BERACUN
OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
YOMMI DEWILDA, MT
[Type text]
BAB I
KETETUAN UMUM
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain. Sedangkan limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Jadi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. Karena bersifat toksik/ merusak maka diperlukan pengelolaan
limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan.
BAB II
b. Limbah B3 kategori 2.
[Type text]
c. reaktif
d. infeksius;
e. korosif; dan/atau
f. beracun.
BAB III
PENGURANGAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Pengurangan Limbah B3 dilakukan melalui :
1. Substitusi bahan;
2. Modifikasi proses; dan/atau
3. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada
Menteri mengenai pelaksanaan Pengurangan Limbah B3. Pelaporan kepada Menteri 1 x dalam 6
bulan.
BAB IV
Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap wajib memiliki izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.Penyimpanan Limbah B3 ini wajib
dilakukan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Dengan catatan orang yang
menghasilkan limbah B3 dilarang melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya. Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3 diterbitkan oleh
bupati/walikota.
[Type text]
BAB V
Pengumpulan Limbah B3 wajib dilakukan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3.Bila
orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak mampu melakukan sendiri pengumpulan Limbah B3
yang dihasilkannya, Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada Pengumpul Limbah
B3.penyerahan limbah B3 kepada pengumpul limbah B3 ini disertai dengan bukti penyerahan
Limbah B3.Pengumpul limbah B3 sendiri wajib memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk
kegiatan pengumpulan limbah B3.
[Type text]
5. Fasilitas tempat dan/atau bangunan pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus
dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga
kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan;
6. Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 di rancang khusus hanya untuk 1 (satu)
karakteristik limbah, dan di lengkapi dengan bak penampung tumpahan/ceceran limbah
yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;
7. Fasilitas pada bangunan pengumpulan harus di lengkapi dengan:
a. peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b. pembangkit listrik cadangan;
c. fasilitas pertolongan pertama;
d. peralatan komunikasi;
e. gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
f. pintu darurat dan alarm.
BAB VI
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup untuk
Limbah B3 kategori 1.Pengangkutan Limbah B3 juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat
angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2.Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:
1. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan
2. izin Pengangkutan Limbah B3.
Dasar Hukum:
1. UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. PP 74 Tahun 2014; dan
3. PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
BAB VII
[Type text]
Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan limbah B3.
Bila produsen limbah tidak mampu melakukan sendiri, pemanfaatan limbah B3 diserahkan
kepada Pemanfaat Limbah B3. Pemanfaatan Limbah B3 meliputi:
- Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;
- Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;
- Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku; dan
- Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketentuan mengenai uji coba hanya berlaku untuk kegiatan pemanfaatan dan pengolahan limbah
B3. Uji coba diwajibkan untuk pemanfaatan limbah B3:
a) Sebagai substitusi bahan baku yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia; dan
b) sebagai substitusi sumber energi.
Uji coba pemanfaatan atau pengolahan dilakukan untuk: uji coba peralatan, metode, teknologi,
dan/atau fasilitas Pemanfaatan atau Pengolahan Limbah B3.
BAB VII
PEMANFAATAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA BERACUN
[Type text]
BAB VIII
PENGOLAHAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA BERACUN
PENGOLAHAN LIMBAH B3
a) Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3.
b) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri, Pengolahan Limbah B3
diserahkan epada Pengolah Limbah B3.
c) Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
termal;
stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
cara lain sesuai perkembangan teknologi.
d) Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan:
ketersediaan teknologi; dan
baku mutu atau standar lingkungan.
[Type text]
BAB IX
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melaksanakan Penimbunan Limbah B3.
Penimbunan Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah b3 dapat dilakukan pada fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa:
1. penimbusan akhir;
2. sumur injeksi;
3. penempatan kembali di area bekas tambang;
4. dam tailing; dan/atau
5. fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa penimbusan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a terdiri atas fasilitas penimbusan akhir:
1. kelas I;
2. kelas II; dan
3. kelas III.
5. bebas banjir;
6. permeabilitas tanah;
c) permeabilitas tanah yang memiliki nilai paling banyak 10-7 cm/detik untuk fasilitas
penimbusan akhir Limbah B3 kelas I dan kelas II;
d) permeabilitas tanah yang memiliki nilai paling banyak 10-5 cm/detik untuk fasilitas
penimbusan akhir Limbah B3 kelas III.
7. merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di luar
kawasan lindung; dan
8. tidak merupakan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air minum.
BAB X
Setiap Orang untuk dapat melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah B3 baik itu ketanah
maupun ke laut atau media lingkungan hidup wajib memiliki izin dari Menteri
[Type text]
Permohonan izin Dumping (Pembuangan) Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
178 ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:
identitas pemohon;
salinan Izin Lingkungan; dan
dokumen kajian teknis Dumping (Pembuangan) Limbah B3 yang paling sedikit meliputi
keterangan mengenai:
a. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan dilakukan Dumping
(Pembuangan) Limbah B3;
b. studi pemodelan Dumping (Pembuangan) Limbah B3 dengan memperhatikan keberadaan
termoklin dan kedalamannya
c. lokasi tempat dilakukannya Dumping (Pembuangan) Limbah B3 dengan syarat;
5) terletak di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen; dan
6) tidak berada di lokasi tertentu atau di daerah sensitif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. rencana penanggulangan keadaan darurat.;
BAB XI
Untuk dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3 setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3 dari sumber spesifik wajib melaksanakan uji karakteristik Limbah B3.
Uji karakteristik Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi uji:
a) karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif sesuai
dengan parameter uji sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
b) karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk menentukan Limbah B3 dari
sumber spesifik yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50 lebih kecil dari atau
sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji;
c) karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk menentukan Limbah B3 dari
sumber spesifik yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi LD50 lebih besar dari 50
mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan hewan uji dan lebih kecil dari
atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan hewan uji;
d) karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah B3 dari sumber spesifik
yang diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari atau sama dengan
konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-B sebagaimana tercantum dalam
[Type text]
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
dan
e) karakteristik beracun melalui uji toksikologi subkronis sesuai dengan parameter uji
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB XII
Dalam hal Limbah B3 akan dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk tujuan transit, Penghasil Limbah B3 atau Pengangkut Limbah B3 melalui
negara eksportir Limbah B3 harus mengajukan permohonan paling lambat 60 hari notifikasi
kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri.
BAB XIII
[Type text]
PENANGGULANGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DAN / ATAU
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMULIHAN FUNGSI LINGKUNGAN
HIDUP
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3,
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 yang melakukan
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup wajib melaksanakan:
4. penanggulangan
5. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup; dan
d. Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.
e. Penanggulangan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup; dan
f. Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.
BAB XIV
SISTEM TANGGAP DARURAT DALAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3,
Pengangkut Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib memiliki
Sistem Tanggap Darurat. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3 terdiri atas:
a. penyusunan program kedaruratan Pengelolaan Limbah B3;
b. pelatihan dan geladi kedaruratan Pengelolaan Limbah B3; dan
c. penanggulangan kedaruratan Pengelolaan Limbah B3.
Kedaruratan Pengelolaan Limbah B3sebagaimana dimaksud meliputi:
a. keadaan darurat pada kegiatan Pengelolaan Limbah B3;
b. keadaan darurat Pengelolaan Limbah B3 skala kabupaten/kota;
c. keadaan darurat Pengelolaan Limbah B3 skala provinsi; dan
d. keadaan darurat Pengelolaan Limbah B3 skala nasional.
BAB XV
PEMBINAAN
(1) Menteri melakukan pembinaan terhadap:
[Type text]
a. instansi lingkungan hidup provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup provinsi melakukan pembinaan terhadap instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota.
(3) Pembinaan dilakukan paling sedikit melalui:
a. pendidikan dan pelatihan Pengelolaan Limbah B3;
b. bimbingan teknis Pengelolaan Limbah B3; dan
c. penetapan norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria Pengelolaan Limbah B3.
(4) Pembinaan dilakukan paling sedikit melalui:
a. pendidikan dan pelatihan Pengelolaan Limbah B3; dan
b. bimbingan teknis Pengelolaan Limbah B3.
BAB XVI
PENGAWASAN
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengawasan terhadap ketaatan:
a. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah
B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3; dan
terhadap ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
b. Setiap Orang yang melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah B3,
(2) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota menetapkan
PPLH dan/atau PPLHD yang merupakan pejabat fungsional.
Pengawasan dilakukan oleh:
a. Menteri, untuk izin Pengelolaan Limbah B3 yang diterbitkan oleh Menteri dan Dumping
(Pembuangan) Limbah B3;
b. gubernur, untuk izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3
skala provinsi; dan
c. bupati/wali kota, untuk izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah
B3 dan Pengumpulan Limbah B3 skala kabupaten/kota.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 238 dilakukan paling sedikit melalui
kegiatan:
[Type text]
a. verifikasi terhadap laporan Pengelolaan Limbah B3 dan/atau Dumping (Pembuangan)
Limbah B3; dan/atau
b. inspeksi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB XVII
PEMBIAYAAN
(1) Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 dibiayai oleh Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3,
Pengolah Limbah B3 dan Penimbun Limbah B3.
(2) Permohonan izin Dumping (Pembuangan) Limbah B3 dibiayai oleh Setiap Orang yang
melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah B3.
Biaya untuk:
a. pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota;
c. Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XVIII
SANKSI ADMINISTRATIF
(1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang tidak memenuhi atau melakukan
pelanggaran dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah; atau
c. pembekuan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
(1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, seluruh izin Pengelolaan Limbah B3 dan izin
Dumping (Pembuangan) Limbah B3 yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini yang memiliki masa berlaku paling lama 5 (lima) tahun, dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir.
(2) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, seluruh izin Pengelolaan Limbah B3, izin
Dumping (Pembuangan) Limbah B3, atau rekomendasi yang terkait dengan Pengelolaan
Limbah B3 yang tidak dicantumkan masa berlakunya dan terbit sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini paling
lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
(3) Penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus yang telah dilaksanakan
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku.
(4) Pemanfaatan Limbah B3 yang memiliki tingkat kontaminasi radioaktif dan/atau konsentrasi
aktivitas melebihi ketentuan:
a. dihentikan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku; dan
b. melakukan Penimbunan Limbah B3.
BAB XX
[Type text]
KETENTUAN PENUTUP
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910)
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.
[Type text]