L) PADA BERBAGAI
PENGELOLAAN GULMA DI KABUPATEN KARO
Growth and Production Of Corn (Zea mays L.) On The Various Weeds Management in
District Karo
Fitria
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
Corresponding Author: E-mail : fitriasp@yahoo.com
ABSTRAK
Kehadiran gulma pada budidaya jagung dapat menurunkan produksi jagung, dengan
adanya beberapa cara pengelolaan gulma dapat menekan gulma dan diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung pada lahan budidaya. Penelitian
dilaksanakan di Desa Tongkoh Kecamatan Dolatrayat, Kabupaten Karo provinsi Sumatera
Utara pada bulan Juli-September 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
non faktorial dengan 10 perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, bobot kering 100 biji, produksi tongkol per plot dan produksi pipil per plot. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa cara pengelolaan gulma berpengaruh tidak nyata pada
Tongkol per plot dan Bobot kering 100 biji namun berpengaruh nyata terhadap, Tinggi
tanaman, dan produksi pipil per plot.
ABSTRACT
The presence of weed on the cultivation can decreasing the production of corn with a
few management weeds to reduce weed and expected to improve growth and production of
corn on cultivating lands. The research carried out in villages tongkoh subdistrict dolatrayat,
District Karo province Sumatera Utara on the moon July until September 2013, used non
factorial randomized block design, with 10 treatement and 3 replications. Parameter
observased is high plants, dry weight 100 seeds, production tongkol per plot, production pipil
per plot. The research results the way of managing a weed non significant at tongkol per plot
and dry weight 100 seeds but significant against high plant, and production of pipil per plot.
HASIL PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm) pada umur 3, 6 dan 9 MST di Kabupaten Karo.
Perlakuan 3 MST 6 MST 9 MST
----------------- cm -----------------
T1 (OTS 21 dan 42 HST aplikasi paraquat) 31.89a 94.67 148.44
T2 (OTS 21 dan 42 HST aplikasi Calaris) 33.45a 84.22 137.11
T3 (OTS 21 dan 42 HST disiangi) 34.22a 102.56 177.56
T4 (OTS 14 HST disiangi) 28.89a 93.89 162.67
T5 (OTS dan gulma tidak dikendalikan) 29.22a 79.44 149.11
T6 (TOT 21 dan 42 HST aplikasi paraquat) 23.00b 68.33 127.78
T7 (TOT 21 dan 42 HST aplikasi Calaris) 22.00b 74.00 131.34
T8 (TOT 21 dan 42 HST disiangi) 22.33b 85.66 150.11
T9 (TOT 14 HST disiangi) 21.89b 76.45 131.00
T10(TOT dan gulma tidak dikendalikan) 21.44b 72.33 116.33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
5% menurut uji beda rataan DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dibandingkan hanya satu kali penyiangan
cara pengelolaan gulma tinggi tanaman karena tidak terjadi kompetisi antara
tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 MST tanaman budidaya dan gulma. Perbedaan
tertinggi adalah 34.22 cm T3 (OTS 21 dan ini jelas terlihat bahwa Olah tanah
42 HST disiangi) dan terendah adalah sempurna memberikan hasil terbaik akan
21.44 cm T10 (TOT dan gulma tidak tetapi bukan berarti tanpa olah tanah
dikendalikan). Dimana perlakuan T3 tidak memberikan hasil tidak baik tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan T1, T2, memberikan pengaruh nyata terhadap
T4 dan T5 tetapi berbeda nyata dengan persiapan lahan dengan tanpa olah tanah
perlakuan T6, T7, T8, T9 dan T10. Hal ini mampu memperbaiki sifat dan tata air
diduga bahwa penyiangan yang dilakukan tanah (Rauf, 2005).
dua kali lebih baik tinggi tanamannya
Tabel 3. menunjukkan produksi pipil per sesuai dengan pernyataan (Bangun dan
plot tertinggi adalah 5.87 kg yaitu pada Karama, 1991) pengolahan tanah
perlakuan T1 (OTS dan paraquat disiangi sempurna antara lain dengan membabat
21 dan 42 HST) dan terendah adalah 1.90 bersih, membakar atau menyingkirkan
kg yaitu pada perlakuan T10 (TOT dan sisa tanaman atau gulma serta
gulma tidak dikendalikan). Hal ini perakarannya dari areal penanaman serta
menunjukkan olah tanah sempurna melakukan pengolahan tanah lebih dari
dengan tanpa olah tanah mampu satu kali baru ditanami. Dengan
berpengaruh terhadap pengelolaan gulma pengolahan tanah maksimum ini
hal ini menunjukan bahwa olah tanah permukaan tanah menjadi bersih, rata dan
sempurna menunjukkan hasil pipil tinggi bongkahan tanah menjadi halus.
Tabel 4 menunjukkan Bobot kering 100 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata
biji tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 pada pelakuan persiapan lahan dan
yaitu 30.49 g dan terendah diperoleh pada pengelolaan gulma.
perlakuan T10 berkisar 19.93 g hal ini
SIMPULAN Pertumbuhan dan produksi jagung dilihat
dari efisensi biaya yang diaplikasi
Jagung tidak berpengaruh nyata terhadap paraquat dan calaris memberikan produksi
peningkatan pertumbuhan (Bobot kering tinggi meskipun dengan penyiang
100 biji dan tongkol per plot) dan produksi dengan penyiangan juga tinggi
berpengaruh nyata terhadap produksinya tetapi tidak menghemat biaya dan waktu
(tinggi tanaman dan pipil perplot) disarankan petani mengendalikan gulma
Pengolahan tanah secara sempurna dengan herbisida kontak maupun sistemik
memberikan hasil tinggi dan tanpa olah untuk menggantikan teknik pengelolaan
tanah juga dianjurkan karena tidak gulma secara manual.
merusak sifat dan tata air tanah.