Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan kami haturkan karena dapat menyelesaikan makalah ini


dengan baik.
Pendidikan merupakan unsur fundamental pada keamjuan suatu
negara. Salah satu jalur pendidikan yaitu melalui jalur pendidikan
kejuruan. Selain untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah
Landasan Keilmuan PTK .Untuk itu kami menyusun makalah
bertemakan Pendidikan Kejuruan. Tak lupa kami haturkan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami kehidupan
sehingga kami masih bisa menikmati hidup hingga saat ini.
2. Orang tua kami tercinta.
3. Teman- teman yang telah membantu kami menyusun makalah ini
4. Drs. A G Thamrin, M.Pd.M.Si selaku dosen pembimbing mata
kuliah Landasan Keilmuan Pendidikan Teknik Kejuruan.
Kritik dan saran tak lupa kami rindukan untuk menyempurnakan isi
makalah ini. Kurang lebihnya, kami ucapakan terima kasih.

Surakarta,8 April 2011

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah............................................................... 3
B. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 5
C. Sistematika penulisan................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manejemen dan Administrasi Pendidikan kejuruan 7
1. Pengertian Management...................................................... 7
2. Pengertian Administrasi........................................................ 9
B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan.................................... 11
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan.......................................... 11
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan.............................. 12
3. Jalur dan Jenjang Pendidikan Kejuruan............................... 16
4. Model Pendidikan Kejuruan.................................................. 23
C. Fungsi dan Lingkup Manejemen Pendidikan Kejuruan.............. 24
D. Standar Nasional Pendidikan Kejuruan...................................... 35
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................38
B. Saran ...........................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 39

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu proses belajar-mengajar yang


dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan
para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, mengenal,
memahami, menyadari, menguasai, menghayati serta mengamalkan
nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai terpuji, dikehendaki serta
berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi masyarakat,
bangsa dan negara.
Salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa ini untuk
memasuki era globalisasi adalah kondisi Sumber daya manusia
(SDM) yang relatif rendah yang dicermati dari pemilikan latar
pendidikannya. Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua
pihak, terlebih dalam suasana krisis multidimensi yang terjadi saat ini,
masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk
menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang
peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki.
Dalam hal ini para peraku pembangunan pendidikan berupaya untuk
menaikkan derajat mutu pendidikan Indonesia agar dapat bersaing
dalam pasar tenaga kerja dengan menyesuaikan pembangunan
pendidikan itu sendiri. Bahwa pendidikan diperlukan untuk meraih
kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan dilakukan.
Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang mengajarkan tentang
pengetahuan, nilai-nilai dan pelbagai keterampilan.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan dari pembangunan
adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu dalam
pembangunan tersebut pendidikan memegang peranan penting untuk

3
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemerintah mempunyai
kewajiban dalam melaksanakan setiap kebijakan pendidikan yang
diambil untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut,
sehingga arah kebijakan pendidikan menjadi bagian dari upaya dalam
melaksanakan amanat yang terkandung dalam UUD 1945. Kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan,
penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjamin
kualitas pendidikan serta peran serta masyarakat dalam sistem
pendidikan nasional.
Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan Pendidikan
Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sector jenjang
pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih dahulu
menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan
pendidikan, maka untuk itu Pendidikan kejuruan sebagai salah satu
bagian dari sistem Pendidikan Nasional memainkan peran yang
sangat strategis bagi terwujudnya angkatan tenaga kerja nasional
yang terampil. Karena setiap lulusan SMK memang ditempah untuk
menjadi sumber daya manusia yang siap pakai, dalam arti ketika
mereka telah menyelesaikan sekolahnya lulusan SMK tersebut dapat
menerapkan ilmu yang telah mereka dapat sewaktu di sekolah.
Tantangan era globalisasi saat ini menuntut adanya kesiapan tenaga
kerja yang memiliki kualifikasi yang berbeda dengan keaadaan
sebelumnya.
Dengan jumlah angkatan tenaga kerja yang besar,diharapkan
benar-benar mampu menyesuaikan diri agar dapat memiliki
keunggulan yang kompetitif. Namun pada kenyataannya, tamatan
SMK hanya diakui oleh sekolah sendiri dan masih minimnya
kepercayaan dunia usaha dan dunia industry, bahwa pendidikan
kejuruan model lama memiliki kelemahan yaitu, penyelenggaraan

4
pendidikan secara sepihak sehingga anak didik tertinggal oleh
kemajuan dunia usaha/dunia industri (DU/DI), tidak jelas kompetensi
yang dicapai, tidak mengakui keahlian yang diperoleh di luar sekolah.
Keadaan yang ada saat ini, sistem pendidikan kita masih menekankan
fungsinya sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dari pada sebagai
penghasil tenaga penggerak pembangunan (driving force).
Tenaga kerja yang dihasilkan belum mampu melakukan
pembaharuan dan penciptaan gagasan baru dalam rangka
menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Lulusan pendidikan kita
lebih cenderung meminta pekerjaan (job seeker) daripada berinisiatif
menciptakan pekerjaan atau kegiatan baru (job creator). Untuk itu,
pemerintah terus mengusahakan peningkatan jumlah siswa SMK
sehingga mencapai perbandingan 70% SMK dan 30% adalah siswa
SMU. Oleh karena itu, kurikulum yang ditekankan pada Sekolah
Kejuruan tersebut adalah mata pelajaran yang akan berguna untuk
mencari pekerjaan. Kurikulum SMK harus lebih mengutamakan mata
pelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan dan lapangan pekerjaan
atau yang sering disebut dengan Model Link and Match yaitu memilih
mata pelajaran dan jurusan yang dapat menunjang pekerjaan.

B. Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan penyusun dalam pembuatan
laporan ini adalah dengan metode studi pustaka yaitu dengan cara
penulis mencari informasi dari koran, buku, dan internet yang dapat
membantu dalam pembuatan laporan. Sehingga informasi yang
didapat nantinya akan menjadi pembanding dari hasil penelitian.

5
C. Sistematika Penulisan

1. Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Menejemen dan Administrasi Pendidkan Kejuruan
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan
1. Pengertian Pendidikan kejuruan
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan
3. Jalur dan Jenjang Pendidikan Kejuruan
4. Model Pendidikan Kejuruan
C. Fungsi dan Lingkup Manejemen Pendidikan Kejuruan
D. Standar Nasional Pendidikan Kejuruan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen dan Administrasi Pendidikan Kejuruan

1. Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa management berasal dari kata manage
(to manage) yang berarti “to conduct or to carry on, to direct”
(Webster Super New School and Office Dictionary), dalam
Kamus Inggris-Indonesia kata Manage diartikan “Mengurus,
mengatur, melaksanakan, mengelola”(John M. Echols, Hasan
Shadily, Kamus Inggris Indonesia) , Oxford Advanced Learner’s
Dictionary mengartikan Manage sebagai “to succed in doing
something especially something difficult….. Management the
act of running and controlling business or similar organization”
sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Manajemen diartikan sebagai “Proses penggunaan
sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran”(Kamus
Besar Bahasa Indonesia).
Adapun dari segi Istilah telah banyak para ahli telah
memberikan pengertian manajemen, dengan formulasi yang
berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan beberapa
pengertian manajemen guna memperoleh pemahaman yang
lebih jelas.

a). Pendapat Pakar tentang Manajemen


”The most comporehensive definition views
management as an integrating process by which authorized
individual create, maintain, and operate an organization in
the selection an accomplishment of it’s aims” (Lester Robert
Bittel (Ed), 1978 : 640)

7
”Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan
daripada semua faktor dan sumberdaya, yang menurut
suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai
atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang
tertentu” (Prajudi Atmosudirdjo,1982 : 124)
” Management is the use of people and other resources
to accomplish objective” ( Boone& Kurtz. 1984 : 4)
” .. management-the function of getting things done
through people ” (Harold Koontz, Cyril O’Donnel:3)
“Manajemen merupakan sebuah proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan : Perencanaan,
pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain” (George
R. Terry, 1986:4)
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai ‘kemampuan
atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain’. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa
manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi”
(Sondang P. Siagian. 1997 : 5)
“Management is the process of efficiently achieving the
objectives of the organization with and through people” (De
Cenzo&Robbin1999:5)
Dengan memperhatikan beberapa definisi di atas
nampak jelas bahwa perbedaan formulasi hanya
dikarenakan titik tekan yang berbeda namun prinsip
dasarnya sama, yakni bahwa seluruh aktivitas yang
dilakukan adalah dalam rangka mencapai suatu tujuan
dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada,

8
sementara itu definisi nomor empat yang dikemukakan oleh
G.R Terry menambahkan dengan proses kegiatannya,
sedangkan definisi nomor lima dari Sondang P Siagian
menambah penegasan tentang posisi manajemen
hubungannya dengan administrasi. Terlepas dari
perbedaan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang
nampaknya menjadi benang merah tentang pengertian
manajemen yakni :
a). Manajemen merupakan suatu kegiatan
b). Manajemen menggunakan atau memanfaatkan
pihak-pihak lain
c). Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Setelah melihat pengertian manajemen, maka nampak
jelas bahwa setiap organisasi termasuk organisasi
pendidikan seperti pendidikan kejuruan akan sangat
memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola
kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik
dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti
berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dengan
diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya
dengan menunjukan suatu keterpaduan dalam prosesnya,
dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya
manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia
termasuk bidang pendidikan kejuruan.

2. Pengertian Administrasi
Sedangkan istilah administrasi berasal dari bahasa latin
yaitu “Ad” dan “ministrate” yang artinya pemberian jasa atau
bantuan, yang dalam bahasa Inggris disebut “Administration”
artinya “To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.

9
Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi 2
pengertian yaitu :

a. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno


Handayaningrat mengatakan “Administrasi secara sempit
berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu
meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan ringan, keti-mengetik, agenda dan sebagainya
yang bersifat teknis ketatausahaan”(1988:2). Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit
merupakan kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan
cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan
pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan
untuk menyediakan informasi serta mempermudah
memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.
b. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie
mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam
suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”(1980:9).
Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya
semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya
kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan
kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.

Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh


Sondang P. Siagian mengemukakan “Administrasi adalah
keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya” (1994:3). Berdasarkan
uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan

10
melalui kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan.

B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan

1. Pengertian Pendidikan kejuruan


Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada
dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan.
Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang
pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut
berkembang seirama dengan persepsi dan harapan
masyarakat tentang peran yang harus dijalankannya.
Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa
pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan
yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja
pada bidang – bidang pekerja lainnya.
Harris dalam Slamet (1990:2), menyatakan :
”Pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu
pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai
individu untuk kebutuhan sosialnya”.
"House Committee on Education and Labour (HCEL)
dalam (Oemar H. Malik, 1990:94) bahwa : “pendidikan
kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat,
pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan
yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai
latihan keterampilan”. Dari definisi tersebut terdapat satu
pengertian yang bersifat universal seperti yang dinyatakan
oleh National Council for Research into Vocational Education
Amerika Serikat (NCRVE, 1981:15), yaitu bahwa “pendidikan
kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara

11
khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri
memasuki lapangan kerja”.
Peraturan Pemerintah 29 Tahun 1990 pasal 1 ayat 3
menyatakan : “Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada
jenjang menengah yang mengutamakan pengembang
kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu”.
Sedangakan Undang – Undang No. 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional : “Pendidikan Kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu “.
Dari definisi diatas dapat disimpulakan pendidikan
kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta
didiknya untuk memasuki lapangan pekerjaan.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan kejuruan

a. Tujuan Pendidikan Kejuruan


Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang
berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan
tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi
pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. Pendidikan
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan
pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa
pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja
yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.

12
Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas,
maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu
dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan
sebagai berikut :

1). Asumsi tentang Anak Didik


Pendidikan kejuruan harus memandang anak
didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk
mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang
dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang
terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih
dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang,
yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh
eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan
akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya
menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk
membantu mereka dalam mengembangkan diri dan
potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam
berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman
belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang
proses perkembangan diri anak didik secara optimal.
Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan
kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang
berorientasi pada dunia kerja.

2). Konteks Sosial Pendidikan Kejuruan


Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa
dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah
begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam

13
ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan
masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan
perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi
sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur
pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau
tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang
kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai
media terjadinya perubahan sosial.

3). Dimensi Ekonomi Pendidikan Kejuruan


Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan
kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari
kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari
hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan
pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi
investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di
samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya
memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi
tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan
kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan
masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan
maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya
mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif,
untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang
berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi

14
masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa
lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai
ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.

4). Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan


Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan
usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan
yang mampu mengembangkan potensi manusia secara
optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara
pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan
adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan
ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan
penyelenggraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata
ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan
kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak
seharusnya hanya mendidik anak didik dengan
seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk
pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak
memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas.
Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah
dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal
yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai
tenaga kerja.

