Anda di halaman 1dari 20

1.

PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk
hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini
kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri. Proses pertumbuhan dapat
terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel karena pembelahan sel. Umumnya
pertumbuhan akan terbatas pada usia, artinya pada usia tertentu makhluk hidup akan
terhenti pertumbuhannya. Contoh pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi badan
seseorang.

Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat
digambarkan dengan angka, lebih dilihat dari segi fungsionalnya) untuk menjadi makhluk
yang sempurna seutuhnya. Perkembangan, tidak terbatas pada usia, artinya makhluk hidup
akan terus berkembang seiring pertambahan usianya. Contoh perkembangan adalah proses
seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri, dan berjalan.

B. PERBEDAAN PERTUMBUHAN DENGAN PERKEMBANGAN

PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN

Bersifat Kuantitatif (bisa digambarkan Bersifat Kualitatif (tidak dapat digambarkan

dalam bilangan) dengan bilangan)

Terlihat dari keadaan fisik Terlihat dari sifat dan kemampuan

Memiliki batasan usia Tidak terbatas oleh usia

Bersifat Irreversible (tidak dapat balik) Bersifat Reversible (Bisa balik)

Dipengaruhi pembelahan sel tubuh Dipengaruhi pengalaman


2. PPD usia 13-18 tahun
Tugas perkembangannya:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita.
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.
Kematangan seksual dicapai selama masa remaja dan daya tarik seksual menjadi suatu
kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja, maka dari itu diperlukan Hubungan
sosial dipengaruhi oleh kematangan yang telah dicapai. Hal ini ditunjukan Pada masa
remaj, mereka lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul
dengan orang lain (teman sebayanya). Pertama dia bergaul dengan kelompok yang
terbatas bersama teman yang sama jenis kelaminnya. Masa ini sering disebut “Gang
Age” bagi pria, meskipun pada anak wanita pun gejala ini ada, namun tidak sekuat pria.
Pada usia 14 sampai 16 tahun, mereka sudah cukup memiliki keterampilan, dan mulai
meninggalkan kelompok besar, serta membentuk kelompok-kelompok kecil, tiga, dua,
atau satu orang, sehingga pergaulan mereka menjadi lebih intim (akrab). Satu hal yang
sangat mempengaruhi remaja adalah dorongan untuk mendapatkan persetujuan
kelompok (konformitas)..
 Indicator:
Memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih, Sebagai anggota “genk” dari jenis
kelamin yang sama secara mantap, Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi
tanggung jawab tertentu, Memiliki penyesuaian sosial yang baik, Banyak meluangkan
waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya, Berpartisipasi dalam acara teman
sebaya.
Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman
sebaya, Mau bekerja sama dengan orang lain, Berusaha memahami pandangan orang
lain dalam diskusi kelompok, Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan
dalam suatu permainan.
b. Memperoleh peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah dibandingkan
dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun memiliki
kelemahan fisik. Maka dari itu Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja
putra perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima
peranan sebagai seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada
remaja putri, kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada
karir, cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan
sosialnya sebagai istri atau ibu.
Peran wanita terus berubah, terutama dalam masyarakat perkotaan. Peran wanita
sekarang lebih diberikan kebebasan daripada para generasi wanita sebelumnya.
Sebagian di antara mereka dapat memilih secara mandiri untuk bekerja dalam bidang
bisnis atau suatu profesi tertentu, yang sebelumnya mustahil dapat dilakukan.
Indikatornya :
Remaja pria matang seksualnya dan melalui siklus perkembangan pubertas
menyenangi acara-acara yang diadakan kelompok yang beragam jenis kelamin,
menyenangi lawan jenis, memelihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, dan
mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai
dengan jenis kelaminnya.
Remaja wanita memiliki fisik yang matang dan bersifat feminin dalam penampilan dan
berpakaian, menunjukan sifat mau menerima pernikahan dan peran sebagai istri/ibu,
dan menunjukan minat dan sikap senangnya untuk memelihara bayi.

c. Menerima fisik diri dan menggunakan badan secara efektif


Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri,
menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.
Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya
kini tiba bagi si remaja untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi
tinggi, pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun,
tubuhnya mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai
sekitar usia 18 tahun.
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat
remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri.
Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya manakala
dia sudah mulai menstruasi.
e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
Indikatornya :
Mampu mengarahkan diri dan memelihara kesehatan secara rutin. Memiliki
keterampilan dalam berolahraga, Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara
tepat, Merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya, Memiliki
pengetahuan tentang reproduksi, Menerima penampilan fisiknya secara feminin
(wanita) dan maskulin (pria), Memelihara dirinya secara hati-hati.

d. Memperoleh kebebasan diri, melepaskan ketergantungan dari orang tua atau orang
dewasa lainnya.
Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada orang tua,
mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan diri
padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa
menggantungkan diri padanya. Secara biologis, remaja sudah dapat mencapai tugas
perkembangan ini, karena mereka sudah memperoleh kematangan fisiknya.
Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh kepuasan di dalam
keluarganya akan keluar untuk membangun ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini
bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan emosional yang meningkat terhadap orang
tua. Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen (dua perasaan yang
bertentangan) terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia
dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini, remaja masih
mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua menginginkan anaknya
berkembang menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering
memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah salah satu tempat bertumpu.
Disinilah peranan guru cukup besar dalam rangka proses penyapihan psikologis
remaja. Kegagalan dalam melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan
kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan teman sebaya.
Indikatornya:
Memiliki tujuan hidup yang realistic, Mampu mengembangkan persepsi yang positif
terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga sendiri secara mandiri,
Mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan dan mempertahankan
pendapatnya sendiri, Mampu membangun hubungan dengan beberapa orang dewasa
muda dalam masyarakat, Ikut berpartisipasi dengan orang dewasa dalam kegiatan
masyarakat, Menerima konsekuensi dari kesalahan tanpa mengeluh, Berani bepergian
sendiri, Dapat memilih dan membeli pakaian sendiri, Melakukan sejumlah kegaiatan
tertentu yang disenanginya tanpa meminta persetujuan dari guru atau orangtua,
Meminta nasihat orangtua hanya pada saat mengalami masalah yang rumit, Mampu
menghadapi kegagalan dengan sikap rasional.

e. Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan


Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan tangkas
untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.
Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja
berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan
lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-
citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat
menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya.
Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan
masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih
bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang
memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

f. Memperoleh kebebasan ekonomi


Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan
mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan
periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian secara
ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomis
mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani. Hakikat Tugas: Merasakan kemampuan
membangun kehidupan sendiri. Tujuan tugas perkembangan ini adalah agar remaja
mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting
(mendasar) bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi remaja pria.
Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun kekuatan
dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini.
Berkembang menjadi dewasa merupakan keinginan para remaja. Ciri atau simbol
perkembangan yang diinginkannya itu adalah kemampuan untuk menjadi orang
dewasa yang memiliki pekerjaan yang layak. Studi terhadap remaja pada masa depresi
(ekonomi) pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa pengangguran dan memperoleh
kemapanan ekonomi merupakan hal yang sangat dicemaskan atau ditakuti oleh para
remaja. Studi Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri.
Dalam masyarakat sederhana kemandirian ekonomi bukan merupakan tugas
perkembangan, namun dalam masyarakat modern kehidupan bersifat kompleks,
termasuk dalam dunia kerja, sehingga remaja akan mengalami kesulitan, manakala
tidak mempersiapkan diri secara matang.

g. Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga


Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk
remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak. Kematangan
seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar jenis kelamin. Sikap
remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa takut,
tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu
kebahagiaan hidup. Pernikahan merupakan lembaga kehidupan sosial yang penting,
karena melalui pernikahan umat manusia dapat terpelihara harkat dan martabatnya
sebagai makhluk yang mulia di hadapan Alloh SWT. Pernikahan merupakan lembaga
sacral dan yang mengesahkan jalinan/hubungan cinta kasih dua insane yang berbeda
jenis kelaminnya.
Secara teoritis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama adalah
pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada
perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial.
Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai, moral, pandangan
hidup, dan hubungan kemasyarakatan. (Siti Rahayu Haditono, 1991).
Berdasarkan pada pembagian masa remaja ke dalam dua fase tersebut, pembahasan
tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga menitikberatkan
pada masa remaja fase keduayaitu fase adolesens. Pada fase adolesens, tugas
perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga merupakan tugas yang
sangat penting dan harus dapat diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat
berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun pertama dan kedua perkawinan,
pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri satu sama lain terhadap anggota
keluarga masing-masing. Sementara itu ketegangan emosional masih sering timbul
pada mereka.
Masih dalam konteks penyesuian diri dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan,
ada sejumlah kriteria keberhasilan penyesuaian kehidupan berkeluarga dan
perkawinan, yaitu:
Kebahagiaan pasangan suami istri, Hubungan yang baik antara anak dan orang tua:
Penyesuaian yang baik dari anak-anak, Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari
perbedaan pendapat, Kebersamaan, Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan
;dan Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi


kewarganegaraan.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual
dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang
mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang
aktif dalam berbagai aktivitas ekstrakurikuler menguasai praktek demikian namun
mereka yang tidak aktif –karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak
diterima oleh teman-teman- tidak memperoleh kesempatan ini.
Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan.
Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran kedewasaan.
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu
dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam
penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.
Kehidupan modern yang kompleks menuntut individu agar memiliki kemapuan
berpikir yang tinggi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

i. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab


Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini seringkali
dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi ujian, maka remaja
harus memilih antara standar dewasa dan standar teman-teman.
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan
pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial
pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari
dorongan seksual.
Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah berlangsung
sejak individu dilahirkan.Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga hubungan
baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan belajar
bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai
dengan individu itu mencapai fase remaja.
Dalam masyarakat modern kurang memperhatikan upacara-upacara yang dapat
menunjang perkembangan rasa bertanggung jawab pada remaja, apabila dibandingkan
dengan masyarakat primitif yang menetapkan remaja sebagai pewaris adat yang
bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bangsanya.

j. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah
laku.
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja
mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam
hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu
nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini
diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis
tentang nilai.
Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan moral,
manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa kepada
tuhan Yang Maha Esa.

3. Indicator nilai pendidikan karakater


1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Merayakan hari-hari besar keagamaan.
b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
INDIKATOR KELAS
a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
b. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.

2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
b. Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
c. Menyediakan kantin kejujuran.
d. Menyediakan kotak saran dan pengaduan
e. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
INDIKATOR KELAS
a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
b. Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.
c. Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.
d. Larangan menyontek.

3. Toleransi; Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
INDIKATOR SEKOLAH
a. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan
kemampuan khas.
b. Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
INDIKATOR KELAS
a. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
b. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
c. Bekerja dalam kelompok yang berbeda.

4. Disiplin; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Memiliki catatan kehadiran.
b. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.
c. Memiliki tata tertib sekolah.
d. Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.
e. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata
tertib sekolah.
f. Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK).
INDIKATOR KELAS
a. Membiasakan hadir tepat waktu.
b. Membiasakan mematuhi aturan.
c. Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya (SMK).
d. Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian)
(SMK).
5. Kerja Keras; Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
b. Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.
c. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
INDIKATOR KELAS
a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
b. Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.
c. Mencipatakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.
d. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.

6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki
INDIKATOR SEKOLAH
Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.
INDIKATOR KELAS
a. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak
kreatif.
b. Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik
maupun modifikasi.

7. Mandiri; Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
INDIKATOR SEKOLAH
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.
INDIKATOR KELAS
Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja mandiri.

8. Demokratis; Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan.
b. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.
c. Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.
INDIKATOR KELAS
a. Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.
b. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.
c. Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.
d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.

9. Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media
elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
b. Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya.
INDIKATOR KELAS
a. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
b. Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
c. Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

10. Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Melakukan upacara rutin sekolah.
b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional.
c. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
d. Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.
e. Mengikuti lomba pada hari besar nasional.
INDIKATOR KELAS
a. Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-
ekonomi.
b. Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

11. Cinta Tanah Air; Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Menggunakan produk buatan dalam negeri.
b. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan
budaya Indonesia.
c. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATOR KELAS
a. Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara,
peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia
b. Menggunakan produk buatan dalam negeri.

12. Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang
lain.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.
b. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
INDIKATOR KELAS
a. Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.
b. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
c. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.

13. Bersahabat/ Komuniktif; Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
a. Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.
b. Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.
c. Saling menghargai dan menjaga kehormatan.
d. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.
INDIKATOR KELAS
a. Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik.
b. Pembelajaran yang dialogis.
c. Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik.
d. Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik.

14. Cinta Damai; Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya
INDIKATOR SEKOLAH
A Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis.
B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
C Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender.
D Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.
INDIKATOR KELAS
A Menciptakan suasana kelas yang damai.
B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
C Pembelajaran yang tidak bias gender.
D Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.

15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya
INDIKATOR SEKOLAH
A Program wajib baca.
B Frekuensi kunjungan perpustakaan.
C Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk membaca
INDIKATOR KELAS
A Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik.
B Frekuensi kunjungan perpustakaan.
C Saling tukar bacaan.
D Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi.

16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
INDIKATOR SEKOLAH
A Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
B Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.
C Menyediakan kamar mandi dan air bersih.
D Pembiasaan hemat energi.
E Membuat biopori di area sekolah.
F Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik.
G Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.
H Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.
I Penanganan limbah hasil praktik (SMK).
J Menyediakan peralatan kebersihan.
K Membuat tandon penyimpanan air.
L Memrogramkan cinta bersih lingkungan.
INDIKATOR KELAS
A Memelihara lingkungan kelas.
B Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.
C Pembiasaan hemat energi.
D Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan
apabila selesai digunakan (SMK).

17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
INDIKATOR SEKOLAH
A Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial.
B Melakukan aksi sosial.
C Menyediakan fasilitas untuk menyumbang.
INDIKATOR KELAS
A Berempati kepada sesama teman kelas.
B Melakukan aksi sosial.
C Membangun kerukunan warga kelas.

18. Tanggung jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
INDIKATOR SEKOLAH
A Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.
B Melakukan tugas tanpa disuruh.
C Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.
D Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
INDIKATOR KELAS
A Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
B Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
C Mengajukan usul pemecahan masalah.

4. PPD USIA 6-12 TAHUN


1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
Pada periode ini pertumbuhan otot dan tulang berlangsung secara cepat, anak belajar
menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan, oelh karena itu,
kebutuhan untuk beraktivitas dan bermain sangatlah tinggi. Anak laki-lakai aktivitasnya
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak wanita. Baik laki-laki dan wanita senang
bermain dalam kelompok. Makin tinggi kelas anak (usia) makin jelas ciri kahs permainan
mereka. Implikasinya terhadap sekolah adalah: bahwa sekolah berkewajiban untuk
membantu anak mencapai tugas perkembangan ini secara optimal. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh pendidik untuk mengoptimalkan pencapaian tugas.
a. Merencanakan dengan serius pemberian kesempatan-kesempatan kepada anak untuk
melakukan aktivitas-aktivitas fisik atau bermain.
b. Dalam belajar membatasi gerakan-gerakan anak secara ketat tidaklah pantas
dibandingkan tuntutan tugas perkembangan mereka.
c. Usaha yang dan seirus dalam menanggulangi gangguan perkembangan fisik anak
sangat diharapkan dari sekolah anak-anak yang sakit harus diobati aats prakarsa
sekolah.
2. Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
Anak hendaknya mampu mengembangkan kebiasaan untuk hidup sehat dan melakukan
berbagai kebiasaan untuk memelihara keselamatan, kesehatan, dan kebersihan diri.
3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya
Anak hendaknya telah mampu membina keakraban dengan orang lain diluar lingkungan
keluarga.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
Pada usia 9 dan 10 tahun anak mulai menyadari peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Anak wanita menampilkan tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat
sebagai wanita, demikian juga halnya anak pria.
5. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
Karena perkembangan intelektual dan biologis sudah matang untuk bersekolah, maka anak
telah mampu belajar di sekolah, anak dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung
karena kemampuan berfikirnya yang memungkunkan memahami konsep-konsep dan
simbol-simbol.
6. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
Pada periode ini anak hendaknya mempunyai berbagai konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Inti dari tugas perkembangan saat ini adalah mengenal konsep-
konsep untuk memudahkannya dalam memahami tentang pekerjaan sehari-hari,
kemasyarakatn, kewarganegaraan, dan masalah yang menyangkut sosial.
7. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-buruk)
Pada periode sekolah dasar anak hendaknya dapat mengontrol tingkah laku sesuai dengan
nilai dan moral yang berlaku, kecintaan terhadap nilai dan moral hendaknya dikembangkan
dengan sebaik-baiknya.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri)
Tugas perkembangan pada masa ini adalah untuk membentuk pribadi yang otonom, tanpa
tergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan yang meyangkut dirinya, maupun
peristiwa lain dalam kehidupannya.
9. Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial.
Anak mampu belajar untuk menyadari keanggotaannya sebagi masyarakat sekolah, anak
harus belajr mematuhi aturan-aturan sekolah dan mampu menyeimbangkan antara
keinginannya untuk melakukan kebebasan dengan kepatuhan terhadap kekuasaan orang
tua, guru, maupun orang dewasa lainnya.

5. PPD USIA 18-25 TAHUN


a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah masa remaja, golongan dewasa awal semakin memiliki kematangan fisiologis
(seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan adanya perkawinan yang syah.
b. Membina kehidupan rumah tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa awal
berkisar antara 21-40 tahun. Golongan dewasa awal yang berusia di atas 25 tahun,
umumnya telah menyelesaikan pendidikannya setingkat dengan SLTA dan atau
universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka umumnya telah memasuki dunia kerja.
Mereke mulai mempersiapkan diri untuk menjadi mandiri tanpa bergantung pada orang tua
lagi. Sikap mandiri itulah yang merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Selain
itu, mereka juga harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup
masing-masing dan menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-
saudara mereka.
c. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Setelah menyelesaikan pendidikan formal, pada umumnya dewasa awal memasuki dunia
kerja untuk menerapkan ilmu dan keahlian mereka. Mereka ber-upaya menekuni karier
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan
yang baik. Jika mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas
dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/
bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang
sesuai dengan selera.
Masa dewasa awal adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang
membara dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya
(atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai
prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-
sejahtera bagi keluarganya.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan cara-cara,
seperti :
a. Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri)
b. Membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak
penghasilan)
c. Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak
tercela di mata masyarakat
d. Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan
sebagainya).
Dan secara umum, tugas perkembangan masa dewasa awal meliputi:
1. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ketika ia
berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan mempunyai peran
atau posisi dalam masyarakat.
2. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan pengakuan dari
masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab sebagai warga Negara dan
akan bergabung dengan komunitas social yang cocok dengannya.
3. Keluarga
Pada masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang cocok, lalu
menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia mempunyai peran baru
yaitu sebagai orang tua.

Anda mungkin juga menyukai