Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS KELOMPOK II :
1. WAHYU FEBRIANTO 13.1.02.02.0561
2. SITI ROBI’AH AGUSTIN 13.1.02.02.0459
3. ZENI DUWI RAHAYU 13.1.02.02.0556
KELAS 3L
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KEDIRI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak pem-buatnya
yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat
hukum yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak
memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut
melalui pengadilan.
Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak:
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Dengan tersusunya makalah ini kami berusaha memberikan penjelasan tentang
pengertian perikatan dan perbedaan antara perikatan dengan perjanjian, pengertian
kontrak / perjanjian dalam kegiatan bisnis dan unsur-unsur muatan kontrak bisnis, Asas-
asas dan syarat-syarat umum dalam melakukan kontrak / perjanjian, akibat hukum suatu
kontrak , technik penyusunan / merancang kontrak bisnis dan beberapa contoh kontrak
bisnis yang terdapat dalam lampiran serta sebagai bahan kajian dan penambahan
wawasan untuk bahan perbandingan dicantumkan pengertian, asas-asas, perangkat,
macam-macam, dan berakhirnya kontrak.
BAB II
PEMBAHASAN
KONTRAK BISNIS (PERJANJIAN)
a. syarat subjektif,
Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya / para pihak yang
mengadakan kontrak, maka disebut syarat subyektif, karena jika syarat subyektif tidak
terpenuhi maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya.
syarat ini apabila dilangar maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi:
1) kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan);
2) kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Dengan diperlukannya kata ” sepakat ”, maka berarti kedua pihak haruslah
mempunyai kebebasan kehendak dan tidak mendapat suatu tekanan yang mengakibatkan
adanya ” cacat ” bagi perujudan kehendak tersebut.
b. syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum,
meliputi:
1) suatu hal (objek) tertentu;
2) suatu sebab yang halal (kausa).
3. Asas-Asas Dalam Hukum Kontrak
Menurut pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan : ” Bahwa semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya ”. Dari
bunyi pasal tersebut sangat jelas terkandung asas-asas kontrak sebagai berikut :
1). Konsensus / sepakat , artinya perjanjian itu telah terjadi jika telah ada konsensus /
sepakat antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
2). Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas
mengenai apa yang diperjanjikan, bebas mengenai bentuk kontraknya. Asas kebebasan
berkontrak ini juga meliputi :
- Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
- Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian;
- Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa / isi dari perjanjian yang akan dibuatnya;
- Kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian;
- Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
3). Pacta sunt servanda, artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya ( mengikat dan memaksa ).
4). Asas kepercayaan, artinya kontrak harus dilandasi oleh i’tikad baik para pihak
sehingga tidak unsur manipulasi dalam melakukan kontrak.( pasal 1338 ayat 3 KUH
Perdata menyatakan : ” perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik ”
5). Asas persamaan hak dan keseimbangan dalam kewajiban
6). Asas moral dan kepatutan
7). Asas kebiasaan dan kepastian hukum
4. Sumber Hukum Kontrak
Mengenai sumber hukum kontrak yang bersumber dari undang-undang dijelaskan:
a. Persetujuan para pihak (kontrak);
b. Undang-undang selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi:
1) Undang-undang saja
2) UU karena suatu perbuatan, selanjutnya yang lahir dari UU karena suatu perbuatan
dapat dibagi:
a) yang dibolehkan (zaakwaarnaming);
b) yang berlawanan dengan hokum, misalnya seorang karyawan yang membocorkan
rahasia perusahaan, meskipun dalam kontrak kerja tidak disebutkan, perusahaan dapat
saja menuntut karyawan tersebut karena perbuatan itu oleh UU termasuk perbuatan yang
melawan hukum (onrechtsmatige daad),untuk hal ini dapat dilihat pasal 1365 KUH
Perdata.
B. JENIS-JENIS KONTRAK DAN BERAKHIRNYA KONTRAK
1. Macam-macam Kontrak
Berikut ini beberapa contoh kontrak khusus dan penting yang banyak terjadi dalam
praktik bisnis pada umumnya.
a. Perjanjian Kredit
1) Pengertian Kredit
Kredit atau credere (dalam bahasa Romawi) artinya percaya, kepercayaan ini merupakan
dasar dari setiap perjanjian. Adapun unsure dari kredit adalah adanya dua pihak,
kesepakatan pinjam-meminjam (lihat lagi pasal 1754 KUH Perdata tentang Perjanjian
Pinjam-Meminjam), kepercayaan, prestasi, imbalan, dan jangka waktu tertentu dengan
objeknya benda.
