Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PKRR) DAN PERNIKAHAN DINI DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk meyelamatkan generasi bangsa.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu jalan untuk memberikan pemahaman kepada semua
pihak tentang pentingnya kesehatan khususnya bagi generasi penerus. Pendidikan kesehatan
khususnya untuk remaja dimaksudkan agar remaja dapat mengenal dan mengetahui tentang
berbagai perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Dengan adanya pemahaman ini, remaja
diharapkan tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu hal yang belum cukup diperhatikan oleh
berbagai pihak. Di Indonesia pendidikan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi kurang
mendapat perhatian yang cukup. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi:1) Banyak
kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi, seperti juga masalah kesehatan
lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan medis, 2.) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa
masalah kesehatan reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar poses kehamilan dan
melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah
sebatas mereka yang belum menikah. Di sini sering terjadi ketidak konsistensian di antara para pakar
sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah remaja dengan batasan usia, tetapi di sisi lain
dalam pembicaraan selanjutnya mereka hanya membatasi pada mereka yang belum menikah.3.)
Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah kesehatan reproduksi remaja karena
membahas masalah tersebut juga akan juga berarti membahas masalah hubungan seks dan
pendidikan seks..

Masalah ini menjadi focus bersama dikarenakan di Indonesia, populasi remaja, sebagaimana yang
dikatakan oleh WHO adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun memang terbilang cukup
besar, hampir 18,3 % dari total jumlah penduduk atau sekita 43 juta jiwa lebih. Hal ini di tambah pula
dengan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis
maupun sosial di mana mereka memasuki masa yang penuh dengan strorm and stress, yaitu masa
Pubertas. Dibanding dengan kesehatan pada golongan umur yang lain, masalah kesehatan pada
kelompok remaja lebih kompleks, yaitu terkait dengan masa Pubertas.

Menjadi masalah yang cukup pelik dikemudian hari adalah munculnya fenomena pernikahan dini
yang dilakukan oleh remaja ini. Fenomena ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja
tentang pendidikan sesksual. Remaja yang melakukan nikah dini lebih dikarenakan oleh salahnya
pergaulan mereka, akibatnya jalan pintas yang diambil. Disinilah peran pendidikan kesehatan
reproduksi dibutuhkan untuk mengurangi angka pernikahan dini ini. Pernikahan dini hanya
akanmembawa ketidakbahagiaan jika kedua belah pihak belum siap untuk berkeluarga.
Berdasarkan uraian diatas terdapat kaitan yang jelas antara upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan pentingnya pendidikan kesehatan untuk remaja. Untuk melanjutkan bangsa Indonesia ini
dibutuhkan generasi bangsa yang berkualitas dan salah satunya adalah dengan pendidikan agar
mampu bersaing dalam era globalisasi ini.

B. Rumusan masalah

Dari penjelasan dalam latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja?

b. Seperti apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja?

c. Apa yang dimaksud dengan pernikahan dini dan bagaimana dampak dari pernikahan dini?

C. Tujuan makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

a. Memberikan gambaran tentang pendidikan kesehatan repsroduksi remaja.

b. Menjelaskan kepada masyarakat tentang upaya-upaya untukmeningkatkan kesehatan reproduksi


remaja.

c. Menjelaskan tentang pernikahan dini dan dampak yang diakibatkan dari pernikahan dini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR)

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh sekolah merupakan salah satu
upaya untuk membimbing remaja mengatasi konflik seksualnya. Oleh berbagai pihak, sekolah dan
guru dianggap sebagai pihak yang layak memberikan pendidikan KRR ini. Pihak sekolah dan guru
melaksanakan pendidikan KRR ini dengan memasukkan materi KRR ke dalam pelajaran Biologi,
Penjaskes, dan Agama,sebagaimana kebijakan yang ditetapkan Kemdiknas tentang strategi
pendidikan KRR di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Abidah Muflihati tentang Pelaksanaan program pendidikan kesehatan
reproduksi remaja berbasis sekolah: Studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi remaja di SMA Muhamrnadtyah 2 Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa proses
pelaksanaan program pendidikan KRR mengisyaratkan adanya berbagai tahapan mulai dari program
kerja sama dengan BKKBN sampai memasukkan program tersebut datam layanan BK di kelas, dan
dalam pelajaran Biologi, Penjaskes, serta Agama.

