga terjadi blepharitis
angularis.
- Jadi conjunctivitis dapat menimbulkan
blephritis dan blepharitis juga dapat
menimbulkan conjunctivitis sehingga
penyakit ini merupakan penyakit yang
chronis,terutama bila daya tahan penderita
rendah

 Therapi : drug of choice untuk coccen ialah


penicilin dan sulfa preparat.

 Pada bentuk chronis,conjunctiva mengalami


hypertrophie dan terbentuk follicel pada
conjunctiva palpebra

2. KONJUNGTIVITIS PURULENTA

• Secreetnya purulent.

• Penyebabnya ialah kuman yang virulent


misalnya gonococc, meningococ, inclusion
virus(chlamidia spc).

Neiseria Gonorhoeca :

o Inoculasi melalui hubungan sex

o Contaminasi:

- Tak langsung: melalui handuk,saputangan,jari


yang kena GO.

- Langsung dari sumber infeksi.


Meningococ : kurang ganas dari GO.

• Komplikasi yang berbahaya : meningo-coccaemia


yang dapat menimbulkan meningitis.

• Karakteristik dari conjunctivitis purulenta

• Jalan penyakit hyperacut. Karena kuman GO


mengeluarkan toxin yang bersifat proteolytic
enzim

• Masa incubasi : 48 jam - 5 hari.

 Mula-mula secreet sereus sampai sero-


sanguinis dan dengan cepat berubah menjadi
purulent. Dalam 2 hari palpebra dapat
bengkak seperti papan (keras sekali). Dapat
timbul chemosis.

Conjunctivitis gonorrhoica

 Bisa cepat menjalar ke cornea. Biasanya


dimulai pada cornea bagian atas, hal ini
disebabkan karena fornix disebelah atas lebih
longgar sehingga pus lebih banyak terkumpul
dibagian atas dan toxin dari kuman akan
merusak cornea mulai dari lapisan epitel.
(akibat toxin proteolytic merusak dinding sel)

 Cepat terjadi ulcus yang dapat perforasi


(tanda perforasi : iris prolaps, c.o.a dangkal,
Tek. bola mata turun), bila sembuh akan
menyebabkan lekoma adherent.

 Bila tak diobati dengan baik, kuman masuk


kedalam sehingga terjadi endophthalmitis
(bila sembuh sendiri menjadi phtisis bulbi)

 Pada bayi-bayi yang baru lahir,conjunctivitis


hyperacut ini disebut ophthalmia
neonatorum (infantil purulent conjunctivitis)

 Causa : - Neiseria gonorrhoica : incubasi 3 - 5


hari.

- Inclusion virus. (Chlamidia trachomatosa)

 Membedakan GO dan Inclusion virus :

o Dengan masa incubasi : (melalui anamnesa


ibunya)

 Inclusion virus : 5-10/11 hari.


Manifestasi lebih banyak di conjunctiva
inferior dan biasanya sembuh dengan
hypertrofi papilair.

 Gonorrhoe : < 5 hari. Kalau > 5 hari,


mungkin bukan GO. Bila tak tahu
sebabnya, obati saja untuk GO.

o Bayi yang baru lahir, diberi prophylactis


dengan ditetesi nitras argenti 1-2% (metode
Crede). Sekarang banyak dipakai solutio
protargol 5-10%, atau chloramphenicol tetes
mata.

o Pada GO, biasanya bapak/ibu juga menderita


urethritis GO. Karena itu jangan lupa periksa
dan obati orang tuanya.

o Manifestasi bisa pada palpebra inferior dan


superior.

 Terapi untuk GO :

o Drug of choice = Penicillin 10.000 Iu/cc


ditetes tiap jam. Diencerkan dari PPA 3
juta/botol (vial)

3. KONJUNGTIVITIS INKLUSI

• Pada orang dewasa : Terdapat follicel.

• Causa :

o Berenang dalam swimming pool.

o Kuman:

- Chlamydia trachomatosa

- Staphylococcus aureus : Secret kemudian


menjadi mucopurulent dan purulent.

- Causa Pneumococ : hanya pada dewasa

• Pada orang dewasa dapat menjadi chronis.


• Pada bayi tak dapat menjadi chronis sebab jar
limphoid belum terbentuk sempurna, shg tak
dapat terjadi blepharitis, jadi harus
diobati/tidak akan sembuh sendiri. .

4. KONJUNGTIVITIS MEMBRANOSA

• Membraneus : bila dikupas akan berdarah oleh


karena conjunctiva mengalami necrose.

• Pseudomembraneus : dapat dilepas dengan


mudah.

• Dibedakan 3 hal :

o Membran yang sangat tebal, sangat keruh.

Terdapat pada : - Conjunctivitis karena coryne bacterium


diphtheriae. Dapat karena streptococcus haemolyticus.

Harus di DD dengan :

-Erythema multiforme.

-Pemphigus.

o Membran yang sedang, tak begitu tebal, tidak


begitu keruh (agak transparant).

o Benar-benar pseudomembran: tipis,


transparant, mudah dilepas. Misal
pada:conjunctivitis vernalis: sangat kronis dan
exacerbasi pada musim kemarau.
Conjunctivitis diphtherica

o Mungkin ada hubungannya dengan diphtheri


nasal/nasopharynx.

o Mulai seperti conjunctivitis catarrhalis 2-3 hari


kemudian mulai terlihat membran terutama
pada conjunctiva palpebrae. Pada conjunctiva
bulbi : tak ada. Cornea : jarang.

o Diagnosa : mikroskopis.

o Therapi : A.D.S.10-40.000 tergantung


keganasannya.

Conjunctivitis karena B streptococcus haemolyticus.

o Causa :

- Exogen : dari luar tubuh.

- Endogen : berasal dari focal infeksi dalam tubuh.

 Datang diconjunctiva melalui jaringan pengikat. Karena


itu diambil sedikit epitheel conjunctiva untuk pemeriksaan
mikroskopis (scraping)

o Gejala-gejala :

- Exogen : gambaran seperti diphtheri tetapi lebih hebat.


Sering cornea ikut terkena.

- Endogen:jalan penyakit lebih chronis sehingga stadium


inflamasi kurang dibandingkan dengan yang exogen.
o Therapi : Antibiotica dan sulfa preparat.

5. KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS

 Terdiri atas :

a. Conjunctivitis follicularis akut

• Inclusion conjunctivitis type dewasa.

• Kerato-conjunctivitis epidemica.

 Banyak didapatkan. Dapat


menyebabkan epidemi. Biasanya mulai
dari kapal laut sehingga disebut
shipyard conjunctivitis.

 Terjadi radang pada conjunctiva dan


timbul folicel bisa meluas dan
menimbulkan infiltrat di cornea
daerah marginal. Disertai
pembesaran kelenjar lymphe
preauricular.

 Penjalaran terjadi setelah hari ke 3-4


dan menyebabkan keratitis punctata
superficialis yang mengelompok pada
daerah central. Akibatnya visus akan
sangat menurun.

 Mikroskopis :

- O.K penyebab virus maka terdapat inclusion body.


- Cel leucocyt mononucleair dan giantcel.

 Therapi :

Oleh karena penyebab virus  dapat dicoba Broad spectrum


antibiotica, preparat sulfa

• Beal's conjunctivitis follicularis acuta.

 Gambaran klinis seperti kerato-


conjunctivitis tetapi follicel lebih
banyak dipalpebra inferior.

 Biasanya disertai lymphadenopathie


regional :

- Praeauriculair.

- Subauriculair.

- Submentalis.

- Parotis.

 Causa : virus

 Therapi : preparat sulfa, symptomatis

b. Conjunctivitis follicularis kronik

• Perjalanan penyakit : chronis.

• Gejala inflamasi ringan, secreet hampir tak


ada/sedikit (mucous).
• Causa : tak diketahui. Mungkin disebabkan karena
virus.

• Predisposisi:

- Kebersihan kurang,rumah yang berjejal, banyak asap/debu.

- Refraksi anomali yang tak dikoreksi.

- Memang pembawaan mudah diserang.

• Gambaran klinis : sukar dibedakan dengan


folliculosis. Bisa terdapat pada conjunctiva palpebrae
superior maupun inferior.

 Komplikasi :

- Tak ada komplikasi pada cornea.

- Tak ada lymphadenopathie regional.

 Therapi : anti radang dan/atau


symptomatis

 Follicel : hypertrophie adenoid (Jar.lymphe)

 Syarat : Harus ada jaringan lymphoid. Bayi


kurang dari 3 bulan belum ada jaringan
ini. Pada anak-anak kecil sering membesar
sebagai bagian dari pembesaran jaringan
lymphoid yang umum. Misal : pada tonsilitis
chronica.
 Pembesaran lymphadenoid tanpa diikuti
peradangan disebut folliculosis. Terdapat pada
conjunctiva inferior dan fornix. Bila diikuti
peradangan maka disebut conjunctivitis
follicularis.

6. KONJUNGTIVITIS FLIKTEN

Dibagi menjadi :

a. Conjunctivitis Phlyctaenularis

 Sinonim : conjunctivitis eczematosa/


scrophulose (kulit babi).

 Biasanya diderita oleh anak kecil dibawah 15


tahun.

