VERTIGO
Pembimbing :
dr. Yuanita Mardastuti, Sp.S
Disusun Oleh :
Indra Jati Laksana
G4A015053
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Telah disetujui
Pada tanggal Januari 2017
Pembimbing:
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo ialah adanya
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran
yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar. Vertigo
adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oteh gangguan
alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit (Dewanto et al, 2007).
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari sistem
saraf perifer) dan sentral vestibular (berasal dari sistem saraf pusat) dan kondisi lain. 93%
pada primary care mengalami BPPV (Benign Paroksismal Position Vertigo), acute
B. EPIDEMIOLOGI
disequiliberium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizziness
yang dilaporkan pada layanan primary care. Jenis Vertigo yang paling sering adalah Benign
Positional Paroxysmal Vertigo (BPPV). Di Amerika angka kejadian BPPV adalah 64 dari
100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%) (Dewanto et al, 2007).
C. KESEIMBANGAN TUBUH
Terdapat tiga sistem yang mengelola keseimbangan tubuh yaitu : sistem vestibular,
sistem propioseptik dan sistem optik. Sistem Vestibular meliputi labirin ( aparatus
organ sensori untuk mendeteksi keseimbangan Alat ini terbungkus dalam suatu sistem
tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus dari tulang temporal
yang disebut labirin tulang. Didalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang
disebut labirin membranosa, yang merupakan bagian fungsional dari aparatus vestibular
(Biller, 2012).
semisirkularis dan dua rungan besar yag disebut dengan utrikulus dan sakulus. Koklea
merupakan organ sensorik dari organ pendengaran dan hampir tidak berhubungan dengan
merupakan bagian intergral dari mekanisme keseimbangan (Martini, 2007; Hawkins, 2015).
Di bagian dalam setiap utrikulus dan sakulus terdapat daerah sensorik kecil yang
disebut sebagai makula. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal
permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala
ketika dalam posisi tegak. Sebaliknya makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang
vertikal dan memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring (Martini, 2007;
Hawkins, 2015).
Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak kristal
kalsium karbonat kecil-kecil yang disebut statokonia. Dalam makula juga didapati beribu-
ribu sel rambut. Pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinap dengan ujung-ujung sensorik saraf
Statokonia yang mengandung kalsium memiliki gravitasi spesifik dua sampai tiga kali
lebih besar gravitasi spesifik cairan dan jaringan sekitarnya. Berat statokonia dalam
membengkokan silia dalam arah dorongan gravitasi (Martini, 2007; Hawkins, 2015).
Sel rambut memiliki 50-70 silia kecil yang disebut streosilia ditambah satu silium
streosilium dengan streosilium lanjutnya yang lebih panjang dan akhirnya ke kinosilium.
Apabila streosilia dan kinosilium melekuk ke arah kinosilium , perlekatan filamentosa akan
menrik streosilia berikutnya mendorong ke arah luar badan sel , keadaan ini akan membuka
ratusan saluran cairan dalam membran neuron disekeliling streosilia, dan saluran tersebut
mampu menghantarkan ion positif dalam jumlah besar. Oleh karena itu menimbulkan
menurunkan tegangan pada pelekatan dan keadaan ini akan menutup saluran ion sehingga
Ketika orientasi kepala dalam hal ini berubah dan berat statokonia menyebabkan silia
melekuk, sinyal yang sesuai akan dijalarkan ke otak untuk mengatur keseimbangan. Pada
setiap makula sel rambut diarahkan ke berbagai jurusan, sehingga beberapa dari sel rambut
terangsang ketika kepala menengadah kebelakang dan yang lain lagi akan terangsang ketika
kepala membelok ke satu sisi dan seterusnya (Martini, 2007; Hawkins, 2015).
dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior dan horizontal atau lateral. Yang
tersusun tegak lurus satu sama lain. Sehingga ketiga kanalis terebut terletak dalam 3
Pada ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut sebagai
ampula kanalis serta ampula ini terisi oleh cairan endolimfe. Aliran cairan melalui suatu
kanalis dan ampulanya mampu merangsang organ sensorik melalui cara berikut ini : Ampula
memiliki tonjolan kecil disebut krista ampularis. Pada puncak krista ini terdapat jaringan
longgar masagelatinosa yang disebut kupula. Bila kepala seseorang sudah mulai berputar ke
satu arah, hal menyebabkan cairan mengalir melalui kanali menuju ke ampula , membelokan
sepanjang krista ampularis. Kinosilia berorietasi pada arah sisi yang sama dala kupula dan
dri sel rambut dikirim melalui nervus vestibularisuntuk memberitahu sistem saraf pusat
mengenai perubahan perputaran kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang
Sistem utrikulus dan sakulus tersebut berfungsi sangat efektif dalam menjaga
keseimbangan sewaktu kepala pada posisi hampir vertikal. Memang seseorang dpat
menentukan ketidk seimbangan sebesar setengah derajat bila kepala dimiringkan dari posisi
Dengan cara ini orang tak perlu jatuh secara tak terduga sama sekali karena sebelum terjadi
keseimbangan, orang itu mulai mangadakan koreksi keadaan tubuhnya (Martini, 2007;
Hawkins, 2015).