15
b. Fungsi Kejuruan Pendidikan Kejuruan
1). Menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya
yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu
mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan
keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan.
2). Menyiapkan agar siswa menjadi tenaga kerja
produktif,yiaitu :
a). Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan
industri
b). Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan orang
lain
c). Merubah status siswa dari ketergantugan menjadi
bangsa yang berpenghasilan.
d). Menyiapkan siswa menguasai IPTEK,Sehingga :
i. Mampu mengikuti, menguasai, dan
menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK
ii. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3. Jalur dan Jenjang Pendidikan Kejuruan


a. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri atas:
1). PendidikanFormal,
2). Nonformal, dan
3). Informal.
b. Jalur Pendidikan Formal
Jenjang pendidikan formal terdiri atas:
1). Pendidikan Anak Usia Dini
2). Pendidikan Dasar,
3). Pendidikan Menengah,
4). dan Pendidikan Tinggi.
c. Jenis pendidikan mencakup:
1). Pendidikan Umum,

16
2). Kejuruan,
3). Akademik,
4). Profesi,
5). Vokasi,
6). Jasmani
7). Keagamaan, dan
8). Khusus.

a.1). Pendidikan Formal


Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal
terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan
pendidikan formal berstatus swasta.
a.2). Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi:


1. pendidikan kecakapan hidup,
2. pendidikan anak usia dini,

17
3. pendidikan kepemudaan,
4. pendidikan pemberdayaan perempuan,
5. pendidikan keaksaraan,
6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
7. pendidikan kesetaraan, serta
8. pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:
1. lembaga kursus,
2. lembaga pelatihan,
3. kelompok belajar,
4. pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
5. majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

a.3). Pendidikan Informal

18
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
b.1). Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk:
1. Taman Kanak-kanak (TK),
2. Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk:
1. Kelompok Bermain (KB),
2. Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

b.1). Pendidikan Dasar

19
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga
negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Pendidikan dasar berbentuk:
1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat; serta
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b.2). Pendidikan Menengah


Pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas:
1. pendidikan menengah umum, dan
2. pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah berbentuk:
1. Sekolah Menengah Atas (SMA),
2. Madrasah Aliyah (MA),
3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
4. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat.

b.3). Pendidikan Tinggi

20
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk:
1. akademi,
2. politeknik,
3. sekolah tinggi,
4. institut, atau
5. universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan
program akademik, profesi, dan/atau vokasi.

c.1). Pendidkan Umum


Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar
dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

c.2). Pendidikan kejuruan


Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan
pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan
(SMK).
c.3). Pendidikan Akademik

21
Pendidikan akademik merupakan pendidikan
tinggi program sarjana dan pascasarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.

c.4). Pendidikan Profesi


Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi
setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi
seorang profesional.

c.5). Pendidikan Vokasi


Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
dalam jenjang diploma 4 setara dengan program
sarjana (strata 1).

c.6). Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani (disingkat Penjas) adalah
mata pelajaran untuk melatih kemampuan psikomotorik
yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas.

c.7). Pendidikan Keagamaan


Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan
dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman
terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu
agama.

22
c.8). Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan
sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam
bentuk sekolah luar biasa/SLB).

4. Model Pendidikan
Berdasarkan beberapa pendapat terdapat beberapa
Model Sistem Pendidikan :
a. Model Pasar ( Market Mode )merupakan sistem
pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri dan
dijalankan sepenuhnya oleh industri. Pada model pasar
pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi
kejuruan. Model ini sering disebut Model Liberal dan
langsung diarahkan pada produksi dan pasaran kerja.
b. Model Sekolahan ( School Model ) adalah pendidikan
dimana pemerintah berperan merencanakan,
mengorganisasikan, dan memantau pelaksanaan
pendidikan kejuran. Model ini sering disebut Model
Birokratik.
c. Model Sistem Ganda (Dua Sistem) merupakan
perpaduan antara model pasar dan model sekolahan,
dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pengawas
model pasar. Model ini juga disebut model dua sistem.
d. Model Pendidikan Koperatif ( Cooperative Education)

23
Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama
antara sekolahan dan perusahaan. Terbagi dalam 2
macam :
i. School dan Enterprise, pendidikan kejuruan yang
merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah
dan industri.
ii. Training Center and Enterprise
e. Informal Vocational Education
Sistem pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas
inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi
ketrampilan yang tidak dapat dipenuhi dipendidikan
formal.

