DI SUSUN OLEH :
TANTIK MAYASARI
P.12 114
DI SUSUN OLEH :
TANTIK MAYASARI
P.12 114
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Tantik Mayasari
NIM. P.12114
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P.12114
Karanganyar.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
Ditetapkan : Surakarta
Hari/ Tanggal : Senin, 25 Mei 2015
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Terapi Guided Imagery Dengan Iringan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Atiek Murharyati, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII
2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Sekretaris Program studi DIII Keperawatan
v
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu -
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1. Appendisitis .............................................................................. 7
vii
B. Tempat dan waktu .............................................................................. 42
B. Pengkajian .......................................................................................... 53
D. Intervensi ............................................................................................ 63
E. Implementasi ...................................................................................... 65
F. Evaluasi .............................................................................................. 73
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..................................................................................... 78
B. Diagnosa keperawatan................................................................... 72
C. Intervensi keperawatan.................................................................. 84
D. Implementasi ................................................................................. 89
E. Evaluasi ......................................................................................... 91
A. Kesimpulan......................................................................................... 96
B. Saran ................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan dan gaya hidup dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Salah satu
(Sulistiyawati, 2012).
perempuan sebanding, pada umur 20-30 tahun insiden laki-laki lebih tinggi.
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah (Jitowiyono dan
1
2
dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak
kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda dan sering
ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal gangguan tidur yang
akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri dan orang lain (Potter
mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, laterasi tidur, serta
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang
kognitif bisa menggunakan terapi guided imagery dan iringan terapi musik.
Pemberian guided imagery juga sangat efektif dalam mengurangi nyeri pasien
mengurangi nyeri, kesulitan tidur, elergi atau asma, pusing, migren, hipertensi,
pemberian guided imagery juga merupakan media yang sederhana dan tidak
pikiran, dan bunyi musik mampu menciptakan bentuk- bentuk fisik yang
dapatkan 70% pasien post operasi mengeluh gangguan pola tidur. Telah
perawat saja yang mengetahui tentang teknik guided imagery dengan iringan
musik dan belum pernah ada yang melakukan teknik guided imagery dengan
iringan musik kepada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
4
Sebagian perawat lainya jika ada pasien post operasi hanya mengajarkan
teknik yang lain misal teknik relaksasi nafas dalam, sehingga penulis tertarik
iringan musik kepada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
imagery dengan iringan musik untuk meningkatkan kualitas tidur pada asuhan
Karanganyar”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
appendisitis.
operasi appendisitis.
operasi appendisitis
appendisitis.
C. Manfaat penelitian
2. Bagi pendidikan
Hasil karya ilmiah ini sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
datang.
Diharapkan hasil karya ilmiah ini dapat memberikan masukan dan bahan
Diharapkan hasil karya ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi profesi
5. Bagi pasien
Diharapkan hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pasien, yaitu
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Appendisitis
a. Definisi
paling sering. Appendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu
karena yang merupakan usus buntu yang selama ini dikenal dan
secara pasti apa fungsi appendiks sebenarnya. Organ ini sering sekali
7
8
Appendisitis akut adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar umbilicus
adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel
b. Etiologi
3) Pemberian barium
5) Tumor
c. Patofisiologi
edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi
d. Manifestasi klinis
defans muskuler.
bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Me. Burney,
sementara.
e. Pemeriksaan diagnostik
dari:
1) Laboratorium
2) Radiologi
f. Penatalaksanaan
1) Sebelum operasi
a) Observasi
b) Antibiotik
2) Operasi
a) Apendiktomi
bulan.
3) Pasca Operasi
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
peroleh pulang
g. Komplikasi
1) Perforasi
terjadi pada usia muda sekaliatau terlalu tua, perforasi timbul 93%
2) Peritonitis
h. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat:
b) Riwayat kesehatan:
sebelumnya.
Data Subyektif :
d) Lemas
e) Haus
f) Mual, kembung
g) Pusing
Data Obyektif :
abdomen
b) Terpasang infus
17
Pemeriksaan Laboratorium
b) Netrofil meningkat 75 %
terjadinya perforasi
pada katup.
2. Diagnosa Keperawatan
post operasi)
musculoskeletal
operasi.
pembedahan.
18
3. Intervensi keperawatan
operasi)
(1) Intervensi
pasien
terhadap cahaya
(1) Intervensi
tidur
musculoskeletal
sendiri.
c) 5 5
4 4
(1) Intervensi
nyaman klien
munntah, anoreksia
hasil:
21
c) BB stabil
1) Intervensi
(1) Intervensi:
luka.
tepat.
22
kertas.
terjadi infeksi
a. Guided imageri
1) Definisi
agama mereka.
tersebut.
b. Terapi musik
1) Definisi
(1) Kasidah
(Rasyid, 2010).
(2) Nasyid
(a) Relaksasi
mengalami penyegaran.
positif.
sakit.
kembali sel – sel, lapisan tipis tubuh dan organ dalam tubuh
pasien
3. Pola tidur
a. Definisi Tidur
(Hidayat, 2006).
1) Tanda fisik
2) Tanda psikologis
Perry, 2005):
1) Penyakit
posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi
2) Stres emosional
3) Obat-obatan
tidur untuk mengatasi stersor gaya hidup. Obat tidur juga seringkali
tidur REM.
4) Lingkungan
menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara
televisi.
1) Insomnia
sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan
2) Hipersomnia
38
3) Parasomnia
atau genetis dan cenderung terjadi pada tahap III dan IV tidur
NREM.