Gambar 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh
kepala. Oleh karena itu sistem saraf menerima informasi mengenai orientasi kepala sesuai
dengan keadaan tubuh. Informasi yang dijalarkan dari propioseptor langsung berjalan ke
nuklei vestibular dan nuklei retikular dan secara tak langsung ke serebelum (Martini, 2007;
Hawkins, 2015).
Bila kepala condong ke salah satu sisi akibat menekukya leher maka impuls yang
berasal dari propioseptor dapat mencegah terbentuknya sinyal dari aparatus vestibularis yang
mencetuskan rasa ketidakseimbangan pada seseorang. Namun bila seluruh tubuh condong ke
depan atau ke salah satu sisi impuls yang berasal dari aparatus vestibular sinyal tak ditentang
oleh propioseptor leher, sehingga pada keadaan ini orang tersebut akan merasakan adanya
berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga sistem persepsi visual,
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,
stress, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau terlalu banyak
aliran darah pada telinga bagian dalam, obat-obatan, gangguan pada telinga dan lainnya.
2. Obat-obatan : alkohol
3. Kelainan telinga endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis didalam telinga
5. Penyakit meniere
kelainannya terletak pada telinga dalam. Penyebab BPPV pada usia dibawah 50 tahun
adalah cedera kepala. Pada usia lanjut penyebab paling umum adalah degenerasi
sistem vestibular dalam telinga. Banyak BPPV yang timbul secara spontan, yang
disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana
terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.
Penyebab lainnya dapat berupa infeks, obat ototoxic seperti Gentamisin (Timothy,
2009).
Manifestasi klinis yang biasa terjadi pada pasien BPPV biasanya berupa perasaan
berputar atau merasa sekelilingnya berputar pada saat berguling dari satu sisi ke sisi
Kadang disertai rasa mual. Penderita biasanya mengenal keadaan ini dan berusaha
Pasien BPPV bisanya memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus
spontan dan pada evaluasi neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan fisik standar
untuk BPPV adalah Dix-Hallpike dan Maneuver side lying (Timothy, 2009).
2). Meniere Diseases
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinitus,
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mempu
mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Penyebab pasti meniere belum diketahui,
namun terdapat beberapa teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal
pada aliran darah menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin,
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain
bertambah. Gejala klinis dari penyakit meniere yang khas sering disebut trias meniere
yaitu vertigo, tinitus dan tuli saraf sensorineural fluktuatif. Serangan pertama
dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah, keadaan ini akan
berlangsung selama beberapa hari samapai beberapa minggu, kemudian keadaan akan
berlangsung membaik.. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini
dapat hilang sama sekali. Pada serangan kedua dirasakan lebih ringan tidak seperti
serangan pertama. Meniere merupakan vertigo yang periodik dan makin mereda pada
penyakit lannya seperti tumor N.VIII. sklerosis multiple, neuritis vestibular, atau
BPPV/ Pada tumor N. VIII serangan vertigo periodik, mula – mula lemah dan semakin
lama semakin kuat. Pada sklerosis multiple vertigo periodik dengan intensitas sama
pada setiap serangan. Pada neuritis vestibular serangan vertigo tidak periodik dan
Neuritis Vestibularis adalah suatu bentuk penyakit organik yang terbatas pada
aparatus vestibular dan terlokalisir pada perjalanan saraf ke atas mencakup nuklei
vestibular pada batang otak. Pada pasien ini muncul Vertigo dengan spectrum luas
disertai sakit kepala yang bermula dari pandangan gelap sasaat sampi
ketidakseimbangan yang kronis, disertai dengan kelainan tes kalori unilateral maupun
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Sistem ini adalah susunan vetibuler
keseimbangan. Informasi aferen yang diperlukan yang lain adalah sistem optik dan
propioseptik. Informasi yang berguna untuk sistem keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
paling besar yaitu 50% disusul kemudian reseptor visual dan propioseptif (Brandt et al,
2013).
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di sentral dan di perifer dalam kondisi tidak
nomal atau ada gerakan rangsang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
akan terganggu, akibatnya akan muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Disamping itu,
respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang
dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gerakan
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu
saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola 3 gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru
4. Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
System)
6. Teori Sinap
dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi
adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal
serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan
saraf parasimpatis.
F. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral ( batang otak dan serebelum) atau
dibagian perifer (labirin dan nervus vestibularis). Vertigo Perifer adalah nyeri hebat,
episodik, memberat oleh gerakan kepala dan sering disertai nausea, vomitus, diaforesis dan
Nistagmus spontan + -
G. MANIFESTASI KLINIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh (Dewanto et al, 2007).
1. Gejala subjektif
• Mual
2. Gejala objektif
• Keringat dingin
• Pucat
• Muntah
• Nistagmus
1. Anamnesis
a. Langkah anamnesis yang dilakukan adalah menanyakan keluhan vertigo pasien,
berupa persaan seperti melayang, berputar dimana pasien merasa benda disekitarnya
berputar atau merasa dirinya berputar terhadap lingkungan (Dewanto et al, 2007).
b. Jika pasien mengeluh adanya gejala vertigo, kita harus bisa membedakan vertigo
c. Onset dan Durasi (profil waktu) serangan vertigo perlu ditanyakan untuk keperluan
penegakan diagnosis. Apabila onset serangan vertigo terjadi secara tiba-tiba saat
terjadinya perubahan posisi kepala dan durasi serangan hanya selama beberapa detik
maka dapat merujuk kepada diagnosis BPPV. Apabila onset serangan episodik dan
berlangsung selama beberapa menit diagnosis yang mendekati yaitu migraine atau
d. Perlu ditanyakan adanya keluhan lain yang menyertai vertigo seperti, mual, muntah,
nyeri kepala, tinitus, penurunan pendengaran dan lainnya (Dewanto et al, 2007).
al, 2007).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Uji Romberg. Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
b. Tandem walking test. Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler,
c. Uji Unterberger . Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi (Weber, 2008).
Gambar 7. Unterberger Test
d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany). Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang- ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
ke depan dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang (Weber,
2008).
f. Uji Dix Hallpike. Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri. 9
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. 10 Perifer, vertigo dan nistagmus
timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) (Weber, 2008).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
akustik).
2. Farmakoterapi simptomatis
a. Antihistamin
Tidak semua oban anti histamin mempunyai sifat anti vertigo, anti histamin yang
Antihistamin yang memiliki anti vertigo juga memeiliki aktivitas anti kolinergik di
b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium cinnarizine dan
flunarizine sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
3. Non-Farmakoterapi
h. Canalith Reposisi Treatment (CRP)/ Epley Manuever. CRP adalah pengobatan non-
invasif untuk penyebab paling umum dari vertigo. CRP membimbing pasien melalui
serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan kanalith dari daerah dimana dapat
makanan seperti coklat, alkohol dan kafein. Pemakaian nikotin juga perlu dihentikan.
Kafein dan Nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya
vasokontriksi dan penurunan darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari
telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat-zat tersebut dapat mengurangi gejala.
k. Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring ditempat yang keras, berusaha
untuk tidak bergerak, pandangan mata di fiksasi pada satu objek tidak bergerak.
Setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya
Pada kasus vertigo spesifik seperti BPPV Prognosis setelah dilakukan CRP
(Canalith Repositioning Procedure) biasanya bagus. Remisi daat terjadi spontan dalam 6
minggu, meskipun dalam beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat
rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley manuver terbukti efektif dalam mengontrol gejala
BPPV dalam waktu lama. Pada beberapa kasus dapat terjadi remisi dan rekurensi yang tidak
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal dan
banyak pilihan terapi untuk mngobati gejalanya. Beberapa pasien mengalami remisi spontan
1. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan
yang berputar.
disequiliberium.
3. Terdapat tiga sistem yang mengelola keseimbangan tubuh yaitu : sistem vestibular, sistem
4. Penyebab umum vertigo antara lain keadaan lingkungan, obat-obatan, kelainan telinga,
5. Tiga kelainan paling sering dengan gejala vertigo adalah BPPV, penyakit meniere, dan
neuritis vestibularis.
7. Berdasarkan letak kelainannya, vertigo terbai menjadi vertigo sentral dan vertigo perifer.
penunjang.
10. Penatalaksaan vertigo secara non farmakologi yaitu dengan Canalith Reposisi Treatment
makan), Lifestyle Change (Pengaturan Gaya Hidup), dan selama serangan pasien diminta
Brandt, T., Dieterich, M., Strupp, M. 2013. Vertigo and Dizziness Second Edition. New York :
Springer
Dewanto, G., Suwono, W. J., Riyanto, B., Turana, Y. 2007. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf. Jakarta : EGC
Hawkins, J. E. The Physiology of Balance: Vestibular Function, 2015, [Online], diakses pada :
https://www.britannica.com/science/ear/The-physiology-of-balance-vestibular-
function, [18 Januari 2017]
Martini, F. H. 2007. Anatomy & Physiology. Singapore : Pearson Education South Asia Pte. Ltd