1
* Jika tidak ditangani, malnutrisi dapat menyebabkan terhambatnya pemulihan
yang berkepanjangan dan rumit dari penyakit atau operasi, karena gangguan
penyembuhan luka dan peningkatan risiko infeksi, dan defisit fungsional yang
berlarut-larut. Hal ini, pada gilirannya, akan menyebabkan masa perawatan di
rumah sakit lebih lama yang akan berhubungan erat dengan peningkatan biaya dan
dampak negatif pada kualitas hidup (Ferrie, 2011).
Nutrisi enteral dan oral umumnya dianggap lebih aman dan lebih hemat
biaya daripada nutrisi parenteral yang adalah merupakan suatu terapi yang
kompleks dengan potensi efek samping yang serius. Komplikasi infeksi
meningkat terkait dengan penggunaan nutrisi parenteral, bahkan dalam kasus-
kasus di mana manfaat gizinya jelas diperoleh. Komplikasi ini terjadi karena
faktor pengendalian glukosa darah. Ini berarti bahwa, pada kebanyakan pasien,
risiko nutrisi parenteral lebih besar daripada manfaat jika akan digunakan hanya
untuk waktu yang singkat (seperti kurang dari lima hari). Akan tetapi, pada pasien
sakit kritis kekurangan gizi, pemberian nutrisi parenteral sesegera mungkin
(dalam waktu 24 jam ketika masuk ICU dan diketahui bahwa nutrisi enteral tidak
mungkin dilakukan) berkaitan dengan penurunan tingkat kematian. Dukungan
nutrisi agresif tidak selalu tepat dalam perawatan paliatif atau pada pasien usia
lanjut, dan pertimbangan cermat harus diberikan sesuai dengan keinginan pasien
dan keluarga berkaitan dengan dimulainya atau dilanjutkannya dukungan nutrisi
dalam kasus tersebut. Harus pula dipertimbangkan manfaat, termasuk kualitas
hidup; dan kemungkinan komplikasi dan hasil akhir yang diharapkan (Ferrie,
2011; Radrizzani D dan Bertolini G., 2006).
2
Dalam memberikan nutrisi pada pasien, penting untuk menilai status gizi
mereka. Sebuah penilaian formal berdasarkan antropometri, biokimia, sejarah
klinis dan diet harus dilakukan oleh ahli diet tersebut. Gizi penilaian adalah di luar
lingkup dokumen ini, tetapi penting untuk dicatat bahwa metode memperkirakan
kebutuhan energi, protein dan cairan adalah sama seperti untuk nutrisi enteral /
oral. Penilaian gizi digunakan untuk menentukan prioritas manajemen nutrisi,
untuk memperkirakan kebutuhan gizi pasien, dan memberikan ukuran dasar untuk
memantau efektivitas intervensi. Berdasarkan penilaian ini, tujuan pengobatan
dapat diatur dan rencana perawatan gizi dikembangkan. Ini rencana perawatan
akan berubah dari waktu ke waktu, terutama untuk pasien jangka panjang nutrisi
parenteral (lebih dari tiga sampai enam bulan).
3
APOTEKER yang mengawasi / berkonsultasi pada pilihan formulasi dan aditif,
mungkin terlibat dengan resep gizi dan peracikan solusi dan / atau pemuatan aditif
parenteral (Ferrie, 2011).
Penderita dengan trauma yang hebat, sakit berat atau sepsis mengalami
peningkatan kebutuhan energi, peningkatan katabolisme disertai kehilangan massa
tubuh yang cepat. Meskipun pemberian nutrisi konvensional mampu dengan baik
mengatasi malnutrisi biasa, bahkan hiperalimentasi ternyata gagal mengatasi
perubahan metabolik terhadap pasien-pasien seperti diatas. Penurunan berat
badan, kehilangan otot yang mengakibatkan keseimbangan nitrogen yang negatif
tetap saja terjadi, berapapun jumlah nutrisi yang diberikan. Hal ini karena respons
metabolik pada pasien sakit kritis, trauma hebat dan atau disertai tindakan operasi
dan sepsis sangat berbeda dengan dengan penderita malnutrisi/
starvasi (kekurangan gizi akibat intake yang kurang).