Sedangkan dasar dari perjanjian kredit adalah UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
perjanjian kredit diatur dalam Pasal 1 Ayat 11, yang berbunyi:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang bisa dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
(kreditor) denganpihak lain (debitor) yang mewajibkan pihak peminjamuntuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2) Perjanjian Kredit Uang
Para Pihak. Menurut Pasal 16 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, setiap pihak yang
melakukan aktivitas menghimpun dana dari masyarakat wajib memiliki izin usaha
sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, persyaratan tersebut adalah :
- susunan organisasi dan pengurusan
- permodalan
- kepemilikan
- keahlian bidang Perbankan
- kelayakan rencana kerja dan
- hal-hal lain yang ditetapkan Bank Indonesia
Bunga. Meskipun suku bunga menurut UU tidak boleh lebih 6% (S. 1848 No. 22) tetapi
dalam praktik bisnis kesepakatan antara kreditor dan debitor biasanya boleh lebih dari
ditentukan, yang penting bunga itu ada. UU Perbankan kita memang menganut sistem
bunga mengambang yang sebetulnya cenderung mengarah ke riba yang bisa merusak dan
bisa terjadi ketidakseimbangan mengingat masyarakat kita masih memerlukan pembinaan
untuk bergerak di bidang bisnis.
Batas Maksimum Pemberian Kredit. Menurut UU Perbankan Pasal 11 Ayat 2, batas
maksimum pemberian kredit tidak boleh melebihi 30% dari modal bank yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas.
Jaminan. Di dalam dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas
perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian kredit.
Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha
Debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit agar Bank dapat memperoleh
tambahan keyakinan atas kemampuan Debitur untuk mengembalikan utangnya.
Yang dimaksud dengan Jaminan dalam arti luas adalah jaminan yang bersifat materil
maupun yang bersifat immateril. Jaminan yang bersifat materil misalnya bangunan,
tanah, kendaraan, perhiasan, surat berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril
misalnya jaminan perorangan (borgtocht).
Dari sifat dan wujudnya benda menurut hukum dapat dibedakan atas benda bergerak
(roerende goederen) dan benda tidak bergerak (onroerende goederen).
Jangka Waktu. Dalam perjanjian kredit perlu diatur jangka waktunya mengingat kredit
adalah kontrak yang suatu waktu harus dikembalikan. Bila suda jatuh tempo debitur
masih juga tidak memenuhi kewajiban, apalagi dengan indikasi sengaja atau lalai, perlu
dicantumkan sangsi atas kelalaian itu baik berupa benda, bunga, biaya perkara, jaminan
sita barang atau sandera badan, termasuk waktu maksimal yang ditentukan sehingga
debitur tidak berlarut-larut.
b. Perjanjian Leasing (Kredit Barang)
1) Pengertian Leasing
Leasing berasal dari kata lease (dalam bahasa Inggris) adalah perjanjian yang
membayarnya dilakukan secara angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada
pembeli setelah angsuranya lunas dibayar (Keputusan Menteri Perdagangan No.
34/KP/II/1980).
2) Ciri – ciri Pokok Leasing
hak milik atas barang baruberalih setelah lunas pembayaran, berarti selama kurun waktu
kontrak berjalan hak milik masih menjadi hak lessor, hal ini berbeda dengan perjanjian
pembiayaan untuk jual beli barang;
swaktu-waktu lessor bisa membatalkan kontrak bila lessee lalai;
leasing bukan perjanjian kredit murni, namun cendrung perjanjian kredit dengan jaminan
terselubung;
ada regristrasi kredit dengan tujuan untuk melahirkan sifat kebendaan dari perjanjian
jaminan.
menyangkut barang atau objek khusus yang merupakan satu kesatuan tersendiri;
memperoleh pemakaian merupakan tujuan utama;
ada hubungan antara lamanya kontrak dengan jangka waktu pemakaian objek leasing;
tenggang waktu kontrak berlaku tetap;
tenggang waktu tersebut sesuai dengan maksud para pihak seluruhnya atau hamper sama
dengan lamanya pemakaian barang yang merupakan objek perjanjian dilihat dari segi
ekonomi menurut perkiraan para pihak.
c. Perjanjian Keagenan dan Dristibutor
1) Pengertian Keagenan
Agen atau agent (dalam bahasa Inggris) adalah perusahaan nasional yang menjalankan
keagenan, sedangkan keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merek
(principal) dan suatu perusahaan dalam penunjukan untuk melakukan
perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan/distribusi barang modal atau
produkindustri tertentu.
Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk melakukan suatu transaksi bisnis
tertentu yang menghubungkan produsen di satu pihak dan konsumen di lain pihak.
Sedangkan menurut Henry R. Cheeseman (1998:505):
Agent is the party who agrees to act on behalf of another.
Principal is the party who employs another person on act on his or her behalf.
Agency is the princi pal-agent relationship; the fiduciary relationship “which results
from the manifestation of consent by one person to another that the other shall act in
his behalf and subject to his control, and consent by the other so to act.”
sumber: Cheeseman, Henry, R., 1998, Business Law New Jersey: Prentice Hall International,
Inc., hlm. 505.
