PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini yang tidak dapat terlepas dari nasi
“makan” ketika ia belum mengkonsumsi nasi beserta lauk pauknya. Hal inilah yang
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi penyebab
global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di
dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387juta kasus. Indonesia
penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Menurut
World Healt Organization (WHO) pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan
berjumlah 21,3 juta orang dan menempati urutan keempat dalam jumlah penderita
yang memiliki kadar lemak yang tinggi (obesitas). Berdasarkan prevalensi berat badan
1
berlebih di Indonesia pada tahun 2013 adalah sekitar 13,5%, dan terjadi peningkatan
Kota dan Provinsi memberikan perhatian lebih pada penyakit tersebut dalam upaya
Mellitus secara Ekstrim. Terkait hal itu perawat memiliki andil yang penting dan juga
Mellitus.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
2. Etiologi
a. DM tipe 1
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
diabetes tipe 1.
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
b. DM tipe 2
3
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2: usia, obesitas,
3. Patofisiologi
keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar
kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia) (Price & Wilson, 2005).
Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
4
sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak
pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga suplai
Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada
syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga
pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:
(autofosforilasi).
5
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi
terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat
dengan domain SH2 pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam pengantara
Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan
adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi
Transpoter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada
saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam
jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin
dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol
dalam jumlah berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah ,maka ikatan
4. Manifestasi Klinis
6
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
(polidipsi)
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva
b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
7
5. Pemeriksaan Penunjang
(Nurarif, 2015):
pemeriksaan:
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes dignostik, tes pemantauan
d. Tes saring
1) GDP, GDS
e. Tes diagnostik
8
2) GD2PP: plasma vena
1) Mikroalbuminuria: urine
6. Penatalaksanaan
makan
9
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
d. Sistem pernafasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem gastrointestinal
10
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
i. Sistem neurologis
2. Diagnosa Keperawatan
11
(Domain 2. Nutrisi; Kelas 4. Metabolisme; Kode 00179)
3. Intervensi
6) Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl, khususnya
selama periode sakit, termasuk penggunaan insulin dan/ atau obat oral,
dan memburuk.
12
b. (Domain 11. Keamanan/Perlindungan; Kelas 2. Cedera Fisik; Kode 00044)
3) Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan
tepat
8) Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
adekuat.
13
4) Instruksikan pasien mengenai stress dan koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan.
8) Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari
makanan.
2) Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan yang
3) Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan sesuai dengan diet yang
disarankan
4) Bantu pasien untuk mengganti bumbu masakan yang pasien suka ke dalam
disarankan
14
7) Ajarkan pasien untuk membuat diary makanan yang dikonsumsi, jika
diperlukan
yang disarankan
4) Berikan resep diet yang tepat untuk cairan tertentu atau pada
menambahkan garam
5) Ikuti aksi glukosa cepat dengan karbohidrat dan protein yang berdurasi aksi
yang lama
ditunjukkan
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. C, usia 40 tahun, tinggi badan 160 cm, status menikah, dirawat di rumah
sakit dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus. Pasien bekerja sebagai penjual ikan
dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil tangkapan ikan suaminya. Pasien
mempunyai seorang anak yang sudah tidak tinggal bersama pasien. Pasien sebelumnya
datang ke rumah sakit dengan mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktifitas
seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terus
mengantuk dan kesulitan untuk tidur serta disertai kepala pusing. Hal ini dapat terlihat
pada kondisi fisik pasien yang nampak lemas dan kelelahan, pasien juga terus-menerus
menguap ketika perawat melakukan anamnesa. Pasien nampak lebih banyak berbaring
di tempat tidur. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan kadar glukosa darah
menunjukan tanda-tanda vital tekanan darah: 180/100 mmHg, nadi: 100 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, suhu afebris dengan GDS: 450 mg/dl. Pasien mengatakan sejak 2
tahun yang lalu, ia banyak makan dan minum namun berat badannya tidak pernah naik.
Hingga saat ini, ia mengeluhkan selalu merasa lapar walaupun ia sudah makan. Satu
tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan kencing manis dengan kadar gula
darah 300 mg/dl. Sejak mendapatkan diagnosa tersebut, pasien rutin check-up sebulan
sekali dan hasil kadar gula darahnya kadang tinggi dan kadang juga normal. Pasien
sering mengeluhkan jika ia sering tidak mampu menahan keinginan untuk memakan
16
55 kg, BB setelah sakit = 47 kg, yang seharusnya BB ideal seharusnya adalah 51 kg.
Pasien nampak kurus, bising usus (+). Pasien tidak paham mengenai manajemen diet
Diabetes Mellitus. Dari makanan yang disediakan RS, pasien tidak memakan sayur
dan buah. Selama di rawat di RS, setiap malam pasien mengeluhkan selalu merasa
ingin BAK ±5 kali. Tanda dan gejala yang nampak bahwa pasien polidipsi (+) Klien
mengatakan minum hanya ± 5 gelas/hari, dan poliuri (+). Keluarga pasien (ayahnya)
17
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif:
1. Pasien datang dengan mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktivitas
2. Pasien juga mengeluhkan terus mengantuk dan kesulitan untuk tidur serta
3. Pasien mengatakan sejak 2 tahun yang lalu, ia banyak makan dan minum
4. Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan
sepengetahuan keluarga
Data Objektif:
18
5. Pasien nampak lebih banyak terbaring di tempat tidur.
7. BB sebelum sakit: 55 kg, BB setelah sakit: 47 kg, TB: 160 cm, BB ideal: 51
kg.
9. Pasien rutin check-up sebulan sekali dan hasil kadar gula darahnya kadang
10. Dari makanan yang disediakan RS, pasien tidak memakan sayur dan buah.
19