Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini yang tidak dapat terlepas dari nasi

menyebabkan masyarakat berpotensi tinggi menderita Diabetes Mellitus. Kebiasaan

yang terikat inilah yang menyebabkan masyarakat tidak bisa mengkategorikan

“makan” ketika ia belum mengkonsumsi nasi beserta lauk pauknya. Hal inilah yang

kemudian memberikan kecendrungan peningkatan pada penderita Diabetes Mellitus.

Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi penyebab

kematian tertinggi ketiga di Indonesia (Setiawan, 2016).

Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi

global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di

dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387juta kasus. Indonesia

merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta

penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Menurut

World Healt Organization (WHO) pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan

berjumlah 21,3 juta orang dan menempati urutan keempat dalam jumlah penderita

diabetes terbanyak setelah Amerika, Cina, dan India (PERKENI, 2011)

Kebanyakan penduduk Indonesia, sekitar 2/3 masyarakat bahwa dirinya tidak

mengetahui bahwa ia menderita penyakit Diabetes Mellitus. Masyarakat yang

memiliki potensi besar menderita Diabetes Mellitus adalah merupakan masyarakat

yang memiliki kadar lemak yang tinggi (obesitas). Berdasarkan prevalensi berat badan

1
berlebih di Indonesia pada tahun 2013 adalah sekitar 13,5%, dan terjadi peningkatan

pada tahun 3014 yaitu sekitar15,4% (Riskerdas, 2013)

Berdasarkan peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus baik di dunia dan

Indonesia menyebabkan perlunya untuk tenaga kesehatan maupun Dinas Kesehatan

Kota dan Provinsi memberikan perhatian lebih pada penyakit tersebut dalam upaya

pencegahan maupun penanganan agar meminimalisir peningkatan kejadian Diabetes

Mellitus secara Ekstrim. Terkait hal itu perawat memiliki andil yang penting dan juga

berperan sebagai educator, promotor dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif dan profesional sehingga dapat menekan angkat kejadian Diabetes

Mellitus.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori dan penatalaksanaan penyakit Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana konsep keperawatan Diabetes Mellitus?

3. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep teori dan penatalaksanaan penyakit Diabetes Mellitus.

2. Memahami konsep keperawatan Diabetes Mellitus.

3. Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DIABETES MELLITUS

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana, 2011).

2. Etiologi

Penyebab terjadinya diabetes mellitus terbagi atas (Nurarif, 2015):

a. DM tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta

pancreas yang disebabkan oleh:

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya

diabetes tipe 1.

2) Faktor imunologi (autoimun)

3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan ekstruksi si beta.

b. DM tipe 2

3
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor

risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2: usia, obesitas,

riwayat dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3

yaitu (Nurarif, 2015):

1) < 140 mg/dL dikategorikan normal

2) 140 - <200 Mg/dL dikategorikan toleransi glukosa terganggu

3) > 200 mg/dL dikategorikan diabetes.

3. Patofisiologi

Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya

akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi

insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula

baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.

Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan

keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar

natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis. Defisiensi

insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga

kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia) (Price & Wilson, 2005).

Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul

Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif

4
sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh

sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun,

sehingga tubuh menjadi lemah (Price & Wilson, 2005).

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil

sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan

menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak

adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan. Gangguan

pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga suplai

makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur.

Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada

struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati Diabetes mempengaruhi

syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga

mengakibatkan neuropati (Price & Wilson, 2005).

Mekanisme kerja hormon insulin (Indah, 2004):

Dimulai dengan berikatnya insulun dengan reseptor glikoprotein yang spesifik

pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:

a. Subunit α yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat

pada pengikatan molekul insulin.

b. Subunit β yang lebih kecil dengan BM 90.000 yang dominan di dalam

sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan

insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit β itu sendiri

(autofosforilasi).

5
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi

terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat

dengan domain SH2 pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam pengantara

berbagai efek insulin yang berbeda.

Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan

adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi

tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa

Transpoter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada

saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam

jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.

Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan

berpengaruh terhadap kerja insulin. Down Regulation adalah fenomena dimana

jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin

dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol

dalam jumlah berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah ,maka ikatan

reseptor akan mengalami peningkatan.Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan

fisik dan puasa.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi

insulin (Nurarif, 2015):

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

6
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai

patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/Dl)


Kadar glukosa darah DM Belum Pasti DM
sewaktu
Plasma vena > 200 100 – 200
Darah kapiler > 200 80 – 100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum Pasti DM
puasa
Plasma vena > 120 110 – 120
Darah kapiler > 120 90 - 110

b. Hiperglikemi berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic

yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus

(polidipsi)

c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang

d. Lelah dan mengantuk.

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,

peruritas vulva

Kriteria diagnosis DM (Sudoyono, 2009):

a. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu

c. Gejala klasik DM + glukosa plasma ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

7
5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan

(Nurarif, 2015):

a. Kadar glukosa darah

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam prospandial (pp) > 200 mg/dl).

c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes dignostik, tes pemantauan

terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring

Tes-tes saring pada DM adalah:

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urine

e. Tes diagnostik

Tes-tes diagnostik pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah

dalam 2 jam Post Prandial). glukosa jam ke-2 TTGO

f. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi DM adalah:

1) GDP: plasma vena, darah kapiler

8
2) GD2PP: plasma vena

3) A1c: darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

1) Mikroalbuminuria: urine

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolesterol total: plasma vena (puasa)

4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)

5) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)

6) Trigliserida: plasma vena (puasa)

6. Penatalaksanaan

Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif, 2015):

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA Stroke)

g. Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan

makan

h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

9
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan meliputi (Ismail, 2012):

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda–tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah

sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi

mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda,

diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM

mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

10
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu (Nurarif, 2015):

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan keseimbangan insulin, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

(Domain 2. Nutrisi; Kelas 1. Makan; Kode 00002)

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan

(nekrosis luka ganggren)

(Domain 11. Keamanan/Perlindungan; Kelas 2. Cedera Fisik; Kode 00044)

c. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis, kelesuan fisik

(Domain 4. Aktivitas/Istirahat; Kelas 3. Keseimbangan Energi; Kode 00093)

d. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

11
(Domain 2. Nutrisi; Kelas 4. Metabolisme; Kode 00179)

e. Risiko kekurangan volume cairan

(Domain 2. Nutrisi; Kelas 5. Hidrasi; Kode 00028)

3. Intervensi

a. (Domain 2. Nutrisi; Kelas 1. Makan; Kode 00002)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan keseimbangan insulin, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

NIC (Manajemen Hiperglikemik – Kode 2120):

1) Monitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi

2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi, malaise

3) Monitor nadi dan tekanan darah ortotastik, sesuai indikasi

4) Berikan insulin, sesuai resep

5) Berikan cairan IV, sesuai kebutuhan

6) Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl, khususnya

jika ketonurine terjadi

7) Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan

8) Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes

selama periode sakit, termasuk penggunaan insulin dan/ atau obat oral,

monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan kapan mencari

bantuan petugas kesehatan, sesuai kebutuhan

9) Konsultasikan dengan dokter tanda dan gejala hiperglikemia yang menetap

dan memburuk.

12
b. (Domain 11. Keamanan/Perlindungan; Kelas 2. Cedera Fisik; Kode 00044)

Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan

(nekrosis luka ganggren)

NIC (Perawatan Luka – Kode 3660):

1) Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau

2) Ukur luas luka yang sesuai

3) Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan

tepat

4) Berikan perawatan ulkus pada kulit, jika diperlukan

5) Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka

6) Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur perawatan luka

7) Rujuk pada ahli diet dengan tepat

8) Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi

c. (Domain 4. Aktivitas/Istirahat; Kelas 3. Keseimbangan Energi; Kode 00093)

Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis, kelesuan fisik

NIC (Manajemen Energi - Kode: 0180)

1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan

konteks usia dan perkembangan.

2) Monitor intake/ asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang

adekuat.

3) Perbaiki defisit status fisiologis, misal keadaan hiperglikemia

13
4) Instruksikan pasien mengenai stress dan koping intervensi untuk

mengurangi kelelahan.

5) Bantu pasien identifikasi pilihan aktifitas yang akan dilakukan.

6) Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan tekhnik manajemen

waktu untuk mencegah kelelahan

7) Anjurkan aktifitas fisik (misalnya ambulasi dan ADL) sesuai dengan

kemampuan (energi klien)

8) Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari

makanan.

d. (Domain 2. Nutrisi; Kelas 4. Metabolisme; Kode 00179)

Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

NIC (Manajemen Peresepan Diet – Kode 5614)

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai diet yang disarankan

2) Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan yang

disukai dan pola makan saat ini

3) Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan sesuai dengan diet yang

disarankan

4) Bantu pasien untuk mengganti bumbu masakan yang pasien suka ke dalam

diet yang disarankan

5) Libatkan pasien dan keluarga

6) Ajarkan pasien nama-nama makanan yang sesuai dengan diet yang

disarankan

14
7) Ajarkan pasien untuk membuat diary makanan yang dikonsumsi, jika

diperlukan

8) Rekomendasikan beberapa buku resep makanan yang sesuai dengan diet

yang disarankan

9) Rujuk pasien ke ahli gizi jika diperlukan

e. (Domain 2. Nutrisi; Kelas 5. Hidrasi; Kode 00028)

Risiko kekurangan volume cairan

NIC (Manajemen Elektrolit/Cairan – Kode 2080)

