PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah secara abnormal yang persisten
pada Arteri. Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya kecacatan dan
kematian penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga merupakan faktor resiko
terjadinya stroke, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Hipertensi bahkan dapat menyebabkan kematian awal. Hipertensi sering disebut
sebagai “The Silent Killer“ karena tidak memiliki gejala secara umum sampai
komplikasi yang serius berkembang.7
2.2 Klasifikasi
Pada tanggal 13 November 2017, American Heart Association (AHA)
dan American College of Cardiology (ACC) mengeluarkan pedoman hipertensi
terbaru. Pedoman ini berisikan banyak perubahan besar dalam pengelolaan
hipertensi. Salah satu lompatan terbesar pedoman ini adalah perubahan klasifikasi
atau bahkan definisi hipertensi dimana sebelumnya hipertensi dinyatakan sebagai
peningkatan tekanan darah arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Pada pedoman
hipertensi tersebut maka hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik ≥
130 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg.
2
3
2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.
Sebanyak 95 % hipertensi esensial dan hanya 5% yang penyebabnya diketahui
seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal.9
Hipertensi primer atau esensial didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak
dapat diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi,
sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetik dan interaksi
lingkungan. Biasanya hipertensi esensial terjadi pada usia antara 25-55 tahun dan
jarang pada usia di bawah 20 tahun.9
d. Kurang Aktivitas
Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut jantung yang
lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus
bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.10
e. Konsumsi Tinggi Natrium
Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat
menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga
meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan
banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi kalium, maka
akan banyak terakumulasi natrium di dalam darah.10
f. Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah.10
g. Sindroma Metabolik
Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari kriteria terpenuhi:
lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm), gula darah puasa
terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan tekanan darah 130/85
mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dL,
<50 mg/dL pada wanita. Dihipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin
merupakan patofisiologi teradinya sindroma metabolik.10
2.5 Patofisiologi
Beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang
mempengaruhi rumus dasar.
Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi
esensial antara lain:11
a. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh
terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus
hipertensi esensial curah jantung biasanya normal tetapi tahanan
5
2.6 Diagnosis
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk: (i) menilai pola hidup dan
identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan,
(ii) mencari penyebab kenaikan tekanan darah, dan (iii) menentukan ada tidaknya
kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular. Evaluasi pasien hipertensi
adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.11
Pada 70-80% kasus hipertensi essensial didapatkan riwayat hipertensi dalam
keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi
essensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orangtua, maka
dugaan hipertensi essensial lebih besar. Mengenai usia penderita hipertensi
essensial mayoritas timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya 20% yang timbulnya
kenaikan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas usia 50 tahun. Bila telah
diketahui adanya riwayat hipertensi sebelumnya, perlu informasi tentang
pengobatan, efektifitas dan efek samping obat.14
8
2.7 Tatalaksana
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90
mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Gaya hidup yang
sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan tekanan darah dan termasuk
dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan atau
menunda insiden dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari obat antihipertensi,
dan penurunan risiko kardiovaskular.1
Rekomendasi 4:
Usia ≥ 18 tahun disertai dengan Chronic Kidney Disease (CKD),
pengobatan dimulai ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
diastolic ≥ 90 mmHg dengan target pencapaian tekanan darah sistolik adalah
< 140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg.
Rekomendasi 5:
Usia ≥ 18 tahun dengan Diabetes, pengobatan dimulai ketika tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg dengan target
pencapaian tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg.
Rekomendasi 6:
Secara umum pada orang kulit putih, termasuk mereka dengan Diabetes,
pemberian awal obat anti-hipertensi harus meliputi diuretic tipe Thiazide,
Calcium Channel Bloker (CCB), Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI), atau Angiotensi Receptor Blocker (ARB).
Rekomendasi 7:
Secara umum pada orang kulit hitam, termasuk mereka yang dengan
Diabetes, pemberian awal obat anti-hipertensi hasil meliputi Diuretic tipe
Thiazide atau CCB.
Rekomendasi 8:
Usia ≥ 18 tahun dengan CKD, inisial anti-hipertensi harus meliputi ACEI
atau ARB untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua
pasien CKD dengan hipertensi tanpa memperhatikan ras dan status diabetes.
Rekomendasi 9:
Tujuan utama dari tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak
tercapai dalam waktu 1 bulan pengobatan, tambahkan dosis dari obat inisial
atau dengan menambahkan obat kedua dari salah satu golongan obat pada
rekomendasi 6. Para klinisi harus terus memantau tekanan darah dan
menyesuaikan regimen tatalaksana hingga target tekanan darah dicapai. Bila
target tidak dapat dicapai dengan pemberian 2 jenis obat, tambahkan dan
titrasikan obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan
ARB secara bersamaan pada satu pasien. Bila target tekanan darah tidak
12
2.8 Komplikasi
Hipertensi yang diabaikan atau tidak diobati sesegera mungkin dapat
menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh, diantaranya adalah:
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebabkan CVD (Cardiovaskular Disease) dan
meningkatkan resiko kejadian iskemik seperti angina pectoris dan infark miokard
(Siyad A.R,2011; Busari et al.,2010; Pujiyanto, 2008) Selain itu sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dalam merespon naiknnya tekanan darah
hipertensi dapat menyebabkan LVH (Left Ventricle Hyperthropy). LVH sendiri
merupakan faktor resiko berbahaya akan terjadinya CAD (Coronary Artery
Disease), HF (Heart Failure), dan Aritmia. Hipertensi yang tidak terkontrol
merupakan salah satu pemicu Heart Failure.15
b. Otak
Gejala kerusakan pada organ ini yaitu terjadinya TIA (Transient Ischemic
Attack), stroke iskmeik, infark serebral, dan perdarahan otak. Peningkatan tekanan
darah sistolik yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipertensi ensefalopati.15
c. Ginjal
GFR (Glomerulus Filtration Rate) digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal. Hipertensi menyebabkan GFR (Glomerulus Filtration Rate) menurun lebih
cepat. Hipertensi berhubungan dengan nephrosclerosis, yang mana menyebabkan
peningkatan tekanan intraglomerular.15
d. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan retinopati hipertensif yang berimplikasi pada
kebutaan. Keparahannya diklasifikasikan menjadi empat, yakni: tingkat 1 yang
ditandai dengan menebalnya diameter arteri, yang menyebabkan vasokonstriksi,
tingkat 2 yang ditandai dengan nicking pada arteriovenosus (AV), yang
menyebabkan arterosklerosis, tingkat 3 yang terjadi jika hipertensi tidak kunjung
diobati yang dapat menyebabkan cotton wool exudates dan flame hemorrhage,
terakhir tingkat 4 muncul sebagai akibat dari kasus yang semakin parah, yang
ditandai dengan papil edema.15
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Punge Blang Cut
Tanggal Pemeriksaan : 20 Januari 2018
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Pusing
b. Keluhan Tambahan : Nyeri kepala
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan pusing yang dialami
sejak 2 hari yang lalu. Pusing yang dirasakan tidak sampai berputar-putar
dan hilang timbul, memberat tiba-tiba dan terasa ringan jika pasien
beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluhkan nyeri di seluruh bagian
kepala yang terasa seperti berdenyut-denyut. Keluhan ini timbul bersamaan
dengan rasa pusing yang dikeluhkannya. Riwayat trauma kepala (-), mual
dan muntah (-). Pasien datang untuk kontrol ulang penyakit hipertensinya
yang diderita sejak 6 tahun lalu. Pasien mengaku bahwa tidak rutin minum
obat hipertensi yang diberikan oleh dokter karena merasa tidak ada keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (+) sejak 6 tahun yang lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Kakak kandung pasien juga menderita hipertensi
f. Riwayat Kebiasaan Sosial
- Pasien seorang ibu rumah tangga usia 54 tahun dengan BB 76 Kg, TB
155 cm (IMT 31,6 Kg/m2) yang jarang beraktifitas.
14
15
Pasien
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Wanita meninggal
: Wanita hidup
: Laki-laki hidup
: Wanita Hidup (dengan Hipertensi)
b. Status General
Kulit
Warna : Coklat kehitaman
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normochepali
Mata : Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
konj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Mulut : Hiperemis (-), bibir kering (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : R - 2 cmH20
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-/-)
17
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V Linea axilla anterior sinistra
Perkusi : Batas jantung atas: di ICS III Linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan: di ICS V Linea parasternal dekstra
Batas jantung kiri: di ICS V Linea axilla anterior sinistra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan simetris, Distensi (-)
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (-) distensi (-)
Hepar/ Lien tidak teraba, Renal (Ballotement (-/-))
18
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat - - - -
Edema - - - -
V. DIAGNOSA
Hipertensi Stage II + Obesitas grade I
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB IV
DISKUSI KASUS
2. Konfirmasi Diagnosis
Konfirmasi diagnostik pada pasien terlihat dari hasil anamnesa, dimana
pasien mengeluhkan pusing dan nyeri kepala yang merupakan gejala yang paling
sering muncul pada pasien dengan Hipertensi. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
tekanan darah 150/90 mmHg, IMT 31,6 Kg/m2. Berdasarkan klasifikasi tekanan
darah menurut AHA 2017 pasien ini termasuk kelompok hipertensi stage II
dengan tekanan darah sistol ≥140 mmHg dan tekanan darah diastol ≥90 mmHg,
berdasarkan klasifikasi indeks massa tubuh menurut WHO Asia Pasifik pasien ini
termasuk Obesitas grade I dengan IMT 30,0-34,9 Kg/m2.
3. Langkah Selanjutnya
Pasien memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, jarang minum obat dan
tidak pernah kontrol berobat, suka mengkonsumsi daging kambing serta jarang
beraktifitas. Maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga agar menghindari kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang berlemak dan diet rendah garam, kontrol hipertensi secara teratur,
minum obat teratur, bukan hanya saat gejala muncul.
19
20
saat istirahat kira – kira lima menit sebelum melakukan pengukuran tekananan
darah.
Melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan penunjang rutin
yang direkomendasikan sebelum memulai terapi termasuk elektrokardiogram,
elektrolit dan profil lipid (termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan
trigliserida).
6. Komplikasi
Pada jantung, yaitu hipertensi dapat menyebabkan CVD (Cardiovaskular
Disease) dan meningkatkan resiko kejadian iskemik seperti angina pectoris dan
infark miokard. Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan salah satu pemicu
Heart Failure.
Pada otak, gejala kerusakan pada organ ini yaitu terjadinya TIA (Transient
Ischemic Attack), stroke iskmeik, infark serebral, dan perdarahan otak.
Peningkatan tekanan darah sistolik yang berkepanjangan dapat menyebabkan
hipertensi ensefalopati.
21