Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN
“KEGAGALAN KONSTRUKSI DI INDONESIA”

GAFFRYELLA EKAYANI
214 213 029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Teknologi Bahan
ini tentang “ Kegagalan Konstruksi Di Indonesia“ sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita bagaimana manajemen dalam suatu
Partai Politik sendiri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makale , Januari 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegagalan proyek konstruksi pada tahap perencana hingga
pelaksana masih sering terjadi dalam proyek konstruksi, hal ini dapat
mengakibatkan proyek yang tertunda, rusaknya bangunan pada saat
pelaksanaan proyek konstruksi, membengkaknya biaya proyek konstruksi
dan lain-lain. maka, dicari penyelesaian untuk mencegah kegagalan proyek
konstruksi tersebut. Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan,
termasuk kegagalan struktur bangunan. Dengan mengetahui penyebab-
penyebabnya, bisa diharapkan akan tahu bagaimana menghindarinya.
Dalam hal konstruksi bangunan memang unik, karena ia merupakan
produk dari serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian,
mungkin dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah.
Tanggung jawabnya juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin
membuat rumit dalam menentukan siapa yang sebenarnya bertanggung
jawab, jika terjadi kegagalan struktur atau konstruksi bangunan.
Dalam pekerjaan konstruksi bangunan sering ditemukannya
kegagalan bangunan yang dapat diakibatkan oleh pihak penyedia jasa atau
pengguna jasa. Semua pekerjaan konstruksi melakukan pergerakannya
sesuai dengan tahapan (siklus) kegiatannya yaitu diawali dengan
perencanaan, sifat bahan bangunan yang digunakan, pengujian bahan dan
bangunan/konstruksi, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharan
bangunan. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan secara bertahap
agar memperoleh hasil yang baik dan memuaskan. Tahap-tahap tersebut
harus dilakukan dengan baik, jika pada salah satu tahap terjadi kegagalan
maka akan mempengaruhi kegiatan yang lainnya serta harus mengikuti
ketentuan atau standar yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegagalan konstruksi yang ada di Indonesia?
2. Apa penyebab kegagalan konstruksi di Indonesia ?
3. Bagaimana cara menanggulangi kegagalan konstruksi di Indonesia?
4. Apa solusi untuk kegagalan konstruksi di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kegagalan konstruksi di Indonesia
2. Untuk mengetahui penyebab kegagalan konstruksi di Indonesia
3. Untuk mengetahui cara menanggulangi kegagalan konstruksi di
Indonesia
4. Untuk mengetahui sulusi untuk kegagalan konstruksi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegagalan Konstruksi di Indonesia
Kegagalan Konstruksi adalah hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna atau penyedia. Pada
dasarnya, kegagalan bangunan dari sisi sisi faktor penyebabnya dapatlah
dikelompokan menjadi : ulah manusia, alam atau lingkungan, kombinasi
ulah manusia dan lingkungan/alam. Oleh sebab itu tinjauannya akan
meliputi : planning,desain arsitektur, enjiniring, ekonomi, dan lingkungan.
Selama berkecimpung di dunia proyek konstruksi sebagai praktisi,
ditemukan beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh kontraktor proyek
konstruksi yang berujung pada kegagalan proyek berupa keterlambatan,
kerugian dan mutu yang jelek. Dimana hampir semuanya bersifat kronis
atau telah lama terjadi secara berulang. Sebenarnya ada banyak kesalahan
yang sering dilakukan, namun setidaknya ada 10 kesalahan yang paling
sering dilakukan oleh Kontraktor yang bersifat “kronis” dan fatal. Kesalahan
tersebut sepertinya tidak disadari dan belum dapat diatasi oleh kontraktor
sehingga menyebabkan kontraktor tersebut selalu mengalami kesulitan dan
kegagalan dalam melaksanakan proyek. Tentunya kondisi ini mesti
dikoreksi dalam rangka pelaksanaan proyek jadi lebih baik.
Kegagalan bangunan menurut UU No.18 tahun 1999 pasal 1 ayat 6
adalahkeadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh
penyedia jasa kepadapengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara
keseluruhan maupun sebagiandan/atau tidak sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam kontrak kerjakonstruksi atau pemanfaatannya
yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyediajasa dan/atau pengguna
jasa.Menurut PP no. 29 tahun 2000 pasal 34, Kegagalan Bangunan
merupakankeadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan
maupun sebagiandari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan atau keselamatanumum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa
dan atau Pengguna Jasa setelahpenyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Menurut PP No. 29 tahun 2000 pasal 36 dan 37, Kegagalan bangunan
dinilaidan ditetapkan oleh satu atau lebih penilai ahli yang profesional dan
kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu
memberikan penilaian secaraobyektif, yang harus dibentuk dalam waktu
paling lambat 1 bulan sejak diterimanyalaporan mengenai terjadinya
kegagalan bangunan.
Pada sebuah studi, Barrie dan Paulson (1992) menyatakan bahwa
konstruksi termasuk salah satu industri yang berbahaya. Lebih detail, Reid
(1995) dalam studinya mengatakan bahwa industri konstruksi merupakan
industri yang mempunyai karakter tidak teratur, banyak pihak yang terlibat
dengan tujuan yang berbeda satu sama lain (konsultan, kontraktor, material
supplier, buruh dan pemilik proyek), serta berbahaya karena proses
konstruksi dilakukan di udara terbuka dimana pengaruh cuaca dan alam
sangat mempengaruhi proses pelaksanaan konstruksi (Suara Merdeka,
Kamis 26 september 2006). Ada banyak definisi atau pengertian dari
kegagalan konstruksi yang dilakukan oleh individu, institusi atau lembaga
sampai dengan peraturan perundang-undangan. Sekalipun demikian, definisi
ini mengandung makna ganda secara teoritis maupun praktis, yaitu antara
Kegagalan Konstruksi dan Kegagalan Bangunan. Kegagalan konstruksi
dikaitkan dengan tidak terpenuhinya kualitas dan spesifikasi teknik yang
seharusnya pada saat proses konstruksi berlangsung. Sedangkan kegagalan
bangunan dikaitkan dengan tidak berfungsinya suatu bangunan setelah masa
pemeliharaan selesai atau setelah serah terima pekerjaan. Oleh karena itu
perlu banyak informasi yang mendefinisikan pengertian “kegagalan”
(failure) baik konstruksi maupun bangunan. Berikut ini merupakan
definisidefinisi yang dapat menjelaskan hal tersebut:
1. UU Nomor 18 tahun 1999, Bab 1, pasal 1 ayat 6 mengatakan bahwa
”kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah
diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi
tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja
konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat
kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.”
2. PP No 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab
V, Pasal 31 bahwa “kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil
pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakati dalamkontrak kerja konstruksi sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau
penyedia jasa.”
3. Lembaga Perlindungan Konsumen dan Industri Jasa Konstruksi
Indonesia (LKJK-I) juga menerangkan definisi kegagalan konsruksi
sebagai rendahnya mutu yang meliputi cacat fisik dan cacat prosedur
hingga terjadi keruntuhan konstruksi, disfungsi bangunan, high cost
economics, dimana dapat menimbulkan sengketa konsumen jasa
konstruksi, yang berujung pada kerugian masyarakat secara materil,
imateril, ekonomi, cacat hingga kematian. Lebih lanjut lagi dijelaskan
bahwa kegagalan konstruksi merupakan bukti dan indikator tindak
pidana korupsi di sektor konstruksi.
4. Jurnal Proyeksi, 11 September 2006, menyebutkan definisi kegagalan
bangunan diartikan sebagai implikasi negatif terhadap politik, sosial
dan teknis dari suatu konstruksi, sebuah resiko yang tidak berdiri
sendiri dan selalu ada sebab akibat yang menyertai, tanggung jawabnya
dipikul oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2.1.1 Beberapa Kasus Kegagalan Konstruksi di Indonesia
1. Robohnya Jembatan Penghubung Gedung Perpustakan
Daerah DKI (November 2014) – Disebabkan faktor
peralatan & faktor tenaga kerja (SDM)
Bangunan jembatan penghubung ini menghubungkan
gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
DKI Jakarta. Keruntuhan terjadi pada tanggal 3 November
2014.

2. Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong (November


2011) – Disebabkan faktor bahan & faktor tenaga kerja
(SDM)
Jembatan yang merupakan tipe Gantung (Suspension
Bridge) ini memiliki panjang total 710 m. Keruntuhan
terjadi pada tanggal 26 November 2011 sekitar sepuluh
tahun setelah diresmikan.
3. Menara Saidah
Pada tahun 2007 gedung ini resmi ditutup untuk umum
karena pondasi gedung tidak tegak berdiri dan miring
beberapa derajat serta dianggap membahayakan
keselamatan penghuni gedung. Konstruksinya dianggap
bermasalah sejak awal, namun dari pihak pemilik maupun
Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)
tidak ada yang bersedia memberikan penjelasan.

4. Jembatan Siak III Pekanbaru


Komitmen Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
untuk ''menghabisi'' para penyedot uang rakyat mulai
dipertanyakan. Pasalnya, kasus gagal konstruksi Jembatan
Siak III, Pekanbaru, Riau yang sangat merugikan warga di
kota ini, belum juga ditangani KPK.
5. Rukan Cendrawasih
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang
terletak di kompleks Cendrawasih Permai, Jl. Ahmad Yani,
Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda Kalimantan
Timur runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam
proses pengerjaan yang menyebabkan 12 pekerjanya tewas.
Bangunan ini memiliki lebar 25 m dan panjang 100 m
dengan biaya konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar
rupiah.

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi di Indonesia


Penyebab kegagalan konstruksi dapat dibagi dalam dua klasifikasi,
yaitu:
a. Dapat diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan
oleh manusia, diantaranya mencakup:
1) Desain, harus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan
sama sekali, tetapi hanya dapat diminimalisir hingga batas yang
dapat diterima.
2) Perencanaan dan pendetailan.
3) Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat
kesalahan dalam pemilihan material (mutu yang tidak sesuai) atau
dikarenakan kegagalan dalam proses pembuatan material tersebut.
4) Pekerja atau tenaga ahli
5) Pengawasan
b. Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan alam,
seperti gempa bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas
maksimum peraturan yang ada, kebakaran, dan bencana alam lainnya.
Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur,
diantaranya sebagai berikut :
a. Kelalaian perencanaan, ketika perencana melakukan kelalaian
dalam memperhitungkan dan mendesain struktur dan gambar
rencana proyek konstruksi.
b. Kesalahan dalam pelaksanaan dan pengawasan, dimana pada saat
pelaksanaan terjadi kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor /
engineer dalam pelaksanaan, kurangnya ketelitian dalam
pengawasan dapat pula menjadi penyebab terjadinya kecacatan
pada struktur bangunan pada saat pelaksanaan dan dimasa yang
akan datang.
c. Kurangnya maintenance pada saat operasional bangunan.
d. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi
ada, maka akan mengakibatkan keruntuhan total.
e. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika
terjadi suatu kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada
bagian lain dalam struktur dan ini dapat berlangsung cepat sejak
kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
f. Kinerja yang tidak bagus.

Penyebab utama kegagalan konstruksi tidak mencapai umur awal


rencana:
1. Kesalahan Desain Awal (Pihak Perencana)
Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang mesti
kita ikuti, misalnya, kalau merencanakan Jembatan harus
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), ikutilah
ketentuan desain dan parameternya, bagaimana perhitungan
pembebanan (pertimbangan beban mati/berat konstruksi, beban
bergerak (beban yang bergerak diatasnya), beban angin, gempa
dsb.). Sehingga kekuatan rencana awal Jembatan bisa
direalisasikan, dan kesalahan dalam hal pemilihan material
(tulangan, baut, bantalan elastomer, kabel untuk jembatan tipe
suspense, dlsbg.) bisa dihindari.
2. Penyimpangan Pelaksanaan di Lapangan (Tim Pengawas
Lapangan)
Penyimpangan pelaksanaan berarti: ketidaksesuaian
spesifikasi teknik dan material. Maksudnya, kesalahan
pemasangan atau kesalahan pada material tidak seperti rencana.
Kesalahan pemasangan terjadi jika pelaksana lapangan lalai,
atau mungkin tidak mengerti membaca gambar (kerja di
lapangan tapi tidak mengerti gambar?). Kemudian, kesalahan
penggunaan bahan: tentu berbeda menggunakan tulangan
ukuran 10 dengan 8 apalagi kalau sampai mengurangi
jumlahnya, juga kualitas dari merek satu dengan yang lain.
3. Perawatan (Pihak Maintenance)
Semua ada umurnya, dan untuk itu perlu perawatan berkala
untuk tetap mengantisipasi kerusakan atau perubahan berkala
yang terjadi pada konstruksi (misalnya, retak karena beban
yang diterima jembatan meningkat atau karena umur material,
dsb). Walau pada kenyataannya, bagian perawatan ini masih
sering diabaikan, tapi justru tidak kalah penting bila dibanding
desain awal.

Faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi sangat beraneka ragam,


baik yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam
(internal). Adapun beberapa faktor yang secara garis besar berpengaruh dan
menjadi parameter terhadap kegagalan konstruksi, antara lain akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang
cukup meluas ke beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi
non fisik juga. Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan
tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara
menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada
tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana
berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi
pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan
yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat
khusunya bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan
dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang tentunya
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu
konstruksi.
2. Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang
sangat penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain
konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek
perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan
atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat
ditimbulkan ke depan akan sangat signifikan berpengaruh terhadap
kegagalan fisik bangunan. Perencanaan dalam hal ini dapat berupa
perencanaan dan perancangan desain fisik/ukuran dan keamanan,
perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu
pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan
perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan
dihasilkan.

3. Kesalahan Dalam Pelaksanaan


Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses
perencanaan kontruksi, dimana dalam tahap pelaksanaan juga
memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang
tentunya lebih berorientasi kepada pihak pelaksana proyek/kontraktor.
Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari
segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai
spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja
yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak
efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.
Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat
risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.

4. Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek
konstruksi dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk
konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan
dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi
menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang
awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi
gudang atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan
awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan
gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur,
serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi
rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan
bangunan baik bersifat fisik maupun nonfisik.

5. Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan
umur dan kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan
sistem manajemen perawatan bangunan. Jika tingkat frekuensi
perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga
berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi
perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan
dari fisik bangunan/infrastruktur sehingga langkah repair/perbaikan
dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang
lebih buruk serta pembengkakan biaya.

6. Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap
kegagalan konstruksi bangunan dimana jika umur suatu produk
bangunan melampaui dari umur yang direncanakan maka dapat
berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena
tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta
kelelahan/fatique yang terus-menerus selama umur bangunan tersebut.

7. Manfaat dan Dampak


Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi
yang telah dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi
juga bukan hanya masalah kegagalan fisik semata melainkan dapat
dilihat dari aspek manfaatnya setelah beroperasi. Kadang banyak hasil
produk konstruksi berupa bangunan yang setelah selesai dibuat sesuai
dengan sesifikasi perencanaan dan dioperasikan sesuai dengan
fungsinya, tetapi dari aspek manfaat justru memberikan dampak yang
buruk terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya
pencemaran lingkungan, rusaknya vegetasi disekitarnya, terjadinya
kesenjangan sosial dsb.

8. Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan
manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat (Act of God), faktor
bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan
konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun
akibat faktor internal/kelalaian manusia seperti bencana gempa/Earth
Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah longsor/land slide, Topan,
kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi
tingkat risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk
konstruksi mengalihkan risiko tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi.

Dari penjelasan faktor-faktor tersebut tentunya membutuhkan


banyak pemahaman bagi semua pihak dalam penyelenggaraan konstruksi
baik dari pemilik proyek, konsultan maupaun pelaksana. Dengan
pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi akan hal tersebut maka tentu
saja dapat mengurangi terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang
dapat menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian materi ke depannya
(khsusunya di Indonesia).

2.3 Penanganan/penanggulangan Kegagalan Konstruksi di Indonesia


1. Project Manager dengan leadership harus memadai.
Teamwork adalah segalanya. Kesimpulan para project manager yang
berhasil menyatakan bahwa bagaimanapun sulitnya proyek, akan dapat
teratasi jika teamwork bagus dan solid. Banyak pula referensi ilmiah
yang menyebutkan demikian. Lihatlah proyek yang berhasil, akan selalu
dikerjakan oleh tim yang bagus. Salah satu faktor terpenting membentuk
teamwork yang bagus hanyalah leadership. Di sinilah korelasi terkuat
bahwa Project Manager yang memiliki leadership yang kuat, cenderung
memiliki track record yang baik.
2. Memperhatikan estimasi saat tender.
Fase tender adalah fase yang memegang peranan yang paling tinggi
yang berdampak terhadap keberhasilan proyek. Pada fase ini kontraktor
harus mampu merencanakan proyek dengan baik. Jika dalam project life
cycle mengenal istilah planning, maka dalam konteks kontraktor,
perencanaan saat tender adalah pra-planning yang ibarat membuat chip
sebuah processor komputer. Kesalahan yang sering terlihat adalah
kontraktor tidak membuat sistem tender yang memadai. Beberapa contoh
adalah;
 Estimator yang tidak kompeten. Estimator seringkali karyawan
yang dianggap gagal di proyek yang lalu ditempatkan pada
bagian tender yang tentu saja kehilangan motivasi bekerja.
Akibatnya proses estimasi tidak dilakukan dengan baik.
 Proses perhitungan tidak optimal dalam menggali potensi atau
risiko serta strategi-strategi penting yang harus dilakukan
dalam rangka pelaksanaan proyek yang baik.
 Kondisi draft kontrak sering tidak dikaji terlebih dulu apalagi
proyek pemerintah. Jarang melakukan cross-check atas
beberapa dokumen yang sering berbeda satu dengan lainnya.
 Tidak melakukan site investigation yang memadai.
3. Tidak Menganggap remeh kontrak.
Kontrak bisa dikatakan kitab suci dalam menjalankan proyek. Oleh
kontraktor, kontrak sering hanya disimpan dalam laci hingga proyek
selesai atau jika tidak pada saat proyek terlanjur mengalami masalah
kontraktual. Kadang pula kontrak baru ditandatangani pada saat proyek
hampir selesai dilaksanakan. Dampak akibat masalah kontrak ini
merupakan yang terbesar terhadap biaya. Sehingga apabila kontraktor
mengabaikan aspek kontrak, maka peluang menderita kerugian yang
besar akan tinggi.
4. Perencanaan sambil jalan
Istilah ini rasanya cukup tepat untuk menyebut perencanaan ala
kontraktor yang sering bermasalah dalam pelaksanaan proyeknya.
Perencanaan pada saat awal kurang baik atau dilakukan setengah hati.
Padahal masa awal proyek adalah masa “emas” untuk melakukan
perencanaan yang matang. Perencanaan yang baik yang dilakukan pada
awal proyek sebelum proyek dilaksanakan akan menentukan
keberhasilan proyek.
5. Manajemen risiko dipahami secara detail
Kontraktor pasti tahu apa itu risiko, tapi belum tentu tahu apa itu
manajemen risiko, apalagi melaksanakannya. Mereka tahu ada risiko
kenaikan harga, risiko cuaca buruk, risiko keterlambatan pelaksanaan.
Namun mereka tidak tahu bagaimana menilai dan mengelola risiko-
risiko yang mungkin akan terjadi. Akibatnya? Jelas risiko akan terjadi
sesuai prediksi mereka tanpa melakukan langkah antisipasi yang
memadai.
6. Pemahaman komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang harus
dilakukan dalam rangka memastikan informasi diterima dengan baik.
Banyak sekali kontraktor yang tidak menyadari pentingnya aspek ini,
padahal proyek konstruksi melibatkan begitu banyak pihak dengan
hubungan yang cukup rumit. Sehingga arus informasi harus dikelola
dengan hati-hati. Seringkali informasi penting disampaikan dengan cara
yang tidak tepat, sehingga informasi datang terlambat, dipahami
sepotong-potong, bahkan salah persepsi. Komunikasi juga sering dilihat
dan dipahami sebagai komunikasi langsung seperti fasilitas telepon, HP,
HT, dan lain-lain. Project manager masih menganggap bahwa dengan
memenuhi fasilitas tersebut berarti telah memenuhi aspek komunikasi
proyek. Banyak kerancuan pemahaman yang terjadi.
7. Critical Success Factors (CSF’s) Proyek harus dipahami
Critical success factors (CSF’s) proyek adalah faktor yang paling
menentukan keberhasilan proyek / project success. Kontraktor jarang
mengetahui tentang hal ini. Sehingga proyek sulit mencapai target yang
ditentukan atau menjadi tidak berhasil. CSF’s bisa berupa detail gambar
yang baik, financing yang memadai, tersedianya jalan akses sementara
sejak awal proyek, kualitas tenaga finishing yang baik, penanganan
cuaca yang memadai, dan lain-lain. Ini sangat tergantung dengan
karakter proyek yang unik. Tiap proyek akan memiliki CSF’s yang
berbeda yang harus diidentifikasi dan dikelola sejak awal proyek.
8. Hubungan stakeholder yang baik
Stakeholder proyek adalah Pemilik, Pengawas, Perencana dan
Vendor. Mereka haruslah berada dalam satu kesepahaman yang sama
bahwa mereka adalah bagian dari satu tim yang menentukan
keberhasilan proyek. Sekat kepentingan harusnya dapat dinegosiasikan.
Kontraktor sangat berkepentingan terhadap terbentuknya hubungan yang
baik dengan semua stakeholder. Sedemikian kontraktor harus mampu
berkontribusi positif dalam terbentuknya hubungan yang kondusif yang
sangat membantu dalam hal kelancaran komunikasi proyek. Peran
Project Manager sangat tinggi sebagai komunikator dan negosiator.
9. Rendahnya kedisiplinan.
Pekerjaan proyek konstruksi menuntut kedisiplinan tinggi. Hal ini
karena dalam proses pelaksanaannya, banyak aspek yang harus
dikendalikan. Kedisiplinan yang lemah akan menyebabkan ikut
lemahnya proses-proses dalam mengerjakan proyek. Sebagai contoh
adalah kedisiplinan melakukan review schedule tepat waktu, monitoring
hal-hal yang sudah direncananakan, disiplin mencapai target tertentu,
mengelola administrasi kontrak, mencatat kejadian penting atau hal-hal
yang harus dilakukan dalam bentuk list sederhana, dan lain-lain.
10. Tidak Serakah
Kesannya jelek, tapi ini benar terjadi. Cukup banyak kejadian di
proyek yang akar permasalahannya adalah keserakahan. Uang memang
membuat orang menjadi lupa dengan yang lain. Termasuk lupa bahwa
constraint proyek adalah tidak hanya uang atau biaya, tapi juga waktu,
kualitas, dan safety
2.4 Sulusi Untuk Kegagalan Konstruksi di Indonesia
Kerusakan pada bangunan struktur, sering kali disebabkan oleh
kesalahan manusia (human error), hal ini karena manusia/pekerja ini
sebagian besar kualitasnya masih jauh dibawah rata-rata dibandingkan
dengan perkembangan teknologi bahan itu sendiri. Selain manusia,
kebutuhan akan dana/uang sangat memegang peranan penting dalam
memenuhi akan kualitas bangunan yang bermutu karena dengan dana yang
minim tentu akan memilih material yang kualitas minim pula/kualitas
rendah. Tentu dengan kualitas rendah maka umur bangunan itu sendiri ikut
rendah. Untuk mengatasi masalah dengan kualitas rendah, baik dari segi
manusia maupun material, ada beberapa tip untuk menutupi pengeluaran
yang besar dengan peningkatan kekuatan struktur bangunan.

1. Balok Beton Retak


Retak struktur pada balok memiliki pola vertikal atau diagonal,
selain itu terdapat juga pola retak-retak rambut. Keretakan balok beton
dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari retak lentur
yang memiliki pola vertikal/tegak biasanya disebabkan oleh beban yang
melebihi kemampuan balok dan retak geser yang memiliki pola
diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya retak lentur yang memiliki
pola vertikal. Retak geser juga dapat terjadi jika balok terkena gaya
gempa. Selain itu keretakan balok dapat disebabkan proses pengerjaan
yang kurang sempurna. Retak-retak kecil atau retak rambut, banyak
disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Umumnya terjadi karena balok
terpapar sinar matahari dan hujan.
3 Alternatif solusi :
1. Untuk balok beton yang di bawahnya terdapat dinding, dapat dibuat
kolom/tiang kecil tambahan disekitar retakan. Fungsi kolom ini
adalah untuk menopang balok dan membantu menyalurkan beban
ke bawah/pondasi.
2. Untuk balok beton yang di bawahnya tidak memungkinkan diberi
kolom tambahan, pertama-tama diberi injeksi epoxy pada retakan,
kemudian dilakukan pembesaran dimensi balok dengan perkuatan
eksternal.
3. Untuk retakan kecil, cukup dilakukan penambalan dengan plesteran.
Tujuannya agar tulangan besi tidak berhubungan langsung dengan
udara luar yang dapat menyebabkan karat.

2. Kolom Retak
Keretakan pada kolom bisa dikategorikan menjadi tiga jenis,
kerusakan yang sifatnya tidak membahayakan, sedang dan
membahayakan bila tidak segera ditangani. Apa saja yang menyebabkan
kolom retak ?
Retak geser
Retak dengan pola diagonal/miring pada kolom biasanya disebut retak
geser, yang disebakan oleh gaya pada arah horisontal/datar. Retak geser
seperti ini cukup membahayakan bila tidak segera di tangani, karena bisa
menyebakan kolom roboh dan tidak mampu menopang bangunan.
Retak lentur
Retak dengan pola horisontal/datar biasanya disebut retak lentur,
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kolom. Seperti halnya
retak geser, retak lentur perlu ditangani dengan cermat.
Selimut beton terkelupas
Selimut beton pada kolom terkelupas, dapat disebakan oleh rendahnya
kualitas/mutu beton yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap
tekanan berkurang dan selimut beton mudah pecah. Kontrol terhadap
tahapan pembangunan sangat diperlukan untuk mencegah penurunan
kualitas beton.
Tulangan bengkok
Kerusakan pada kolom dimana tulangan besi utama terlihat bengkok.
Secara kasat mata terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini diakibatkan
kurangnya jumlah dan atau kurangnya ukuran besi pengikat (sengkang).
Retak rambut dengan pola tidak beraturan
Saat usia bangunan masih muda, retak-retak rambut sudah bisa dideteksi.
Sekalipun retak rambut tidak membahayakan, namun cukup
mengganggu pemandangan. Retak-retak kecil ini banyak disebabkan
oleh pengaruh lingkungan, yaitu perubahan suhu panas dan dingin yang
drastis. Misalnya rumah dibangun pada musim panas, setelah selesai
terpapar hujan terus menerus.
3 Alternatif solusi :

1. Untuk retak diagonal dan retak horisontal perlu dilakukan


pemeriksaan kekuatan kolom, apabila kolom masih cukup kuat
cukup dilakukan grouting dengan cairan epoxy pada daerah
tekan.
2. Jika setelah di analisa kolom kurang kuat, maka diperlukan
pelebaran ukuran kolom. Pelebaran ini dilakukan untuk
memperkuat kolom sehingga mampu menahan beban di atasnya.
3. Untuk retak-retak kecil, cukup dilakukan penambahan dengan
plesteran agar tulangan besi tidak berhubungan dengan udara
luar yang dapat menyebabkan karat.

3. Dinding/Lantai Retak
Keretakan pada dinding banyak disebabkan oleh kurangnya kualitas
beton dinding basement. Kualitas beton dinyatakan dengan satuan K
(contoh : K-125, K-175, K-250 dst). Untuk rumah-rumah yang dibangun
secara massal kerusakan semacam ini banyak ditemui. Keretakan pada
lantai akibat gaya uplift yang melebihi kapasitas lantai basement.
Adanya pergerakan tanah di bawah lantai basement, sehingga terjadi
keretakan pada dinding dan lantai basement. Ini dapat juga
mengakibatkan sobeknya waterstop (karet penahan air tanah).
Alternatif Solusi :
1. Siapkan cairan kimia khusus yang sifatnya mengikat dan cepat kering
(epoxy), selanjutnya suntikkan/grouting pada daerah retakan.
2. Untuk waterstop yang sobek harus diganti dengan yang baru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan proyek konstruksi pada
tahap perencanaan hingga pelaksanaan, yaitu:
a. Tahap perencanaan
Terjadinya kesalahan hasil pengukuran kuantitas pekerjaan yang
tidak sesuai kondisi lapangan, Perencanaan dilakukan tanpa
dukungan data penunjang perencanaan yang cukup dan akurat,
Terjadi kesalahan hasil pengukuran kualitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan kondisi lapangan.
b. Tahap pengawasan
Tidak melakukan pengawasan proyek secara rutin, Menyetujui
Proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode
konstruksi yang benar, Tidak membuat laporan prestasi.
c. Tahap pelaksanaan
Tidak melakukan pengecekan ulang saat terjadi perubahandesain,
.
2. Faktor-faktor yang sering terjadi yang menyebabkan kegagalan proyek
konstruksi pada tahap perencanaan hingga pelaksanaan, yaitu:
a. Tahap perencanaan
Terjadi kesalahan hasil pengukuran kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai kondisi lapangan, Terjadi kesalahan dalam pengambilan
asumsi besaran rencana (misalnya beban rencana) dalam
perencanaan, Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data
penunjang yang cukup dan akurat.
b. Tahap pengawasan
Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung
oleh metode konstruksi yang benar, Tidak membuat laporan
prestasi, Tidak mengikuti TOR.
c. Tahap pelaksanaan
Salah membuat gambar kerja, Tidak melaksanakan pengujian mutu
dengan benar, Salah membuat metode kerja.
3. Cara mencegah kegagalan proyek konstruksi, yaitu:
a. Mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan, Membuat gambar
kerja sesuai dengan gambar rencana dengan perubahannya,
b. Membuat metode kerja dengan benar.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat
memberikan beberapa saran bagi pengembangan dan pekerja proyek
konstruksi
1. Bagi para perencana, disarankan untuk mensurvei lapangan agar
data yang di dapat lebih akurat, sehingga perencanaan dapat
berjalan sesuai dengan permintaan owner tanpa terjadi kegagalan
proyek konstruksi.
2. Bagi para pengawas, disarankan untuk lebih mengerti pekerjaan-
pekerjaan yang terjadi dalam proyek konstruksi, sehingga dalam
melakukan pengawasan dapat sesuai dengan metode kerja yang
telah di tentukan.
3. Bagi para pelaksana, disarankan untuk menjalin komunikasi atau
koordinasi antar kelompok kerja agar terciptanya keselarasan
dalam pekerjaan proyek konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyono H.L., 2011, Analisis Ketidaksesuaian Kontrak Dalam Kegagalan
Konstruksi Dan Kegagalan Bangunan
Heru A., 2009, Kegagalan Konstruksi
http://reggaeyangnetral.blogspot.com/2009/12/kegagalan-konstruksi.html
Wiyana Y.E., 2012, Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan,
http://www.polines.ac.id/wahana/upload/jurnal/jurnal_wahana_135815574
2.pdf

Anda mungkin juga menyukai