Anda di halaman 1dari 2

1.

KESEHATAN KARYAWAN / PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN

Petugas kesehatan berisiko terinfeksi saat bekerja dan dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien
maupun petugas kesehatan lainnya. Fasilitas kesehatan harus memiliki program pencegahan dan pengendalian
infeksi bagi petugas kesehatan. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat
pernah infeksi apa saja dan status imunisasinya. Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan adalah
hepatitis B, A, influenza, campak, tetanus, difteri, rubella. Mantoux test untuk melihat adakah infeksi TB
sebelumnya. Alur paska pajanan harus dibuat dan pastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV, Neisseria meningitis,
MTB, Hepatitis A, Difteri, Varicella zoster, Bordetella pertusis, Rabies.

1.1 Pajanan Terhadap Virus Hiv


Risiko terpajan 0,2 – 0,4% per injuri. Upaya menurunkan risiko terpajan patogen melalui darah dapat melalui:
 Rutin menjalankan Kewaspadaan Standar, memakai APD yang sesuai
 Menggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada wadah yang tepat
 Edukasi petugas tentang praktek aman menggunakan jarum, dan benda tajam
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi paska pajanan:
 Tusukan yang dalam
 Tampak darah pada alat penimbul pajanan
 Tusukan masuk ke pembuluh darah
 Sumber pajanan mengandung virus kadar tinggi
 Jarum berlubang ditengah
Tindakan pencegahan harus terinformasi kepada seluruh petugas. Peraturannya harus termasuk memeriksa
sumber pajanan, penatalaksanaan jarum dan alat tajam yang benar, alat pelindung diri, penatalaksanaan luka
tusuk, sterilisasi dan disinfeksi.

Alur penatalaksanaan pajanan di rumah sakit yang harus dikerjakan yaitu pemeriksaan laboratorium. Profilaksis
paska pajanan harus diberikan dalam waktu 4 jam paska pajanan, dianjurkan pemberian antiretroviral (ARV)
kombinasi AZT (zidovudine), 3TC (lamivudine) dan Indinavir atau sesuai pedoman lokal. Paska pajanan harus
segera dilakukan pemeriksaan HIV serologi dan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutannya.
Petugas terinformasi tentang sindroma ARV akut, mononukleosis akut pada 70-90% infeksi HIV akut, melaporkan
semua gejala sakit yang dialami dalam 3 bulan. Kemungkinan risiko pajanan dapat terjadi kapan saja tetapi
konseling, pemeriksaan laboratorium dan pemberian ARV harus difasilitasi dalam 24 jam. Penelusuran paska
pajanan harus standar sampai waktu 1 tahun. Diulang tiap 3 bulan sampai 9 bulan ataupun 1 tahun.

1.2 Pajanan Terhadap Virus H5N1

Bila terjadi pajanan H5N1 diberikan oseltamivir 2x75mg selama 5 hari. Monitor kesehatan petugas yang terpajan
sesuai dengan formulir yang tersedia.

1.3 Pajanan Terhadap Virus Hepatitis B

Probabilitas infeksi Hepatitis B paska pajanan antara 1,9 – 40% per pajanan. Segera paska pajanan harus dilakukan
pemeriksaan. Petugas dapat terjadi infeksi bila sumber pajanan positif HBsAg atau HbeAg.

Profilaksis Paska Pajanan

Tidak perlu divaksinasi bila petugas telah mengandung Anti HBs lebih dari 10mIU/ml. HB imunoglobulin IM
segera, dianjurkan dalam waktu 48 jam dan >1 minggu PP, dan 1 seri vaksinasi Hepatitis B dan dimonitor dengan
tes serologik. Hepatitis D timbul pada individu dengan Hepatitis B, ditransmisikan dengan cara yang sama
demikian dengan cara memonitornya.

1.4 Pajanan Terhadap Virus Hepatitis C

Transmisinya sama dengan Hepatitis B. Belum ada terapi profilaksis paska pajanan yang dapat diberikan, tetapi
perlu dilakukan monitoring pemeriksaan adakah serokonversi dan didokumentasikan. Sumber pajanan juga harus
diperiksa.

1.5 Infeksi lain (Varicella, Hepatitis A, Hepatitis E, Influensa, Pertusis, Difteria dan Rabies)

Transmisinya tidak biasa, tetapi harus dibuat penatalaksanaan untuk petugas. Dianjurkan vaksinasi untuk petugas
terhadap Varicella dan Hepatitis A, Rabies untuk daerah yang endemis.

Segala pajanan patogen yang terjadi saat okupasi harus dilakukan konseling, pemeriksaan klinis dan harus
dimonitor dengan pemeriksaan serologis

Anda mungkin juga menyukai