Selama beberapa dekade terakhir ini jumlah energi yang diberikan pada
pasien sepsis atau sakit berat termasuk penderita trauma dengan SIRS justru
menurun, karena telah dibuktikan bahwa kebutuhan energi pasien tidaklah jauh
berbeda dengan pasien normal. Hipermetabolisme yang timbul pada kenyataannya
diimbangi dengan aktifitas fisik yang menurun. Oleh karena itu strategi untuk
mengatasi kehilangan otot dan keseimbangan nitrogen yang negatif adalah
mengatasi penyebab hipermetabolisme dan memberi tunjangan nutrisi yang
adekwat dalam kualitas bukan kwantitas. Pemahaman penyebab terjadinya
hipermetabolisme ini berarti adalah pemahaman yang jelas dari respons
metabolik. Respons ini terkait dengan berbagai reaksi akibat adanya trauma,
seperti neuroendokrin, imunologis dan mencakup berbagai macam mediator
inflamasi.
4
karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal
kembali.
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
glukosa dibutuhkan minimal 1,75 gram protein otot untuk dipecah (proteolisis).
150 gram protein diperlukan untuk memelihara fungsi otak.
Periode Adaptasi terhadap Starvasi
Penurunan progresif dari pemecahan protein digambarkan dengan
penurunan ekskresi nitrogen urin dengan prolonged starvasi. Apabila starvasi
tidak berhenti maka beberapa protein otot akan hilang irreversible dan terus
berlangsung untuk melakukan mekanisme alternative dalam memproduksi
energi. Mekanisme ini berlangsung selama starvasi dalam 1-3 minggu. Setelah
3 minggu merupakan puncak adaptasi dan tubuh akan mengatur keadaan dalam
kondisi steady state. Pada periode ini asam lemak ditransport oleh albumin
dalam sirkulasi darah ke jaringan yang menggunakan asam lemak seperti
jantung, otot skelet, hepar dan ginjal. Benda keton merupakan alternative untuk
proses oksidasi di berbagai jaringan. Selama starvasi konsentrasi keton bias
terjadi lebih dari 7 mmol /l dibandingkan dengan konsentrasi normal 0,2 mmol/l.
Periode Sudah Beradaptasi dengan starvasi
Ketika starvasi berlangsung lebih dari 3 minggu organ-organ sudah
beradaptasi terhadap starvasi dan menetap dalam keadaan steady state.
Kehilangan protein otot akan berkurang oleh mekanisme produksi energi dan
kehilangan progresif cadangan lemak. Dalam peningkatan produksi benda
keton, laktat laktat digunakan sebagai bahan alternative glukoneogenesis hepatic.
Energi yang diproduksi melalui lipolisis sangat efisien. Metabolisme tubuh
adaptasi terhadap starvasi akan berakhir dengan refeeding. Bila support makanan
tidak mencukupi akan terjadi kelemahan otot respirasi yang berlanjut menjadi
pneumonia dan kematian. Kelangsungan hidup ditentukan oleh cadangan lemak
dan adaptasi tubuh terhadap starvasi (Waitzberg et al. 2004; Leksana, 2007;
Isworo, 2008, Morgan, GE,Jr, 2006).
Respon Stress
Adalah respon tubuh yang muncul secara hormonal dan neural
terhadap keadaan yang mengganggu stabilitas homeostasis yang berakibat terjadi
mobilisasi senyawa biokimia.
7
Terjadi aktivasi sistem saraf simpatis yang menyebabkan :
o Ventilasi dan cardiac output meningkat
o Vasokonstriksi pada beberapa organ
o Aliran darah lebih banyak ke otot rangka dan jantung
o Kadar insulin menurun dan terjadi pelepasan glukagon sehingga kadar
glukosa darah meningkat
Respon stress terhadap sistem hormonal
o Pelepasan adrenalin akan menghambat pelepasan insulin dan menstimulasi
release glukagon sehingga kadar gula darah menjadi lebih tinggi.
o Pelepasan kortisol akan menyebabkan pemecahan cadangan lemak dan
protein menjadi energi, bertambahnya cadangan karbohidrat ini berakibat
kadar gula darah lebih tinggi.
o Pelepasan vasopressin menyebabkan retensi air dan natrium sehingga
volume plasma bertambah.