Tahapan tersebut adalah tahap menerima informasi tentang masalah seksualitas remaja, tahap
menemukan program bimbingan dan konseling adolescent reproductive health (BK-ARH) sebagai
solusi, tahap mengambil/ mengadopsi program BK-ARH, tahap menyiapkan pelaksanaan kegiatan
orientasi BK- ARH di sekolah, tahap petaksanaan kegiatan orientasi BK ARH, dan terakhir tahap
pelembagaan program dengan memasukkan program BK-ARH ke dalam salah situ layanan BK. Dalam
proses pengajaran, materi KRR disampaiIIn deb guru BK, Biologi, Penjaskes, dan Agama pada waktu
dan kelas yang berbeda-beda. Guru BK menggunakan kelas terpisah pada saat menjelaskan tentang
alat reproduksi, sedangkan tiga guru lainnya menggunakan kelas campur. Materi yang disampaikan
para guru mecakup aspek pengetahuan fisik, aspek psikologis, dan aspek sosial/nilai.

Program penyuluhan dan Konseling KRR yang dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru Biologi,
Penjaskes, dan Agama merupakan upaya pelembagaan program pendidikan KRR. Penyampaian
materi KRR oleh keempat guru dalam pelajaran masing¬masing membuat siswa dapat menjaga
perilaku seksualnya agar tidak melakukan seks pranikah dalam pacaran, meskipun sebenarnya para
guru menekankan agar tidak berpacaran.

B. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja


Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
reproduksinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya upaya yang pertama bersifat preventif yakni
melalui pendidikan. Pihak sekolah dan guru berusaha mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan
tentang seksual atau reproduksi dalam mata pelajaran tertentu seperti Biologi, Agama dan
Pendidkan jasmani kesehatan. Diharapkan dengan adanya integrasi ini siswa selain mengerti tentang
materi pelajaran juga mampu memunculkan sikap yang bias menjauhi perbuatan yang akan merusak
kesehatan mereka.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah memberikan layanan kepada remaja seputar kesehatan
reproduksi. Secara tradisional pelayanan kesehatan khususnya hanya ada jika bidang tersebut sudah
dianggap sebagai cabang spesialis tersendiri. Sampai saat ini masalah kesehatan remaja belum
menjadi cabang spesialis tersendiri di dunia kedokteran sehingga pelayanan khusus untuk kesehatan
remaja (adolescent health) juga belum ada. Mungkin karena definisi remaja (adolesen) baru mulai di
abad kedua puluh, dan itu pun pada mulanya lebih dilihat dari aspek sosio-ekonomi. Mungkin pula
pada usia remaja adalah usia yang mengalami perubahan pesat dalam bidang kesehatan fisik dan
mental, dan banyak di antara perkembangan tersebut yang kemudian menjadi determinan terhadap
kesehatannya di kemudian hari. Dengan makin banyaknya "drug and alcohol abuse" serta perilaku
seks yang tidak sehat di kalangan remaja sudah selayaknya jika masalah kesehatan remaja mendapat
perhatian penanganan secara khusus.

Bagi pemerintah, khusus nya kementrian kesehatan telah membentuk semacam pusat kesehatan
remaja yang di sebut Pusat pelayanan kesehatan peduli remaja atau (PKPR). Puskesmas PKPR,
memberikan layanan kesehatan bagi remaja berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di
puskesmas PKPR, disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas konseling
tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’ sebaya. Materi kesehatan yang
menjadi prioritas adalah Tumbuh Kembang Remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS,
Infeksi Menular Seksual (IMS)/ Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Pengenalan Konsep Gender,
Pendidikan Kesehatan Hidup Sehat (PKHS), Penyalahgunaan NAPZA, Cara Belajar Partisipatif dan
Teknik Konseling. PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memnuhi kebutuhan tersebut.

C. Pernikahan dini dan dampak yang ditimbulkan

Yang dimaksud dengan pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi antara laki-laki dan
perempuan yang keduanya masih dibawah umur atau kurang dari 20 tahun. Secara nasional angka
pernikahan dini memang cukup mengkhawatirkan yaitu 26,96 %. Tingginya angka ini menunjukkan
masih kurangnya pemahaman tentang masyarakat tentang keluarga.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan fenomena nikah dini/muda antara lain:

1. Ekonomi

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk
meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap
mampu.
2. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan
adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.

3. Faktor Orang tua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat
lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

4. Faktor media massa

Semakin gencarnya media massa menggambarkan tentang pornografi dan pornoaksi sehingga
membuat massyarakat semakin permisif terhadap seksual.

5. Faktor Adat

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga
segera dikawinkan.

Dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini

Dampak perkawinan usia muda akan menimbulkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak,
baik dalam hubungannya dengan mereka sendiri, terhadap anak-anak, maupun terhadap keluarga
mereka masing-masing.

1. Dampak terhadap suami istri

Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istrti yang telah melangsungkan perkawinan di
usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal
tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung
keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.

