Halaman 1 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.1
Arus sebagai fungsi waktu dalam rangkaian RL untuk : (a) α – θ =0; (b) α – θ = -π/2, dimana
θ = tan-1 (ωL/R). tegangan adalah Vmax sin(ωt + α) diaplikasikan pada t = 0
Halaman 2 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
dalam penyelesaian untuk memenuhi kondisi fisik arus nol pada saat
penutupan saklar. Catatan bahwa istilah dc tidak ada jika sirkuit tertutup di
titik pada gelombang tegangan sedemikian rupa sehingga α – θ = 0 atau α
– θ = π. Gambar 10.1(a) menunjukkan variasi arus tehadap waktu sesuai
dengan persamaan (10.2) saat α – θ = 0. Jika saklar ditutup di titik pada
gelombang tegangan sedemikian rupa sehingga α – θ = + π/2, komponen
dc memiliki nilai awal maksimum, yang sama dengan nilai maksimum
komponen sinusoidal. Gambar 10.1(b) menunjukkan arus terhadap waktu
saat α – θ = π/2. Komponen dc mungkin memiliki nilai dari 0 sampai
𝑉𝑚𝑎𝑥 ⁄|𝑍|, tergantung pada nilai sesaat dari tegangan saat rangkaian
tertutup dan faktor daya rangkaian. Penerapan secara langsung tegangan
dc dan komponen steady state selalu memiliki magnitude sama tetapi
berlawanan tanda untuk menyatakan nilai nol dari arus yang ada.
Pada Bab 3 kita membahas prinsip-prinsip pengoperasian generator
sinkron yang terdiri dari putaran medan magnet dimana akan menghasilkan
tegangan dalam gulungan armature yang memiliki resistansi dan reaktansi.
Arus mengalir ketika generator short-circuits sama dengan aliran ketika
tegangan ac tiba-tiba diterapkan pada resistensi dan induktansi dalam
rangkaian seri. Ada perbedaan penting, namun, karena arus dalam
gulungan damper dan armatur mempengaruhi putaran medan, seperti
dibahas dalam bagian 3.8 dan 3.9. Jika komponen arus dc dihilangkan dari
arus hubung singkat dari masing-masing fasa armatur, plot yang dihasilkan
dari masing-masing arus fasa terhadap waktu yang ditunjukkan pada
Gambar 3.19. Perbandingan dari Gambar 3.19 dan 10.l (a) menunjukkan
perbedaan antara penggunaan tegangan pada rangkaian RL biasa dan
aplikasi hubungan singkat pada mesin synchrnous. Tidak ada komponen
dc di salah satu gambar tesebut, namun sampul arus sangat berbeda. Pada
mesin sinkron fluks melintasi celah udara (air gap) tidak sama pada saat
terjadi hubung singkat dalam beberapa siklus kemudian. Perubahan fluks
ditentukan oleh kombinasi gerakan medan, armatur, dan gulungan damper
atau bagian besi pada rotor bulat. Setelah terjadi gangguan, subtransient,
transient, dan periode steady state masing-masing ditandai dengan
reaktansi subtransient 𝑋𝑑′′ , reaktansi transient 𝑋𝑑′ , dan reaktasnsi steady
state Xd. Reaktansi ini mempunyai tingkatan nilai (bahwa 𝑋𝑑′′ < 𝑋𝑑′ < Xd ) dan
komponen yang sesuai pada arus hubung singkat mempunyai penurunan
magnitude ( |𝐼′′| > |𝐼′| > |𝐼| ). Dengan komponen dc dihapus, arus rms
simetris awal adalah nilai rms pada ac komponen dari arus gangguan
sesaat setelah gangguan terjadi.
Dalam bekerja analisis tegangan internal untuk mesin dan arus
subtransient, transient, dan steady state dapat dinyatakan sebagai fasor.
Tegangan diinduksikan dalam gulungan armature hanya setelah gangguan
terjadi berbeda dari kaeadaan steady state yang ada tercapai. Kami
menjelaskan perbedaan tegangan induksi dengan menggunakan reaktansi
yang berbeda (𝑋𝑑′′ , 𝑋𝑑′ , dan Xd ) secara seri dengan tegangan internal untuk
menghitung arus untuk subtransient, transient, dan kondisi steady state.
Jika generator tidak dibebani ketika terjadi gangguan, mesin diwakili oleh
tegangan tanpa beban ke netral secara seri dengan reaktansi yang tepat,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.20, Resistensi diperhitungkan jika
Halaman 3 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
akurasi lebih besar yang diinginkan. Jika ada impedansi external pada
generator antara terminal dan hubung singkat, impedansi eksternal harus
dimasukkan ke dalam rangkaian. Kita akan memeriksa transient untuk
mesin yang berbeban pada bagian berikutnya.
