Tingkat kesejahteraan masyarakat disetiap Negara didunia selalu dilihat dari
keadaan perekonomian Negara tersebut. Semakin baik perekonomian suatu Negara maka semakin sejahtera masyarakatnya. Peningkatan perekonomian dibutuhkan peran pemerintah dengan pemberian program-program yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan petani. Menurut Widodo (2009) program-program tersebut antara lain dapat memberikan fasilitas perkreditan atau pinjaman dengan bunga lunak, memberikan kemudahan dan memperluas pemasaran hasil produksi dan memberikan pembinaan dan keahlian teknologi. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus dikeluarkan setiap harinya, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba. Yang sering sangat merugikan petani adalah pengeluaran tidak terduga yang kadang- kadang tidak dapat diatur tidak dapat ditunggu sampai masa panen tiba, misalnya kematian, dan tidak jarang juga pesta kawin dan lain-lain (Rita, 2010).
Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai banyak ahli berpendapat
bahwa tidak satupun usaha/bisnis didunia ini yang bebas dari kebutuhan kredit (Teguh, 2009). Dengan kata lain kredit dapat membantu petani dalam memperoleh pinjaman modal. Petani membutuhkan modal lebih yang diperoleh melalui pinjaman kredit, guna untuk mengembangkan usahataninya agar supaya hasil usahataninya meningkat.
1.2 Rumusaan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kredit dan asuransi pertanian? 2. Bagaimana kinerja kredit Bank BRI pada petani wortel di Kelurahan RURUKAN Kecamatan TOMOHON TIMUR? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kredit dan asuransi pertanian. 2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja kredit Bank BRI pada petani wortel di Kelurahan RURUKAN Kecamatan TOMOHON TIMUR. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tentang Kredit dan Asuransi pertanian
1. Kredit Usaha Tani KUT merupakan kredit yang diberikan kepada para petani guna mendukung peningkatan produksi pangan melalui pembiyaan usaha tani dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura. Kredit ini disalurkan melalui Kelompok Tani, KUD maupun LSM yang telah direkomendasikan oleh dinas-dinas terkait diluar perbankan. Kredit Usaha Tani (KUT) ini merupakan fasilitas kredit berprioritas tinggi yang mengandung unsur subsidi, serta KUT ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kredit Bimas yang pada masa order baru hanya disalurkan melalui Bank Rayat Indonesia (BRI) yang sepenuhnya didukung oleh Kredit Likwiditas Bank Indonesia (KLBI), Hasil nyata dari program ini terlihat tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Dalam perkembangannya bank penyalur KUT adalah bank umum yang telah ditunjuk pemerintah (BRI, Bank Danamon, Bank Pembangunan Daerah). Kredit ini bersifat masal, pemberian kredit ini disesuaikan dengan musim tanam dan dalam jangka waktu hanya satu tahun. Kredit KKOP ini bertujuan untuk mengembangkan koperasi dibidang agribisnis terutama untuk pengadaan distribusi pangan serta pembiayaan pasca panen kepada koperasi. Kredit Kepada Koperasi (KKOP) adalah kredit investasi dan atau modal dalam rangka pembiayaan usaha agribisnis, yaitu semua kegiatan yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran (distribusi) sarana produksi pertanian, budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil pertanian antara lain sebagai berikut : a. Pengadaan padi, palawija, cengkeh, pupuk dan hortikultura b. Distribusi beras, gula pasir, minyak goreng dan kedelai c. Usaha agribisnis lainnya yang secara langsung mendukung kelancaran usaha anggota koperasi.
Kredit Usaha Kecil Daerah Aliran Sungai selanjutnya disebut
PKUK-DAS adalah kredit investasi yang digunakan untuk biaya pensertifikatan tanah dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani dan peternak di daerah aliran sungai. Kredit ini merupakan program pemerintah melalui Departemen Kehutanan bekerja sama dengan bank pelaksana dan instansi terkait lainnya. Kredit ini bersifat masal, pemberian kredit ini disesuaikan dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) atas rekomendasi dari dinas tehnis. Kredit ketahanan pangan yang selanjutnya disebut KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan petani ikan, kelompok (tani, ternak,nelayan dan petani ikan) dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai. Resiko merupakan salah satu unsur dari suatu pemberian kredit, resiko sebagai suatu yang dihadapi akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan dan kontra prestasi yang akan diterima kelak kemudian hari, semakin lama jangka waktu kredit diberikan semakin tinggi tingkat resiko yang mungkin terjadi. Sesuatu ketidak pastian dimasa mendatang sebagai sebab yang mendasari munculnya resiko. Resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan-kemungkinan menderita kerugian, sehingga didalamnya terkandung pengertian negatif. Resiko menurut GE.Golding 34Pada hakekatnya resiko itu dapat menimpa pada setiap orang, baik secara pribadi atau dalam kelompok termasuk badan hukum. Disamping itu resiko dapat pula menimpa pada kegiatan-kegiatan manusia pada umumnya, baik kegiatan yang sederhana sampai kegiatankegiatan lain yang paling komplek misalnya : kegiatan-kegiatan dalam bidang perdagangan, industri, penggangkutan dan sebagainya. Upaya untuk menanggulangi, mengelakan, mengurangi, atau memperkecil resiko tersebut adalah dengan jalan mengalihkan pada pihak lain berdasarkan perjanjian. Kredit sektor pertanian, merupakan kredit yang diberikan kepada para petani dalam rangka mengembangkan hasil usaha tani, para petani tersebut dalam menjalankan usahanya banyak menghadapi resiko yaitu kemungkinankemungkinan peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian kepada tanaman, yang pada akhirnya berpengaruh pada pembayaran kembali kredit yang telah diberikan bank. Salah satu usaha untuk mengatasi kemungkinan menderita kerugian tersebut adalah melalui Asuransi Hasil Pertanian. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 299 sampai dengan pasal 301 kitab Undang-undang Hukum dagang (KUHD) kita. Asuransi hasil pertanian sebagaimana diatur dalam KUHD tersebut bersifat sukarela, oleh karena itu ditutupnya asuransi terhadap bahaya-bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen tergantung dari kehendak petani sendiri,.Sifat sebagai asuransi sukarela ini pada umumnya tidak dipahami oleh para petani, sehingga asuransi ini kurang memasyarakat sehingga dapat dipahami jika sebagian besar petani tidak melakukan penutupan asuransi hasil pertaniannya. 2. Asuransi Kredit Pertanian Untuk memberi informasi tentang tingkat pengetahuan petani terhadap asuransi pertanian, dan kemungkinan pelayanan klaim petani oleh penyelenggara asuransi pertanian. Dalam hal ini asuransi pertanian yang dimaksud adalah berbasis gagal panen. Tingkat pengetahuan petani terhadap asuransi pertanian direpresentasikan melalui kesediaan petani mengikuti asuransi dan membayar premi. Kesediaan petani mengikuti asuransi pertanian berbasis gagal panen dapat menggambarkan bahwa petani sudah relatif mengerti tentang asuransi ini baik kewajiban maupun hak yang diperoleh. Gambaran ini diperoleh dari beberapa penelitian tentang asuransi pertanian. Pasaribu (2009b) telah melaksanakan proyek percontohan di Desa Pamatang Panombeian dan Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombeian, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara dan Desa Riang Gede, Kecamatan Panebel, Kabupaten Tabanan, Povinsi Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% petani menyatakan kesediaannya mengikuti pilot project asuransi di dua lokasi desa penelitian di Kabupaten Simalungan, sedangkan 10% sisanya menyatakan tidak bersedia dan masih ragu-ragu. Dalam kaitan dengan premi asuransi, 35,71% petani menyatakan bersedia menanggung seluruh premi, sementara 64,29% lainnya hanya sanggup menanggung sebagian. Terkait dengan ketentuan klaim, dalam Petunjuk Teknis Asuransi Usaha Tani Padi yang disusun oleh Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (2012) disebutkan bahwa tuntut-an klaim asuransi merupakan tujuan dilaksanakannya sklim asuransi usahatani padi. Tuntutan klaim harus ditangani secara obyektif, teknis dan efisien. Secara umum, semua klaim akan ditangai dengan seksama oleh perusahaan asuransi apabila: 1) premi telah dibayar sesuai ketentuan; 2) terjadi kerusakan dan/atau kerugian atas usahatani padi yang diasuransikan yang disebabkan oleh banjir, kekeringan dan OPT; 3) kerusakan/kerugian terjadi dalam jangka waktu pertanggungan; 4) tuntutan klaim diajukan sesuai ketentuan pengajuan klaim; dan 5) jumlah ganti rugi setinggi-tingginya adalah Rp. 6.000.000,- per ha sebagai “santunan” (benefit) dan bukan merupakan ganti rugi pendapatan hasil usahatani. Berdasarkan hasil survei Pasaribu (2009b), dasar penetapan klaim yang diharapkan para petani adalah 27,50% menginginkan atas dasar modal yang dikeluar-kan dan 72,50% berdasarkan nilai produksi. Cara penyampaian klaim yang diusulkan, sebagian besar (79,41%) memilih dengan cara berkelompok dan 20,59% responden lainnya menginginkan secara individu. Sementara respon petani di lokasi penelitian Kabupaten Tabanan menurut Pasaribu (2009b) menun-jukkan bahwa 72,5% menyatakan kesediaan untuk mengikuti pilot project asuransi; 10% responden lainnya menyatakan tidak bersedia, dan sebagian lagi (17,5%) masih ragu-ragu. Di lokasi desa Kabupaten Tabanan, 35,3% petani bersedia membayar seluruh premi dan 64,7% menyata-kan hanya bersedia menanggung 50%. Penetapan klaim yang diinginkan agar didasarkan pada besaran modal yang dikeluarkan (55,9%) dan sisanya (44,1%) ber- dasarkan perkiraan nilai produksi. Cara penyampaian klaim yang diusulkan sebagian besar menyatakan melalui kelompok 61,8% dan sisanya secara individu. Dari studi yang telah dilakukan, memberi gambaran bahwa pelaksanaan Asuransi Pertanian di Indonesia cukup baik dan potensial untuk dikembang-kan. Menurut Pasaribu (2009a) hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa aspek hukum yang tersedia masih sangat minim. Oleh karena itu, hal ini merupakan peluang yang baik untuk mengembangkan penelitian tentang asuransi yang memperhitungkan parameter iklim yang diharapkan dapat memberikan wacana baru bagi sistim asuransi di Indonesia. 3. Jenis-jenis Asuransi Pertanian Berdasarkan batasan klaimnya, maka beberapa jenis asuransi dikembangkan untuk memenuhi kebutuh-an para penggunanya. Beberapa jenis asuransi pertani-an (Perdinan 2014) diantaranya adalah berdasarkan gagal panen (failure), hasil (yield), keuntungan (revenue), hydrological insurance (insurance for irrigators) dan yang terbaru adalah berdasarkan indeks iklim/cuaca (weather index). Menurut Pasaribu (2013) model asuransi lain yang diyakini dapat mengurangi masalah/konflik dalam hal kerusakan/kerugian adalah sistem perhitungan ganti-rugi berdasar indeks iklim (weather-based index) dan berdasar penginderaan satelit (satellite image-based data). Berdasarkan kajian Pasaribu (2009) asuransi pertanian berbasis gagal panen telah diperkenalkan untuk jangkauan yang terbatas sejak tahun 2000 (oleh lembaga kredit asuransi Bumida, sebuah perusahaan asuransi umum nasional bekerjasama dengan BPD Sumut, sebuah bank lokal di Provinsi Sumatera Utara dan difasilitasi oleh Departemen Pertanian). Pelaksana-an Asuransi pertanian berbasis gagal panen terus dikembangkan hingga saat ini. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian sejak tahun 2012 hingga 2014 telah melak-sanakan Asuransi Pertanian berbasis gagal panen di beberapa lokasi contoh yaitu di Sumatera Selatan, Jawa Timur dan Jawa Barat. Persentase klaim bervariasi di setiap daerah dengan kisaran 2- 25% (Tabel 2). Rendahnya klaim asuransi karena memang sedikitnya tanaman yang diasuransikan yang mengalami gagal panen. Pada tahun 2015 Pemerintah menargetkan luas areal padi dalam program Asuransi Pertanian sebesar 1,041 juta ha dengan anggaran sekitar 150 Milyar (Bappenas 2014). Berdasarkan aplikasi Asuransi Pertanian di beberapa lokasi tersebut menurut Pasaribu (2013) dapat dipelajari bahwa model Asuransi Perta-nian yang dikembangkan saat ini masih pada sistem ganti-rugi berdasarkan biaya produksi (indemnity-based). Berbagai model yang dapat dikembangkan dimasa datang adalah sistem ganti- rugi/indemnitas berdasar-kan hasil panen dalam jumlah tonase (yield- based index). 2.2 Aplikasi Pemberian Kredit Pertanian di Indonesia dengan menggunakan BANK BRI Bank dalam pembangunan ekonomi kita adalah perantara untuk berbagai kepentingan, Sebagai perantara, bank akan menerima demand deposits dan time deposit yang mereka gunakan untuk memberikan pinjaman pad konsumen, perusahaan dan sebagainya. Sebagai akibat kegiatan peminjaman tersebut maka sebenarnya telah terjadi pelaksanaan fungsi menciptakan uang oleh bank. Bank merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perorangan, badanbadan usaha swasta, badan – badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Bank sebagai badan usaha yang bergerak dibidang keuangan, bank bukan lembaga sosial yang tujuannya memberikan bantuan Cuma- Cuma kepada masyarakat, akan tetapi bank merupakan perusahaan yang mencari keuntungan atas jasa-jasa yang telah diberikannya. Meskipun demikian suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah tujuan utama untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberian program kredit dengan perantara pihak bank bertujuan untuk menambahkan modal para petani agar mereka dapat memperluas usaha mereka. Namun yang terjadi para petani kurang mengetahui dengan adanya program tersebut karena kurangnya informasi. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus dikeluarkan setiap harinya, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba-tiba. Pinjaman kredit merupakan dana bantuan untuk usahatani yang diterima petani dari pihak bank BRI. Dana tersebut diperoleh petani dengan menyerahkan agunan kepada pihak bank dengan syarat mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya dalam waktu yang telah ditentukan. kredit yang diambil petani tidak jauh berbeda satu sama lain dan jangka waktu pengembaliannya sama yaitu 2 tahun dan pinjaman kredit yang diterima petani berbeda-beda walaupun petani memiliki luas lahan yang sama. Hal ini didasarkan pada tingkat kepercayaan Bank pada petani. Bank melihat apakah petani tersebut mampu untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya atau tidak, sehingga walaupun ada beberapa petani yang memilki luas lahan yang sama namun Bank memberikan jumlah pinjaman yang berbeda. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kredit pertanian, merupakan kredit yang diberikan kepada para petani dalam rangka mengembangkan hasil usaha tani, para petani tersebut dalam menjalankan usahanya banyak menghadapi resiko yaitu kemungkinan peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian kepada tanaman, yang pada akhirnya berpengaruh pada pembayaran kembali kredit yang telah diberikan bank. Salah satu usaha untuk mengatasi kemungkinan menderita kerugian tersebut adalah melalui Asuransi Hasil Pertanian. Pinjaman kredit merupakan dana bantuan untuk usahatani yang diterima petani dari pihak bank BRI. Dana tersebut diperoleh petani dengan menyerahkan agunan kepada pihak bank dengan syarat mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya dalam waktu yang telah ditentukan. 3.2 Saran Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan permodalan bagi petani dengan bunga yang cukup lebih kecil sehingga bagi para petani dikalangan menengah lebih mudah dan tidak menjadikan beban untuk membayar bunganya tersebut. PAPER USAHA TANI KREDIT DAN ASURANSI PERTANIAN
Di Susun Oleh : Sofiatul Qoni’ah 140321100002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2016