Anda di halaman 1dari 49

Presentasi Kasus

Kehamilan Ektopik Terganggu dengan Syok


Hipovolemik

Pembimbing

dr. Unggul , SpOG

disusun oleh

Gita Nur Azizah

11.2016.296

KEPANITERAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT BAYUKARTA

PERIODE 27 November 2017 – 02 Februari 2018


KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

RUMAH SAKIT BAYUKARTA, KARAWANG

Nama : Gita Nur Azizah Tanda Tangan

NIM : 11 2016 296 .................

Dr Pembimbing / Penguji : dr. Vinsensius Harry , Sp.OG .................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : 19 Juni 1980 (37tahun) Agama : Islam

Status Pernikahan : Sudah Menikah Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal masuk RS : 04/01/2018


Alamat : Karawang

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis, Tanggal 04 Januari2018

Keluhan Utama

Nyeri perut bagian kanan bawah sejak 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:

Seorang wanita datang ke UGD RSBK dengan keluhan adanya rasa nyeri di perut

bagian bawah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan di seluruh perut bagian

bawah namun lebih parah pada kanan bawah, nyeri dirasakan mendadak dan seperti tertusuk

dan terjadi secara terus menerus hingga menjalar sampai ke ulu hati. Pasien juga mengeluh

adanya rasa mual dan sempat muntah sebanyak 3 kali dan sempat pingsan 1 kali. Selain itu

juga pasien mengeluh merasa sangat lemas sejak kemarin malam hingga pasien tidak dapat

beraktivitas seperti biasa. Selain itu pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 1

minggu SMRS yaitu pada tanggal 28 Desember 2017, awalnya pasien mengatakan bahwa

darah yang timbul berupa flek-flek kemudian keluar darah seperti gumpalan kemudian berubah

menjadi seperti darah mens. Riwayat keluar gumpalan yang disertai gelembung-gelembung

disangkal, dalam satu hari hanya menghabiskan 1-2 pembalut. Pasien mengaku sedang hamil

G3P2A0 gravid 6 minggu. Sebelumnya 2 minggu SMRS yaitu tanggal 21 Desember 2017

pasien mengatakan melakukan test pack dan hasilnya positif. Oleh karena hal tersebut maka

pasien pergi berobat ke dokter kandungan yang berada di Bandung dan dilakukan USG, pasien
mengaku bahwa dokter mengatakan janin sudah tidak ada dan tidak perlu dilakukan kuret.

Kemudian pasien diberikan Bleed Stop untuk menghentikan pendarahannya selama 1 minggu.

Riwayat Menstruasi

Haid terakhir : 01-11-2017

Riwayat Menstruasi : Menarche : 14 tahun

Siklus haid : 28 hari (lama 7 hari, teratur)

Riwayat Perkawinan

suami ke I, menikah 1x selama 17 tahun

Riwayat Kehamilan

1. Aterm, lahir spontan, rumah bersalin, bidan, BBL: 3500 gram, perempuan, 14 tahun.

2. Aterm, lahir spontan, rumah bersalin, bidan, BBL: 3500 gram, perempuan, 12 tahun

Riwayat Kontrasepsi

Penderita pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntik 3 bulan.

Riwayat ANC

Dokter kandungan di bandung.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM (-), asma (-

), hipertensi (-), kelainan jantung (-), penyakit paru (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Didalam keluarga ibu pasien pernah mengalami keluhan serupa yaitu kehamilan di luar

kandungan
Riwayat alergi

Pasien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan maupun lingkungan.

Riwayat Sosial

Pasien sehari hari melakukan pekerjaan rumah tangga, riwayat merokok dan alkohol

disangkal.

III. PEMERIKSAAN UMUM (04/01/2018)

Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan Darah : 80/50 mmHg

Nadi : 112x/menit

Suhu : 36,2 OC

Pernapasan : 26x/menit

Tinggi Badan : 149 cm

Berat Badan : 49 kg

Keadaan gizi : Baik (IMT: 22.07)

Status Generalis

Kepala

Ekspresi wajah : Normal

Simetri muka : Simetris

Distribusi Rambut : Merata


Mata
Konjungtiva : Tidak anemis - / -

Sklera : Tidak ikterik - / -

Pupil :Isokor, refleks cahaya +/+

Telinga

Bentuk : Normotia
Serumen :-/-
Sekret : Tidak ada
Darah : Tidak ada

Mulut

Bibir : Sedikit kering

Gigi : Tidak ada kelainan

Tonsil : T1-T1

Faring : tidak hiperemis

Lidah : Tidak kotor, tidak ada deviasi

Leher

Kelenjar tiroid : Tidak teraba pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak teraba

Thoraks

Cor : S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Suara Nafas Vesikuler +/+, rhongki -/-, wheezing -/-

Abdomen
Liat Status Ginekologis
Ekstremitas
Hangat (+), edema (-/-), CRT>2 detik
Status Ginekologis

Abdomen : Fut ttb, distensi (+), BU (+) N, nyeri (+),


Defance musculare (+), Tanda cairan bebas (+)  Shifting dullness
(+), Nyeri tekan (+)