2. Dampak terhadap anak-anaknya

Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau di bawah umur akan
membawa dampak. Selain berdampak pada pasangan yang melangsungkan perkawinan pada usia
muda, perkawinan usia muda juga berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang
melangsungkan perkawinan di bawah usia 20 tahun, bila hamil akan mengalami gangguan-gangguan
pada kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan anak.

3. Dampak terhadap masing-masing keluarga

Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya perkawinan di usia muda juga akan
membawa dampak terhadap masing-masing keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak
mereka lancar, sudah barang tentu akan menguntungkan orang tuanya masing-masing. Namun
apabila sebaliknya keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya yang terjadi adalah
perceraian. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan yang paling parah
lagi akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah-pihak.

Hubungan antara pernikahan dini dengan kualitas hidup

Pengetahuan yang baik dan menyeluruh tentang pernikahan akan sangat berpengaruh terhadap
kondisi keluarga. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dilandasi kasih dan sayang antar
anggota keluarga. Kondisi suami maupun istri yang sudah siap dalam membina hubungan keluarga
akan menjamin terciptanya keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. Hal ini akan berdampak
pada meningkatnya kualitas hidup anggota keluarga. Suami menjadi semangat untuk mencari nafkah
buat keluarga dan istri akan mencurahkan sepenuh hati perhatian kepada keluarga dan anak-anak.
Dengan kondisi keluarga yang harmonis ini anak-anak akan tumbuh dengan sehat dan berkualitas.
Akhirnya dengan keadaan ini maka jalan mewujudkan kualitas hidup yang baik akan tercapai.

Namun sebaliknya, jika yang terjadi adalah pernikahan dini dimana kedua belah pihak, istri dan
suami belum mengerti tentang makna membina keluarga maka yang akan terjadi adalah perselisihan
dan pertengkaran. Usia yang belum siap di tambah dengan kondisi emosi dan psikologis yang belum
mantap menyebabkan kondisi keluarga yang tidak harmonis. Fakta dilapangan membuktikan kasus-
kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) banyak terjadi pada pasangan usia muda/dini. Jumlah
penduduk yang semakin banyak juga berasal dari ibu-ibu muda yang sangat produktif untuk
melahirkan. Akibatnya tumbuh kembang anak tidak diperhatikan sehingga menyebabkan banyaknya
terjadi penyimpangan karena anak kurang diperhatikan oleh orang tua. Dengan pernikahan dini maka
akan sulit untuk mencapai kualitas hidup yang di harapkan.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sangat penting dilakukan agar remaja memiliki
pemahaman yang lengkap tentang kondisi kesehatan reproduksi mereka.

2. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dengan mata pelajaran disekolah.

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja adalah melalui
pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan layanan kesehatan baik melalui puskesmas atau
sekolah.

4. Pernikahan dini merupakan pernikahan dibawah umur yang disebabkan oleh faktor ekonomi,
keluarga, pendidikan, media massa dan adat istiadat.

5. Ada kaitan antara kualitas hidup dengan pendidikan kesehatan dan pengetahuan terhadap
kesehatan reproduksi.

B. Saran

1. Diharapkan peran aktif sekolah, orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi bagi remaja.

2. Bagi pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi remaja.

3. Pikirkan baik-baik sebelum melakukan pernikahan dini karena banyak membawa dampak buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2011. Pernikahan Dini : Antara Realita dan Harapan. Dikutip dari
http://www.anneahira.com/artikel-pernikahan-dini.htm pada selasa, 29 Nopember 2011.

Fatawaie, Y. 2011. Pernikahan Dini dalam Perspektif Agama dan Negara. Dikutip dari
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1240:pernikahan-dini-dalam-perspektif-agama-dan-
negara&catid=2:islam-kontemporer&Itemid=57 pada senin, 28 nopember 2011.

Fauzil Adhim, M. 2002. Indahnya Perkawinan Dini. Jakarta: Gema Insani.


Mohamad, K, Dr. 2000. Masalah di Sekitar kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia. Dikutip dari
http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/118 pada senin, 28 nopember 2011.

Mohammad, M. Dlori. 2005. Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta : Media Abadi.

Muflihati, A. 2005. Pelaksanaan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Berbasis Sekolah:
Studi Kasus Program Penyuluhan Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Tesis pada Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI. Dikutip
dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=108893 pada senin, 28 nopember
2011.

Puspitasari, F. 2006. Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong dan Dampaknya Terhadap Pola
Asuh Keluarga (Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya).
Skripsi pada Jurusan Hukum dan Kewarganegaraaan, FIK, UNNES Semarang. Dikutip dari
http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR10-Res3-ind.pdf pada kamis, 1 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai