Anda di halaman 1dari 13

Kamis, 10 September 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S


DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN : PPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S


DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PPOK
DI RUANG FATIMAH
RSU DAERAH Dr.SOETOMO

EDITED BY:
SAHRIL NOVIANTO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan gangguan
sistem pernafasan : PPOK sebagai salah satu tugas semester pada mata kuliah Blok
Pernafasan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. H. Giyatmo S Kep Ners, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Gombong
2. Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua prodi S1 Keperawatan
3. Safrudin AMS, M.Kep selaku koordinator Blok Pernafasan
4. Ibu dan ayah tersayang yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil sertadoa
yang tulus sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema.
Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas
dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis harus didiagnosa
dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien PPOK mempunyai tanda dan
gejala kedua penyakit tersebut. Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma
sekarang menjadi penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000
kematian dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat,
terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia sangat
tinggi.
Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal,
sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK.
Menurut Dr Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit
yang menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4
sebagai penyebab kematian. "Pada dekade mendatang akan meningkat ke peringkat ketiga.
Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat.
Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di
rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan
pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang
pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna
saat di Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian PPOK
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis PPOK
3. Memahami klasifikasi PPOK
4. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan PPOK
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan PPOK
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit PPOK
3. Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait dengan penyakit PPOK

BAB II
ANALISA KASUS

A. Kasus
Tn.S 56 Th masuk 3 Maret 2013 $ Diagnosa PPOK, jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam pekerjaan Tani, Pendidikan SD. Alamat Sendang Kulon. Alasan di rawat
Sesak napas Keluhan utama : Sesak dan batuk Riwayat keluhan utama: riawayat penyakit
dahulu: Sesak napas sejak 5tahun yang lalu. Riwayat penyakit sekarang : Sejak 2 hari
sebelum masuk Rumah Sakit pasien sesak terus-menerus akhirnya keluarga membawa ke
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soetomo Surabaya. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada
keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat kesehatan lain : Pasien pernah
merokok, dan berhenti sejak sakit kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik CM, GCS : 456, Keadaan umum : lemah Tanda-tanda vital
: S= 37 oC, T= 130/80mmHg, Nadi= 104x/m, RR= 28x/m. Pernafasan melalui : hidung +
terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit ). Trachea tidak ada pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea
(+), batuk lendir putih, darah( )Whezeeng (+) / (+), Ronchi (+) / (+) dada simetris.
Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna kuning, jernih, khas amoniak. Ekstremitas
atas tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit. Spiritual Klien mengharapkan dengan
perawatan yang diberikan bisa sembuh dan yakin dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh,
persepsi penyakitnya sebagai cobaan dalam hidup. Tetapi pasien tidak dapat melakukan
sholat di RS. Pemeriksaan Lab AGD : - PH : 7,359 ( 7,35-7,45 ), PCO2 : 46,0 ( 35-45 ),
PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA (-)
Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Aminophylin 1 amp / 24 jam, -
Tarbutalin 4x0,025 mg, Ciprofloxasin 2x500 mg, Nebulezer 4x ( Atroven : Agua ) =
1:1, Oksigen 2 liter / menit Diet TKTP
B.Identifikasi kata sulit
1. PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkhitis kronis bronkiektasis,
enfisema dan asma (Brunner & Suddart)
2. Dispneau adalah susah bernafas
3. Syanosis adalah kebiruan
4. Wheezing adalah bunyi ngik terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena penyempitan
bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma bronkitis
5. Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan atau
mukus terdengar saat inspirasi atau ekspirasi
C.Identifikasi masalah
1. Apa pengertian dari PPOK?
2. Bagaimana penyebab dari PPOK ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari PPOK ?
4. Sebutkan klasifikasi dari PPOK ?
5. Apa komplikasi yang terjadi pada penyakit PPOK ?
6. Bagaimana patofisiologi dari PPOK ?
7. Penatalaksanaan apa yang bisa dilakukan pada penyakit PPOK?
D.Brainstorming
1. PPOK adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
enfisema / bronkitis kronis
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang
mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan
keluar udara paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
2. Penyebab PPOK adalah :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Pemajanan di tempat kerja (thd batu bara, kapas, padi padian )
d. Infeksi paru berulang
3. Manifestasi klinis PPOK adalah
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Mengi atau wheeze
d. Ekspirasi yang memanjang
e. Penggunaan otot bantu pernapasan
f. Suara napas melemah
4. Klasifikasi PPOK
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2
tahun berturut-turut.
b. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik paru
yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus
terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus
1) Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang sering muncul, menghasilkan
kerusakanbronchiolus, biasanya pada region paru atas. Inflamasi berkembang pada
bronchiolus tetapi biasanya kantung alveolar tetap bersisa
2) Emfisema Panlobular (Panacinar) Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan biasanya
termasuk pada paru bagian bawah. Bentuk ini bersama disebut centriacinar emfisema, timbul
sangat sering pada seorang perokok.
3) Emfisema Paraseptal Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi
dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari
pneumothorax spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan klien dengan defisiensi enzim
alpha-antitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner,
seringkali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan) timbul.

c. Astma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.
5. Komplikasi PPOK
a. Acute respiratory failure (ARF)
terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat
tidur .
b. Cor Pulmonare /dekompensasi ventrikel kanan
Merupakan pembesaran ventrikel kanan yang disebabkan oleh over loading akibat dari
penyakit pulmo.terjadi sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak
bagi penderita PPOK
c. Pneumothoraks
Merupakan akumulasi udara dalam rngga pleural
d. Giant Bullae
kelaina yang timbul karena udara terperangkap di parenkim paru-paru.Sehingga alveoli
menjadi tempat menangkapnya udara untuk pertukaran gas menjadi benar-benar efektif.
6. Patofisiologi PPOK
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat
dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat
inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan
udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi
gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
7. Penatalaksanaan PPOK adalah
a. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
b. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
1) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan Streptococcus Pneumonia,
maka digunakan ampisilin atau eritromisin. Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat)
dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah Haemophilus Influenza. Pemberian
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami
eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan
peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
2) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
3) Fisioterapi dada membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
4) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan
adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin .
c. Terapi jangka panjang di lakukan :
1) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin dapat menurunkan kejadian
eksaserbasi akut.
2) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
3) Fisioterapi dada.
4) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5) Mukolitik dan ekspektoran
6) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2
(7,3 Pa (55 MMHg)
7) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.

PHATWAY PPOK
Asap tembakau / polusi udara

Gangguan kebersihan paru


Peradangan bronkus
Hipoventilasi alveolar
Dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah
Bronkitiskronik
Saluran nafas kecil kolap saat ekspirasi
Emfisema
Penyempitan saluran nafas
Berkurangnya elastis paru
Saluran nafas kecil
Saluran nafas menjadi kecil lebih kecil berkelok-kelok dan beroblitrasi
Metaplasia sel goblet
Saluran nafas besar
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
Obstruksi jalan nafas
PPOK
Kontraksi otot
PCO2 & PO2 Meningkat
Kontraksi otot
Resistensi pernafasan
Frekuensi nafas meningkat
dyspneau
Ketidakefektifan jalan nafas
PCO2 & PO2 Meningkat
Gangguan pertukaran gas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Sekresi mukus meningkat
Sekresi mukus meningkat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PPOK

A.PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Sendang Kulon
Keluhan Utama : sesak dan batuk
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas , sejak 2 hari sebelum masuk RS pasien
sesak terus menerus, dan sering batuk.
Keadaan umum Compos mentis, GCS : E4,V5,M6, suhu : 37C, T : 130/80mmHg, N : 104
x/menit, RR: 28x/menit
Pernafasan melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit ). Trachea tidak ada
pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk lendir putih, darah( )Whezeeng (+) / (+),
Ronchi (+) / (+) dada simetris. Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna kuning, jernih, khas
amoniak. Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit.
Spiritual Klien mengharapkan dengan perawatan yang diberikan bisa sembuh dan yakin
dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi penyakitnya sebagai cobaan dalam hidup.
Tetapi pasien tidak dapat melakukan sholat di RS. Pemeriksaan Lab AGD : - PH : 7,359 (
7,35-7,45 ), PCO2 : 46,0 ( 35-45 ), PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA (-)
Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Aminophylin 1 amp / 24 jam, -
Tarbutalin 4x0,025 mg, Ciprofloxasin 2x500 mg, Nebulezer 4x ( Atroven : Agua ) =
1:1, Oksigen 2 liter / menit Diet TKTP
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami sesak nafas sejak 5 tahun yang lalu
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti ini
B. Pengkajian Pola Virginia Handerson
1. Pola Pernafasan
belum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak menggunakan alat bantu pernafasan .
Saat dikaji : pasien mengeluh sesak nafas dan tampak terpasang O2 kanul (2 liter/ menit)
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk
at dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan ¼ porsi pada menu yang disajikan di rumah sakit pada
tyap kali jadwal makan
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
Saat dikaji :BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
4. Gerak dan keseimbangan
elum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
dikaji : Pasien tampak keseimbangannya terganggu karenatidak bisa bernafas
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari dan bangun pada pukul 05.00
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena sesak nafas dan batuk
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan sore, serta gosok gigi.
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama keluarga dan istrinya
Saat dikaji : Pasien mengeluh tidak nyaman karena sering sesak nafas dan batuk
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
at dikaji : Pasien tidak bisa sholat di RS dan berkeyakinan bahwa penyakitnya dapat sembuh karena
pertolongan Tuhan.
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa berkomunikasi dengan bahasa jawa.
Saat dikaji :Pasien mau berkomunikasi dengan perawat dengan ditemani anaknya
11. Temparatur tubuh
elum sakit : Pasien biasa memakai pakaina tipis jika panas begitu juga sebaliknya
Saat dikaji : Pasien suhunya normal S : 37 C
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang petani
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
belum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
at dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya tetangganya sering menjenguk di RS untuk
menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit PPOK yang dideritanya
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya karena penjelasan perawat.
C.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis,TD 130/80mmHg, RR 28x/menit, suhu 37 C, N
:104x/menit
2. Kepala
a. Kepala : mesosephal
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
palpebra dekstra udem dan spasme, oedem pada kornea dekstra.
d. Hidung : tampak terpasang kanul O2 (2L/menit)
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembengkakan pada
trakhea
h. Ektremitas : tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah.
Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 ttes/menit
3. Dada
a. Paru
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris
Tampak RR 28x/menit
2) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Hipersonor
4) Auskultasi
Suara nafas wheezing dan kadang terdengar ronchi
D.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
AGD
a) PH = 7,359 (7,35-7,45)
b) PCO2 = 46,0 (35-45)
c) PO2 = 115,0 (80-104)
d) HCO3 = 25
Sputum BTA ( - )
2. Terapi
a) Terapi infus : RL Dextro 5 % 1:1/24 jam (7 tetes/menit)
b) Terapi injeksi :
Aminiphylin 1 amp/24 jam
Tarbulatin 4x0,025mg
Ciproflaxosin 2x 500 mg
c) Terapi Oksigen
Nebulizer 4x (atroven : agua) = 1:1 ,O2 2L/menit
d) Diet TKTP
E.Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan sesak nafas Hiperventilasi Ketidak efektifan
sejak 5 tahun yang lalu. pola nafas
DO: ps. Tampak sesak nafas/dispneu
,tampak menggunakan alat bantu
pernafasan kanul O2 , RR: 28 x/m,
wheezing(+), Ronchi(+)
DS: ps. Mengatakan sering batuk
2. DO: p stampak batuk , batuk tampak Adanya mukus Bersihan jalan
ada lendir putih nafas tidak efektif
DS : pasien mengatakan kesulitan nafas
3. DO: PCO: 46 ,PO2 : 115 Gangguan
Ventilasi perfusi pertukaran gas