4) Narkolepsi
Tanda- tanda yang dapat diamati adalah mengorok dan rasa kantuk
berlebihan.
ini disebabkan oleh sistem saraf tidak matang atau apnue saat tidur.
B. Kerangka Teori
C. KerangkaKonsep
Peningkatan kualitas
tidur
appendisitis.
1. Tempat tidur
Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta
kepada klien untuk pelan-pelan menutup matanya dan fokus pada nafas
42
43
nama yang disukai. Berbicara jelas dengan nada yang tenang dan netral
saat memberikan arahan pada klien. Klien diminta untuk tarik nafas
bayanganya.
secara mandiri.
melalui hidung
speaker mengalir keseluruh tubuh, dan fokus pada ritme musik yang
tubuh dan melengkapi kembali sel – sel, lapisan tipis tubuh dan organ
(Sari, 2005 )
46
No Pertanyaan Jawaban
Sebelum Sesudah
1 Jam berapa biasanya
berangkat tidur di malam
hari
2 Berapa menit anda habiskan
waktu di tempat
tidur,sebelum akhirnya anda
tertidur?
3 Jam berapa nda biasanya
bangun setiap pagi?
46
46
46
Seberapa sering anda Tidak Kurang dari Sekali atau Tiga kali Tidak Kurang dari Sekali atau Tiga kali atau
terjaga karena : pernah sekali dua kali atau lebih pernah sekali dua kali dalam lebih dalam
dalam dalam dalam dalam semingu semingu
semingu semingu semingu semingu
5.a. Tidak bisa tertidur
dalam 30 menit
5.b. Terbangun di tengah
malam
5.c. Terbangun karena
harus ke kamar mandi
5.d. Terganggu pernafasan
47
48
48
48
berkonsentrasi ke
pekerjaan ?
9. Menurut anda
sendiri,bagaimana
kualitas tidur anda
selama satu minggu ini
KETERANGAN :
1. Komponen 1 yaitu kualitas tidur subjektif terdapat pada pertanyaan nomer 9 dengan pilihan jawaban sangat baik = 0, baik = 1,
buruk = 2, dan sangat buruk = 3
2. Komponen 2 yaitu tidur laten terdapat pada pertanyaan nomer 2 dan 5a dengan pilihan jawaban tidak pernah = 0, kurang dari
sehari = 1, sekali atau dua kali dalam sehari = 2, dan tiga kali atau lebih dalam sehari = 3.
3. Komponen 3 yaitu lama tidur terdapat pada pertanyaan nomer 4 tanpa pilihan jawaban atau jawaban dari responden
4. Komponen 4 yaitu efisiensi tidur terdapat pada pertanyaan nbomor 1 dan 3 dengan jawaban dari responden
5. Komponen 5 yaitu gangguan tidur terdapat pada pertanyaan nomor 5.b sampai dengan 5.j dengan pilihan jawaban sama
dengan pertanyaan nomer 5
6. Komponen 6 yaitu pemakaian obat tidur terdapat pada pertanyaan nomor 5
7. Komponen 7 yaitu disfungsi siang hari terdapat pada pertanyaan nomer 8 dengan pilihan jawaban sama dengan pertanyaan
nomer 9
49
50
Durasi tidur
Efisiensi tidur = ––––––––––––––––––––––––––––– x 100%
Jam bangun tidur-jam tidur malam
Sangat baik = 0
Cukup baik = 1
Cukup buruk = 2
Sangat buruk =3
Kriteria penilaian
Jawaban responden
Kriteria penilaian
a. Kualitas tidur =
52
b. Latensi tidur =
c. Durasi tidur =
d. Efisiensi tidur =
Kriteria penilaian
menjadi .....
menjadi .....
menjadi .....
menjadi ....
BAB IV
LAPORAN KASUS
guided imagery untuk meningkatkan kualitas tidur pada asuhan keperawatan Nn.
A. Identitas pasien
ini Nn. Y di rawat di RSUD Karanganyar yang bertanggung jawab adalah Tn.
Karanganyar.
B. Pengkajian
53
54
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri post operasi pada perut
kuadran IV kanan bawah dan pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri
tersebut, 3 hari sebelum diperiksa perut kanan bawah pasien ditekan sakit,
tanggal 7 maret 2015 pasien periksa ke poli rawat jalan RSUD Karanganyar.
Pasien di beri obat rawat jalan selama 3 hari tetapi sakitnya tidak berkurang.
Pada tanggal 10 maret 2015 pasien di bawa ke IGD RSUD Karanganyar, dari
IGD pasien di bawa ke ruang kantil 1, pasien di sarankan dokter bedah untuk
operasi. Tanggal 11 maret 2015 jam 10.00 WIB pasien di bawa ke ruang
operasi dan selesei operasi pasien jam 12.00 WIB. Setelah operasi selesai,
malamnya pasien mengeluh tidak bisa tidur karena merasakan nyeri seperti
tersayat-sayat dengan skala 6 pada luka post operasi di sebelah perut bagian
kanan bawah. Sakit yang dirasakan berkisar ±30 detik- 1 menit. Pasien
tampak meringis kesakitan. Dan pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan
cahaya ruangan yang terang dan harus tidur dengan cahaya ruangan yang
redup. Ketika bangun tidur terlihat lesu dan sering menguap. Pasien juga
85x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36, 8ºC. Di bangsal Kantil pasien
mendapatkan terapi obat inj. Cefotaxime 1 gram/ 8jam, inj. Ranitidine 50mg/
februari 2015 karena typus. Pasien belum pernah melakukan operasi apapun
55
khusus.
Pasien merupakan anak pertama dan satu-satunya dari Tn. S dan Ny. S,
dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Saat ini pasien tinggal bersama orang
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
56
sakit, sehat jasmani dan rohani. Apabila ada keluarga yang sakit segera
3 kali sehari, dengan jenis nasi, lauk, sayur habis 1 porsi, pasien tidak
memiliki keluhan. Minum pasien habis 6-8 gelas per hari, dengan air putih.
Selama sakit di rawat di bangsal kantil 1 diberikan diit bubur, sayur, lauk
habis ¼ porsi. Minum pasien habis 6 gelas per hari, dan susu 1 gelas
konsisten lembek, warna kuning kecoklatan, berbau khas, dan tidak memiliki
keluhan. Selama sakit pasien mengatakan hari ke 0 post operasi belum BAB.
Pola eliminasi BAK, sebelum sakit frekuensi BAK 5-6 kali dalam sehari,
jumlah urine ± 1500cc/hari, warna kuning, berbau khas, dan pasien tidak
memiliki ada keluhan. Selama sakit pasien di pasang selang DC, dalam sehari
urine tertampung dalam urine bag ± 1300 cc, urine yang tertampung
dilakukan secara mandiri. Namun selama sakit aktivitas, makan atau minum,
57
orang lain, saat BAB dan BAK pasien di bantu orang dan alat.
baik siang maupun malam hari, tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam tanpa
nyeri pada siang dan malam hari, tidur siang 30 menit, tidur malam ± 4-5
jam, tanpa menggunakan obat tidur, hasil pengkajian pola tidur PSQI
penciuman normal. Selama sakit pasien dapat berbicara tetapi sedikit, perut
kanan bawah kuadran IV luka post operasi, perut kuadran IV bawah di balut
dengan kasa. Pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan bangun, nyeri
dengan keluarganya tidak ada masalah sama sekali, dan selama sakitpun
hubungan dengan keluarga tetap harmonis tidak ada masalah sama sekali,
Selama sakit kini pasien tidak bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya, dan
58
tidak dapat belajar bersama teman-temanya, meski sakit tetapi pasien tetap
optimis belajar.
dan bercerita kepada temanya. Tetapi selama sakit selalu bercerita dengan
antara lain: Nn. Y dalam keadaan sadar penuh (composmentis), namun pasien
terlihat lesu, saat di lakukan tanda-tanda vital didapat hasil tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 85x/menit teraba kuat dengan irama teratur, pernafasan
Bentuk kepala pasien mesochepal, kulit kepalanya tidak ada lesi dan
tidak ada jejas, kebersihan kulit kepala terjaga. Rambut pasien terjaga
kebersihanya dan tidak mudah rontok. Mata tidak ditemukan konjungtiva yang
anemis dan sclera yang ikterik, pasien tidak menggunakan alat bantu
simetris, tidak ada polip dalam saluran nafas dan kebersihan hidung terjaga.
pasien terjaga, mukosa bibir tidak kering, gigi pasien juga tidak berlubang.
Pada leher tidak ditemukan vena jugularis dan tidak ada pembesaran tiroid.
simetris, tidak menggunakan otot bantu nafas, ekspansi dada kanan atau kiri
sama, palpasi: vocal fremitus kanan atau kiri sama, perkusi: sonor, auskultasi:
suara vesikuler dan irama reguler. Pemeriksaan fisik jantung inspeksi: ictus
cordis tidak nampak, palpasi: ictus cordis teraba di ICS V, perkusi: pekak,
fisik abdomen inspeksi: perut simetris, terdapat luka post operasi ± 8 cm,
auskultasi: bising usus 15x/menit, perkusi: perut bagian atas kanan (terdapat
organ hati) terdengar redup, perut bagian kiri atas (terdapat organ lambung)
terdapat luka post op, pada palpasi terdapan nyeri tekan pada kuadran IV
pada area genetalia (tidak ada kemerahan, bengkak, panas, ataupun nyeri).
Pada area rectum kebersihan terjaga dan tidak ada tanda-tanda iritasi.
100% dengan nilai 5. Daerah ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri
melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa dengan nilai 3, pada ekstremitas atas
dan bawah teraba hangat, gerakan ROM ekstremitas kanan dan kiri atas
normal (+), sedangkan gerakan ROM kanan dan kiri bawah kurang normal (-).
Pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada perubahan bentuk tulang.
lain:
1. Pemeriksaan laboratorium
(normal, rentan normal 27,0-31,0 Pg), MCHC 34,3 g/dl (normal, rentan
hasilnya 3,3 % (normal, rentan normal 3,0-9,0 %), Eritrosit hasilnya 1,8 %
menit (normal, rentan normal 1-3 menit). Glukosa darah sewaktu 87 mg/dl
2. Pemeriksaan USG
(Appendisitis).
3. Pemeriksaan Thorax
metronidazole 500 mg/ 8jam dengan fungsi sebagai terapi pengobatan dan
fungsinya untuk mengurangi volume dan kadar ion hydrogen dari sel
500mg/8jam)
C. Analisa Data
pejanan terhadap cahaya. Data subyektif pasien mengatakan tidak bisa tidur
karena sering terbangun merasa nyeri pada luka post op, dan cahaya ruangan
yang terlalu terang, pasien juga mengatakan ketika bangun badanya terasa
kurang nyaman dan lesu. Data obyektif yang mendukung diagnosa ini yaitu
pasien terlihat lesu dan sesekali menguap, pasien tidur pada ruangan yang
Analisa data hari rabu, 11 maret 2015, pukul 19.30 WIB ditemukan
masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka
post operasi). Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi,
bawah), ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, hasil pemeriksaan USG,
(Appendisitis).