Meskipun reaktansi mesin sebenarnya tidak konstanta dari mesin
dan tergantung pada tingkat saturasi rangkaian magnetic, nilai mereka
biasanya terletak di dalam batas-batas tertentu dan dapat diprediksi untuk
berbagai jenis mesin. Tabel A.2 pada Apendix memberikan nilai-nilai tipekal
reaktansi mesin yang diperlukan dalam membuat perhitungan gangguan
dan studi kestabilan. Secara umum, reaktansi subtransient generator dan
motor yang digunakan untuk menentukan arus awal yang mengalir pada
terjadinya hubung singkat. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari
circuit breakers, kecuali yang membuka sesaat, reaktansi subtransient
digunakan untuk generator dan reaktansi transient digunakan untuk motor
sinkron. Dalam studi kestabilian, di mana masalah ini adalah untuk
menentukan apakah suatu gangguan akan menyebabkan mesin
kehilangan sinkronisasi dengan seluruh sistem jika gangguan dihilangkan
setelah interval waktu tertentu, reaktansi transient berlaku.
GAMBAR 10.2
Rangkaian ekuivalen dari generator yang mensupplai beban tiga fasa seimbang. Terjadinya gangguan
tiga fasa di titik P disimulasikan dengan menutup sakelar S: (a) rangkaian ekuivalen generator yang
biasa dalam keadaan steady state berbeban. (b) rangkian untuk perhitungan I’’.
Halaman 4 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Halaman 5 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.3
Rangkaian ekuivalen dan aliran arus sebelun dan sesudah gangguan pada terminal motor singkron
yang terhubung dengan generator sinkron melalui saluran impedansi Zext. Nilai angka adalah untuk
contoh 10.1
′′ ′′
𝐸𝑚 = 𝑉𝑓 − 𝑗𝑋𝑑𝑚 𝐼𝐿 (10.8)
Ketika gangguan ada pada system, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar 10.3(b), arus subtransient 𝐼𝑔′′ keluar dari generator dan 𝐼𝑚
′′
keluar
dari motor didapatkan dari hubungan
𝐸𝑔′′ 𝑉𝑓
𝐼𝑔′′ = ′′ = ′′ + 𝐼𝐿 (10.9)
𝑍𝑒𝑥𝑡 +𝑗𝑋𝑑𝑔 𝑍𝑒𝑥𝑡 +𝑗𝑋𝑑𝑔
′′
𝐸𝑚 𝑉𝑓
′′
𝐼𝑚 = ′′ = ′′ − 𝐼𝐿 (10.10)
𝑗𝑋𝑑𝑚 𝑗𝑋𝑑𝑚
Dua arus ini ditambah bersama untuk memberikan total arus gangguan
simetris 𝐼𝑓′′ yang ditunjukkan pada gambar 10.3(b). hal itu adalah,
𝑉𝑓 𝑉𝑓
𝐼𝑓′′ = 𝐼𝑔′′ + 𝐼𝑚
′′
= ′′ + ′′ (10.11)
𝑍
⏟𝑒𝑥𝑡 +𝑗𝑋𝑑𝑔 𝑗𝑋
⏟ 𝑑𝑚
𝐼′′ 𝐼′′
𝑚𝑓
𝑔𝑓
Halaman 6 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
′′ ′′
Dimana 𝐼𝑔𝑓 dan 𝐼𝑚𝑓 adalah masing-masing kontribusi pada generator dan
motor untuk arus gangguan 𝐼𝑓′′ . Catatan bahwa arus gangguan tidak
termasuk arus (beban) pre-gangguan.
Pendekatan alternative menggunakan teorema Thevenin yang
didasarkan pada pengamatan bahwa persamaan (10.11) memerlukan
pengetahuan hanya dari 𝑉𝑓 , tegangan sebelum gangguan pada titik
gangguan, dan parameter dari jaringan dengan reaktansi subtransient
merepresentasikan mesin. Oleh karena itu, 𝐼𝑓′′ dan penambahan arus yang
dihasilkan sepanjang jaringan dari gangguan dapat ditemukan hanya
dengan menerapkan tegangan Vf ke titik gangguan P dalam jaringan dead
subtransient dari sistem, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.4(a).
Jika kita gambar ulang jaringan yang seperti ditunjukkan pada Gambar
10.4(b), menjadi jelas bahwa nilai-nilai simetris dari arus gangguan
subtransient dapat ditemukan dari rangkaian ekivalen Thevenin dari
jaringan subtransient pada titik gangguan. Rangkaian ekuivalen Thevenin
GAMBAR 10.4
Gambaran rangkaian penambahan aliran arus gangguan tiga fasa di P: (a) penggunaan Vf pada
dead network untuk simulasi gangguan; (b) ekuivalen Thevenin ditunjukkan dalam rangkaian
pada titik P.
Halaman 7 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Untuk generator
Untuk motor
Vt = Vf = 0.970 ∠0o per unit
′′
𝐸𝑚 = 0.970 + j0 – j0.2(0.69 + j0.52) = 0.970 – j0.138 + 0.104 per unit
= 1.074 – j0.138 per unit
′′ 1.074−𝑗0.138
𝐼𝑚 = 𝑗0.2
= −0.69 − 𝑗5.37 per unit
= 1312 ( – 0.69 – j5.37) = – 905 – j7050A
Pada gangguan
𝐼𝑓′′ = 𝐼𝑔′′ + 𝐼𝑚
′′
= 0.69 − 𝑗2.71 − 0.69 − 𝑗5.37 = −𝑗8.08 per unit
= – j8.08 x 1312 = – j10600 A
Halaman 8 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Pada gangguan
Halaman 9 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
interkoneksi dari reaktansi induktif dan semua arus yang melalui seluruh
sistem terganggu ketika se fasa, seperti yang ditunjukkan pada Contoh
10.2.
GAMBAR 10.5
GAMBAR 10.6
Diagram reaktansi yang diperoleh dari gambar 7.4 dengan mensubstitusikan niai
Rangkaian pada gambar 10.5 dengan gangguan tiga fasa pada bus 2 disimulasikan oleh Vf dan
subtransient untuk reaktansi sinkron dan tegangan internal sinkron pada mesin. Nilai
–Vf dalam seri
reaktansi dalam per unit.
Halaman 10 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
(10.14)
Tanda Δ awalan dipilih untuk mengindikasikan perubahan dalam tegangan
pada bus ke arus −𝐼𝑓′′ dimasukkan ke dalam bus oleh gangguan.
2
Bangunan algorithma Zbus, atau beberapa cara lain seperti
triangularization Ybus dan inversi, dapat digunakan untuk mengevaluasi
matriks impedansi bus untuk jaringan pada gambar 10.6. Nilai-nilai numerik
dari elemen matriks akan berbeda dari yang ada pada Contoh 7.6 karena
reaktansi subtransient sekarang sedang digunakan untuk mesin sinkron.
Perubahan dalam tegangan bus akibat dari −𝐼𝑓′′ diberikan :
Halaman 11 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Keika tegangan generator –Vf hubung singkat dalam jaringan dari gambar
10.6 dan sumber 𝐸𝑎′′ , 𝐸𝑏′′ , dan Vf dimasukkan kembali kedalam jaringan,
arus dan tegangan dimana saja dalam jaringan akan sama dengan yang
ada sebelum terjadi gangguan. Dengan menggunakan prinsip superposisi
tegangan sebelum gangguan menambah perubahan yang diberikan oleh
persamaan (10.17) untuk menghasilkan tegangan keseluruhan yang ada
setelah terjadi gangguan.
Gangguan jaringan adalah biasa, namun tidak selalu, diasumsikan
tanpa beban sebelum terjadi gangguan. Dengan tidak adanya beban,
seperti yang diterangkan sebelumnya, ada aliran arus sebelum gangguan
dan tidak ada perbedaan tegangan pada impedansi cabang; tegangan bus
di seluruh jaringan yang kemudian sama dengan tegangan Vf sebelum
gangguan pada titik gangguan. Asumsi tidak ada arus sebelum gangguan
sangat menyederhanakan pekerjaan kita, dan dengan menerapkan prinsip
superposisi, kita memperoleh tegangan bus
Dengan demikian, tegangan pada semua bus dari jaringan dapat dihitung
dengan menggunakan tegangan sebelum gangguan Vf pada bus gangguan
dan unsur-unsur dalam kolom Zbus sesuai dengan bus gangguan.
Perhitungan nilai-nilai dari tegangan bus akan menghasilkan arus
subtransient di cabang jaringan jika sistem Zbus telah dibentuk dengan nilai
subtransient untuk reaktansi mesin.
Dalam istilah lebih umum, saa terjadi gangguan tiga fasa pada k bus
`
dari skala jaringan yang lebih besar, kita mempunyai
𝑉𝑓
𝐼𝑓′′ = (10.19)
𝑍𝑘𝑘
dan mengabaikan arus beban sebelum gangguan, kita dapat juga menulis
untuk tegangan pada bus selama gangguan
j 𝑍
𝑉𝑗 = 𝑉𝑓 − 𝑍𝑗𝑘 𝐼𝑓′′ = 𝑉𝑓 − 𝑍 𝑗𝑘 𝑉𝑓 (10.20)
𝑘𝑘
Halaman 12 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
dimana 𝑍𝑗𝑘 dan 𝑍𝑘𝑘 adalah unsur dalam kolom k dari system Zbus. Jika
tegangan sebelum gangguan pada bus tidak sama dengan tegangan
j
sebelum gangguan pada gangguan bus , ketika cukup mengganti Vf
pada sebelah kiri k persamaan
`
(10.20) dengan tegangan sebenarnya
sebelum gangguan pada bus . Pengetahuan tegangan bus selama
j
gangguan, kita dapat menghitung arus subtransient 𝐼𝑖𝑗′′ dari bus ke bus
di saluran pada impedansi Zb yang menghubungkan dua bus.
′′ 𝑉𝑖 −𝑉𝑗 𝑍 −𝑍 𝑉 𝑍 −𝑍
𝐼i𝑖𝑗 = j = −𝐼 ′′ ( 𝑖𝑘 𝑗𝑘 ) = − 𝑓 ( 𝑖𝑘 𝑗𝑘 ) (10.21)
𝑍𝑏 𝑓 𝑍𝑏 𝑍𝑏 𝑍𝑘𝑘
Persamaan ini menunjukan 𝐼𝑖𝑗′′ sebagai fraksi dari arus gangguan 𝐼𝑓′′ yang
muncul sebagai aliran saluran dari bus ke bus dalam jaringan yang
i j
terganggu. Jika bus secara langsung tersambung ke bus gangguan
dengan j saluran pada impedansi seri Zb, ketika arus berkontribusi
k dari bus
`
ke arus dalam gangguan pada bus ⁄
disederhanakan 𝑉𝑗 𝑍𝑏 dimana Vj
j
diberikan oleh persamaan (10.20).
k
Pembahasan bagian ini menunjukkan bahwa hanya kolom k pada
`
(𝑘)
Zbus, dimana sekarang kita melambangkan dengan 𝑍𝑏𝑢𝑠 , diperlukan untuk
mengevaluasi dampak pada gangguan sistem tiga fasa simetris pada bus
(𝑘) k Ybus
. Jika perlu, unsur-unsur 𝑍𝑏𝑢𝑠 dapat dihasilkan dari faktor segitiga pada `
seperti yang ditunjukkan dalam bagian 8.5.
Contoh 10.3. Terjadi gangguan tiga fasa pada bus 2 dari suatu jaringan
pada gambar 10.5. Tentukan arus rms simetris awal (yaitu arus
subtransient) dalam gangguan; tegangan pada bus 1, 2, 3 dan 4 selama
gangguan; aliran arus dalam saluran dari bus 3 ke bus 1; dan kontribusi
arus untuk gangguan dari saluran 3 – 2, 1 – 2, dan 4 – 2. Ambil tegangan
sebelum gangguan Vf pada bus 2 sama dengan 1.0∠0o per unit dan
abaikan semua arus sebelum gangguan
Penyelesaian. Penerapan bangunan algoritma Zbus untuk gambar 10.5,
kita dapatkan bahwa
karena arus beban diabaikan, tegangan sebelum gangguan pada tiap bus
adalah 1.0∠0o per unit, sama seperti Vf pada bus 2. Ketika gangguan terjadi
:
Halaman 13 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Halaman 14 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.7
Ekuivalen Thevenin antara bus j dan k dari system dengan tidak ada arus beban sebelum gangguan : (a)
sebelum gangguan (S terbuka); (b) selama gangguan (S tertutup).
juga bahwa tegangan pada bus j selama ganggua adalah (𝑍𝑗𝑘 ⁄𝑍𝑘𝑘 )𝑉𝑓 ,
dimana konsisten dengan persamaan (10.20).
Dengan demikian, dengan menggantikan nilai-nilai numerik yang
sesuai untuk impedansi dalam rangkaian ekivalen sederhana pada gambar
10.7(b), kita dapat menghitung tegangan bus sistem sebelum dan setelah
terjadi gangguan. Dengan sakelar S terbuka pada rangkaian, tegangan
pada bus k dan representative bus j sama dengan Vf. Bentuk profil tegangan
yang sama terjadi pada gambar 10.6 jika tidak ada arus sebelum gangguan
sehingga 𝐸𝑎′′ dan 𝐸𝑏′′ sama dengan Vf Jika S ditutup pada gambar 10.7(b),
rangkaian mencerminkan tegangan representative bus j terhadap referensi
yang mana gangguan pada bus k. Oleh karena itu, jika rangkaian tiga fasa
terjadi gangguan hubung singkat pada bus k dari jaringan skala besar, kita
dapat menghitung arus gangguan dan tegangan pada salah satu bus yang
tidak gangguan hanya dengan memasukkan nilai-nilai impedansi yang
tepat ke rangkaian dasar seperti yang pada gambar 10.7. Contoh berikut
menggambarkan prosedur.
Halaman 15 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.8
Diagram impedansi untuk contoh 10.4. Reaktansi generator termasuk nilai reaktansi
subtransient plus dari step-up transformer. Semua nilai dalam per unit pada dasar 100
MVA
gangguan.
Penyelesaian. Ubahlah dari dasar 100 MVA, combinasi reaktansi
generator dan transformer adalah :
100
Generator pada bus 1 : 𝑋 = 0.3 × 270 = 0.1111 per unit
100
Generator pada bus 3 : 𝑋 = 0.3 × 225 = 0.1333 per unit
Nilai ini seiring dengan impedansi saluran, yang ditandai dalam per unit
pada gambar 10.8 dari matrik impedansi bus dapat ditentukan untuk
menghasilkan bangunan algoritma Zbus.
Halaman 16 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Karena kita harus menghitung arus dari bus 3 dan 5 kedalam gangguan
GAMBAR 10.9
Menggunakan rangkaian ekuivalen Thevenin untuk menghitung tegangan pada (a) bus 3 dan (b)
bus 4 karena gangguan pada bus 5
Halaman 17 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
menampung bus baru. Terkadang circuit breaker pada kedua ujung saluran
tidak terbuka secara bersamaan ketika gangguan saluran dibersihkan. Jika
hanya satu circuit breaker telah dibuka dan gangguan tidak sepenuhnya
dibersihkan, hubung singkat ini tetap berlangsung. Yang disebut gangguan
line-end merupakan situasi tertentu di mana gangguan tiga fasa terjadi
sangat dekat dengan salah satu akhiran bus dari saluran, di sisi saluran dari
pemutus pertama (dekat gangguan) untuk membuka. Pemutus saluran
yang dekat gangguan disebut near-end breaker dan yang jauh dari
gangguan disebut remote-end breaker.
Diagram single-line dari gambar 10.10 menunjukkan sebuah
jaringan empat bus dengan gangguan line-end di titik P pada saluran yang
menghubungkan bus 1 dan 2. Saluran mempunyai impedansi seri Zb. near-
end breaker di bus 2 terbuka dan remote-end breaker tertutup, gangguan
masih berada pada titik P, yang sekarang kita sebut bus k. oleh sebab itu
GAMBAR 10.10
Gangguan line-end pada titik P di saluran impednsi seri Zb antara bus 1 dan 2 dari system
pada gambar 10.8.
Halaman 18 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
(10.22)
Dimana Zth,12 = Z11 + Z22 – 2Z12 ketika Zorig adalah simetris. Langkah kedua
dapat diselesaikan dengan pmbentukan baris q dan kolom q sebagaimana
ditunjukkan dan ketika Kron pereduksi matrik Z untuk diperoleh matrik 5 x 5
baru Zbus, new termasuk bus k sebagaimana dijelaskan untuk kasus 4 dari
tabel 8.1. Akan tetapi, sejak Zkk, new adalah hanya satu-satunya elemen yang
diperlukan untuk menghitung arus dalam gangguan pada bus k (titik P pada
gambar 10.10), kita dapat menyimpan pekerjaan dengan mengamati dari
persamaan (10.22) bahwa bentuk pengurangan Kron memberikan :
(𝑍11 −𝑍21 )2
𝑍𝑘𝑘,𝑛𝑒𝑤 = 𝑍11 + 𝑍𝑏 − (10.23)
𝑍𝑡ℎ,12 −𝑍𝑏
Sekali lagi, kita mencatat bahwa Z12 = Z21 dan Zth, 12 = Z11 + Z22 – 2Z12.
Dengan mengabaikan arus pra gangguan dan penandaan tegangan pra
gangguan Vf = 1.0∠0o per unit pada gangguan titi P, kita mencari arus
gangguan line-end 𝐼𝑓′′ keluar dari bus k sebagaimana berikut :
1.0 1.0
𝐼𝑓′′ = = (10.24)
𝑍𝑘𝑘,𝑛𝑒𝑤 𝑍11 +𝑍𝑏 −(𝑍11 −𝑍21 )2 ⁄(𝑍𝑡ℎ,12 −𝑍𝑏 )
Jadi, hanya unsur-unsur dari Zorig yang dimasukkan ke dalam perhitungan
pada 𝐼𝑓′′ adalah Z11, Z12 = Z21, dan Z22.
Ini adalah pengamatan berharga bahwa persamaan yang sama
untuk arus gangguan line-end dapat ditemukan secara langsung dengan
pemeriksaan dari gambar 10.11(a), yang menunjukkan rangkaian ekivalen
Thevenin antara bus 1 dan 2 dari jaringan pra gangguan. Impedansi Zb dan
– Zb terhubung seperti yang ditunjukkan dengan langkah 1 dan 2 di atas.
Analisis rangkaian kemudian menunjukkan cara sederhana bahwa
pencarian kembali impedansi di rangkaian dari terminal pada sakelar S
terbuka adalah :
(𝑍11 −𝑍12 )(𝑍22 −𝑍21 −𝑍𝑏 )
𝑍𝑘𝑘,𝑛𝑒𝑤 = 𝑍𝑏 + + 𝑍12 (10.25)
𝑍11 −𝑍12 +𝑍22 −𝑍21 −𝑍𝑏
Sejak Z12 = Z21 dan Zth, 12 = Z11 + Z22 – 2Z12, persamaan (10.25) dapat direduksi
menjadi :
(𝑍11 − 𝑍12 )[(𝑍𝑡ℎ,12 − 𝑍𝑏 )(𝑍11 − 𝑍12 )]
𝑍𝑘𝑘,𝑛𝑒𝑤 = 𝑍𝑏 + + 𝑍12
𝑍𝑡ℎ,12 − 𝑍𝑏
(𝑍11 −𝑍21 )2
= 𝑍11 + 𝑍𝑏 − (10.26)
(𝑍𝑡ℎ,12−𝑍𝑏 )
Halaman 19 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.11
Simulasi ganguan line-end pada gambar 10.10 dengan rangkaian ekuivalen Thevenin : (a)
dengan saluran 1 – 2 terbuka sebelum gangguan; (b) selama gangguan (S ditutup)
dasar, kita dapat menghitung arus gangguan line-end 𝐼𝑓′′ dalam persetujuan
dengan persamaan (10.24). Tentu saja, pendekatan penggunaan
rangkaian ekuivalen Thevenin, harus menghasilkan hasil yang sama
dengan manipulasi matriks dari persamaan (10.22) – untuk hal yang sama
koneksi eksternal yang dibuat untuk ekuivalen Thevenin model sistem yang
lebih besar.
Kegunaan lain dari rangkaian ekuivalen berdasarkan matriks
impedansi bus adalah memungkinkan
Contoh 10.5. dalam system 5 bus pada gambar 10.8 line-end, gangguan
hubungsingkat terjadi pada line 1 – 2, di sisi saluran dari pemutus pada bus
2. Dengan mengabaikan arus pra gangguan dan mengasumsikan rating
tegangan system pada titik gangguan, hitung arus subtransient dalam
gangguan ketika hanya pemutus near-end pada bus 2 terbuka.
Penyelesaian. Gambar 10.8 menunjukkan bahwa impedansi pada saluran
1 – 2 adalah Zb = j0.168 per unit dan unsur-unsur yang dikehendaki pada
Zbus diberikan dalam contoh 10.4. rangkaian ekuivalen Thevenin
ditunjukkan dalam system yang lengkap antara bus 1 dan 2 sesuai dengan
gambar 10.11(a). Nilai perhitungan dari impedansi ditunjukkan dalam
perhitungan parallel sebagaimana berikut :
Z11 = j0.0793 – j0.0558 = j0.0235
Z22 – Z21 – Zb = j0.1338 – j0.0558 – j0.168 = – j0.09
Halaman 20 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Halaman 21 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
1
Lihat G. N. Lester, “High Voltage Circuit Breaker Standart in the USA; Past, Present, and Future,”
IEEE Transaction on Power Apparatus and System, Vol. 93, 1974, pp. 590 – 600.
Halaman 22 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
pemberian energy seketika rangkaian trip dan padamnya busur api pada
operasi pembuka, gambar 10.12. periode sebelumnya ini adalah waktu
tunda tripping (tripping delay time), yang biasanya diasumsikan siklus ½
GAMBAR 10.12
Difinisi waktu gangguan menurut standard ANSI/IEEE C.37.010-1979, Aplication Guide for
AC High Voltage Circuit Breakers Rated on a Symmetrical Basis.
2
Lihat Preferred Ratings and Related Required Capabilities for AC High-Voltage Circuit Breakers
Rated on a Symmetrical Current Basis, ANSI C37.06-1987, and Guide for Calculation of Fault
Currents for Application of AC High Voltage Circuit Breakers Rated on a Total Current Basis, ANSI
C37.5-1979, American National Standard Institut, New York.
Halaman 23 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
3
Lihat Aplication Guide for AC High-Voltage Circuit Breakers Rated on Symmetrical Current Basis,
ANSI C37.010-1979, American National Standard Institute, New York. Dipublikasikan juga IEEE
Std. 320-1979.
Halaman 24 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Gambar 10.4 adalah diagram dengan nilai subtransient pada reaktansi yang
GAMBAR 10.13
Diagram satu garis untuk contoh 10.7
Halaman 25 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.14
Diagram Reaktansi untuk contoh 10.7
Dan juga
(b) sumbangan dari generator dan dari tiga dari keempat motor itu dating
melalui pemutus rangkaian A. Generator menyumbangkan arus sebesar
(c) Untuk menghitung arus yang melalui pemutus A yang akan diputuskan,
gantikanlah reaktansi subtransient sebesar j1.0 dengan reaktansi transient
sebesar j1.5 pada rangkaian motor dari gambar 10.14. maka
Misalkan bahwa semua pemutus yang terhubung ke bus dinilai pada dasar
arus gangguan pada bus. Dalam hal ini rating pemutusan arus hubung
Halaman 26 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
singkat rangkaian dari pemutus yang terhubung ke bus 6.9kV itu paling
sedikit haruslah
4 + 4 x 0.67 = 6.67 per unit
Atau 6.67 x 2090 = 13940 A
Pemutus rangkaian 14.4kV mempunyai tegangan maksimum
nominal sebesar 15.5kV dan K-nya sebesar 2.67. Pada 15.5kV, arus
pemutusan hubung singkat nominalnya adalah 8900A. Pemutus rangkaian
in mempunyai rating arus pemutusan arus hubung singkat simetris sebesar
2.67 x 8900 = 23760A, pada tegangan 15.5/2.67 = 5.8kV. Arus ini adalah
arus maksimum yang dapat diputuskan meskipun pemutus itu mungkin
berada pada rangkaian dengan tegangan yang lebih rendah. Rating arus
pemutusan hubung singkat pada 6.9kV adalah
Kapasitas yang diminta sebesar 13940A adalah cukup jauh dibawah 80%
dari 20000A, dan dengan demikian pemutus rangkaian sesuai menurut arus
hubung singkat.
Arus hubung singkat itu dapat juga diperoleh dengan menggunakan
matrik impedansi bus. Untuk keperluan ini dua bus 1 dan 2 ditandai dalam
gambar 10.14. Bus 1 adalah bus pada sisi tegangan rendah transformator,
dan bus 2 pada sisi tegangan tinggi. Untuk reaktansi motor pada 1.5 per
unit
Halaman 27 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.15
Rangkaian ekuivalen impedansi bus untuk Zbus pada gambar 10.14
Gambar 10.15 adalah jaringan yang sesuai pada Zbus dan Vf = 1.0 per unit.
Tutupnya S1 dengan S2 membuka merepresentasikan gangguan pada bus
1.
Arus pemutus hubung singkat simetris pada gangguan tiga fasa
pada bus 1 adalah
Contoh sederhana ini menjelaskan nilai pada matrik impedansi bus dimana
pengaruh dari gangguan pada angka bus dipelajari. Matrik invers tidak
diperlukan, untuk Zbus dapat dihasilkan secara langsung dengan
Halaman 28 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Oleh karena itu gangguan pada bus 3, persamaan (10.19) hingga (10.21)
(3)
menunjukkan bahwa melibatkan perhitungan kolom 3, 𝑍𝑏𝑢𝑠 , pada Zbus
subtransient, dimana kita sekarang menghasilkan sebagaimana berikut :
Halaman 29 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.16
Diagram reaktansi unuk contoh 10.8 dengan generator yang dipresentasikan oleh (a) sumber
tegangan seri dibelakang Xd; (b) rangkaian ekuivalen sumber dalam parallel dengan 𝑋𝑑′′
(3)
dan juga unsur-unsur pada 𝑍𝑏𝑢𝑠 diberikan dengan
(b) Dari persamaan (10.21) kita dapat menulis untuk arus dalam saluran 1 –
3
Halaman 30 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
10.6 KESIMPULAN
Arus yang mengalir sesaat setelah terjadi gangguan dalam jaringan listrik
ditentukan oleh impedansi dari komponen jaringan dan mesin sinkron. Arus
awal rms simetris gangguan dapat ditentukan dengan mewakili tiap mesin
melalui reaktansi subtransient dalam seri dengan tegangan subtransient
internal. Arus Subtransient lebih besar dari arus transient dan steady state.
Circuit breaker memiliki peringkat ditentukan oleh arus sesaat maksimum
dengan pemutus harus dapat menahan dan kemudian memutus.
Pemutusan arus tergantung pada kecepatan operasi pemutus. Pilihan yang
tepat dan penerapan circuit breaker harus mengikuti rekomendasi dari
standar ANSI, beberapa di antaranya dirujuk dalam bab ini.
Asumsi penyederhanaan biasanya dibuat dalam industri berdasar
penelitian gangguan adalah :
Semua sambungan shunt dari bus system ke simpul reference (netral)
dapat diabaikan dalam representasi rangkaian ekuivalen saluran
transmisi dan transformator.
Impedansi beban yang jauh lebih besar dibandingkan komponen
jaringan, dan sehingga mereka dapat diabaikan dalam modeIing sistem.
Semua bus sistem mempunyai rating / tegangan nominal pada 1.0∠0o
per unit sehingga tidak ada aliran arus pra gangguan dalam jaringan.
Mesin sinkron dapat diwakili oleh tegangan 1.0∠0o per unit dibelakang
reaktansi subtransient atau transient, tergantung pada kecepatan circuit
breaker dan apakah arus gangguan sesaat atau pemutusan arus
gangguan telah akan dihitung (harus dikonsultasikan ANSI standar).
Rangkaian ekivalen voltage-source-plus-series-impedance setiap mesin
sinkron dapat diubah menjadi model current-source-plus-shunt-
impedance. Kemudian, impedansi shunt dari model mesin mewakili
koneksi shunt hanya untuk simpul referensi.
Matriks impedansi bus adalah yang paling sering digunakan untuk
perhitungan arus gangguan. Unsur-unsur Zbus dapat dibuat secara eksplisit
dengan menggunakan algoritma bangunan Zbus atau mereka dapat
dihasilkan dari faktor triangular Ybus. Rangkaian ekuivalen berdasarkan
unsur-unsur Zbus dapat menyederhanakan perhitungan arus gangguan
seperti yang ditunjukkan dalam bab ini untuk gangguan line-end.
SOAL-SOAL
10.1. Tegangan bolak balik 60 Hz mempunyai nilai rms 100V diaplikasikan
rangkaian RL seri dengan sakelar tertutup. Resistansinya adalah
15Ω dan induktansinya adalah 0.12H.
(a) Hitunglah nilai komponen dc arus pada saat sakelar ditutup jika
nilai sesaat tegangan pada saat iru adalah 50V
Halaman 31 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Halaman 32 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.17
Jaringan untuk soal 10.8 dan 10.9
10.8.
10.10. Jika terjadi gangguan tiga fasa pada bus 1 dari jaringan pada gambar
10.5 ketika tidak ada beban (semua bus tegangan sama dengan
1.0∠0o per unit), hitunglah arus subtransient pada gangguan,
tegangan pada bus 2, 3, dan 4, dan arus dari generator yang
terhubung pada rel 4. Gunakan rangkaian ekuivalen berdasar pada
Zbus dari contoh 10.3 dan sama seperti pada gambar 10.7 untuk
ilustrasi perhitungan.
10.11. Jaringan pada gambar 10.8 diberikan dalam contoh 10.4. jika terjadi
gangguan hubung singkat pada bus 2 dari jaringan, ketika tidak ada
beban (semua bus tegangan sama dengan 1.0∠0o per unit), carilah
arus subtransient terjadi gangguan, tegangan pada bus 1 dan 3, dan
Halaman 33 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
GAMBAR 10.18
Diagram satu garis untuk soal 10.14
10.15. Circuit breaker mempunyai rating nominal 34.5kV dan rating arus
terus-menerus 1500A, factor daerah tegangannya K adalah 1.65.
tegangan maksimum nominal adalah 38kV, dan arus hubung singkat
nominal pada tegangan itu adalah 22kA. Hitunglah (a) tegangan
dimana untuk nilai-nilai di bawahnya arus hubung singkat nominal
Halaman 34 dari 35
Power System Analysis
Chapter 10 Symmetrical Fault
Halaman 35 dari 35