C. Fungsi dan Lingkup Manejemen Pendidikan Kejuruan

1. Forecasting
Forecasting atau prevoyance (Prancis) adalah kegiatan
meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran terhadap
berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana
yang lebih pasti dapat dilakukan.
Misalnya, suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa
yang akan melamar belajar di akademi tersebut. Ramalan tersebut
menggunakan indikator-indikator, seperti jumlah lulusan SLTA dan
lain sebagainya.

2. Planning termasuk Budgeting


G.R. Terry (Sukarna, 1992: 10) menyatakan bahwa
perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta
pembuatan dan penggunaan pemikiran-pemikiran, asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang, dengan jalan mengembangkan dan

24
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam
pengembalian keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan
pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga merupakan
kumpulan kebijakan yang secara sistematis disusun dan
direncanakan berdasarkan data yang dapat dipertanggung
jawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja.
Planning sendiri berarti merencanakan atau perencanaan,
terdiri dari 5, yaitu :
a. Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan
bagaimana melakukannya.
b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-
pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum
melalui proses penentuan target.
c. Mengumpulkan dan menganalisa informasi
d. Mengembangkan alternatif-alternatif
e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana
dan keputusan-keputusan.
Bisa juga dirumuskan secara sederhana, misalnya
perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk
mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Pembahasan yang agak
kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang
harus dicapai. Selain itu juga dalam fungsi perencanaan sudah
termasuk di dalamnya penetapan budget.
Lebih tepatnya lagi bila planning dirumuskan sebagai
penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program dari
sesuatu organisasi.

25
3. Organizing
Menurut G.R. Terry pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif diantara
sekumpulan orang agar mereka dapat bekerja sama secara efisien
dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-
tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan dan sasaran tertentu (Malayd S.P. Hasibuan, 2003: 119).
Seorang manajer diharapkan pada suatu tangtangan
bagaimana organisasi yang dipimpin dapat berjalan dengan lancar
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, salah satu sasaran
yang penting yaitu bagaimana membangun sebuah stuktur
organisasi yang efektif serta mempunyai ketahanan yang kuat.
Kelemahan dalam prinsip-prinsip organisasi dapat menjadi
hambatan yang bisa mempengaruhi perwujudan tujuan organisasi.
Untuk memudahkan melihat bagaimana posisi seseorang
dan hubungannya dengan orang lain, maka timbulah berbagai
bentuk organisasi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003: 150)
bentuk-bentuk organisasi yang lazim kita kenal adalah:
a. Organisasi Lini (Line Organization)
Organisasi ini berbentuk garis dan satuan-satuan bulat
pada tingkat-tingkat yang diperlukan. Wewenang dan pimpinan
mengalir langsung kepada para kepala. Satuan organisasi ini
memegang wewenang bulat dan memikul tanggung jawab
penuh mengenai segala hal yang termasuk bidang kerja
satuannya. Dengan demikian, para pelaksana bawahannya
menerima perintah dan petunjuk langsung dari satuan dan
tanggung jawab kepadanya.

26
b. Organisasi Lini dan Staf (Line and Staf Organization)
Bentuk ini dipergunakan apabila pimpinan dan organisasi
dan bentuk line atau garis tidak dapat menguasi seluruh seluk-
beluk yang ada dibawahnya. Hal ini bisa terjadi kalau
organisasinya cukup besar, sehingga permasalahannya
menjadi lebih ruwet. Untuk itu pimpinan harus dibantu oleh staf
yang terdiri dari beberapa ahli. Tenaga staf ini tidak harus
berada langsung di bawah pimpinan, tetapi dapat diletakan
pada satuan-satuan organisasi lain.
c. Organisasi Fungsional (Functional Organization)
Berbeda dengan dua bentuk di atas, bentuk fungsi ini
mempunyai jalur wewenang yang diberikan sepenuhnya
kepada seseorang kepala atau pejabat yang dipandang ahli
dalam suatu urusan. Urusan yang dipegang ini dapat
menyangkut bawahannya langsung atau bawahan dan kepala
yang lain, sesuai dengan bidang keahliannya. Jadi, dalam
organisasi ini tugas dan wewenang dapat menyilang.
d. Organisasi Panitia (Committee Organization)
Dalam organisasi bentuk ini wewenang diberikan kepada
sekelompok orang yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan khusus, yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
sekolah atau sebuah dewan. Organisasi komite mengutamakan
kepemimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan
kolektif (presidium atau plural executive) dan komite ini bersifat
manajerial.
Dengan demikian, pengorganisasian dapat diartikan sebagai
suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi ke dalam
komponen-komponen yang dapat ditangani. Jadi, organisasi ini
merupakan alat untuk mencapai tujuan manajemen. Sebagai alat,
organisasi dapat mengatur, nengkordinasi dan menguraikan semua
potensi yang dapat diberikan oleh setiap unsur yang ada di

27
dalamnya agar tujuan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, kunci pertama keberhasilan sebuah organisasi terletak
pada kemampuan seseorang manajer dalam mengatur
anggotanya.
Dengan ini dimaksudkan pengelompokan kegiatan yang
diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan
fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi. Dapat pula
dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam
mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi,
wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian terdiri dari :
a. Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja
yang diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang efisien.
b. Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi
secara teratur.
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d. Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
e. Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan
mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

4. Staffing atau Assembling Resources


Istilah staffing diberikan Luther Gulick, Harold Koontz dan
Cyril O’Donnell. Sedangkan assembling resources dikemukakan
William Herbert Newman. Kedua istilah itu cenderung mengandung
arti yang sama; pen-staf-an dan staffing merupakan salah satu
fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar
petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

28
5. Directing atau Commanding
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan
usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi-
instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-
masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Directing atau commanding merupakan fungsi manajemen
yang dapat berfungsi bukan hanya agar pegawai melaksanakan
atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula
berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar
dapat efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan.
6. Leading
Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi
manajemen, dikemukakan oleh Louis A. Allen yang dirumuskan
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading,
meliputi 5 macam kegiatan, yaitu :
a. Mengambil keputusan
b. Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara
manajer dan bawahan
c. Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan
supaya mereka bertindak
d. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
e. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar
mereka trampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

29
7. Actuating
Pelaksanaan merupakan bagian dan proses kelompok atau
organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat
dikelompokan kedalam fungsi pelaksanaan adalah mengarahkan
(directing), memberikan perintah (commanding), memberikan
petunjuk (leading) dan mengkordinasikan (coordinating).
G.R. Tely (l92: 82) mengungkapkan bahwa actuating adalah
membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar
supaya berkehendak dan berusaha untuk mencapai tujuan dengan
ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha. Usaha
pengorganisasian dan pihak pimpinaan. Pekerjaan demikian
dinyatakan sebagai tindakan “menggerakan aksi”. Definisi di atas
terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung pada
bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen,
mulai dari tingkat atas, menengah sampai bawah.
Adapun rumusan actuating adalah suatu fungsi pembimbing
dan pimpinaan serta penggerakan orang agar kelompok suka dan
mau bekerja. Jadi, tekanan yang terpenting adalah tindakan
membimbing, mengarahkan dan menggerakan agar bekerja
dengan baik, tenang dan tekun sehingga dipahami fungsi tugas
masing-masing. Untuk terwujudnya keserempakan kerja, tentu
harus dimulai dari proses planning, organizing, actuating dan
controlling yang efektif. Oleh karena itu, seorang koordinator
berfungsi menjlankan planning, organizing, actuating dan
controlling. Kedudukan koordinator sama dengan manajer.

Salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai


kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan
dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga

30
terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk
mencapai maksud, antara lain :
a. Dengan memberi instruksi
b. Dengan memberi perintah
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan dalam mana diberi
penjelasan-penjelasan
d. Memberi bimbingan atau nasihat
e. Mengadakan coaching
f. Bila perlu memberi teguran.
8. Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah
satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan
dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan
secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan
tersebut.
9. Controlling
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan kesatuan
tindakan walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan digunakan
untuk melihat sejauh mana hasil yang telah tercapai. Pengawasan
merupakan proses dasar yang secara esensial tetap berguna
bagaimanapun rumitnya suatu organisasi. Pada dasarnya,
pengawasan terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a) Menetapkan standar (patokan) pelaksanaan pekerjaan
b) Mengukur apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
standar
c) Menemukan kesenjangan, penyimpangan atau
ketidaksesuaian
(deviasi) antara pelaksanaan pekerjaan dengan standar dan
rencana (Nanang Fattah, 2003: 101).

31
G.R. Terry menyatakan bahwa pengawasan dapat
dirumuskan sebagai “Proses penentuan apa yang harus dicapai,
yaitu standar apa yang akan dipakai, menilai pelaksanaan
pekerjaan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yaitu dengan
standar yang telah ditetapan” (Sukarna, 1992: 110). Menurut Henry
Fayol pengawasan adalah “Pengawasan adalah sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana, instruksi yang dikeluarkan dan
dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan.” Tujuan dari
pengawasan adalah untuk mengetahui sisi kelemahan dan
kesalahan dalam suatu kegiatan agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan” (Sukama, 1992: 111).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan tindakan-tindakan perbaikan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar segala kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instruksi-
instruksi, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.
Pengawasan merupakan tindakan penilaian atau perbaikan
terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana. Jadi, dengan pengawasan akan diketahui
apakah hasil atau prestasi kerja tidak bertentangan dengan sasaran
dan rencana yang telah ditetapkan.
Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dicapai berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Jadi, walaupun planning, organizing dan actuating
baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak terawasi (sehingga
pekerjaan tidak teratur, tertib dan terarah) maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian, controlling
mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegiatan agar tertuju

32
kepada sasarannnya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
tercapai.
10. Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil
kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang
bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih
tinggi baik secara lisan maupun secara tulisan.
Menurut Henry Fayol seperti dikutip Sukarna (1992: 7)
seorang industriawan Prancis pada zaman Taylor, banyak pula
memberikan sumbangan pemikirannya kepada pemikiran dan
pembangunan manajemen. Ia adalah seorang pionir yang
mengembangkan konsepsi tentang manajemen, sebagai sesuatu
hal yang terdiri dari pada fungsi-fungsi itu.
11. Pengevaluasian (evaluating)
Tahap akhir dalam rangkaian fungsi-fungsi manajemen yang
sering kali disebut juga dengan prinsip-prinsip manajemen adalah
tahap pengevaluasian (penilaian). Kegiatan utama pada tahap ini
ialah menilai sejuah mana prestasi kerja sudah dicapai dan apakah
prestasi itu selaras dengan standar yang telah ditetapkan atau
tidak. Jadi, tahap evaluasi merupakan indikator kemajuan atau
prestasi kerja. Hasil evaluasi akan menunjukan titik kelemahan dari
suatu kegiatan yang telah dilakukan sehingga manajer akan dapat
merancang tindak perbaikan di masa mendatang. Dalam kata lain,
evaluasi merupakan paramater untuk mengukur apakah suatu
organisasi sudah mencapai tujuannya atau belum dan apakah
pencapaian itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
tidak.

33
Menurut T.R. Morisson (dalam Nanang Fattah, 2003: 101)
ada tiga faktor penting dalam evaluasi, yaitu: pertimbangan
(judgement), deskripsi objek penilaian, dan kriteria yang
bertanggung jawab (responsible criteria).
Hubungannya dengan manajemen pendidikan, menurut
Nanang Fattah (2003: 108) tujuan evaluasi antara lain:
a. Untuk memperoleh landasan pertimbangan bagi suatu periode
kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa
yang perlu mendapat perhatian khusus.
b. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efesien yang
membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya
pendidikan (manusia, tenaga, sarana prasarana, biaya)
secara efesien dan ekonomis.
c. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan,
penyimpangan yang dapat dilihat pada aspek tertentu
misalnya program tahunan dan kemajuan belajar.
d. Agar proses pengawasan berjalan secara efektif, maka
seorang manajer perlu merumuskan standar keberhasilan
dalam setiap pekerjaan yang diawasinya. Penentuan standar
mencakup kriteria untuk mengatur pelaksanan pekerjaan.
Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kualitatif maupun
kuantitatif. Standar pelaksanaan adalah suatu pernyataan
mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila satu pekerjaan
dikerjakan secara memuaskan. Umumnya standar
pelaksanaan bagi suatu aktifitas menyangkut kriteria: ongkos,
waktu, kuantitas dan kualitas. Dengan mengadaptasi karya
Koonts dan O’Donnel, Murdick mengemukakan lima ukuran
kritis sebagai standar: fisik, ongkos, program, pendapatan dan
standar yang tidak dapat diraba (intangible) (Nanang Fattah,
2003: 101).