63
Analisa data hari rabu, 11 maret 2015, pukul 19.40 WIB ditemukan
pasien tampak lemah di tempat tidur, serta aktivitas di bantu, keluarga (makan,
ekstremitas atas kekuatan otot kanan dan kiri gerakanya normal dengan nilai
5, sedangakan ekstremitas bawah kekuatan otot dengan nilai kanan dan kiri
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post operasi),
D. Intervensi
cidera fisik (luka post operasi). Tujuannya adalah setelah diilakukan tindakan
pada diagnosa yang pertama yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST) bertujuan
untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Pantau TTV bertujuan
mengurangi rsa nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat guna
sebagai terapi.
Kriteria hasil, pasien tampak lebih segar, kebutuhan tidur pasien tercukupi (±
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu kaji pola tidur
bertujuan untuk mengetahui pola tidur pasien, monitor TTV bertujuan untuk
mengetahui keadaan tubuh pasien. Beri terapi guided imagery bertujuan untuk
merelaksasikan tubuh pasien agar dapat tidur. Anjurkan pada keluarga untuk
Kriteria hasil pasien tampak bugar dan sudah bisa melakukan aktivitas sendiri,
pasien mengatakan sudah bisa menggerakkan badannya miring kanan dan kiri.
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah otot kanan dan kiri gerakanya normal
tubuh yang tepat dan membuat nyaman pasien bertujuan untuk memberi
kenyamanan pada pasien, bantu keluarga terdekat pada latihan gerak pasien
E. Implementasi
berhubungan dengan agen cidera fisik pada hari rabu, 11 maret 2015 pukul
mengatakan nyeri pada luka post operasi, P: nyeri post operasi, Q: nyeri
sakit. Memantau TTV dilakukan pada waktu 19.25 WIB, pasien mengatakan
66
bersedia untuk dipantau TTV, didapatkan TD: 110/80 mmHg, N: 85X/ menit,
dilakukan pada waktu 19.35 WIB, data subyektif: pasien mengatakan mau
diajarkan teknik guided imageri dan diiringi terapi musik, data obyektif:
Memberikan posisi yang nyaman dilakukan pada waktu 19.45 WIB, data
data subyektif: pasien mengatakan mau diberi obat didapatkan obat masuk,
gangguan pola tidur, mulai dilakukan implementasi yaitu mengkaji pola tidur
pasien pada pukul 20.10 WIB, data subyektif: pasien mengatakan tidak bisa
tidur karena merasakan nyeri pada luka post op dan keadaan ruangan yang
terlalu terang, data obyektif: pasien tampak mengantuk, lelah, wajah layu dan
sering menguap. Memberikan terapi guided imagery dan terapi musik pada
pukul 20.20 WIB, subyektif: pasien mengatakan mau duberikan terapi guided
merelaksasikan diri dan mendengarkan musik tetapi pasien masih belum bisa
67
tidur dengan nyenyak, nilai PSQI nilai 10 dengan interpretasi kualitas tidur
pada waktu 20.30 WIB, data obyektif: keluarga tampak menutup tirai,
tingkat mobilitas dilakukan pada waktu 20.40 WIB , data subyektif: pasien
kekuatan ekstremitas atas otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5
yaitu kekuatan utuh. Kekuatan ekstremitas bawah otot kanan dan kiri
pasien pada waktu 21.00 WIB, data subyektif: pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi terlentang, data obyektif: pasien tampak dengan posisi
terlentang. Membantu keluarga terdekat pada latihan gerak pasien pada waktu
dibantu untuk melatih gerak pasien, data obyektif: pasien tampak berlatih
berhubungan dengan agen cidera fisik pada hari kamis, 12 maret 2015 pukul
mengatakan nyeri pada luka post operasi, P: nyeri pada luka pada post operasi
dilakukan pada waktu 08.20 WIB, data subyektif: pasien mengatakan mau
diajarkan guided imagery dan diiringi musik, data obyektif: pasien tampak
mengikuti aba-aba dan pasien sedikit lebih rileks. Memberikan posisi yang
nyaman dilakukan pada waktu 08.30 WIB, data subyektif: pasien mengatakan
08.40 WIB, data obyektif: pasien mengatakan mau diberi obat didapatkan
mengkaji pola tidur pasien pada pukul 09.50 WIB, data subyektif: pasien
mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan nyeri pada luka post op dan
keadaan ruangan yang terlalu terang, data obyektif: pasien tampak mengantuk,
lelah, wajah layu dan sering menguap. Memberikan terapi guided imagery dan
diiringi terapi musik pada pukul 09.00, data subyektif: pasien mengatakan
mau duberikan terapi guided imagery dengan diiringi musik, data obyektif:
dapat tidur tetapi masih belum bisa tidur dengan nyenyak dan rileks, nilai
pukul 09.10 WIB, data subyektif: keluarga pasien mengatakan akan menjaga
guided imagery dengan diiringi musik dilakukan pada pukul 09.20 WIB
teknik guided imagery dan diiringi music, obyektif: pasien tampak tenang
70
kekuatan ekstremitas atas otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5
yaitu kekuatan utuh, kekuatan ekstremitas bawah otot kanan dan kiri
data obyektif: aktivitas pasien tampak belajar mandiri meski masih di bantu
pasien pukul 10.10 WIB, data subyektif: pasien mengatakan lebih nyaman
terlentang. Membantu keluarga terdekat pada latihan gerak pasien pukul 10.20
WIB, data subyekti: keluarga pasien mengatakan bersedia untuk dibantu untuk
melatih gerak pasien, data obyektif: pasien tampak berlatih gerak dengan
dibantu keluarga.
berhubungan dengan agen cidera fisik hari jum’at, 13 maret 2015 pukul 08.00
nyeri pada luka post operasi, P: luka pada post operasi, Q: nyeri seperti
kanan bawah), ekspresi wajah pasien rileks. Memantau TTV dilakukan pukul
08.15 WIB, data subyektif: pasien mengatakan bersedia untuk dipantau TTV,
dilakukan pukul 08.25 WIB, data subyektif: pasien mengatakan mau diajarkan
guided imagery dan diiringi musik, data obyektif: pasien tampak mengikuti
aba-aba dan pasien lebih rileks. Memberikan posisi yang nyaman dilakukan
posisinya dengan posisi setengah duduk, data obyektif: pasien terlihat nyaman
mau diberi obat didapatkan obat masuk, data obyektif: pasien tampak tenang.
yaitu mengkaji pola tidur pasien pukul 09.20 WIB, data subyektif: pasien
mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak, data obyektif: pasien tampak
mendengarkan musik pasien sudah dapat tidur. Nilai PSQI nilai 4 dengan
imagery dan diiringi musik dilakukan pada pukul 10.30 WIB, subyektif:
kekuatan ekstremitas atas gerakanya normal denga nilai 5 yaitu kekuatan utuh.
minum, mandi, toileting, dan berpakaian) pukul 11.10 WIB, data subyektif:
tepat dan membuat nyaman pasien pukul 11.20 WIB, data subyektif: pasien
mengatakan ingin posisi setengah duduk, data obyektif: pasien posisi setengah
73
duduk. Membantu keluarga terdekat pada latihan gerak pasien pada waktu
dibantu untuk melatih gerak pasien, data obyektif: pasien tampak berlatih
F. Evaluasi
Evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut hari rabu, 11 maret 2015
dilakukan pada pukul 20.00 WIB. Subyektif: pasien mengatakan nyeri pada
luka post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti tersayat-
sayat, R: nyeri pada perut di kuadran IV sebelah kanan bawah, S: skala nyeri
monitor TTV, beri posisi yang nyaman , ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
Evaluasi untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur hari rabu, 11 maret
sering terbangun merasa nyeri pada luka post op, dan cahaya ruangan yang
terlalu terang. Obyektif: pasien tampak lelah, wajah layu karena mengantuk,
sering menguap, pasien tidur pada ruangan yang redup, nilai PSQI 10 dengan
dilanjutkan kaji pola tidur, monitor TTV, beri terapi guided imagery, dan
Evaluasi untuk diagnosa ketiga hari rabu, 11 maret 2015 pukul 20.10
balikan posisi badan, serta ekstremitas bawah yang lemah. Pasien tampak
kekuatan ekstremitas atas otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5
yaitu kekuatan utuh. Kekuatan ekstremitas bawah otot kanan dan kiri
mampu melawan tekan atau dorongan dari pemeriksa dengan nilai 3. Analisis:
mobilisasi, bantu aktivitas pasien, pertahankan posisi tubuh yang tepat dan
Evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut hari kamis, 12 maret 2015
dilakukan pukul 08.40 WIB. Subyektif: pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti tersayat-sayat, R:
monitor TTV, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
maret 2015 pukul 09.10 WIB. Subyektif: pasien mengatakan bisa tidur meski
sebentar karenas ering terbangun merasa nyeri pada luka post op, dan cahaya
ruangan yang terlalu terang. Obyektif: pasien tampak lelah, wajah layu karena
mengantuk, sering menguap, pasien tidur pada ruangan yang redup, dan
TTV, beri terapi guided imagery, dan kolaborasi dalam pemberian obat.
Evaluasi untuk diagnosa ketiga hari kamis, 12 maret 2015 pukul 10.00
WIB. Subyektif: pasien mengatakan badan terasa sedikit rileks, dan sudah
keluarga, serta ekstremitas bawah yang lemah. Obyektif: pasien tampak lemah
atas otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5 yaitu kekuatan utuh,
kekuatan ekstremitas bawah otot kanan dan kiri gerakanya mampu menahan
tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu melawan tekan atau
pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman pasien, bantu
Evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut pada hari jum’at, 13 maret
2015 dilakukan pukul 08.45 WIB. Subyektif: Pasien mengatakan nyeri pada
luka post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti tersayat-
sayat, R: nyeri pada perut di kuadran IV sebelah kanan bawah, S: skala nyeri
sebelah kanan bawah), ekspresi wajah pasien rileks. Analisis: masalah teratasi
yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), monitor TTV, beri posisi yang
nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dalam pemberian
obat.
maret 2015 pada pukul 10.00 WIB.Subyektif: pasien mengatakan bisa tidur,
Obyektif: ekspresi wajah tampak bugar, tidak banyak menguap lagi, nilai
intervensi dihentikan.
Evaluasi untuk diagnosa ketiga hari jum’at, 13 maret 2015 pukul 11.40
WIB. Subyektif: pasien mengatakan badan terasa rileks, dan sudah dapat
bawah otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5 yaitu kekuatan
utuh. Ekstremitas bawah otot kanan dan kiri gerakanya kekuatan kurang
pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman pasien, bantu
Bab ini penulis akan membahas tentang terapi guided imagery untuk
meningkatkan kualitas tidur pada asuhan keperawatan Nn. Y dengan post operasi
akan membahas tentang kesesuaian, kesenjangan antara teori dan kenyataan yang
Pembahasan akan lebih ditekankan pada gangguan pola tidur karena gangguan
menurut jurnal kamora, utomo, Hasanah (2002) bahwa kualitas tidur dapat
A. Pengkajian
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. klien masuk rumah
sakit pada hari Selasa, 10 maret 2015 jam 10 pagi. Penulis melakukan
pengkajian pada hari Rabu 11 maret 2015 diruang kantil1 pada jam 7 malam.
Keluhan pertama pada saat dikaji adalah nyeri post operasi pada perut kuadran
IV kanan bawah. Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan
78
79
jam namun saat malam, waktu tidurnya hanya berkisar ± 4-5 jam padahal jam
tidur malam pasien normalnya ± 8-9 jam. Hasil pengkajian pola tidur PSQI
(Pittsburgh Sleep Quality Index), 12 nilai kualitas tidur buruk, pasien sulit
mengawali tidur, saat bisa tidur akan mudah terbangun karena nyeri pada
post appendisitis. Hal ini disebabkan oleh karena nyeri akut terjadi setelah
terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan
yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan
imagery dan terapi musik pada Nn. Y nilainya 12, belum dicantumkan di
post operasi, 3 hari sebelum periksa perut kanan bawah pasien ditekan sakit,
tanggal 7 maret 2015 klien periksa ke poli rawat jalan RSUD Karanganyar.
Klien di beri obat rawat jalan selama 3 hari tetapi sakitnya tidak berkurang,
pada tanggal 10 maret 2015 pasien di bawa ke IGD RSUD Karanganyar, dari
IGD klien di bawa ke ruang kantil 1, klien disarankan dokter bedah untuk
operasi. Pada tanggal 11 maret 2015 jam 10.00 WIB klien di kirim ke ruang
operasi dan selesei operasi pasien jam 12.00 WIB. Setelah operasi selesai,
malamnya klien mengeluh tidak bisa tidur karena merasakan nyeri seperti
tersayat-sayat dengan skala 6 pada luka post operasi di sebelah perut bagian
80
kanan bawah. Sakit yang dirasakan berkisar ±30 detik- 1 menit. Pasien tampak
meringis kesakitan Keluhan utama pada kasus post appendisitis adalah rasa
nyeri yang hebat. Dan pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan cahaya
ruangan yang terang dan harus tidur dengan cahaya ruangan yang redup.
Ketika bangun tidur terlihat lesu dan sering menguap. Nyeri tersebut timbul
yang menambah rasa nyeri. Nyeri dapat timbul pada saat aktivitas dan hilang
pada saat istirahat, atau terdapat nyeri tekan pada daerah luka post operasi
(Rendy, M.C dan Margareth, 2012). Dan pasien mengatakan tidak bisa tidur
dengan cahaya ruangan yang terang dan harus tidur dengan cahaya ruangan
yang redup. Ketika bangun tidur terlihat lesu dan sering menguap. Klien juga
mengatakan lemas dan sulit untuk membolak- balikkan badan, aktivitas klien
menit, RR: 20x/ menit, S: 36, 8ºC. Di bangsal kantil klien mendapatkan terapi
obat inj. Cefotaxime 1 gram/ 8jam, inj. Ranitidine 50mg/ 12jam, inf.
tempat, berpindah dan ambulasi atau ROM dibantu orang lain, saat BAB dan
BAK klien di bantu orang dan alat. Data diatas disimpulkan bahwa Nn. Y total
di bantu keluarga. Adanya nyeri dan gerak yang terbatas menyebabkan semua
81
bentuk aktivitas pasien menjadi berkurang dan pasien butuh banyak bantuan
Selama sakit pasien dapat berbicara tetapi sedikit, perut kanan bawah kuadran
IV luka post operasi, perut kuadran IV bawah di balut dengan kasa. P: pasien
nyeri nyeri pada perut di kuadran IV sebelah kanan bawah, S: skala nyeri 6, T:
operasi ± 8 cm, auskultasi: bising usus 15x/menit, perkusi: perut bagian atas
kanan (terdapat organ hati) terdengar redup, perut bagian kiri atas (terdapat
diperbolehkan karena terdapat luka post op, pada palpasi terdapan nyeri tekan
100% dengan nilai 5. Daerah ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri
melawan tekan atau dorongan dari pemeriksa dengan skala 3. Pada ekstremitas
atas dan bawah teraba hangat, gerakan ROM ekstremitas kanan dan kiri atas
normal (+), sedangkan gerakan ROM kanan dan kiri bawah kurang normal (-).
Pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada perubahan bentuk tulang. Kekuatan
82
otot diuji melalui pengkajian kemampuan pasien untuk melakukan fleksi dan
B. Diagnosa keperawatan
akurat yang dilakukan dan analisa data yang cermat, diagnosa yang akurat
dibuat setelah pengkajian lengkap semua variabelnya (Potter dan Perry, 2005).
Diagnosa pertama yang diangkat penulis adalah nyeri akut yang berhubungan
dengan agen cedera fisik (post operasi). Saat di lakukan pengkajian data
subyektif: pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti
nyeri 6, ± 30 detik sampai 1 menit. Data obyektif yang didapat adalah pasien
sakit. Data ini telah sesuai dengan batasan karakteristik yaitu gelisah, merintih,
meringis, dan mengeluh, (Nanda, 2005). Respon perilaku terhadap nyeri yang
ditunjukan oleh pasien sangat beragam, salah satunya dapat dilihat dari
dahi, menggigit bibir, menutup mata, dan mulut dengan rapat, serta membuka
mata dan mulut dengan lebar (Andarmoyo, 2013). Nyeri yang dialami Nn. Y
merupakan nyeri akut karena memiliki awitan yang saat cepat dan dirasakan
kurang dari satu hari. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
83
nyeri akut memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi dan
adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi oleh waktu dan
mengatakan tidak bisa tidur karena sering terbangun merasa nyeri pada luka
post operasi, dan cahaya ruangan yang terlalu terang, pasien juga mengatakan
ketika bangun badannya terasa kurang nyaman dan lesu. Ditemukan pula data
obyektif yang mendukung yaitu yang mendukung diagnosa ini yaitu klien
terlihat lesu dan sesekali menguap, klien tidur pada ruangan yang redup TD:
dengan interpretasi kualitas tidur buruk, yang mendukung pada diagnosa ini
antara lain klien terlihat lesu, dan sesekali menguap, TD: 110/80 mmhg, N:
kualitas tidur dalam keadaan buruk. Hal ini sesuai dengan teori mengenai
batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu perubahan pola tidur normal,
keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh pada satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri atau terarah (Nurarif, 2013). Data subyektif klien mengatakan
84
nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti tersayat-sayat, nyeri pada perut di
Data obyektif yang didapatkan klien tampak meringis kesakitan, klien tampak
wajah klien tampak menahan sakit. Berdasarkan data di atas maka penulis
halus dan kasar, serta keterbatasan rentang pergerakan sendi (Nurarif, 2013).
cedera fisik (post appendisitis) sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual.
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu
C. Intervensi keperawatan
berisikan tujuan, kriteria hasil yang diharapkan, serta rasional dari tindakan
dengan agen cedera fisik (post operasi appendisitis) penulis membuat tujuan
(skala 6), mampu mengenali nyeri, dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
(Quality) yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti
lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri. T (Time) yang
atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi
masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang
tidak biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan
dapat mengurangi rasa nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
untuk mengurangi volume dan kadar ion hydrogen dari sel pariental akan
terapi guided imagery bertujuan untuk merelaksasikan tubuh pasien agar dapat
seseorang untuk mencapai nefek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle &
psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter &
Perry, 2009).
mobilitas pasien. Mobilisasi dini segera setelah selesai operasi terutama pada
dan mencegah terjadinya infeksi serta thrombosis vena. Bila terlalu dini
Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang diikuti dengan latihan adalah
pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman klien bertujuan
untuk member kenyamanan pada klien, bantu keluarga terdekat pada latihan
gerak pasien guna untuk melatih gerak klien. Kolaborasi dengan dokter dalam
D. Implementasi
ada pada aplikasi riset yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan
tidur yang cukup, tubuh akan berfungsi secara optimal (Asmadi, 2008).
Gangguan pola tidur dilakukan pada hari rabu 13 maret 2015, mulai
dilakukan implementasi yaitu mengkaji pola tidur klien pada pukul 09.00
WIB, data subyektif: klien mengatakan sudah bisa tidur obyektif: klien
gangguan pola tidur ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, , konjungtiva
2008).
ketenangan dan mendengarkan musik klien bisa tidur dengan nyenyak, nilai
sadock, 2010).
sehingga dapat membantu pernafasan pasien menjadi lebih baik, dan membuat
otot lebih rileks. Musik adalah nama bagi aliran- aliran musik yang didengar
suasana hati subyek pendengar menjadi lebih positif serta dapat membuat
quality index (PSQI). Pada quisioner pittsburgh sleep quality index (PSQI)
komponen yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efesiensi
tidur, gangguan tidur, pengguanaan obat tidur serta disfungsi pada siang hari
(Safitrie & Ardani, 2013). Nilai dari 7 komponen PSQI kemudian dijumlahkan
sehingga akan didapatkan nilai antara 0-21, apabila nilai >5 mengindikasikan
kualitas tidur buruk, sedangkan nilai <5 mengindikasikan kualitas tidur baik
(Melanie, 2012).
Pasien di Ruang Rawat inap Bedah” , hal ini sesuai dengan apa yang telah
dilakukan oleh penulis yaitu pemberian terapi guided imagery efektif untuk
pola tidur yaitu perubahan pola tidur normal, kurang puas tidur, keluhan
2009).
E. Evaluasi
dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006).
Hasil evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut pada hari rabu, 11
maret 2015 dilakukan pada pukul 20.00 WIB. Subyektif: klien mengatakan
nyeri pada luka post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti
(PQRST), monitor TTV, beri posisi yang nyaman , ajarkan tehnik relaksasi
Hasil evaluasi untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur pada hari
rabu, 11 maret 2015 pada pukul 20.30 WIB. subyektif: klien mengatakan tidak
bisa tidur karena sering terbangun merasa nyeri pada luka post op, dan cahaya
ruangan yang terlalu terang. Oobyektif: klien tampak lelah, wajah layu karena
mengantuk, sering menguap, klien tidur pada ruangan yang redup, nilai PSQI
intervensi dilanjutkan kaji pola tidur, monitor TTV, beri terapi guided
Hasil evaluasi untuk diagnosa ketiga pada hari rabu, 11 maret 2015
pada pukul 20.10 WIB. S: pasien mengatakan badan terasa lemas, sulit
kekuatan ekstremitas atas dan bawah otot kanan dan kiri gerakanya normal
denga nilai 5 yaitu kekuatan utuh, kekuatan ekstremitas atas bawah otot kanan
dan kiri gerakanya mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi
93
tidak mampu melawan tekan atau dorongan dari pemeriksaan dengan nilai 3.
mobilisasi, bantu aktivitas klien, pertahankan posisi tubuh yang tepat dan
Hasil evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut pada hari kamis, 12
maret 2015 dilakukan pada pukul 08.40 WIB. Subyek: klien mengatakan nyeri
pada luka post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti
dilanjutkan yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), monitor TTV, beri posisi
yang nyaman , ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dalam
pemberian obat.