1) Monitor tanda-tanda vital yang sesuai

2) Timbang berat badan harian dan pantau gejala

3) Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan

4) Berikan resep diet yang tepat untuk cairan tertentu atau pada

ketidakseimbangan elektrolit (misalnya cairan dibatasi dan tidak

menambahkan garam

5) Ikuti aksi glukosa cepat dengan karbohidrat dan protein yang berdurasi aksi

yang lama

6) Instruksikan pasien dan keluarga mengenai alasan untuk pembatasan cairan,

tindakan hidrasi, atau administrasi elektrolit tambahan, seperti yang

ditunjukkan

7) Berikan cairan, yang sesuai

8) Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidaseimbangan

cairan dan/ atau elektrolit menetap atau memburuk

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ny. C, usia 40 tahun, tinggi badan 160 cm, status menikah, dirawat di rumah

sakit dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus. Pasien bekerja sebagai penjual ikan

dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil tangkapan ikan suaminya. Pasien

mempunyai seorang anak yang sudah tidak tinggal bersama pasien. Pasien sebelumnya

datang ke rumah sakit dengan mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktifitas

seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terus

mengantuk dan kesulitan untuk tidur serta disertai kepala pusing. Hal ini dapat terlihat

pada kondisi fisik pasien yang nampak lemas dan kelelahan, pasien juga terus-menerus

menguap ketika perawat melakukan anamnesa. Pasien nampak lebih banyak berbaring

di tempat tidur. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan kadar glukosa darah

menunjukan tanda-tanda vital tekanan darah: 180/100 mmHg, nadi: 100 kali/menit,

RR: 20 kali/menit, suhu afebris dengan GDS: 450 mg/dl. Pasien mengatakan sejak 2

tahun yang lalu, ia banyak makan dan minum namun berat badannya tidak pernah naik.

Hingga saat ini, ia mengeluhkan selalu merasa lapar walaupun ia sudah makan. Satu

tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan kencing manis dengan kadar gula

darah 300 mg/dl. Sejak mendapatkan diagnosa tersebut, pasien rutin check-up sebulan

sekali dan hasil kadar gula darahnya kadang tinggi dan kadang juga normal. Pasien

sering mengeluhkan jika ia sering tidak mampu menahan keinginan untuk memakan

makanan pantangan tanpa sepengetahuan keluarga. Kondisi fisik BB sebelum sakit =

16
55 kg, BB setelah sakit = 47 kg, yang seharusnya BB ideal seharusnya adalah 51 kg.

Pasien nampak kurus, bising usus (+). Pasien tidak paham mengenai manajemen diet

Diabetes Mellitus. Dari makanan yang disediakan RS, pasien tidak memakan sayur

dan buah. Selama di rawat di RS, setiap malam pasien mengeluhkan selalu merasa

ingin BAK ±5 kali. Tanda dan gejala yang nampak bahwa pasien polidipsi (+) Klien

mengatakan minum hanya ± 5 gelas/hari, dan poliuri (+). Keluarga pasien (ayahnya)

memiliki riwayat penyakit gula sebelumnya

17
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif:

1. Pasien datang dengan mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktivitas

seperti biasa sejak 2 hari yang lalu.

2. Pasien juga mengeluhkan terus mengantuk dan kesulitan untuk tidur serta

disertai dengan kepala pusing.

3. Pasien mengatakan sejak 2 tahun yang lalu, ia banyak makan dan minum

namun berat badannya tidak pernah naik.

4. Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan

kencing manis dengan kadar gula darah 300 gram/dl.

5. Klien sering mengeluhkan jika ia sering memakan makanan pantangan tanpa

sepengetahuan keluarga

6. Klien mengeluh selalu merasa lapar walaupun ia sudah makan.

7. Setiap malam pasien mengeluhkan selalu merasa ingin BAK ±5 kali

8. Klien mengatakan minum hanya ± 5 gelas/hari

Data Objektif:

1. Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali/menit,

repirasi rate 20 kali/menit, suhu afebris.

2. Pasien nampak lemas dan kelelahan.

3. Pasien terlihat terus-menerus menguap ketika perawat melakukan anamnesa.

4. Pasien nampak kurang berenergi

18
5. Pasien nampak lebih banyak terbaring di tempat tidur.

6. GDS = 450 mg/dl

7. BB sebelum sakit: 55 kg, BB setelah sakit: 47 kg, TB: 160 cm, BB ideal: 51

kg.

8. Pasien tidak paham mengenai manajemen diet Diabetes Mellitus.

9. Pasien rutin check-up sebulan sekali dan hasil kadar gula darahnya kadang

tinggi dan kadang juga normal.

10. Dari makanan yang disediakan RS, pasien tidak memakan sayur dan buah.

11. Bising usus (+)

12. Diagnosa medis: Diabetes Mellitus

13. Pasien nampak kurus.

14. Poliuri (+)

15. Polidipsi (+)

16. Keluarga pasien (ayahnya) memiliki riwayat penyakit gula sebelumnya.

19

Anda mungkin juga menyukai