 Terdapat phlyctaen ialah penonjolan diatas


permukaan conjunctiva bulbi daerah nasal
atau temporal dengan diameter kurang dari 5
mm, berisi infiltrat limfosit berbatas tegas,
dikelilingi conjunctiva injeksi lokal
disekitarnya.

 Gambaran Klassik:

 Bentuk leher seperti babi (tak ada lekukan


karena pembesaran kelenjar lymphe leher)
 Causa: allergi terhadap bacil TBC, Koch-Weeks
bacil, Cacing perut (dibuktikan dengan test
lab)

 Lokalisasi phlyctaen :

- Pada conjunctiva bulbi : conjunctivitis phlyctaenularis.

- Pada limbus corneae : kerato-conjunctivitis phlyctaenularis.

- Pada cornea : keratitis phlyctaenularis.

 Bila didapat ke 3 nya : ophthalmia phlyctaenularis

 Bila khronis residif di cornea, dapat


membentuk phlyctaen yang memberi kesan
seperti menjalar sehingga disebut Wonder
phlyctaen

 Phlyctaen dapat mengalami necrose sehingga


terbentuk ulcus. Ini terutama terdapat pada
cornea.(jarang perforasi) Tergantung letaknya
:

- Superficial :dapat sembuh sempurna tanpa bekas.

- Lebih dalam : sembuh dengan bekas.

- Ulcus cornea yang berjalan dan diikuti oleh vascularisasi


pembuluh darah diatasnya disebut keratitis fasciculosa.
Pembuluh darahnya disebut :pannus phlyctaenularis.
 Microscopis : Banyak sekali eosinophyl dalam
phlyctaen. Banyak infiltrat lymphocyt. Pada
phlyctaen belum tentu bisa didapatkan
kuman-kuman sebab mungkin causanya
allergi.

 Therapi : Causal atau Symptomatis :


antihistaminic

b. Conjunctivitis Cum Phlyctaen

 Merupakan reaksi allergi terhadap toxin dari


kuman coccen.

 Didahului dengan conjunctivitis lebih dahulu.


Phlyctaen terutama ditemukan pada limbus.
Letak phlyctaen dapat dimana saja (diatas
dibawah,disamping lateral/nasal).

 Injeksi konjungtiva merah merata

7. KONJUNGTIVITIS VERNALIS

 Biasanya terdapat pada anak-anak. Kadang-


kadang terdapat pada orang dewasa muda
(sampai umur 30 tahun). Merupakan
penyakit allergi,timbul terutama pada musim
panas (kemarau).

 Sebabnya: - Mungkin karena udara yang panas,


banyak berdebu

- Mungkin karena kumannya banyak pada musim panas,

- Yang pasti belum diketahui.

 Karakteristik :

o Papillair hypertrophie dapat sangat excessive


sehingga berbentuk seperti coble stone
pavement (Susunan batu kali).

o Terjadi hypertrophie jaringan pengikat pada


stratum papillare yang lama-lama akan
mengalami degenerasi hyalin sehingga
berwarna abu-abu/ biru keputihan.

o Kambuh pada musim panas, hilang pada


musim penghujan.

o Ada 2 type :

1. Type palpebra/tarsal : gambaran coble


stone.

2. Type bulbair/limbal : Terjadi papillair


hypertrophie,daerah limbus.
o Ada yang mengatakan terjadi gelatinous
degenerasi, ada limbus cornea kadang-
kadang melingkar menutupi limbus cornea.
Juga dapat menjalar ke cornea,terjadi
keratitis punctata lalu menjalar ke
subepithelial sehingga disebut keratitis
sub epithelial dari Tuan Tobgy.

o Causa : allergi. Diduga terhadap serbuk-


serbuk bunga yang ada di musim panas.

o Therapi : - Antihistaminica.
- Antiphlogistik

. - Cauterisasi - Radiasi

- Operasi sampai di tarsus (eksisi)

8. KONJUNGTIVITIS TRAKHOMATOSA

 Causa : Chlamidya trachomatosis (virus), Dapat


menyerang semua umur.

 Penularan :
- Melalui secret pada stadium I.

- Vektor : jari, handuk, tangan yang basah.

 Praedisposisi :

- Gizi yang kurang baik.

- Keadaan hygiene yang jelek.

 Radang yang paling banyak menyebabkan


kebutaan di Indonesia disamping gonorrhoe dan
defisiensi vit A. Terutama terdapat didataran
rendah dengan hawa lembab misal di daerah
pantai. Pada keadaan kering, virus akan mati.
Banyak di Mesir dan Arab sehingga disebut
Egyptian conjunctivitis.

 Sifat penyakit : chronis exacerbasi.

 Gejala yang menyolok gatal dan ngeres (seperti


klilipen).

 Tanda-tanda klinik hanya inflamasi ringan.

 Secreet : moucous, muco-purulent.

 Perjalanan penyakit : ada 4 stadium

o Stadium I
 Peradangan conjunctiva yang sukar
dibedakan dengan conjunctivitis yang lain.
Kemudian timbul bangunan patologis
benjolan kecil conjunctiva tarsalis, puncak
mendatar (granula).

 Terdiri dari infiltrat lymphocytair dan


macrophaag. Kadang-kadang terdapat pada
fornix. Disini ia lebih bebas bergerak
dan tekanan dari sekitarnya tak besar
sehingga bentuknya lebih besar, menonjol
dan bulat. Ini disebut avisiones.

o Stadium II
 Banyak penyakit yang membuat granula
seperti trachoma ini sehingga disebut
penyakit para trachoma. Pada trachoom
pada fornix conjunctiva sebelah nasal atas
harus ada granula dan folikel berbentuk
polimorph.

 Bisa berlangsung berbulan-bulan atau


bertahun-tahun. Karena penyakit telah
berlangsung lama maka akan timbul
irritasi chronis pada conjunctiva sehingga
terjadi hypertrophie papillair,
timbul follicel, ada yang besar dan kecil
(polimorph). Pada akhir std II mulai timbul
kelainan pada cornea = keratitis
trachomatosa, sebagai akibat dari gesekan
kronis follikel polimorph pada cornea.

 Keratitis Trachomatosa: Infiltratnya


(punctata) terdapat dimarginal atas,
tersusun sedemikian sehingga berbentuk
bulan sabit, concav kebawah dan
superficial.Sebagai akibat iritasi kronis dari
folikel, kadang-kadang pada infiltrat timbul
neovascularisasi yang superficial yang
disebut pannus trachomatosa.

 Kadang-kadang terjadi ulcus yang


superficial dan tidak mendalam.
o Stadium III

 Folikel polimorph mulai masak (seperti


bisul),lalu pecah.

 Bila infiltrat folikel melewati membrana


basalis, terjadilah cicatrix. Harus dibedakan
cicatrix karena trachoma dan karena sebab
lain (trauma mechanis, chemis,bekas
operasi dll.).

 Pada trachoma di palpebra superior


subtarsalis terdapat cicatrix yang berderet-
deret, bersambung-sambung seperti pita
akibat dari banyaknya granula yang pecah
sehingga cicatrixnya bersatu dan
conjunctiva menebal.

 Cicatrix yang telah lama dan tebal akan


mengalami retraksi sehingga fornix
conjunctiva mendangkal ,bulu mata tertarik
mengarah kedalam timbul enteropion dan
trichiasis.

o Stadium IV

 Disebut metatrachoom.

 Entropion akan menyebabkan waktu


berkedip bulu mata tsb akan menggosok
kornea sehingga akan timbul keratitis.
Demikian terus menerus sehingga akan
timbul cicatric di cornea yang tebal dan
menyeluruh (lekoma total -> Visus 1/~).

 Karena rangsang kronis dari bulu mata


maka akan timbul pannus yg kasar (disebut
pannus crassus). Selain itu retraksi akan
menyebabkan jalan air mata dari kelenjar
lakrima didaerah forniks superior
tersumbat.

 Walau produksi air mata tetap tetapi bola


mata menjadi kering. Lama-lama akan
terjadi keratinisasi dan desquamasi
(xerosis). Debu dan kotoran lain akan
terkumpul sehingga menghancurkan
permukaan depan bola mata, terjadi
keratomalacie dan kebutaan.

 Jadi yang menentukan stadium-stadium


trachoom ialah bentukkan- bentukan
patologis pada conjunctiva superior

 Entropion akan menyebabkan waktu


berkedip bulu mata tsb akan menggosok
kornea sehingga akan timbul keratitis.
Demikian terus menerus sehingga akan
timbul cicatric di cornea yang tebal dan
menyeluruh (lekoma total -> Visus 1/~).

 Karena rangsang kronis dari bulu mata


maka akan timbul pannus yg kasar (disebut
pannus crassus).

 Therapi :

- Meningkatkan kebersihan.

- Memperbaiki gizi.

- Obat-obatan : Preparat sulfa atau Antibiotica broad


spectrum

9. KONJUNGTIVITIS ALLERGI
• Terutama pada anak-anak kecil karena peka
terhadap suatu toxin.

• Terjadi hypertrophie kecil karena peka terhadap


suatu toxin.

• Causa :

o Toxin dari microorganisme (coccen/ morax-

axenfeld).

o Obat-obatan : pilocarpin, eserin, miotica anti-


glaucoma

o Sulfas atropin : dermatitis allergica pada


kulit palpebra.

 Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra.

• Keluhan : ada rasa gatal.

Anda mungkin juga menyukai