Hasil evaluasi untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur hari kamis,
12 maret 2015 pada pukul 09.10 WIB. Subyektif: klien mengatakan bisa tidur
meski sebentar karena sering terbangun merasa nyeri pada luka post op, dan
cahaya ruangan yang terlalu terang. Obyektif: klien tampak lelah, wajah layu
karena mengantuk, sering menguap, klien tidur pada ruangan yang redup, dan
sebagian. Planning: intervensi dilanjutkan yaitu kaji pola tidur, monitor TTV,
Hasil evaluasi untuk diagnosa ketiga pada hari kamis, 12 maret 2015
pada pukul 10.00 WIB. Subyektif: klien mengatakan badan terasa sedikit
meski masih di bantu keluarga, serta ekstremitas bawah yang lemah. Obyektif:
klien tampak lemah di tempat tidur, aktivitas (makan, minum, toileting dan
kekuatan ekstremitas atas otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5
yaitu kekuatan utuh, kekuatan ekstremitas bawah otot kanan dan kiri
mobilisasi, bantu aktivitas klien, pertahankan posisi tubuh yang tepat dan
Hasil evaluasi untuk diagnosa pertama nyeri akut hari jum’at, 13 maret
2015 dilakukan pada pukul 08.45 WIB. Subyektif: klien mengatakan nyeri
pada luka post operasi, P: nyeri pada luka post operasi, Q: nyeri seperti
klien tampak rileks, klien tampak menunjukan letak nyerinya (perut kuadran
dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), monitor TTV, beri posisi
yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dalam
pemberian obat.
Hasil evaluasi untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur hari jum’at,
13 maret 2015 pada pukul 10.30 WIB. Subyektif: klien mengatakan bisa tidur,
Obyektif: ekspresi wajah tampak bugar, tidak tidak banyak menguap lagi, nilai
intervensi dihentikan.
Evaluasi untuk diagnosa ketiga hari jum’at, 13 maret 2015 pukul 11.40
WIB. Subyektif: klien mengatakan badan terasa rileks, dan sudah dapat
bawah otot kanan dan kiri gerakanya normal denga nilai 5 yaitu kekuatan
utuh. Ekstremitas bawah otot kanan dan kiri gerakanya kekuatan kurang
pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman pasien, bantu
kualitas tidur pada asuhan keperawatan Nn. Y dengan post operasi appendisitis di
ruang kantil 1 RSUD Karanganyar secara metode studi kasus, maka dapat ditarik
kesimpulan:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
secara komprehensif dan diperoleh hasil yaitu dengan keluhan utama nyeri
tidur karena nyeri tersebut, 3 hari sebelum periksa perut kanan bawah
pasien ditekan sakit, tanggal 7 maret 2015 klien periksa ke poli rawat jalan
RSUD Karanganyar. Klien di beri obat rawat jalan selama 3 hari tetapi
IGD RSUD Karanganyar, dari IGD klien di bawa ke ruang kantil 1, klien
disarankan dokter bedah untuk operasi. Pada tanggal 11 maret 2015 jam
10.00 WIB klien di kirim ke ruang operasi dan selesei operasi pasien jam
12.00 WIB. Setelah operasi selesai, malamnya klien mengeluh tidak bisa
luka post operasi di sebelah perut bagian kanan bawah. Sakit yang
96
97
Dan pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan cahaya ruangan yang terang
dan harus tidur dengan cahaya ruangan yang redup. Ketika bangun tidur
terlihat lesu dan sering menguap. Pasien juga mengatakan lemas dan sulit
dengan agen cidera fisik yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), pantau
TTV, berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam,
tidur, monitor TTV, beri terapi guided imagery, anjurkan pada keluarga
aktivitas klien, pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman
98
klien, bantu keluarga terdekat pada latihan gerak pasien, Kolaborasi dengan
diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada
TTV, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
klien, pertahankan posisi tubuh yang tepat dan membuat nyaman pasien,
obat.
hari dengan durasi 10 menit sebanyak 2 kali hal ini sesuai dengan hasil
B. Saran
kesembuhan klien.
lain dalam melakukan perawatan yang lebih intensif pada penderita pasien
tidur.
4. Bagi penulisan
5. Bagi pembaca
operasi appendisitis dan menjadi acuan atau ada dalam sebuah kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, C. 2006. Efek Musik dalam terapi wicara pada kemampuan verbal anak
AHD
Jong, W., ed. 2000. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
klinis.Edisi VII. Jilid II. Bina Aksara: Jakarta
Khasanah, K. 2012. Kualitas Tidur Lansia: Jurnal Nursing Studies Volume 1.
Nomor 1. Halaman 189- 196
Martin, G., & Pear, J. 2007. Behavior Modification what it and how do it. Eight
Editon. Person prentice Haall: New Jersey.
Nicholas & Humenick. 2002. Cara kerja music sebagai terapi. Salemba Medika:
Jakarta
Potter & Perry. 2001. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume I. Edisi 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume I. Edisi 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume I. Edisi 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Prasetyo, B., & Jannah, M. 2005. Metode penelitian kuantitatif teori dan aplikasi.
PT.Raja Grafindo: Jakarta
Rafiudin, R. 2006. Insomnia dan gangguan lainnya. Media komputindo: Jakarta.
Rendy, M.C dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta
Siregar, MH. 2010. Mengenal sebab- sebab , Akibat- akibat dan Cara Terapi
Insomnia. Flash Books: Jogjakarta.
Sjamsuhidayat dan Wim dejong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. Jakarta:
EGC