(VT) : P Ø (-), Nyeri goyang portio (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
Tgl 04/01/2018 pukul 11.58 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin *9.0 11,5-18,0 gr/dL
Hematokrit *27.0 37 – 54 %
Leukosit *13.59 4,6-10,2 K/uL
Eritrosit *3.20 3,8 – 6,5 juta/uL
Trombosit 262.000 150.000 – 400.000 /mm3

Hitung Jenis Leukosit


Basofil 0 0-1 %
Eosinofil *0 2-4 %
Batang/Stat *0 3-5 %
Limfosit *0 25-40 %
Monosit 4 2-8 %
Segmen *88 50-70 %

Indeks Eritrosit Rata-


rata 84.4 80 – 100 fL
MCV (VER) 28.1 26 – 34 pg
MCH (HER) 33.3 32 – 36 %
MCHC (KHER) B -
Golongan Darah ABO Positif -
Rhesus
Hemostasis
Faktor Pembekuan
Masa Perdarahan 3.00 menit 1.00-6.00 menit
Masa Pembentukan 9.00 menit 4.00-15.00 menit

Kimia Klinik
Ureum 21,6 16.6-48.5 mg/dL
Creatinin *0,48 0.50-0.95 mg/dL
Glukosa Darah Sewaktu 95 <180 mg/dL

2. Pemeriksaan Penujang USG (04/01/2018, pukul 10.20 WIB)

USG oleh dr. Vinsensius Harry, SpOG

Uterus Anteflexi, Tampak cairan bebas, Tampak adanya masa di adnexa kanan

Kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu

V. RESUME

KKKKKK

VI. DIAGNOSIS KERJA


Syok Hipovolekmik Derajat II dengan Pendarahan Intra abdomen Suspek KET

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Apendisitis Akut
- Salpingitis
- Kista Ovarium

VIII. PENATALAKSANAAN
Di UGD
- O2 4 lpm
- Resusitasi cairan RL 2000 cc habis dalam 20 menit
- Ketoprofen Supp 100mg
- Inj Ondancentron 8 mg
- Emergensi PRC 4 kantong
- Pasang Dower Cateter (DC)
- Rencanakan Laparotomi Eksplorasi Emergency

Operasi laparotomy emergency tanggal 04/01/2018 (jam 13.55 WIB)

O  KU : Baik

Tensi : 94/56 mmHg


Nadi : 107x/menit

Nafas : 26x/menit

Suhu : 36,3 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor  S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo  vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

A Diagnosis preoperasi  Syok Hipovolekmik Derajat II dengan Pendarahan Intra


abdomen Suspek KET + Anemia

P :
1. Operator : dr. Vinsensius Harry, SpOG
2. Temuan Operasi : Rongga peritoneum didapatakan darah dan stolsel sebanyak
1000 cc. Tuba pars ampularis kanan rupture dengan bagian
rupture berukuran 3cmx3cmx2cm, tuba kiri dan kedua ovarium
dalam batas normal.

3. Tindakan Operasi : Diputuskan untuk melakukan parsial salpingektomi dextra


dengan evakuasi hasil konsepsi
4. Terapi post operasi :
a. IVFD RL 20 tpm
b. Ceftriaxone inj 3 x 1 g iv
c. Ketorolac inj 3 x 30 mg iv

IX. PROGNOSIS
1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad Sanationam : dubia adbonam

Observasi post operasi (04/01/2018 pukul 15.30 WIB)


Jam Tekanan darah nadi suhu respirasi
15.30 90/50 68 35.4 20
16.00 90/50 70 35.7 19
16.30 90/60 75 35.8 20
17.00 90/60 75 36.0 20
18.00 90/60 80 36.2 18

Follow up :

Tanggal 04/01/2018 pukul 20.00 WIB

S  pasien masih dibawah obat anestesi

O  KU : tapak sakit sedang

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 78 x/menit

RR : 15 x/menit

Suhu :36.0oC

Mata : CA +/+, Si -/-

Leher : Tidak tampakpembesaran KGB

Pulmo : vasikular +/+, rh-/-,Wh -/-

Cor : BJ I-II murni regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen : Supel, BU(-)

Extremitas: CRT<2 dtk, udema (-)

Terpasang DC

A  Post laparotomy eksplorasi emergency parsial salpingektomi dextra dan rupture pars ampula
tuba dextra ec Kehamilan Ektopik Terganggu

P  Awasi keadaan umum dan tanda tanda vital dan tanda pendarahan

- IVFD: RL 20 tpm

- Tranfusi PRC 4 labu, masuk labu 3 labu di ruang ok

- Setelah tranfusi cek hb

- Balance cairan
- Ceftriaxone 1 grm/12 jam

- Ketorolac 3 x 30 mg iv

Tanggal 05/01/2018 pukul 07.30

S  pasien merasa lemas, nyeri bekas operasi dan nyeri pada perut kanan bawah

O  KU : tapak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TD : 109/53 mmHg

Nadi : 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu :36,6oC

Mata : CA +/+, Si -/-

Leher : Tidak tampakpembesaran KGB

Pulmo : Vasikular +/+, rh-/-,Wh -/-

Cor : BJ I-II murni regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen : Supel

Extremitas : CRT<2 dtk, udema (-)

Disposible cateter (+) balutan tidak rembes

Tranfusi sudah 4 kolf


A  Post laparotomy eksplorasi emergency parsial salpingektomi dextra dan rupture pars ampula
tuba dextra ec Kehamilan Ektopik Terganggu, H+1

P  IVFD: RL 20 tpm
- Balance cairan
- Ceftriaxone 1 grm/12 jam iv
- Ketorolac 3 x 30 mg iv
- Cek Hb pos tranfusi
- Cek AGD
- Diet makan lunak dan minum cairan jika pasien tidak mual

Tanggal 6/01/2017 pukul 07.25

S  Nyeri bekas operasi.

O  KU : tapak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TD : 109/53 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36.2oC

Mata : CA -/-, Si -/-

Leher :tidak tampakpembesaran KGB

Pulmo : vasikular +/+, rh-/-,Wh -/-

Cor : BJ I-II murni regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen : Supel
Extremitas : CRT<2 dtk, udema (-)

A  Post laparotomy eksplorasi emergency parsial salpingektomi dextra dan rupture pars ampula
tuba dextra ec Kehamilan Ektopik Terganggu, H+2

P  inj. Ceftriaxone 1 amp


- Ketorolac 3x30 mg
- Aff Infus
- Aff Disposible Cateter
- Besok terapi oral cefat 2 x 500mg
- Kaltropen 2x1
- Cester1x1

Tanggal 07/01/2018 pukul 08.00 WIB

S  Nyeri bekas operasi sudah berkurang.

O  KU : tapak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TD : 100/70 mmHg

HR : 78 x/menit

RR :18 x/menit

Mata : CA -/-, Si -/-

Leher : Tidak tampakpembesaran KGB

Pulmo : vasikular +/+, rh-/-,Wh -/-

Cor : BJ I-II murni regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen : Supel
Extremitas : CRT<2 dtk, udema (-)

A  Post laparotomy eksplorasi emergency parsial salpingektomi dextra dan rupture pars ampula
tuba dextra ec Kehamilan Ektopik Terganggu, H+3

P  terapi oral cefat 2 x 500mg


- Kaltropen 2x1
- Cester1x1
BAB II

Analisis Kasus

Dari pemeriksaan anamnesis pasien mengaku sedenag G3P2A1 gravid 6 minggu dikatakan bahwa
pasien mengalami adanya nyeri perut bagian bawah sejak 1 hari yang lalu, sebelumnya pasien
mengatakan bahwa pasien m yang keluar tetapi sudah diobati dan tidak membaik.awal. Adanya
pendarahan dapat terjadi pada KET dan abortus tetapi tidak terjadi pada kasus apendisitis dan kista
ovarium. Nyeri hebat pada perut bagian bawah yang di katakan pasien sesuai dengan gejala dari
KET, apendisitis dan kista ovarium tetapi biasanya pada KET nyeri yang di rasakan hebat dan
unilateral. Tetapi hal ini belum dapat menegakan diagnostik pasti.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah sebelah kiri
pasien tampak pucat kemudian dari hasil observasi TTV setiap 15 menit dari ruang poli menuju
ruang oprasi tekanan darah menurun, akral dingin ,pasien anemis, dari pemeriksaan darah di
dapatkan penurunan Hb hal tersebut menunjukan adanya tanda syok.

Dari hasil pemeriksaan penunjang USG didapatkan adanya masa di adnexa kiri dan didapatkannya
hasil pemeriksaan test pack sseharisebelumdatang kerumah sakit positif . Pemeriksaan ini dapat
menegakan diagnosis adanya kehamilan ektopik terganggu. Saat ini, diagnosis kehamilan diluar
rahim (yang tidak terganggu) dilakukan menggunakan kombinasi dari ultrasonografi transvaginal
(TVS) dan perhitungan kadar serum β-hCG.

Diagnosa kehamilan ektopik terganggu dengan syok hipovolemik karena didapatkan hasil dari
anamnesis yang menunjukan adanya nyeri bagian bawah perut, dari hasil pemeriksaan fisik di
dapatkan adanya nyeri tekan perut bagian bawah kiri dan dari pemeriksaan penunjang di nyatakan
adanya masa di adnexa kiri, peningkatan beta HCG serta adanya tanda-tanda syok seperti anemis,
tekanan darah menurun,nadi melemah serta dari pemeriksaan Hb menurun dari 10.8 menjadi 6.1.

Komplikasi yang paling umum adalah ruptur dengan pendarahan internal yang mengarah ke
shock.
Sekitar 98-100% kehamilan ektopik di Indonesia diselesaikan dengan Laparotomi karena hampir
semuanya datang dalam keadaan perdarahan intraperitoneal, akibat rupture kehamilan ektopik.
Laparotomi dilakukan untuk menghentikan atau mengangkat sumber perdarahannya Sesuai
dengan kasus ini dilakukan Laparotomi untuk Eksplorasi terhadap ovarium dan tuba untuk
menetapkan kemungkinan kelainan yang memerlukan tindakan. Selain itu membersihkan sisa
darah sebanyak mungkin dengan mencuci sehingga mengurangi kemungkinan terjadi perlekatan.

Pada pasien ini mengalami syok sesuai dengan syok hipovolemik stadium-III bila terjadi
perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat.
Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit, peningkatan frekuensi nafas
hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling
kapiler yang sangat lambat.

Penatalaksanaan pada pasien ini dengan pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan
pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka
pemberian kristaloid terus dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan
volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan koloid lebih cepat
berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka
pilihannya adalah dengan pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.