Efek gabungan stress respon :
1. Fase Ebb
Terjadi pada dua puluh empat jam pertama (16-36 jam) pasca
trauma atau pembedahan, fase ini adalah periode dimana pasien berada
dalam keadaan stres metabolik akibat tingginya kadar hormon
glukokortison, katekolamine, oksigen radikal bebas, dan mediator pro-
8
inflamasi (eikosanoid, prostaglandine dan sitokin), sehingga terjadi
hiperglikemia dan resistensi terhadap insulin.
2. Fase Flow
Terjadi pada hari ke-3 sampai dengan hari ke 10, Pada fase ini
metabolisme dan katabolisme meningkat, glukosa dihasilkan dari
pemecahan lemak dan oto, kadar hormon stress menurun.
3. Fase Anabolik
Dimula setelah fase flow. Berhubungan dengan masa
penyembuhan, pada pasien mulai muncul minat untuk makan ((Waitzberg
et al. 2004; Leksana, 2007; Isworo, 2008; Morgan, GE,Jr, 2006).
Nutrisi Parenteral
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai
istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan
melalui pembuluh darah (Ferrie, 2011).
9
Infus untuk nutrisi parenteral dapat dimasukkan ke dalam sejumlah vena
berbeda walaupun ujung kateter biasanya akan berlokasi di vena kava atau vena
subklavia atau ketiak. Dari sana, cairan nutrisi akan masuk kedalam darah
kemudian ke jantung untuk kemudian bersirkulasi langsung ke seluruh tubuh.
Pilihan rute parenteral nutrisi tergantung pada beberapa faktor, seperti durasi
penggunaan nutrisi, kondisi pasien, osmolalitas solusi yang tersedia, dan setiap
keterbatasan untuk mengakses (seperti trauma atau obstruksi) (Ferrie, 2011;
Isworo, 2008).
Akses vena sentral berarti cairan biasanya dialirkan ke vena kava superior
atau atrium kanan, atau –yang lebih jarang lagi- melalui vena cava inferior
(kateter dimasukkan melalui vena femoralis). Posisi sentral dari ujung garis
tersebut harus selalu dikonfirmasi dengan foto x-ray thorax (kecuali jika
pemasangan kateter memang sejak awal menggunakan guiding fluoroskopi / x-
ray). Dalam akses vena perifer, ujung kateter biasanya dalam vena subklavia atau
aksila. Nutrisi parenteral intradialytic adalah bentuk lain dari akses perifer.
10
Berikut ini adalah perbedaan pemberian nutrisi melalui sentral, perifer dan intra-
dialitik dalam hal akses, indikasi, keuntungan dan kerugian (Ferrie, 2011):
Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui perangkat akses intravena, silikon halus
atau tabung polyurethane yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Beberapa
infus mengandung beberapa lumen yang memungkinkan pemberian beberapa
solusi yang kompatibel yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Akses
intravena yang bertujuan untuk pemberian nutrisi parenteral tidak boleh
digunakan untuk pemberian apapun selain nutrisi itu sendiri.
11
Akses intravena harus didapatkan sebelum nutrisi parenteral dapat
dimulai, dan hal tersebut mungkin tidak menjadi suatu proses yang sederhana.
Mendapatkan akses intravena adalah hambatan yang paling umum dalam memulai
dan mempertahankan nutrisi parenteral. Jika pasien telah ada akses intravena,
sangatlah penting untuk memeriksa apakah perangkat intravena tersebut cocok
untuk nutrisi parenteral, ditempatkan terpusat, dan memiliki lumen yang dapat
dimasukkan cairan nutrisi. Perangkat intravena yang telah terinfeksi tidak boleh
digunakan untuk nutrisi parenteral dan harus dicabut. Jalur intravena harus diganti
secara berkala.