3) Status Hukum Keagenan
a) hukum keagenan hanya diatur oleh Keputusan Menteri saja, hal ini menyebabkan
lemahnya status dan hubungan hukum yang terjadi pada bisnis keagenan bahkan banyak
terjadi praktik-praktik penyimpangan;
b) kontrak harus di tandatangani secara langsung antara principal dan agen;
c) kontrak antara principal dan agen wajib didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, kalau tidak berarti batal demi hukum;
d) persyaratan untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran menurut Instruksi Direktorat
Jendral Perdagangan Dalam Negeri No. 01 Tahun 1985;
surat permohonan dari perusahaan yang berbentuk badan hukum;
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahanya;
Tanda Daftar Perusahaan yang masih berlaku;
Fotokopi surat penunjukan (letter of appointment) atau kontrak (agreement) yang telah
di legalisir oleh notaris dan perwakilan RI di luar negeri di Negara domisili principal
(dokumen asli diminta diperlihatkan);
Surat perjanjian atau penunjukan dari produsen kepada supplier, apabila penunjukan
dilakukan oleh supplier, dan harus dilampirkan pula surat persetujuan dari produsen
barang sehubungan dengan penunjukan tersebut;
Leaflet, brosur, catalog asli dari produk atau jasa yang hendak di ageni; dan
Surat pernyataan dari principal dan agen yang ditunjuk yang menyatakan bahwa barang
atau jasa tersebut belum ada perusahaan lain yang ditunjuj sebagai agen atau distributor.
1. konsignasi;
2. musnahnya barang terutang;
3. kadaluarsa.
1. pembayaran;
2. novasi (pembaruan utang);
3. kompensasi;
4. konfusio (percampuran utang);
5. pembebasan utang;
6. kebatalan atau pembatalan, dan
7. berlakunya syarat batal.
Disamping ketujuh cara tersebut, dalam praktik dikenal pula cara berakhirnya
perjanjian (kontrak), yaitu:
D. FUNGSI PERJANJIAN
Fungsi perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yurudis dan
fungsi ekonomis. Fungsi yurudis perjanjian adalah dapat memberikan kepastian hukum
para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak milik) sumber daya
dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi. Biaya dalam
Pembuatan Perjanjian Biaya penelitian, meliputi biaya penentuan hak milik yang mana
yang diinginkan dan biaya penentuan bernegosiasi, Biaya negosiasi, meliputi biaya
persiapan, biaya penulisan kontrak, dan biaya tawar-menawar dalam uraian yang rinci,
Biaya monitoring, yaitu biaya penyelidikan tentang objek, Biaya pelaksanaan, meliputi
biaya persidnagan dan arbitrase, Biaya kekliruan hukum, yang merupakan biaya sosial.
E. PRESTASI DAN WANPRESTASI DALAM HUKUM KONTRAK
1. Pengertian Prestasi
Pengertian prestasi (performance) dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai
suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah
mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition”
sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Model-model dari prestasi (Pasal 1234 KUH Perdata), yaitu berupa :
Memberikan sesuatu;
Berbuat sesuatu;
Tidak berbuat sesuatu.
2. Pengertian Wanprestasi
Pengertian wanprestasi (breach of contract) adalah tidak dilaksanakannya prestasi
atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-
pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan
untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi sehingga oleh
hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi,
pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara. Sebagai contoh
seorang debitor (si berutang) dituduh melakukan perbuatan hukum, lalai atau sengaja
tidak melaksanakan sesuai bunyi yang telah disepakati dalam kontrak, jika terbukti, maka
debitor harus mengganti kerugian (termasuk ganti rugi + bunga + biaya perkaranya).
Meskipun demikian debitor bisa saja membela diri dengan alasan :
Keadaan memaksa (overmacht/force majure)
Kelalaian kredito sendiri
Kreditor telah melepas haknya untuk menuntut ganti rugi.
Untuk hal yang demikian debitor tidak harus mengganti kerugian. Oleh karena
itu, sebaiknya dalam setiap kontrak bisnis yang kita buat dapat dicantumkan juga
mengenai risiko, wanprestasi, dan keadaan memaksa ini.
F. FORMAT PENULISAN KONTRAK BISNIS
Untuk membuat surat perjanjian (kontrak) yang baik di perlukan adanya
perencanaan dahulu. Ada beberapa tahapan dalam penyusunan surat perjanjian (kontrak)
meliputi beberapa tahap sejak persiapan sampai dengan pelaksanaan isi perjanjian atau
kontrak.
Contoh:
Demikian perjanjian kerja sama ini dibuat dan ditandatangani di Jakarta, pada hari,
tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebut pada awal perjanjian ini.
materai
Rp. 6.000,-
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perjanjian (Kontrak) baik di dunia bisnis maupun non bisnis ialah hal yang sangat
penting untuk diperhatikan karena menyangkut sebuah kepastian, kejujuran, konsisten
terhadap apa yang telah di sepakati dan hasil apa yang telah disepakati berhubungan
dengan rekan/pihak yang berkontrak dengan kita, baik maupun buruk hasil kontrak
terebut
DAFTAR PUSTAKA
Ade Maman Suherman, 2004. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Bintang, Sanusi dan Dahlan, 2000. Pokok-pokok Hukum dan Bisnis, Bandung: PT Citra
Aditya
Bakti.
Saliman, Abdul R. dkk, 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta: Kencana.
Soebekti, R., 1992. KUH perdata, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
__________, 2001. Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan