BAB 1revisi (1) NF
BAB 1revisi (1) NF
PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Tujuan dari perawatan nifas salah
satunya memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pengeluaran
ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf, dan bermacam-macam hormon (Asih & Risneni, 2016 : 1-3-21). Perawatan
payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas
(masa menyusui) untuk memperlancar pengeluaran ASI. Payudara yang terawat akan
memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi, dengan perawatan payudara yang
baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga
kurang menarik, dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet
sewaktu dihisap oleh bayi, melancarkan aliran ASI, dan mengatasi puting susu datar
atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada
bayinya (Elisabeth & Th.Endang, 2015 :27-28). Oleh karena itu banyak ibu hamil
yang kurang paham tentang perawatan payudara selama hamil sehingga dapat
Djatikoesoemo banyak ibu setelah melahirkan cemas karena air susu tidak keluar,
cemas karena puting susu tidak keluar. Perawatan payudara yang kurang atau sama
Berdasarkan Survey di Indonesia tahun 2009 307/100 ribu ibu hamil yang
pada tahun 2010 menjadi 290 / 100 ribu ibu hamil yang tidak melakukan perawatan
payudara selama hamil ( Dep Kes RI, 2010 ). Sementara hasil survey tahun 2011
menyebutkan di Indonesia sebesar 228/100 ribu ibu hamil yang tidak melakukan
perawatan payudara selama kehamilan ( Depkes RI, 2011 ). Hasil Survey 2009 di
Provinsi jawa timur tercatat 70,4% ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara
selama hamil. Namun demikian masih terdapat 29,6% ibu hamil yang melakukan
perawatan payudara. Di provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 persentase ibu hamil
yang melakukan perawatan payudara 18,8%.Sedangkan tahun 2010 ibu hamil yang
tidak melakukan perawatan payudara selama hamil 83,2% (Dinkes Provinsi Jawa
Timur 2010 ). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016, persentase bayi baru
lahir yang mendapat IMD pada tahun 2016 sebesar 51,9% yang terdiri dari 42,7%
mendapatkan IMD dalam <1 jam setelah lahir, dan 9,2% dalam satu jam atau lebih.
Persentase tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (73%) dan terendah Bengkulu (16%).
persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar 54,0%,
sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan
adalah sebesar 29,5%. Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%,
maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI
eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan berkisar antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9%
(Nusa Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya tiga provinsi yang belum mencapai
target yaitu Gorontalo, Riau dan Kalimantan Tengah ( Profil kesehatan Indonesia,
bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 68,8 %
(Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 39). Cakupan tersebut mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2014 (72,89 %) (Profil kesehatan provinsi jatim, 2015 :
47-48).
tertentu yang disadari sebagai “ada” atau terjadi salah atau keliru, karena bila suatu
pengetahuan ternyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan.
keyakinan saja. (Notoatmodjo, 2010) (Wati,SE, 2015 : 51). Rata-rata volume ASI
wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc, sementara wanita dengan status gizi
kurang hanya sekitar 500-600 cc. Jumlah ASI yang disekresikan pada bulan 6 bulan
pertama sebesar 750 cc sehari. Kondisi payudara yang biasanya sangat umum
menyebabkan kesulitan menyusui adalah : Putting susu datar, terbenam dan besar
atau panjang. Payudara bengkak, Saluran ASI tersumbat dan mastitis, Putting nyeri
selama hamil sangat diperlukan untuk persiapan memberi ASI. Apabila selama
kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan tersebut hanya
dapat menyebabkan ASI tidak keluar, puting kadang tidak menonjol, produksi ASI
terjadi mastitis dan abses. Dampak semasa hamil tidak melakukan perawatan
payudara, dan hanya perawatan dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan. Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap.
Produksi ASI sedikit dan tidak lancar sehingga tidak cukup di konsumsi bayi.
( Kristiyasari, 2009 ).
payudara. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
teratur akan merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui.
Agar tujuan perawatan tercapai, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : lakukan
perawatan payudara secara teratur, pelihara kebersihan, pemasukan gizi ibu lebih baik
dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI, ibu percaya diri akan kemampuan
menyusui bayinya, ibu harus merasa nyaman dan santai, hindari rasa cemas dan
stress. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari ( Masruroh, 2013 : 2).
informasi di media massa dan dapat di dukung oleh petugas kesehatan melalui
penyuluhan tentang perawatan payudara selama hamil pada warga atau masyarakat
payudara selama hamil. Upaya tersebut untuk mengatasi masalah yang ada di BPS