34
D. Standar Nasional Pendidikan Kejuruan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa Standar Pendidikan
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu yang bertujuan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
(Pasal 3 dan 4).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pada dasarnya
hanya merupakan standar umum penyelenggaraan pendidikan,
sehingga diperlukan operasionalisasi dalam berbagai aspek
pendidikan. Hal ini tercantum dalam PP tersebut tentang lingkup
standar yang harus ada seperti standar isi, standar proses, standar
lulusan dan standar lainnya, di samping masalah standarisasi
penyelenggaraan pendidikan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara
pendidikan. Adapun secara lebih jelas, standarstandar yang harus
menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, mencakup:
1) Standar isi,
2) Standar proses,
3) Standar kompetensi lulusan,
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5) Standar sarana dan prasarana,
6) Standar pengelolaan,
7) Standar pembiayaan, dan,
8) Standar penilaian pendidikan.

35
1. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
2. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan, dan kelayakan fisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
5. Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi,
serta sumber belajar lainnya, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekhnologi informasi
dan komunikasi.
6. Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku
selama satu tahun.
8. Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.

36
Dalam hal tersebut di atas, sampai saat ini yang telah terbit
petunjuk pelaksanaan terhadap standar tersebut sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan, Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA),
sementara standar lainnya masih dalam proses. Kriteria Penentuan
kedelapan standar di atas ditetapkan oleh Lembaga Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan lembaga independen
terlepas dari campur tangan secara langsung ataupun tidak dari
pemerintah, yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan
dan mengevaluasi standar pendidikan nasional.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Managemen
pendidikan merupakan suatu kegiatan pendidikan yang melibatkan
pihak-pihak dalam untuk mencapai tujuan tertentu. Management
pendidikan akan dapat dijalankan sebagaimana mestinya jika
semua unsur-unsur pendidikan itu sendiri dapat terpenuhi, mulai
dari fungsi, tujuan dan ruang lingkup suatu penddikan yang sudah
tersusun rapi. Managemen pendidikan kejuruan ini lebih mengarah
pada bidang keahlian peserta didik.

B. Saran
sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses
manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga
dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi
kegiatan pendidikan.

38
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa, MBS: Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung:
Rosdakarya, 2005.
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell, Principles of Manajemen to Analysis
Manajerial Function, Tokyo: Kogakusha Company, Ltd., Asian
Student.
Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, Bandung:
Tarsito, 1986.
Louis A. Allen, Karya Manajemen, terj. J.M.A Tuhuteru, Jakarta: PT.
Pembangunan.
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1963.
William Herbert Newman, Administrative Action, New York: Prentice Hall
Inc. Englewood Cliffs, 1957.
http://ayuraimanagement.blogspot.com/2010/12/konsep-pendidikan-
kejuruan.html

http://www.acehforum.or.id/showthread.php/9553-Pendidikan-Kejuruan-Di-
Indonesia

http://mahfudz30.wordpress.com/2010/03/30/pendidikan-kejuruan-
sebagai-sebuah-sistem/

http://bragy.wordpress.com/2010/05/29/model-pendidikan-kejuruan/

http://www.smksanjaya.sch.id/index.php?
action=news.detail&id_news=7&judul=PENDIDIKAN%20KEJURUAN;
%20%20Diperlukan,%20Peningkatan%20Standarisasi%20Pendidikan
%20Kejuruan

http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/fungsi-manajemen-
pendidikan/

39
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
PENDIDIKAN KEJURUAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan, Dosen Pengampu : Drs,AG Thamrin,M.Pd, Msi

Disusun Oleh :

1. Andini Dwi Prihatin K1510007


( Pengertian Manajemen dan Administrasi )
2. Conietta Vyonella Z K1510013
( Pengertian Pendidikan Kejuruan dan Penyusun )
3. Heri Kurniawan K1510022
( Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kejuruan+PPT )
4. Pambudi Nur Utomo K1510036
( Jalur dan Jenjang Pendidikan Kejuruan )
5. Putri Septa Diana K1510037
( Model Pendidikan Kejuruan dan Penyusun )
6. Sigit Andi Purnomo K1510045
(Standart Nasional Pendidikan Kejuruan)
7. Valdera Yudistira K1510051
(Fungsi dan Lingkup Manajemen Pendidikan Kejuruan+PPT)

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

40

Anda mungkin juga menyukai