Anda di halaman 1dari 2

PAJAK-PAJAK BASIC SEPUTAR USAHA DI BIDANG

BATUBARA
Secara umum proses pembukaan sebuah pertambangan batubara meliputi kegiatan-kegiatan
berikut ini:

Penyelidikan Umum  Eksplorasi  Studi


Kelayakan  Produksi Penutupan  Reklamasi

Namun di dalam tahapan-tahapan tersebut akan timbul banyak sekali aspek perpajakan baik
yang meliputi penggunaan Jasa Professional, Sewa-Menyewa, Jasa Konstruksi, hingga Jasa
Barging.

Pajak-pajak yang biasa terjadi di seputar lingkup usaha batu bara yaitu:

1. Pajak Penghasilan, yang meliputi:


o PPh Pasal 21/26, biasanya atas gaji pekerja dan penggunaan tenaga ahli.
o PPh Pasal 23/26, biasanya atas jasa penunjang pertambangan
o PPh Pasal 4 ayat 2, untuk jasa konstruksi dan persewaan tanah dan bangunan
o PPh Pasal 15, untuk jasa barging pengangkutan batu bara melalui jalan air
o PPh Pasal 25, angsuran PPh pasal 29
o PPh Pasal 29, pajak penghasilan badan selama satu tahun

Khusus mengenai sewa tanah atas lokasi stockpile batu bara, apabila tanah tersebut disewakan
tanpa memberikan jasa apapun maka selayaknya diperlakukan sebagai PPh pasal 4 ayat 2.
Namun apabila pemilik stockpile juga memberikan jasa-jasa lain yang menunjang penyimpanan,
loading dan unloading, stevedoring, bahkan port service, maka selayaknya diperlakukan sebagai
PPh pasal 23 jasa penunjang pertambangan.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).


Adapun batu bara ini termasuk barang yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai bagi badan
usaha yang hanya bergerak di bidang pertambangan dan produknya dijual langsung tanpa
pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Oleh
karena bukan terdaftar sebagai PKP maka tidak terdapat mekanisme pajak masukan (PM) dan
pajak keluaran (PK).
Namun apabila penyedia jasa penunjang adalah PKP, maka pengusaha tersebut tetap harus
mengenakan PPN, namun pajak masukan atas jasa tersebut tidak dapat dikreditkan melainkan
dibiayakan.

Sedangkan bagi perusahaan yang nyata-nyata usahanya bergerak dalam pengolahan batu bara,
maka perusahaan berkewajiban meminta pengukuhan PKP apabila memenuhi persyaratannya,
dikenakan PPN dan mekanisme pajak masukan (PM) dan pajak keluaran (PK) berlaku. @
Pada umumnya suatu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan mempunyai siklus usaha
sebagai berikut :
1. Penyelidikan umum;
2. Eksplorasi;
3. Studi Kelayakan;
4. Konstruksi;
5. Pertambangan/Eksploitasi;
6. Reklamasi

Masing-masing proses tersebut terdapat kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh
perusahaan. Berikut diampaikan kewajiban perpajakan masing-masing siklus:

1. Penyelidikan Umum
Untuk menentukan potensi mineral pada suatu daerah perlu dilakukan pengujian geologis, untuk itu
dibutuhkan jasa dari pihak peneliti geologis untuk melakukan Penelitian. Atas jasa tersebut terutang
PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung siapa yang melaksanakan.

2. Eksplorasi
Adalah rangkaian kegiatan oenelitian, pengujian kandungan mineral, pemetaan wilayah dan kegiatan
lainnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang lokasi, dimensi, sebaran, kualitas dan
sumber daya serta info lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Diperlukan jasa dari pihak ketiga
yang akan terutang PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung pihak yang melaksanakan.

3. Studi Kelayakan
Dilakukan untuk mendapatkan informasi kelayakan ekonomis dan teknis pertambangan dan proses
analisis mengenai dampak lingkungan dan perencanaan pasca tambang, studi kelayakan tersebut
memuat data dan keterangan mengenai usaha tambang tersebut. Proses ini dilakukan oleh pihak
ketiga yang ahli mengenai hal tersebut. Atas jasa pengujian tersebut terutang PPN dan PPh Ps 23.

4. Konstruksi
Setelah diketahui bahwa proyek pertambangan layak secara ekonomis teknis dan lingkungan, maka
dilakukan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur biasanya dilakukan oleh
perusahaan konstruksi. Jasa akan terutang PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi.

5. Pertambangan/Eksploitasi
Kegiatan ini biasanya meliputi Land clearing (proses pembukaan lahan), Pengeboran dan penggalian,
pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan penjualan. Atas jasa yang dilakukan oleh pihak ketiga
terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.

6. Reklamasi
Adalah proses rehabilitasi lingkungan yang rusak akibat kegiatan penambangan. Apabila proses
reklamasi dilakukan oleh pihak ketiga maka akan terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.
Selain jenis pajak tersebut diatas, juga terdapat kewajiban pembayaran pajak atas PPh Pasal 21
yaitu untuk pegawai tetap, pegawai tidak tetap, orang pribadi yang bukan pegawai atas upah yang
diterima.

Anda mungkin juga menyukai