Post laparotomi

Diberikan Ceftriaxon 1 gr/12 jam dan saat oral diberikan 3 x500 mg sebagai antibiotik , Trosic
30mg 3x1 metronidazole 500mg 3x1 dan ranitidine untuk obat mual, cester 1x1 sebagai multi
vitamin

Prognosis

Bagi kehamilan berikutnya


Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit
radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik
pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba
sisi yang lain.
Bagi ibu

Bila diagnosis cepat ditegakkan umumnya prognosis baik, terutama bila cukup penyediaan darah
dan fasilitas operasi
BAB III

Tinjauan Pustaka

1. DEFINISI
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik
berada di saluran telur (tuba fallopii).1

2. ETIOLOGI
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun
kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Lebih dari setengah
kehamilan ektopik yang berhasil diidentifikasi ditemukan pada wanita tanpa ada faktor resiko.

Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:1,3

a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Merupakan faktor risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan
sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah
kehamilan ektopik kedua.

b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan


kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan
kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba
yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim

c. Kerusakan dari saluran tuba

Faktor dalam lumen tuba:


 Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk kantong
buntu akibat perlekatan endosalping.
 Pada Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
 Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.

Faktor pada dinding tuba:

 Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
 Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.

Faktor di luar dinding tuba:

 Perlekatan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan
telur.
 Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba

Faktor lain:

 Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya.
Hal ini dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus, pertumbuhan
telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
 Fertilisasi in vitro.

d. Faktor abnormalitas zigot


Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh terlalu besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba.

3. JENIS KEHAMILAN EKTOPIK


Macam-macam kehamilan ektopik adalah:1,3
a. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba.
Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba. Rupture pada
keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat.
Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi akan menyebabkan
kematian.Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi
kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber perdarahan
dengan melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana tuba pars
interstisialis berada.

b. Kehamilan ektopik ganda


Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan
intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic pregnancy).
Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 – 40.000 persalinan. Di Indonesia sudah
dilaporkan beberapa kasus. Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi
kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparotomi ditemukan uterus yang membesar
sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea.

c. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan
atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni:
 Tuba pada sisi kehamilan harus normal
 Kantong janin harus berlokasi pada ovarium
 Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium
 Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin
Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan
ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi
rupture pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat
pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan
dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis
dan mungkin juga selaput mudigah.

d. Kehamilan servikal

Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam
kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika
kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka
sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara
operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat
menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan
histerektomi totalis.

Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut:

 Ostium uteri internum tertutup


 Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
 Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik
 Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
 Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk
hour-glass uterus

e. Kehamilan ektopik lanjut

Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat
cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan
sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalam
keadaan demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi
sekunder dari kehamilan tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan
dari tuba dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang
masih utuh yang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru. Angka
kejadian kehamilan ektopik lanjut di RSCM, Jakarta dari tahun 1967 – 1972 yaitu 1 di antara
1065 persalinan. Berbagai penulis mengemukakan angka antara 1 : 2000 persalinan sampai
1 : 8500 persalinan.

4. EPIDEMIOLOGI
Menurut Center for Disease Control and Prevention (1995), angka kehamilan
ektopik terus meningkat di Amerika Serikat Sepanjang tahun 1990an. Setelah itu semakin
meluasnya penerapan terapi rawat-jalan maka data pasti tentang jumlah kehamilan ektopik yang
sebenarnya tidak lagi tersedia setelah tahun 1990. Dengan demikian, angka 1,9 persen pada
tahun 1992 serupa dengan angka 2,1 persen dilaporkan dari Kaiser Permanente of North
Carolina pada lebih dari 125.000 kehamilan dari tahun 1997 sampai 2000.

5. GAMBARAN KLINIK 1

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita
maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya
abortus tuba atau ruptur tuba.

a. Kehamilan ektopik belum terganggu

Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk
diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Amenorea atau
gangguan haid dilaporkan oleh 75-95% penderita. Lamanya amenore tergantung pada
kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenore
karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Tanda-tanda kehamilan muda
seperti nausea dilaporkan oleh 10-25% kasus.

Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri di
perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur.
Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain seperti
ultrasonografi (USG) dan laparoskopi.

Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau
ruptur yang disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita dengan
gangguan haid dan setelah diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik harus ditangani
dengan sungguh-sungguh menggunakan alat diagnostik yang ada sampai diperoleh
kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika terlambat diatasi dapat membahayakan
jiwa penderita.

b. Kehamilan ektopik terganggu

Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala
dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum
hamil.

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut
biasanya tidak sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu
(KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah
dapatmenurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan
syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu
sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah
atau keseluruh perut bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan
defekasi nyeri.

Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik


terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua.
Frekuensi perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan
Hcg (human chorionic gonadotropin). Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,
pucat dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut.
Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks yang nyeri bila digerakkan dan kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri raba. Pada abortus tubabiasanya teraba dengan jelas suatu
tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel
retouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglas.

Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis atipik
atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,
demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal
ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung
lambat. Dalam keadaan yang demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk
memastikan diagnosis

6. DIAGNOSIS 1,3,6

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian
besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur ruba sebelum
keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG),
laparoskopi atau kuldoskopi.

a. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda.1 Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang
mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan
pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.

b. Pemeriksaan umum

Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga perut tanda-
tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
menggembung dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat
didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.

c. Pemeriksaan ginekologi

tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks


menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu
kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. Hampir
semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi dari
tempat implantasi embrio lebih awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui kemampuan
teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan ektopik telah
memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur atau uterus pada wanita
dengan kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang berbeda
dengan bentuk dari kehamilan ektopik.

d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam
rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat
bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Perhitungan leukosit secara
berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk
membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhaikan jumlah leukosit.
Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik. Penting untuk
mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah ialah dengan melakukan
pemeriksaan konsentrasi hormon β human chorionic gonadotropin (β-hCG) dalam urin atau
serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,
sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L. Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes
negatif. Tes kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.
Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level β-hCG
yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.

e. Kuldosentesis:

Ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam kavum
Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Teknik kuldosentesis yaitu :

 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi


 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
 Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian
dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan
 Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml
dilakukan pengisapan
 Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak
membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.
 Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa :

 Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista
ovarium yang pecah.
 Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang
appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).
 Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku,
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

f. Ultrasonografi

Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik adalah
mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu
kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan
spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini
mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi kehamilan
ektopik dengan ultrasonografi lebih sulit (kurang sensitif) dan kurang spesifik.

g. Laparoskopi

hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik
apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
dilakukan laparotomi
7. Patogenesa1,3

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada
yang pertama telur berimplantasi pada sisi atau ujung jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini kemudian
diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba
tidak sempurna malahan kadang - kadang tidak tampak, dengan mudah vili korialis menembus
endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot – otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasu
trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum


graviditatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek ; endometrium dapat berubah pula
menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan – perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias – Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler
dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang – lubang atau berbusa, dan kadang –
kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan
ektopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian
dikeluarkan berkeping – keping, tetapi kadang – kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan
yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh
pelepasan desidua yang degeneratif. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin
janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita
tidak mengeluh apa – apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh – pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding
tersebut bersama – sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian
didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba
tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi
pada kehamilan pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis ke
arah peritonium biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan
karena lumen pars ampularis lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah
pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan bagian ismus dengan lumen sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan
terus berlangsung, dari sedikit – sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola
kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru –
biruan (hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium
tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum Douglas dan ajan membentuk hematokel
retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan vili korialis ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritonium. Ruptur dapat terjadi secara spontan,
atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akanterjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang – kadang sedikit, kadang – kadang
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut
melalui ostium tuba abdominale.

Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.
Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan
darah dalam tuba. Kadang – kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk
hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terjadi
kehamilan intraligamenter.

Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan
tuba kecil, perdarahan terjadi pada hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Bila penderita
dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan
yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin matu dan masih kecil, dapat diresorbsi
seluruhnya ; bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion.Janin yang dikeluarkan dari
tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih

utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan
abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba
akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus,
ligamentum latum, dasar panggul, dan usus.

8. Komplikasi3
Komplikasi yang dapat mungkin terjadi ialah:

 Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung (4 – 6 minggu),
terjadi perdarahan ulang (reccurent bleeding). Ini merupakan indikasi operasi
 Infeksi
 Sterilitas

9. Penatalaksanaan1,6

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian
beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu1 :

 kondisi penderita saat itu


 keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
 lokasi kehamilan ektopik
 kondisi anatomik organ pelvis

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba
atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau
reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomi.

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama pada


KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan sendiri
dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif
terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya.
Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis
kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.

a. Salpingotomi linier

Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan


pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan
ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai dengan
menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier dibuat diatas
segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam
lumen. Setiap sisa trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada
lumen dengan menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah
kerusakan lebih jauh pada mukosa. Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus
dilakukan, karena kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan
postoperasi yang akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen. Batas mukosa
kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan
untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan otot dan tidak ada tegangan yang
berlebihan.

b. Reseksi segmental

Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai satu
alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian
implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba. Hanya
pasien dengan perdarahan yang sedikit dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini.
Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan dipisahkan dengan hati-hati untuk
menghindari terbentuknya hematom pada ligamentum latum. Jahitan seromuskuler
dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe.
c. Salpingektomi

Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami


ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.
Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis
kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan, dan
tuba yang meregang diangkat. Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat
mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada
myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke myometrium.
Jahitan matras angka delapan dengan benang absorable 0 digunakan untuk menutup
myometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping ditutup dengan jahitan terputus dengan
menggunakan benang absorbable. Hemostasis yang komplit sangat penting untuk
mencegah terjadinya hematom pada ligamentum latum.

2. Medikamentosa

Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang sensitif dan ultrasonografi transvaginal,
memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik secara dini. Keuntungan
dari ditegakkannya diagnosis kehamilan ektopik secara dini adalah bahwa penatalaksanaan
secara medisinalis dapat dilakukan. Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntungan
yaitu kurang invasif, menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan
fungsi fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu penyembuhan.

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria
kasus yang diobati dengan cara ini ialah:

 Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah


 Diameter kantong gestasi ≤ 4cm
 Perdarahan dalam rongga perut ≤100 ml
 Tanda vital baik dan stabil

Obat yang digunakan ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan faktor
sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang seling setiap hari selama 8 hari. Methotrexate
merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel
dengan cara menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan
menghentikan proliferasi trofoblas. Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im atau
injeksi lokal dengan panduan USG atau laparoskopi. Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu
kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen akut, sedangkan 5
kasus berhasil diobati dengan lain.

Efek samping yang timbul tergantung dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi akan
menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik,
disfungsi hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada
dosis rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar reversibel,
supresi sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai pemberian folinic acid
(leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat yang mirip asam folat namun tidak
tergantung pada enzim dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic acid ini akan
menyelamatkan sel-sel normal dan mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut.
Sebelumnya penderita diperiksa dulu kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah.

Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX, kadar hCG diperiksa kembali.
Bila kadar hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka
MTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif
atau evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan USG transvaginal setiap minggu. Bila
kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau
menetap selama interval setiap minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/kgBB kedua.

Stoval dan Ling pada tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar
94,3%. Selain dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis
atau kombinasi dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB. Kontraindikasi pemberian MTX absolut
adalah ruptur tuba, adanya penyakit ginjal atau hepar yang aktif. Sedangkan kontraindikasi
relatif adalah nyeri abdomen

PROGNOSIS

Bagi kehamilan berikutnya


Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit
radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik
pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba
sisi yang lain.
Bagi ibu
Bila diagnosis cepat ditegakkan umumnya prognosis baik, terutama bila cukup penyediaan
darah dan fasilitas operasi serta narkose.[6]

Differential Diagnosis

Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi karena beberapa
sebab, yaitu :

a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol
b) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toxoplasmosis
d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trisemester
keduaKelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trisemester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.

Manifestasi klinis dari abortus adalah

 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu


 Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.

Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofik. Etiologi belum diketahui dengan pasti, ada yang menyatakan
akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yang paling cocok adalah teori Acosta Sison,
yaitu defisiensi protein. Faktor infeksi terdapat pada golongan sosiokonomi rendah, usia
dibawah 20 tahun, dan paritas tinggi
Manifestasi klinis dari mola hidatidosa adalah sebagai berikut :
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam berkurang. Darah sendrung bewarna coklat. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus
sudah membesar setinggi pusar atau lebih
 Preeklamsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
Appendisitis

Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang anak laki-laki berusia antara 10 sampai 30
tahun.
Keluhan appendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, yang akan menetap dan di perberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi,
tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun
dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan
pemeriksaan seksama akan dapat di tunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan
pada kuadran kana bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme
biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif, akan semakin
menyakitkan diagnosis klinis apendisitis.

Kista Ovarium

Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah
cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong
berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena
terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan
menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).
Gejala dari kista ovarium adalah
 Perut terasa kembung, penuh dan berat
 Merasa kandung kemih anda tertekan sehingga sulit buang air kecil
 Siklus menstruasi anda tidak teratur
 Nyeri disekitar panggul, biasanya menetap atau sesekali yang menyebar ke panggul bawah
dan paha
 Nyeri ketika bersenggama
 Payudara mengeras
 Mual hingga ingin muntah

Salpingitis

Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi bakteri. Salpingitis
kadang-kadang disebut penyakit radang panggul (PID). Ini istilah umum termasuk infeksi lain
dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium. Hampir semua kasus salpingitis
disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti gonore dan
klamidia. Peradangan yang meminta tambahan sekresi cairan atau bahkan nanah untuk
mengumpulkan dalam tuba falopi. Infeksi dari salah satu tabung biasanya menyebabkan
infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Tanpa
perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur
setiap siklus menstruasi dilepaskan tidak dapat bertemu dengan sperma. Gejala-gejala
salpingitis meliputi :
 Nyeri abdomen di kedua sisi
 Sakit punggung
 Sering buang air kecil
 Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi
 Demam tinggi dengan menggigil
 Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau bau
 Dismenorea
 Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
 Kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan
 Defense kanan dan kiri atas ligamen pourpart
 Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum
 Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rektum dan sigmoid
 Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan yterus, kadang-
kandang ada penebalan dari tuba.
 Nyeri saat ovulasi

SYOK

Pengertian syok terdapat bermacam-macam sesuai dengan konteks klinis dan tingkat
kedalaman analisisnya dengan konteks klinis dan tingkat kedalaman analisisnya. Secara
patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak adekuatnya
transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh gangguan hemodinamik.
Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di
arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung.
Dengan demikian syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan dengan melalui berbagai
proses. Secara umum dapat dikelompokkan kepada empat komponen yaitu masalah penurunan
volume plasma intravaskuler, masalah pompa jantung, masalah pada pembuluh baik arteri, vena,
arteriol, venule atupun kapiler, serta sumbatan potensi aliran baik pada jantung, sirkulasi pulmonal
dan sitemik.

Penurunan hebat volume plasma intravaskuler merupakan faktor utama yang


menyebabkan gterjadinya syok. Dengan terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler apakah
akibat perdarahan atau dehidrasi akibat sebab lain maka darah yang balik ke jantung (venous
return) juga berkurang dengan hebat, sehingga curah jantungpun menurun. Pada akhirnya ambilan
oksigen di paru juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi) juga tidak dapat
dipenuhi. Begitu juga halnya bila terjadi gangguan primer di jantung, bila otot-otot jantung
melemah yang menyebabkan kontraktilitasnya tidak sempurna, sehingga tidak dapat memompa
darah dengan baik dan curah jantungpun menurun. Pada kondisi ini meskipun volume sirkulasi
cukup tetapi tidak ada tekanan yang optimal untuk memompakan darah yang dapat memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan, akibatnya perfusi juga tidak terpenuhi.

Gangguan pada pembuluh dapat terjadi pada berbagai tempat, baik arteri (afterload), vena
(preload), kapiler dan venula. Penurunan hebat tahanan tahanan vaskuler arteri atau arteriol akan
menyebabkan tidak seimbangnya volume cairan intravaskuler dengan pembuluh tersebut sehingga
menyebabkan tekanan darah menjadi sangat rendah yang akhirnya juga menyebabkan tidak
terpenuhianya perfusi jaringan. Peningkatan tahanan arteri juga dapat mengganggu sistim sirkulasi
yang mengakibatkan menurunya ejeksi ventrikel jantung sehingga sirkulasi dan oksigenas jaringan
menjadi tidak optimal. Begitu juga bila terjadi peningkatan hebat pada tonus arteriol, yang secara
langsung dapat menghambat aliran sirkulasi ke jaringan. Gangguan pada vena dengan terjadinya
penurunan tahanan atau dilatasi yang berlebihan menyebabkan sistim darah balik menjadi
sehingga pengisian jantung menjadi berkurang pula. Akhirnya menyebabkan volume sekuncup
dan curah jantung juga menurun yang tidak mencukupi untuk oksigenasi dan perfusi ke jaringan.
Ganguan pada kapiler secara langsung seperti terjadinya sumbatan atau kontriksi sistemik secara
langsung menyebabkan terjadinya gangguan perfusi karena area kapiler adalah tempat terjadinya
pertukaran gas antara vaskuler dengan jaringan sel-sel tubuh.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya itu syok dapat
dikelompokkan menjadi beberapa empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok
obstrukttif, dan syok kardiogenik.

Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi
berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang
paing sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada
organorgan tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama

Patofisiologi dan Gambaran Klinis

Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan darah
kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh
dengan meningkatkan tahanan pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila
perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak mampu lagi mengkompensasinya dan
menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara umum syok hipovolemik menimbulkan gejala
peningkatan frekuensi jantung dan nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan
turgor yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang lambat.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok hipovolemik


tersebut pemeriksaan pengisian dan frekuesnsi nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang
dilakukan pada ujung-uung jari (refiling kapiler), suhu dan turgor kulit. Berdasarkan persentase
volume kehilangan darah, syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi empat tingkatan atau
stadium. Stadium syok dibagi berdasarkan persentase kehilangan darah sama halnya dengan
perhitungan skor tenis lapangan, yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap stadium syok
hipovolemik ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut.
1. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga maksimal 15%
dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensai dengan dengan vasokontriksi
perifer sehingga terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit cemas
atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih
dalam kedaan normal.

2. Syok hipovolemik stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada stadium ini
vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi
takikardi, penurunan tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang
melambat, peningkatan frekuensi nafas dan pasien menjadi lebih cemas.

3. Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala yang
muncul pada stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120
kali permenit, peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan
tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang sangat lambat.

4. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini
takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-
gejala klinis pada stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40%
menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan
penurunan kesadaran atau letargik. Selengkapnya stadium dan tanda-tanda klinis pada syok
hemoragik dapat dilihat oada tabel-1.
Berdasarkan perjalanan klinis syok seiring dengan jumlah kehilangan darah terlihat bahwa
penurunan refiling kapiler, tekanan nadi dan produksi urin lebih dulu terjadi dari pada penurunan
tekanan darah sistolik. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting dilakukan.
Pemeriksaan yang hanya berdasarkan perubahan tekanan darah sitolik dan frekuensi nadi dapat
meyebabkan kesalahan atau keterlambatan diagnosoa dan penatalaksanaan (neglected cases).
Tekanan nadi (mean arterial pressure: MAP) merupakan merupakan tekanan efektif rata-rata pada
aliran darah dalam arteri. Secara matematis tekanan ini dipadapatkan dari penjumlahan tekanan
sistolik dengan dua kali tekanan diastolik kemudian dibagi tiga (seperti yang terlihat pada gambar-
3).
Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena adanya mekanisme kompensasi tubuh
terhadap terjadinya hipovolemia. Pada awalawal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim
saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi jantung. Dengan
demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat dipertahankan. Namun kompensasi yang
terjadi tidak banyak pada pembuuh perifer sehingga telah terjadi penurunan diastolik sehingga
secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan nadi rata-rata.

Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume sirkulasi tersebut


maka secara klinis tahap syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan
kompensasi, tahapan dekompensasi dan tahapan irevesrsibel. Pada tahapan kompensasi,
mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan fungsi srikulasi dengan
meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi
mempertahankan fungsinya dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini
melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke jaringan organ-organ vital
terutama otak dan terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan
dan tungkai mulai pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila
kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ yang menetap dan tidak
dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal
yang disebut sebagai gagal ginjal akut.3,5 Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan syok
hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam
batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi
satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti
cairan tubuh atau darah yang hilang. Jika ditemukan oleh petugas dokter atau petugas medis, maka
penatalaksanaan syok harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi penatalaksanaan
sebelum dan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit.

Penatalaksanaan sebelum di tempat pelayanan kesehatan harus memperhatikan


prinsipprinsip tahapan resusitasi. Selanjutnya bila kondisi jantung, jalan nafas dan respirasi dapat
dipertahankan, tindakan selanjutnya adalah adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan
yang terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut. Menghentikan perdarahan sumber perdarahan
dan jika memungkinkan melakukan resusitasi cairan secepat mungkin. Selanjutnya dibawa ke
tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga adalah teknik mobilisai dan
pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan posisi pasien yang dapat membantu
mencegah kondisi syok menjadi lebih buruk, misalnya posisi pasien trauma agar tidak
memperberat trauma dan perdarahan yang terjadi, pada wanita hamil dimiringkan kea rah kiri agar
kehamilannya tidak menekan vena cava inferior yang dapat memperburuh fungsi sirkulasi.
Sedangkan saat ini posisi tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru dapat memperburuk
fungsi ventilasi paru.

Penatalaksanaan

Non - Medikamentosa

Penangangan syok terdiri dari 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan
oksigenasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elektrolit.6

Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medik dalam kebidanan atau setiap
kedaruratan adalah ABC yang terdiri atas menjaga fungsi saluran napas (Airway), pernapasan
(Breathing) dan sirkulasi darah (circulation). Jika situasi tersebut terjadi di luar rumah sakit, pasien
harus dikirim ke rumah sakit, pasien harus dikirim ke rumah sakit dengan segera dan aman.6

Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.

2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen jatau pasang selang endotrakeal. Berikan oksigen
dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau kanula hidung.

3. Naikkan kaki keatas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral.

4. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi, cairan infus dan obat-obatan I.V bagi pasien yang
syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul intrafemoral.

5. Kembalikan volume darah dengan :


a. Darah segar (whole blood) dengan cross-matched dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikanlah darah O sebagai life-saving.

b. Larutan kristaloid:

· Mulailah infus intra vena ( 2 jika memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum
terbesar (no. 6 ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus
untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan hemoglobin,
dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum,
kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.6

· Segera berikan cairan infus (garam fisiologk atau Ringer laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter
dalam 15-20 menit.6

Catatan: Hindari penggunaan pengganti plasma (seperti dekstran). Belum terdapat bukti bahwa
pengganti plasma lebih baik jika dibandingkan dengan garam fisiologik pada resusitasi yang
mengalami syok dan dekstran dalam jumlah banyak dapat berbahaya.6

·Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang
dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan.6

· Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1
liter per 6-8 jam.6

Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan dalam penatalaksanaan
syok akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan
hilang.

Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intravaskuler
cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk
mempertahankan produksi urine. Dopamin 2-5 μg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran
tekanan vena sentral (normal 8-12 cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti
gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi
cairan.2
c. Larutan koloid : dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma (plasma protein fraction), atau plasma
segar.

Medikamentosa

Terapi obat-obatan.

a. Analgesik : morfin 10-15 mg IV jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah.

b. Kortikosteroid : hidrokortison 1 gr atau deksametason 20 mg I.V pelan-pelan. Cara


kerjanya masih kontraversial; dapat menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung
dan meningkatkan perfusi jaringan.

c. Sodium bikarbonat : 100 mEq IV jika terdapat asidosis.

d. Vasopresor : untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.

- Dopamin : 2,5 mg/kg/menit sebagai pilihan utama

- Beta-adrenergik stimulan : isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5 % IV infus pelan-pelan.

7. Monitoring.6

· Pantau terus tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila kondisi pasien
membaik, hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan. Napas pendek dan pipi yang bengkak
merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.

· Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin yang keluar.
Produksi urin harus diukur dan dicatat.

f. Perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran

Kesimpulan

Kehamilan ektopik terganggu dapat ditegakan dengan adanya rasa nyeri pada abdomen
danterdapatnya rasa nyeri gotang pada pemeriksaan dalam serta di diukung dengan adanya
pemeriksaan penunjang seperti USG. Penatalaksanaan yang harus dilakukan adalah melakukan
laparostomy untuk mengetahui sumber pendarahan dan mengeluarkan hasil konsepsi.

.
Daftar Pustaka

1. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4
cetakan ke-3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.h.474-90.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Kehamilan
ektopik. Dalam: William Obstetri. Edisi ke-21 Vol II. Jakarta: EGC; 2005.982-1007.
3. Suryawan A, Gunanegara RF, Hartanto H, Sastrawinata US. Profil penderita kehamilan
ektopik terganggu periode 1 januari 2003 sampai 31 desember 2004 di RS Immanuel
Bandung. Jurnal Kedokteran Maranatha 2007;6(2):1-9.
4. Seeber BE, Barnhart KT. Ectopic pregnancy. In: Danforth’s Obstetrics and Gynecology.
10th ed. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.p.72-87.
5. Joedoepoetro MS, Sutoto. Tumor jinak pada alat genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi
ke-2 cetakan ke-7. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.h.336-46.
6. Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update dan
Penyegar. urnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(3) h. 178-182

Anda mungkin juga menyukai