Materi Epid Screning Test
Materi Epid Screning Test
PENDAHULUAN
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan, masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang sebaik – baiknya. Oleh karena itu
pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan (Health Needs)
dari masyarakat.
Namun dalam praktek sehari – hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang
dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena
pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan
yang ditemukan juga beraneka ragam. Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan
bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang
ada di masyarakat. Misalnya; apabila dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah
kesehatan berupa penyakit menular ( TBC ), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan lebih
diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular tersebut.
2. Tujuan khusus :
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
Contoh Screening :
Dapat dilakukan secara massal pada suatu penduduk tertentu. Berat dari segi operasional di
lapangan, Dilakukan seacar selectif maupun random terutama mereka dengan risiko yang lebih
besar. Misalnya : pemeriksaan HIV (PSK, Waria), dilakukan untuk suatu penyakit atau serentak
untuk >1 penyakit. Bentuk screening dikenal 2 bentuk :
a. Penyaringan Seri
Berupa dua penyaringan dinyatakan hasilnya posistif (+) bila posistif (+) pada pemeriksaan I
& II yang dilakukan menyusul (HIV ; elisa dan wester blood)
b. Penyaringan Paralel
Dilakukan bersamaan, dinyatakan hasilnya posistif (+) bila salah satu hasil tes dinyatakan
posistif (+)
1. Validasi
Validasi adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu yang benar-
benar sakit terhadap yang sehat.Validasi mempunyai dua komponen :
2. Sensitivitas
Sensivitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sakit akan diklasifikasikan
sebagai sakit.
3. Spesifisitas
4. Spesifisitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sehat akan diklasifikasikan
sebagai sehat.Secara ideal, hasil test untuk screening harus 100% sensitif dan 100% spesifik,
tetapi dalam praktik hal ini tidak pernah ada dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik
dengan spesivisitas. Bila hasil tes mempunyai sensivitas yang tinggi, maka akan diikuti
spesivitas yang rendah, dan sebaliknya.
POSITIF A B
NEGATIF C D
Keterangan :
a = positif benar
b = positif palsu
Keterangan :
A = positif benar
B = positif palsu
C = negatif palsu
D = negatif benar
PERHITUNGAN VALIDITAS SUATU UJI SCREENING
STATUS PENYAKIT
Rumus :
Sensitifitas = a / (a + c )
Spesifisitas = d / (b + d )
Penilaian hasil screening dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas mempunyai beberapa
kelemahan sebagai berikut :
a. Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya” atau “tidak”
b. Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan spesifisitas
setelah penyakit di diagnosis, sedangkan tujuan screening adalah mendeteksi penyakit yang
belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat tes yang digunakan.
2.7 Intervensi Terapeutik Dalam Epidemiologi.
Setelah diketahui hasil screening maka perlu dilakukan intervensi terapetik sesuai dengan kasus
dan diagnosis screening.
a. Untuk kasus TBC maka perlu intervensi pengobatan seperti INH, dll
b. Untuk tekanan darah tinggi perlu intervensi terapetik pengaturan diit rendah garam, tinggi
protein, pengaturan emosi, dll
c. Untuk Ca serviks perlu intervensi terapetik kemoterapi, dll
d. Untuk penyakit jantung perlu intervensi pemberian obat jantung, diit, dll
e. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan intervensi berupa stimulasi-stimulasi,
penambahan gizi, terapi, dll
f. Untuk HIV diperlukan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Skrining merupakan upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara cepat membedakan
orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi
sesungguhnya menderita kelainan.
2. Skrining bertujuan untuk medeteksi penyakit sedini mungkin sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan, dan kematian, serta meningkatkan kulaitas hidup.
3. Syarat skrining antara lain, masalah kesehatan tersebut merupakan masalah kesehatan yang
berarti dengan kata lain mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat secara luas, tersedianya
obat yang potensial untuk menyembuhkan penyakit tersebut, tersedia fasilitas dan biaya
untuk diagnosis pasti, adanya standar yang telah disepakati, dimungkinkan untuk dilakukan
pemantauan kepada individu yang positif terkena suatu penyakit.
4. Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining.
5. Validitas dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang
yang sakit dan orang yang tidak sakit. Sedangkan reabilitas dalam skrining merupakan
ukuran konsistensi berdasarkan orang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
A.Keles & U. Yafuz. 2011. “Expert system based on neuro-fuzzyrules for diagnosis breast cancer”.
Expert system with Application, 38 (5), pp. 57195726. Anonim. 2012. Statistik Kasus HIV/AIDS
di Indonesia. Available at : http://spriritia.or.id/Stats/ Stat..curr.pdf
. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Bustan, M.N.2006 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.