Akses perifer adalah akses yang memiliki ujung kateter di luar vena cava,
ujungnya mungkin terletak pada vena subklavia atau ketiak (kateter midklavikula)
atau di suatu tempat di lengan atas (kateter midline) atau sebagai kanul perifer
standar di vena basilika atau cephalic pada lengan bawah. Banyak rumah sakit di
Australia tidak menganjurkan nutrisi parenteral perifer sama sekali. Nutrisi via
perifer ini dapat diindikasikan dalam berbagai situasi terbatas tetapi membutuhkan
tingkat keahlian yang tinggi dalam menempatkan perangkat akses dan merawat
tempat insersi untuk mempertahankan akses dan menghindari insersi yang
berulang kali pada pasien: jadi, bukan hanya dengan hanya begitu saja
menyuntikkan larutan nutrisi parenteral ke setiap kanula yang ada!
Nutrisi parenteral perifer dapat diindikasikan jika:
Terdapat indikasi penggunaan nutrisi parenteral tetapi dengan
kemungkinan durasi penggunaan kurang dari dua minggu
Pasien kekurangan gizi, telah mendapat nutrisi parenteral sentral atau
akses sentral telah hilang (misalnya akibat jalur yang rusak atau infeksi)
12
atau belum dipasang sama sekali, dimana tidak memungkinkan untuk tidak
mendapatkan nutrisi sama sekali pada saat akan direncanakan untuk
pemasangan vena sentral (Ferrie, 2011).
Solusi yang dapat digunakan perifer biasanya harus dibatasi kurang dari
900 mOsm / kg untuk meminimalkan kerusakan pembuluh darah. Ini berarti
bahwa solusi nutrisi parenteral perifer adalah volume yang lebih besar, solusi yang
lebih encer, dengan proporsi yang lebih tinggi lemak (misalnya 40-60% dari total
energi) karena lemak memiliki tonisitas yang lebih rendah. Nutrisi parenteral
perifer karena itu biasanya tidak dianjurkan untuk pasien yang direstriksi
kebutuhan cairannya, memiliki kebutuhan protein tinggi, tidak tahan terhadap
infus lipid IV atau yang memiliki tingkat trigliserida serum yang tinggi.
Keterbatasan ini dapat berarti bahwa sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
yang seutuhnya (Ferrie, 2011).
13
Menurut definisi semua perangkat vena akses pusat memiliki ujung kateter
di vena cava atau atrium kanan. Akan tetapi terdapat berbagai metode insersiyang
berbeda pada tubuh dan variasinya dalam berapa lama akses tersebut dapat
digunakan, dan seberapa rumit insersi dan pencabutan akses vena sentral tersebut.
Berikut adalah gambar-gambar dari metode dan alat-alat yang digunakan pada
akses vena sentral untuk nutrisi parenteral (Ferrie, 2011).
14
15
16
17
18
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada
kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
4. Kolitis akuta.
5. AIDS.
7. Luka bakar.
19
Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak diberikan lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari setelah lahir pada
neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan antara 5 sampai 7
hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral ((Isworo, 2008; Leksana, 2007)..
ASERING
20
Indikasi:
Komposisi:
KA-EN 1B
21
Indikasi:
1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal
pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
Komposisi:
Na+ = 38,5 mEq
Cl- = 38,5 mEq
Dekstrosa = 37,5 g/L
22
Indikasi:
Na+ = 60 mEq
K- = 10 mEq
Cl- = 50 mEq
Laktat = 20
Dekstrosa = 27 g/L
2. KA-EN 3B:
Na+ = 50 mEq
K- = 20 mEq
Cl- = 50 mEq
Laktat = 20
Dekstrosa = 27 g/L
KA-EN MG3
23
Indikasi :
Komposisi:
Na+ = 50 mEq
K- = 20 mEq
Cl- = 50 mEq
Laktat = 20
Glukosa = 100 g/L
KA-EN 4A
Indikasi :
24
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na+ = 30 mEq/L
Cl- = 20 mEq/L
Laktat = 10 mEq/L
Glukosa = 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3
tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na+ = 30 mEq/L
K- = 8 mEq/L
Cl- = 28 mEq/L
Laktat = 10 mEq/L
Glukosa = 37,5 gr/L
25
NS (Normal Saline/NaCl 0,9%)
Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Komposisi:
Na+ = 154 mEq/L
Cl- = 154 mEq/L
RL (Ringer Laktat)
Indikasi:
26
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik
Komposisi:
Na+ = 30 mEq/L
K- = 8 mEq/L
Cl- = 28 mEq/L
Laktat = 10 mEq/L
Ca++ = 37,5 gr/L
Dextrose (D5)
Indikasi:
1. Rehidrasi
2. Penambahan kalori secara parenteral
Kontraindikasi
1. Hiperhidrasi
2. Diabetes mellitus
3. Gangguan toleransi glukosa pasca operasi
Komposisi:
Dextrose monohydrate
27
MARTOS-10
Indikasi:
AMIPAREN
Indikasi:
28
1. Stres metabolik berat
2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
Komposisi:
Total asam amino = 100 g
Asam amino Esensial (E) = 59,10 g
Asam amino Non Esensial = 40,90 g
Rasio E/N = 7,2
Asam amino rantai cabang (BCAA) = 30% (W/W)
Total Nitrogen = 15,7 g
Na+ = 2 mEq
Acetate - = 120 mEq
AMINOVEL-600
Indikasi:
29
2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma
dan pasca operasi)
4. Stres metabolik sedang
5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi:
Amino acids (L form) = 50 g
D-sorbitol = 100 g
Ascorbic acid = 400 mg
Inositol = 500 mg
Nicotinamide = 60 mg
Pyridoxine HCl = 40 mg
Riboflavin Sodium Phosphat = 2,5 mg
Na + = 35 mEq
K+ = 25 mEq
Mg++ = 5 mEq
Acetate- = 35 mEq
Malate- =22 mEq
Cl- = 38 mEq
PAN-AMIN G
30
Indikasi:
31
Solusi nutrisi parenteral secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini (Tanukusumah, Meida, dr, 2012):
32
33
Pengelolaan nutrisi Parenteral
50% = karbohidrat
30% = protein
20% = lemak
KEBUTUHAN ENERGI
Dalam keadaan stress pasca bedah, infeksi dan sepsis kebutuhan kalori
tubuh meningkat dan pemecahan protein naik 2-4 kali. Menentukan kebutuhan
energi dapat dengan menggunakan tabel, menggunakan kalorimetri indirek atau
menggunakan perhitungan BEE (Basal Energy Expenditure) ditambah faktor
aktifitas dan derajat trauma.
34
= (cm) – 6.8 x U (tahun)
35
AEE = BEE x STERSS FACTOR X 1,25
1.75
2.00
Contoh perhitungan : Seorang laki-laki, usia 50 tahun, Berat badan 40 kg, Tinggi
badan 150 cm. penderita dirawat oleh karena luka bakar 20%.
36
Kebutuhan Karbohidrat: Kebutuhan minimum dextrose adalah 1
mg/kg/menit (sekitar 100 g/hari pada 70 kg laki-laki dewasa). Beberapa hal yang
perlu diingat tentang manfaat karbohidrat yaitu:
Mengurangi katabolisme protein
Mengurangi penumpukan keton bodies akibat metabolisme fat.
1 gram karbohidrat = 4,1 kcal
1 gram fat = 9,3 kcal
Jika karbohidrat hanya berasal dari cairan dektrose 5% atau 10% maka
dalam :
1000 cc D5 = 50 gram = 205 kcal
1000 cc D10 = 100 gram = 410 kcal
Dapat dilihat bahwa pemenuhan kalori hanya dari larutan dextrose dengan
isoosmolaritas saja tidak cukup, dengan demikian perlu tambahan kalori dari
sumber lain misalnya emulsi lemak atau dengan karbohidrat jenis lain atau dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Kebutuhan kalori ini perlu juga disesuaikan dengan:
Jumlah kebutuhan cairan harian (maintenance)
Kebutuhan elektrolit terutama Na+ dan K+
Protein dan lemak
Osmolaritas yang dapat ditoleransi vena perifer yaitu < 900 mOsm.
37
Triofusin yang mengandung dextrose, fruktose dan xylitol, jarang menyebabkan
hiperglikemia ataupun tambahan insulin.
Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsentrasi 10% ( 1
kcal /ml ) dan 20 % ( 2 k cal / ml ) dengan osmolalitas 270 - 340 m Osmol /L
sehingga dapat diberikan melalui perifer.
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah:
Trigliserid > 500 mg/l
Kolesterol > 400 mg/l
kontraindikasi relatif:
Trigeliserid 300 - 500 mg/l
Kolesterol 300 - 400 mg/l
38
Gangguan berat faal ginjal dan hepar
Contoh larutan lemak Misalnya R/Ivelip. Larutan ini tersedia dalam beberapa
kemasan dengan konsentrasi 10% dan 20%. Satu liter larutan 20%
mengandung 2000 kcal dengan osmolaritas yang rendah yaitu 270
mOsm. Pada botol 250 cc yang mengandung 50 gram lemak mengandung
500 kcal dengan osmolaritas yang sama. Larutan 20% dengan kemasan 250
cc atau 100 cc lebih disukai oleh karena mudah dalam pengaturannya.
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukan asam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral
protein. Pemberian protein untuk menjaga balance nitrogen positif, dimana
protein berfungsi untuk regenerasi sel, enzim, dan berbagai reaksi biologis dalam
tubuh. Untuk itu diperlukan 1 gram /BB/ hari. Yang paling diperlukan L-asam
amino, oleh karena proses pembentukan protein lebih cepat. Perlu diingat larutan
asam amino juga mengandung karbohidrat dan elektrolit. Pemberian asam
amino/protein saja tanpa diberikan kebutuhan kalori, menyebabkan asam amino
dirobah menjadi energi melalui jalur glukoneogenesis. Dengan demikian pada
pemberian asam amino yang bertujuan menjaga balance nitrogen positif, perlu
ada”perlindungan” kalori 25 kcal tiap 1 gram asam amino. Misalnya pada
pemberian asam amino/protein 50 gram, dibutuhkan 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Jika asam amino bertujuan sebagai “nitrogen sparing effect” dimana
menjaga agar protein viscera atau otot tidak diubah menjadi kalori, jadi balance
nitrogen sama dengan nol, maka tidak perlu diberikan kalori.
Larutan asam amino pada umumnya bersifat hiperosmotik, oleh karena itu
pada pemberian melalui vena perifer perlu dilakukan pengenceran misalnya
dengan dekstrose, atau dipilih asam amino dengan konsentrasi rendah. Contoh
yang ada dipasaran R/ Aminofusin L-600 dimana kandungan tiap 1000 cc sebagai
berikut:
Asam amino = 50 gram
39
Karbohidrat = 100 gram
Na+ = 40 mmol
K+ = 30 mmol
Osmolaritas = 1.100 mOsm
* Thiamin (B1) 6 mg
* Riboflavin (B20 3.6 mg
* Pyridoxine (B3) 6 mg
* Niacin 40 mg
* Folic acid 0.64 mg
* Pantothenic acid 0.64 mg
* Biotin 60 ug
* Ascorbic acid 200 mg
* Vit A 3300 IU (900 retinol equivalents)
*Vit D 200 IU (5 mg cholecalciferol)
* Vit E 10 IU (6.7 mg di-alpha tocopherol)
* Vit K 150 ug
Mineral Intravena
40
dianjurkan pada pasien yang mendapat NPS jangka lama. Elemen lain yang
dapat ditambahkan sesuai kebutuhan individual adalah molybedum, iodine
dan besi. Tambahan besi biasanya tidak diperlukan pada jangka pendek,
kecuali pasien anemia. Tambahan per oral adalah rute yang lebih baik, kecuali
bila tidak mungkin, maka dapat diberikan besi dextran secara intravena 916).
Tambahan besi pada campuran nutrien total tidak dianjurkan karena alasan
kompatibilitas. Pasien dengan kehilangan cairan intestinal mungkin perlu
suplemen zinc dan chromium.
41
gagal napas
shock
demam tinggi
brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian melalui
vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar. Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori.
Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada dekstrose,
sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah
emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak
dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka
perhitungannya sebagai berikut:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
42
Prosedur Pemberian TNPE
24-48 jam Terapi air dan elektrolit
24-96 jam TNPE melalui vena perifer
72-36 jam TNPE total melalui vena sentral
TNPE sendiri sebaiknya diberikan secara bertahap, pada hari ke-1 = 25%
kebutuhan, hari ke-2 = 50%, hari ke-3 = 75%, dan hari ke 4 dst 100% dari
kebutuhan.
Hari I :
Hari ke IV :
Alternatif lain dari cara diatas jika tidak tersedia asam amino sbb:
Hari ke II & III : Ringer D-5 1000 ml + D-10 1500 ml = 800 kcal
Cara ini murah dan cukup bermanfaat sampai 3 hari.Untuk TNPE yang
lebih lama, dianjurkan melalui cara yang pertama tadi.
43
demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan
selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan
komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya
(Leksana, 2007; Ferrie, 2011; Isworo, 2008; Fiona S and Gordon SD. 2005)
44
peningkatan produksi CO2 yang dapat memperburuk insufisiensi pernafasan
dan ketergantungan terhadap ventilator, steatosis hepatis, dan kolestasis.
Pemberian lemak sebaiknya memenuhi 25 -30% dari kebutuhan total kalori dan
30 - 40% dari kalori non protein. Kelebihan lemak dapat mengakibatkan
disfungsi neutrofil dan limfosit, menghalangi sistem fagositik mononuklear,
merangsang hipoksemia yang dikarenakan oleh gangguan perfusi-ventilasi dan
cedera membran alveolokapiler, merangsang steatosis hepatik, dan
meningkatkan sintesis PGE2. Dalam keadaan katabolik, protein otot dan
viseral dipergunakan sebagai energi di dalam otot dan untuk glukoneogenesis
hepatik (alanin dan glutamin). Kebutuhan protein melebihi kebutuhan protein
normal yaitu 1,2 g/kg/protein/hari. Kuantitas protein sebaiknya memenuhi 15 -
20% dari kebutuhan kalori total dengan rasio kalori non protein/ nitrogen adalah
80:1 sampai dengan 110:1.
45
Nutrisi enteral dapat diberikan, namun ada beberapa bukti bahwa
pemberian nutrisi enteral dapat meningkatkan keparahan penyakit. Nutrisi
parenteral pada pankreatitis akut berguna sebagai tambahan pada pemeliharaan
nutrisi. Mortalitas dilaporkan menurun seiring dengan peningkatan status nutrisi,
terutama pada pasien-pasien pankreatitis akut derajat sedang dan berat. Pada
pasien dengan penyakit berat pemberian nutrisi isokalorik maupun
hiperkalorik dapat mencegah katabolisme protein. Oleh karena itu, pemberian
energi hipokalorik sebesar 15 -2 0 kkal/kg/hari lebih sesuai pada keadaan
katabolik awal pada pasien-pasien non bedah dengan MOF. Pemberian protein
sebesar 1,2 -1,5 g/kg/hari optimal untuk sebagian besar pasien pankreatitis
akut. Pemberian nutrisi peroral dapat mulai diberikan apabila nyeri sudah teratasi
dan enzim pan-kreas telah kembali normal. Pasien awalnya diberikan diet
karbohidrat dan protein dalam jumlah kecil, kemudian kalorinya ditingkatkan
perlahan dan diberikan lemak dengan hati-hati setelah 3 - 6 hari.
46
KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN PADA PARENTERAL NUTRISI
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal
900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah
terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900 - 1000 mOsm,
seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran
darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga
tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral
maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan
osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh
dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan resiko teromboemboli
yang tinggi.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit
mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi gluneogenesis
dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan deksrose 6
gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino
dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi
pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut tidak
dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi
150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin.
Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan
kebutuhan kalori .
47
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi
infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang
terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infus (Isworo 2008; Ferrie,
2011).
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus, laju
pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat insersi.
Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang diresepkan,
kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau setiap 1 sampai
2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih sering.(1)
Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang infus
sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis larutan dan obat
yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter dan informasi yang
tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label tanggal dan jam infus
dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi label jam infus digantung
dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak pada
wadah. Wadah tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau spidol,
48
karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena. Selanjutnya
perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan
seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan
dan waktu yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai
pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml).
Jika anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus set
15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga diperhatikan;
harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca
membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu jarum udara.
Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus. Bila
digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai 36
inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan
bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika
tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan atau
pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan hantaran cairan
dan obat tidak tepat. Beberapa faktor lain bisa mengubah laju aliran, sebagai
berikut:
Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin
dan dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil (misal
vena punggung tangan)
Dressing infus
49
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.
Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing lembab
atau integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa ini ada dressing
transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan
infiltrasi.
Tempat insersi
Blanching
50
lebih rentan terhadap uremia dan pada mereka dengan deplesi volume rentan
terhadap asidosis metabolik.
Metabolik :
Glukosa
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI
Hiperglikemia
51
persalinan. Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh
glukosa parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. (5) Jika laju ini
diterjemahkan kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam
atau 3.2 ml glukosa 7.5% /kg/jam. Oleh karena itu, larutan parenteral yang
mengandung glukosa 7.5% (misal Aminofluid®) tidak akan menginduksi
hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang laju pemberian 80 ml/jam (yang jauh
di bawah maksimum 192 ml/jam).
Hipertrigliseridemia
52
menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih dari 5 mmol/dL, walaupun
data yang mendukung kurang. Bila kadar ini dicapai dianjurkan oleh banyak ahli
di bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi
parenteral atau untuk sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi
tidak dianjurkan menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui
kapasitas oksidasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ami et al. 2008. Original Comunications, Nutrition Support in The Critically Ill :
A Physician Survey. JPEN ; 32,2 ; Proquest pq 113.
53
Ferrie, Suzie, et al. 2011. Parenteral Nutrition Manual for Adult in Health Care
Facilities. Nutritions Support Interest Group. Dietitians Association of
Australia.
Leksana, Ery, dr, SpAn, KIC. 2007. : Terapi Cairan dan Nutrisi Parenteral,
SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif UNDIP, Semarang.
Ramli, Muh. 2006. Konsep Dasar Nutrisi Parenteral. Bagian Anestesiologi &
Terapi Intensif FK UNHAS/ RSUP Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Redjeki, Sri Ike. Dukungan Nutrisi Pada Pasien Sakit Kritis. SMF Anestesiologi
& Reanimasi RS Hasan Sadikin/ FK UNPAD Bandung.
Rini, Isworo. 2008. Nutrisi Parenteral. Anestesiologi dan Reanimasi FK UGM /
RS Dr. Sardjito Yogyakarta.
Setijanto, Eko, dr. SpAn. Mkes. 2010. Nutrisi Pasien Kritis di ICU. Bagian
Anestesiologi FK UNS/ RS DR Moewardi Surakarta.
54
Tanukusumah, Meida, dr, 2012.komposisi cairan infuse.
http://bukujaga.com/komposisi-cairan-infus.html. diakses pada tanggal 17
Oktober jam 20.00
Wiryana, Made. 2007. Nutrisi Pada Penderita Sakit Kritis. Bag/SMF Ilmu
Anestesi & Reanimasi, FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Ziegler, Thomas, R, MD. 2009. Parenteral Nutritions in The Critically Ill Patient.
N Engl J Med; 361 :1088 – 97.
http://www.otsuka.co.id/?content=product&cat=3&lang=id&refresh=1 diakses
pada tanggal 17 Oktober 2012 jam 23.00
TINJAUAN PUSTAKA
55
Oleh :
Pembimbing :
dr. Sugeng Budi Santosa, SpAn, KMN
Tinjauan Pustaka ini merupakan salah satu dari tugas-tugas yang dibuat sebagai
syarat dalam program PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNS
56
PEMBIMBING : dr. Sugeng Budi Santosa, SpAn, KMN
PEMBIMBING
57