F.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
3. Gangguan pertukaran gas bd ventilasi perfusi

G.Intervensi
N DIAGNOSA NOC NIC
O
D
X

1. Ketidakefektifa Setelah
n pola nafas bd dilakukan Airway Management
hiperventilasi tindakan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(00032) keperawatan 2. Lakukanfisioterapi dada jikaperlu
2x24 3.
jam Keluarkan sekretdengan batuk atausuction
masalah 4. Auskultasi suaranafas, catatadanya suaratambahan
5.
ketidakefektifa Atur intake untukcairanmengoptimalkankeseimban
n pola nafas gan.
teratasi 6. Monitor respirasi dan status O2
Kriteria : 7. Berikanbronkodilator bila perlu(amonophilin 1
1. RR normal amp/24 jam)
16-24
2. Adanya
kesimetrisan
ekspansi dada
3. Tidak
menggunakan
otot nafas
tambahan
4. Tidak
ada pernafasa
n cuping
hidung saat
beraktifitas
5. Tidak ada
nafas pendek

2 Bersihan jalan Setelah Airway Management


nafas tidak dilakukan Intervensi :
efektif bd tindakan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
adanya mukus keperawatan 2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
2x24 jam
3. Berikan minum hangat kepada pasien
masalah 4. Ajarkan batuk efektif
bersihan jalan 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tidak tambahan
efektif dapat
teratasi
Kriteria :
1. RR normal
2. Tidak ada
kecemasan
3.Mampu
membersihkan
secret
4. Tidak ada
hambatan
dalam jalan
nafas
5. Tidak ada
batuk

3 Gangguan Setelah Monitoring pernafasan:


pertukaran gas dilakukan 1. Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha
bd ventilasi tindakan pernafasan
perfusi keperawtan 2. Monitor pola nafas :bradipnea, takipnea,
2x24 jam3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
masalah 4. Perkusi dada anteriordan posterior dari apeks
gangguan sampai bawah
pertukaran gas5. Auskultasi suara pernafasan, catat area yang
teratasi mengalami penurunan ventilasi dan adanya suara
Kriteria : tambahan
Status 6. Monitor adanya dispnea dan kejadian yang
pernafasan: meningkatkan dan memperburuk keadaan pasien
pertukaran gas 7.tidur menyamping untuk mencegah aspirasi
1. Kemudahan
bernafas
2. tidak ada
sesak nafas
dalam istirahat
3. tidak ada
sesak nafas
saat
beraktivitas
4.Tidak ada
kelelahan
5.Tidak ada
sianosis
6.PaCO2
DBN (35-45)
7.PaO2
DBN (80-104)

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang
mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan
keluar udara paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
Diagnosa yang muncul pada kasus di atas adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
3. Gangguan pertukaran gas bd ventilasi perfusi
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas .2008.Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Pernafasan.Jakarta : EGC


Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Smeltzer, Suzanne C& Bare, Brenda G .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011.Jakarta :
EGC
Tim PDPI.2003.PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.http// :jurnal – PPOK-
Perhimpunan- Dokter -Paru –Indonesia.com diakses pada hari rabu,6/3/2013
Tim PDPI.2008.Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru.Jakarta : Sagung Seto
Yasmin,Niluh G.dkk.2004.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai